• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. TATA CARA PEROLEHAN TANAH BAGI

1. Tata cara Penanaman Modal Dalam Negeri

Sesuai dengan arahan penanaman modal yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, dimana sebelum penanam modal melaksanakan aplikasi penanaman modalnya terlebih dahulu harus membentuk badan usaha dalam hal ini badan usaha yang berbentuk badan hukum Perseroan Terbatas seperti yang disyaratkan dalam pasal 5 ayat (1) undang-undang tersebut yang pada prinsipnya menetapkan bahwa:

Penanaman Modal Dalam Negeri dapat dilakukan dalam bentuk badan usaha yang berbentuk badan hukum, tidak berbadan hukum atau usaha perseorangan, sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Dengan adanya pengaturan diatas itu berarti bahwa suatu kegiatan penanaman modal dalam negeri harus dikelola oleh suatu badan usaha yang ditetapkan. Pertimbangan pendirian usaha dengan badan hukum Indonesia dalam bentuk Perseroan Terbatas lebih dikarenakan untuk menimbulkan kepastian hukum baik terhadap perusahaan itu sendiri maupun terhadap pihak lain yang melakukan hubungan kerja. Karena dengan menggunakan badan

hukum berarti perusahaan tersebut dapat bertindak sebagai pendukung hak dan kewajiban (rechtperson) yang memiliki harta kekayaan tersendiri, baik berupa modal alat-alat perusahaan dan lain-lain yang dapat dijadikan jaminan terhadap kelalaian dalam pemenuhan kewajiban.55

Namun sebelum melakukan proses pendirian Perseroan Terbatas dapat dipahami lebih dulu tentang Daftar Bidang Usaha Yang Terbuka Dan Bidang Usaha Yang Tertutup Dengan Persayaratan Di Bidang Penanaman Modal sehingga dapat ditetapkan bahwa perusahaan tersebut adalah Perseroan Terbatas dalam rangka Penanaman Modal Dalam Negeri yang mencantumkan maksud dan tujuan dari pada pendirian perusahaan tersebut dalam akte pendirian.

Pembentukan atau pendirian Perseroan Terbatas harus melalui beberapa tahap. Sebagai perbandingan dapat dilihat menurut beberapa peraturan yang pernah berlaku mengenai Perseroan Terbatas.

Kitab Undang Undang Hukum Dagang dalam Buku Kesatu Bab Ketiga membicarakan tentang Perseroan Terbatas dan pendiriannya sebagai berikut :

a. Pembuatan Akte Pendirian

Didalam pasal 38 ayat (1) KUHD dinyatakan bahwa untuk mendirikan suatu PT harus dibuat dalam bentuk otentik yaitu dengan bentuk akte notariil (akte notaris). Syarat pendirian PT tidak disebutkan paling sedikit berapa orang, namun dengan mengacu pada Kitab Undang

55

Undang Hukum Perdata pada Buku Ketiga tentang Perikatan Pasal 1313 bahwa suatu perjanjian adalah satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih, maka aturan dalam KUHD dimaksud diartikan dilakukan oleh dua orang atau lebih. Untuk membuat akte pendirian, para pendiri harus datang sendiri ke Notaris atau diwakili oleh kuasanya.

b.Pengesahan

Menurut pasal 36 ayat (2) KUHD bahwa untuk sahnya suatu pendirian PT harus mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman. Permohonan diterima atau tidak diterima mendapat jawaban secara tertulis dari menteri.

c.Pendaftaran

Pada pasal 38 ayat (2) dinyatakan bahwa para persero atau pendiri diwajibkan untuk mendaftarkan akta pendirian tersebut beserta pengesahan dari Menteri Kehakiman di Kepaniteraan Kantor Pengadilan Negeri di wilayah hukum tempat kedudukan PT tersebut, untuk didaftar didalam buku register umum.

d. Pengumuman

Setelah diperoleh surat pemberitahuan bahwa PT tersebut sudah didaftarkan, maka para pendiri atau kuasanya dengan membawa salinan Akta Pendirian, salinan Surat Pengesahan dan Surat Pendaftaran ke Kantor Percetakan Negara yang menerbitkan Berita Negara RI.56

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas,mengatur beberapa syarat untuk mendirikan suatu perseroan terbatas sebagai berikut :

a. Didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih

Berbeda dengan KUHD, UU ini menegaskan tentang syarat minimal 2 (dua) orang atau lebih untuk mendirikan suatu Perseroan Terbatas. Pengertian orang adalah orang perseorangan atau badan hukum.

Ketentuan sekurang-kurangnya 2 (dua) orang menegaskan prinsip bahwa perseroan sebagai badan hukum dibentuk berdasarkan perjanjian (pasal 1313 KUHPerdata).

b. Didirikan dengan akta otentik ( pasal 7 ayat (1))

56

Bahwa perjanjian pendirian perseroan harus dilakukan dengan akta otentik dimuka notaris, yang akta pendirian tersebut sekaligus memuat Anggaran Dasar Perseroan.

c. Modal Dasar Perseroan

Dalam pasal 25 UU Perseroan Terbatas, modal dasar minimal Rp. 20.000.000 (dua puluh juta rupiah). Dalam pasal 26, pada saat pendirian minimal 25 % dari modal dasar harus telah ditempatkan, dan sejumlah 50 % dari modal yang ditempatkan atau dari nilai nominal setiap saham yang dikeluarkan tersebut harus disetor pada saat PT didirikan.57

Secara umum proses pendirian PT menurut UU Nomor 1 Tahun 1995 meliputi :

1. Perjanjian Pendirian PT

Pada tahap ini para pendiri atau pemegang saham mengutarakan keinginannya untuk membentuk PT dihadapan Notaris dalam Akta Perseroan Terbatas mempergunakan bahasa Indonesia (Pasal 7 UUPT). Pada tahap ini PT resmi berdiri dan dapat melakukan kegiatan usaha dan masing-masing pendiri bertanggungjawab secara pribadi terhadap tindakan yang dilakukannya.

2. Tahap Pengesahan

Setelah Notaris membuat akta pendirian perseroan, maka para pendiri atau kuasanya mengajukan permohonan pengesahan secara tertulis kepada Menteri Kehakiman, dengan melampirkan Akte Perseroan dan Anggaran Dasar. Pada tahap ini di tahun 2001 tepatnya pada tanggal 1 Maret 2001 terjadi perubahan sistem permohonan pengesahan dan pendaftaran yang semula sistem manual menjadi sistem elektronik.58 Setelah mendapat pengesahan dari Menteri maka status perseroan

berubah menjadi Badan Hukum, dan karenanya atas segala tindakan hukum yang dilakukan dipertanggungjawabkan secara terbatas yaitu terbatas hanya sebesar saham yang dimilikinya.

(Agar tindakan hukum yang dilakukan sebelum pengesahan diakui sebagai tindakan hukum perseroan, maka terlebih dahulu harus disetujui dalam Rapat Umum Pemegang Saham, jika belum dapat

57

Abdul Kadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2002, hal. 71-72

58

Syahril Sofyan, Ketua Tim Instruktur Lab.Klinik Notariat SPs. USU, “Pengantar

diselenggarakan RUPS maka dibuat pengukuhannya secara tertulis yang ditandatangani oleh para pendiri).

3. Pendaftaran

Direksi PT wajib mendaftarkan Akta Pendirian Perseroan/Anggaran Dasar disertai SK Pengesahan dari Menkeh ke dalam Daftar Perusahaan pada Departemen Perindustrian dan Perdagangan diwilayah tempat perseroan berada.

4. Pengumuman

Direksi dari PT yang telah didaftarkan mengumumkan dalam Tambahan Berita Negara RI.59

Pendapat Syahril Sofyan mengkategorikan proses pembuatan Perseroan Terbatas tersebut sebagai berikut :

I. Tahap Editing, dilakukannya segala persiapan-persiapan pembuatan akta dari mulai pemeriksaan surat identitas diri para calon pendiri sampai pada penyusunan redaksi akta pendirian;

II. Tahap Pra Kontraktual, yaitu dilakukannya perbincangan atau penjelasan-penjelasan atas apa yang tertera di dalam akta;

III. Tahap Kontraktual, yaitu tahap penandatangan akte pendirian dihadapan Notaris dan saksi-saksi; dan

IV. Tahap Pasca Kontraktual, yaitu dilakukannya segala urusan pengesahan, pendaftaran dan pengumuman.60

Perbedaan mendasar dalam UU Nomor 1 Tahun 1995 dengan Kitab Undang-Undang Hukum Dagang adalah ketentuan yang tegas mengenai syarat minimal 2(dua) orang untuk dapat berdirinya suatu Perseroan Terbatas; adanya ketentuan modal minimal serta kewajiban mendaftarkan ada pada Direksi P.T.

Dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, maka Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995

59

Ningrum N. Sirait, Modul Hukum Perusahaan, Prog.Studi Magister Ilmu Hukum, USU, Medan, hal.14-15

60

tersebut diatas dinyatakan tidak berlaku lagi, namun terhadap peraturan pelaksana dari UU Nomor 1 Tahun 1995 tersebut masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan atau belum diganti dengan yang baru, demikian Ketentuan Penutup pasal 159 dari UU Nomor 40 Tahun 2007. Pendirian Perseroan Terbatas pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tercantum dalam Bab II pasal 7 sampai dengan pasal 30. Dengan prosedur Pendirian Perseroan Terbatas dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Perjanjian Pendirian Perseroan Terbatas

Dilakukan oleh 2 (dua) orang atau lebih dan para pendiri atau pemegang saham tersebut ( pasal 7 ayat (1) atau yang diwakili oleh orang lain berdasarkan surat kuasa (pasal 8 ayat (3)), mengutarakan keinginannya untuk membentuk PT dihadapan Notaris, dengan demikian oleh Notaris dibuatkan Akte Pendirian yang memuat Anggaran Dasar Perseroan dalam bahasa Indonesia. Dalam hal Pendirian ini tidak ada yang berbeda dengan prosedur sebelumnya menurut UU PT yang lama, hanya penekanan pada subjek pendiri yang dipertegas bahwa selain Warga Negara Indonesia atau Badan Hukum Indonesia juga Warga Negara Asing atau Badan Hukum Asing (Penjelasan pasal 7 ayat (1)).

Setelah Notaris membuat akta pendirian perseroan, maka para pendiri atau pemegang saham bersama-sama mengajukan permohonan melalui jasa teknologi informasi sistem administrasi badan hukum secara elektronik kepada Menteri dengan mengisi Format Isian/FIAN (pasal 9 ayat (1)). Jika para pendiri tidak mengajukan sendiri permohonan pengesahan tersebut maka pendiri hanya dapat memberikan kuasa kepada notaris (pasal 9 ayat (3)). Dan jika telah didukung oleh semua persyaratan yang ditetapkan sesuai ketentuan yang berlaku, maka Menteri langsung menyatakan jawaban tidak keberatan atas permohonan yang bersangkutan secara elektronik (pasal 10 ayat (3)) demikian juga terhadap jawaban penolakannya (pasal 10 ayat (4)). Dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal pernyataan jawaban tidak keberatan diterima, pemohon yang bersangkutan wajib menyampaikan secara fisik surat permohonan yang dilampiri dokumen pendukung (pasal 10 ayat (5)). Dan apabila semua persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) tersebut telah dipenuhi secara lengkap, maka Menteri menerbitkan keputusan tentang pengesahan badan hukum perseroan yang ditandatangani secara elektronik (pasal 10 ayat (6)).

3. Pendaftaran dan Pengumuman

Dalam hal pendaftaran dan memasukkan data perseroan dilakukan oleh Menteri ( pasal 29 ayat (1)), yaitu pada tanggal yang bersamaan dengan tanggal Keputusan Menteri mengenai pengesahan badan hukum perseroan

(pasal 29 ayat (3a), demikian juga pengumuman dilakukan oleh Menteri dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia (pasal 30 ayat (1)).

Perbedaan nampak menurut UU PT No.1 Tahun 1995 dan UU PT No. 40 Tahun 2007 dalam hal siapa yang diwajibkan untuk mendaftarkan dan mengumumkan. Sedangkan Modal Dasar Perseroan ditentukan paling sedikit Rp. 50.000.000 (lima puluh juta rupiah), dan minimal 25 % (dua puluh lima persen) dari modal dasar tersebut harus sudah ditempatkan dan disetor penuh dengan bukti penyetoran yang sah dan tidak dengan cara mengangsur (pasal 33 dan penjelasan).

Undang-Undang Penanaman Modal Nomor 25 Tahun 2007 menyatakan bahwa Perseroan Terbatas dengan Penanaman Modal Dalam Negeri yang melakukan penanaman modal dilakukan dengan :

a. mengambil bagian saham pada saat pendirian perseroan terbatas; b. membeli saham;

c. melakukan cara lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku.61

Setelah berdirinya perusahaan yang dibuktikan dengan Akte Pendirian Perusahaan, maka calon penanam modal yang akan melakukan kegiatan penanaman modal dalam rangka Penanaman Modal Dalam Negeri/PMDN

61

menurut Undang-Undang Penanaman Modal Nomor 25 Tahun 2007 wajib mengajukan permohonan persetujuan penanaman modal kepada Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal, sebagai mana arahan dari Keputusan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal/BKPM Nomor 57 Tahun 2004 tentang Pedoman Dan Tata Cara Permohonan Penanaman Modal Yang Didirikan Dalam Rangka Penanaman Modal Dalam Negeri Dan Penanaman Modal Asing.

Dalam mengajukan permohonan Penanaman Modal Dalam Negeri, penentuan/pemilihan bidang usaha berdasarkan kepada :

1. Daftar bidang usaha yang tertutup dan terbuka dengan persyaratan tertentu bagi penanaman modal;

2. Petunjuk Teknis Pelaksanaan Penanaman Modal;

3. Bidang/jenis usaha yang dicadangkan untuk usaha kecil dan bidang/jenis usaha yang terbuka untuk usaha menengah atau besar dengan syarat kemitraan;

4. Ketentuan lain yang diterbitkan oleh Pemerintah.62

Pada dasarnya bahwa semua bidang usaha atau jenis usaha adalah terbuka bagi kegiatan penanaman modal63, namun karena pertimbangan kepentingan nasional, kesehatan, moral, kebudayaan, lingkungan hidup, pertahanan dan keamanan nasional maka diadakanlah kekecualian dengan menetapkan Bidang Usaha Yang Tertutup di bidang Penanaman Modal, yaitu merupakan bidang usaha tertentu yang dilarang diusahakan sebagai kegiatan

62

Keputusan Kepala BKPM Nomor 57 Tahun 2004, Pasal 4 63

penanaman modal, sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Presiden Nomor 77 Tahun 2007 dengan perubahannya pada Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2007 yang mencakup 23 (dua puluh tiga) bidang usaha pada 7 (tujuh) sektor.64 Dengan demikian tidak semua bidang usaha terbuka untuk penanaman modal, ada bidang-bidang usaha yang tertutup bagi penanaman modal dalam negeri. Selanjutnya ada bidang usaha yang terbuka bagi penanaman modal dalam negeri namun dengan persyaratan, yaitu bidang usaha tertentu yang dapat diusahakan sebagai kegiatan penanaman modal dengan memakai syarat tertentu seperti bidang usaha yang dicadangkan untuk UMKMK/Usaha Mikro Kecil Menengah dan Koperasi, bidang usaha yang dipersyaratkan dengan kemitraan, bidang usaha yang dipersyaratkan kepemilikan modalnya, bidang usaha yang dipersyaratkan dengan lokasi tertentu, dan bidang usaha yang dipersyaratkan dengan perizinan khusus.

64 Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2007, Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup Bagi Penanaman Modal :

1. Sektor Kebudayaan Parawisata : perjudian/kasino, peninggalan sejarah dan purbakala (seperti candi keraton, prasasti, bangunan kuno), museum pemerintah, lingkungan adat, monumen, objek ziarah;

2. Sektor Kehutanan : pemanfaatan koral alam;

3. Sektor Kelautan dan Perikanan : penangkapan spesies ikan jenis tertentu;

4. Sektor Komunikasi dan Informatika : penyelenggaraan stasiun monitoring spektrum frekwensi radio dan orbit satelit, lembaga penyiaran publik radio dan televisi;

5. Sektor Perhubungan : penyelenggaraan terminal darat, penyelenggaraan jembatan timbang, penyelenggaraan pengujian tipe kendaraan bermotor, telekomunikasi/sarana bantu navigasi pelayaran, vessel traffic information system, pemanduan lalu lintas udara;

6. Sektor Perindustrian : industri bahan kimia yang dapat merusak lingkungan, industri bahan kimia skedul I konvensi senjata kimia, industri minuman mengandung alkohol, industri pembuat chlor alkali dan mengandung merkuri, industri siklamat dan sakarin;

Bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan dimaksud mencakup 18 (delapan belas) sektor65. Adapun sebagai dasar pertimbangannya menyangkut kepentingan nasional yaitu perlindungan terhadap sumber daya alam, perlindungan dan pengembangan usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi, peningkatan kapasitas teknologi, partisipasi modal dalam negeri, serta kerjasama dengan badan usaha yang ditunjuk oleh Pemerintah. Daftar sebagaimana disebutkan dalam Peraturan Pemerintah tersebut merupakan rujukan bagi penanam modal didalam melakukan pilihan bidang usaha kegiatan penanaman modal.

Penentuan bidang usaha yang akan dipilih hendaknya memperhatikan Kriteria Dan Persyaratan Penyusunan Bidang Usaha Yang Tertutup Dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan Di Bidang Penanaman

65 Ibid. Daftar Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan bagi Penanaman Modal : 1. Sektor Energi dan Sumber Daya Mineral;

2. Sektor Kebudayaan dan Parawisata; 3. Sektor Kehutanan;

4. Sektor Kelautan dan Perikanan; 5. Sektor Komunikasi dan Informatika; 6. Sektor Pekerjaan Umum;

7. Sektor Perhubungan; 8. Sektor Perindustrian; 9. Sektor Pertanian; 10. Sektor Perkebunan;

11. Sektor Tenaga Kerja dan Transmigrasi; 12. Sektor Kesehatan;

13. Sektor Keuangan; 14. Sektor Bank Indonesia; 15. Sektor Perdagangan; 16. Sektor Pendidikan Nasional; 17. Sektor Pertahanan;

18. Sektor BIN.

Modal sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden RI Nomor 76 Tahun 2007, sehingga latar belakang penentuan bidang-bidang usaha dalam daftar bidang usaha dapat mencapai tujuan sebagaimana yang diharapkan.

Sesuai SK Kepala BKPM No.57/SK/2004, pengajuan Surat Permohonan Persetujuan Penanaman Modal yang di tujukan kepada Kepala BKPM melampirkan :

1. Bukti Diri Pemohon :

a. Rekaman Akta Pendirian Perusahaan dan Perubahannya untuk PT, BUMN/BUMD, CV, Fa; atau

b. Rekaman Anggaran Dasar bagi Badan Usaha Koperasi; atau c Rekaman Kartu Tanda Penduduk/KTP untuk Perorangan.

2. Surat Kuasa dari yang berhak apabila penandatanganan permohonan bukan dilakukan oleh pemohon sendiiri.

3. Rekaman Nomor Pokok Wajib Pajak/NPWP pemohon, dan Rekaman NPWP PT.

4. Uraian Rencana Kegiatan :

a. Uraian Proses Produksi yang dilengkapi dengan alur proses (Flow Chart), serta mencantumkan jenis bahan baku/bahan penolong, bagi industri pengolahan ; atau

b. Uraian Kegiatan Usaha, bagi kegiatan di bidang jasa.

5. a. Persyaratan dan/atau ketentuan sektoral tertentu yang dikeluarkan oleh Pemerintah, seperti yang tercantum antara lain dalam Buku Petunjuk Teknis Pelaksanaan Penanaman Modal.

b. Khusus sektor pertambangan yang merupakan proses ekstraksi, sektor energi, sektor perkebunan kelapa sawit dan sektor perikanan harus dapat rekomendasi dari instansi yang terkait.

c. Khusus untuk bidang usaha industri pengolahan hasil perkebunan kelapa sawit yang bahan bakunya tidak berasal dari kebun sendiri, harus dilengkapi dengan jaminan bahan baku dari pihak lain yang diketahui oleh Dinas Perkebunan Kabupaten/Kota setempat.

(Persyaratan ini akan di koordinasikan oleh BKPM dengan instansi terkait) 6. Bagi bidang usaha yang dipersyaratkan kemitraan :

a. Kesepakatan/Perjanjian Kerjasama tertulis mengenai kesepakatan bermitra dengan Usaha Kecil, yang antara lain memuat nama dan alamat masing-masing pihak, pola kemitraan yang akan digunakan, hak dan kewajiban masing-masing pihak, dan bentuk pembinaan yang diberikan kepada usaha kecil.

b Akta Pendirian atau perubahannya atau risalah RUPS mengenai penyertaan Usaha Kecil sebagai pemegang saham, apabila kemitraan dalam bentuk penyertaan saham.

7. Surat Pernyataan di atas materai dari Usaha Kecil yang menerangkan bahwa yang bersangkutan memenuhi kriteria sebagai usaha kecil sesuai Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil.

Jika permohonan tersebut disetujui maka diterbitkanlah Surat Persetujuan Penanaman Modal Dalam Negeri yang ditandatangani oleh Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (Sebelumnya pada masa pemberlakuan Keppres Nomor 115 Tahun 1998 penerbitan Surat Persetujuan dan Perizinan tersebut menjadi kewenangan Pemerintah Daerah Propinsi ).

Surat Persetujuan Penanaman Modal Dalam Negeri adalah persetujuan yang diberikan dalam rangka pelaksanaan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, yang berlaku pula sebagai Persetujuan Prinsip/Izin Usaha Sementara sampai dengan memperoleh Izin Usaha/Izin Usaha Tetap dan/atau sebagai Persetujuan Prinsip Fasilitas Fiskal.66 Surat Persetujuan Penanaman Modal Dalam Negeri berisikan jawaban atas permohonan PMDN (menurut Permohonan PMDN Model I) antara lain dalam

66

hal rencana bidang usaha, lokasi proyek, luas tanah yang diperlukan dan rencana investasi.

Keputusan Presiden Nomor 57 Tahun 2004 dalam pasal 2 dan pasal 3 menentukan bahwa semenjak diperolehnya surat persetujuan PMDN, maka wajib untuk ditindaklanjuti dengan mengajukan permohonan memperoleh perizinan pelaksanaan yang diperlukan bagi penanaman modal sampai pada pelaksanaan atau realisasi proyek dalam bentuk kegiatan yang nyata, baik dalam bentuk administrasi ataupun dalam bentuk fisik, harus dilakukan dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun bagi proyek baru dan 2 (dua) tahun bagi proyek perluasan, jika tidak maka akan batal demi hukum.

Kegiatan nyata dalam bentuk administrasi dimaksud yaitu kegiatan memperoleh perizinan berupa :

a. Perizinan yang diterbitkan oleh BKPM, berupa :

1. Angka Pengenal Importir Terbatas/APIT, adalah angka pengenal yang dipergunakan sebagai izin untuk memasukkan (impor)barang modal dan bahan baku/penolong untuk pemakaian sendiri dalam proses produksi proyek penanaman modal yang telah disetujui.

2. Izin Usaha/Izin Usaha Tetap (dalam penanaman modal yang dikenal adalah Izin Usaha Tetap) adalah izin yang wajib dimiliki oleh perusahaan untuk melaksanakan kegiatan produksi baik produksi

barang maupun produksi jasa sebagai pelaksanaan atas Surat Persetujuan Penanaman Modal yang telah diperoleh perusahaan. Izin Usaha Tetap diurus setelah perusahaan siap produksi komersial, yang berlaku selama 30 tahun sejak produksi dimulai bagi perusahaan PMDN. Dan Izin Perluasan adalah izin melaksanakan kegiatan produksi atas penambahan produksi barang maupun jasa.

3. Rencana Penggunaan, Izin Memperkerjakan dan Rekomendasi Visa Tenaga Kerja Asing/ TKA dan Perpanjangannya;

4. Fasilitas pembebasan/keringanan Bea Masuk atas pengimporan Barang Modal atau Bahan Baku/Penolong dan Fasilitas Fiskal lainnya.

Permohonan persetujuan fasilitas tersebut diajukan dengan melampirkan Daftar Induk Barang Modal karena daftar ini sebagai dasar pertimbangan diberikannya fasilitas tersebut. Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 47/PMK.04/2005 diberikan keringanan bea masuk atas impor barang modal dan bahan baku sehingga tarif akhir bea masuk menjadi 5%. Terhadap fasilitas fiskal lainnya dalam Peraturan Pemerintah No.1 Th. 2007 seperti Pajak Penghasilan yang pengurangan penghasilan netto sebesar 30% dari jumlah Penanaman modal yang dilakukan, hanya diberikan terhadap usaha penanam modal yang mendapat prioritas tinggi misalnya yang berlokasi didaerah terpencil.

b. Perizinan yang diterbitkan oleh Pemerintah Propinsi, berupa Perpanjangan izin memperkerjakan TKA yang bekerja di wilayah Kabupaten/kota dalam satu propinsi.

c. Perizinan yang diterbitkan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota, berupa : 1. Izin Lokasi, diberikan oleh Bupati/Walikota atau Gubernur (khusus DKI

Jakarta);

2. Sertifikat Hak Atas Tanah, diterbitkan oleh Kepala Kantor Pertanahan atau Kanwil Propinsi BPN atau Menteri/KBPN;

3. Izin Mendirikan Bangunan/IMB, dikeluarkan oleh Kepala Kantor Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan Kabupaten/Kota;

4. Izin Undang-Undang Gangguan/HO (Hinder Ordonantie), dikeluarkan oleh Pemda setempat. Bagi Perusahaan industri yang wajib memiliki AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan yang dikeluarkan oleh Badan Koordinasi Lingkungan Hidup/BKLH) atau yang berlokasi didalam Kawasan Industri/Kawasan Berikat tidak diwajibkan untuk memiliki izin HO.67

Kegiatan nyata dalam bentuk fisik merupakan kegiatan yang telah dilakukan berupa :

a. Di bidang Industri, telah ada kegiatan pokok berupa : Pengadaan lahan atau pembangunan gedung/pabrik atau pengimporan mesin dan peralatan.

67

b. Di bidang usaha jasa, telah ada kegiatan pokok berupa : pengadaan lahan atau pengadaan/pembangunan gedung/ruang perkantoran.

c. Di bidang usaha pertanian telah ada kegiatan pokok berupa pengadaan lahan.

d. Di bidang usaha perikanan telah ada pembelian sebagian kapal ikan.68 Setelah semua persyaratan perizinan dilengkapi dan setelah perusahaan menghasilkan produksi komersialnya/siap produksi komersial (bagi bidang industri) dan melakukan bisnisnya dengan memperoleh keuntungan (bagi bidang jasa), maka diurus Izin Usaha Tetap dengan mengajukan permohonan kepada Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal. Surat Izin Usaha Tetap bagi PMDN ini berlaku untuk jangka waktu selama 30 (tiga puluh) tahun sejak produksi dimulai, demikian ditetapkan dalam pasal 11 Keputusan KBKPM Nomor 57 Tahun 2004.

Alur Pengajuan Persetujuan/Perizinan Dalam Rangka Pendirian Perusahaan PMDN dapat digambarkan secara skematis sebagai berikut:

68

2. Fasilitas-Fasilitas dan Perubahan Status bagi Penanaman Modal

Dokumen terkait