• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fokus Fasilitas Iklim Berinvestasi

2.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat

B. Jumlah Pengunjung Perpustakaan Per Tahun

2.4 Aspek Daya Saing Daerah

2.4.3 Fokus Fasilitas Iklim Berinvestasi

Daya tarik investor untuk menanamkan modalnya sangat dipengaruhi faktor-faktor seperti tingkat suku bunga, kebijakan perpajakan dan regulasi perbankan serta tersedianya berbagai infrastruktur dasar yang berpengaruh terhadap kegiatan investasi tersebut. Iklim investasi juga sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang mendorong berkembangnya investasi antara lain fasilitas keamanan dan ketertiban wilayah, kemudahan proses perizinan dan ketersediaan sumberdaya manusia yang berkualitas dan mampu bersaing.

2.4.3.1 Keamanan dan Ketertiban 2.4.3.1.1 Angka Kriminalitas

Angka kriminalitas adalah rata-rata kejadian kriminalitas dalam satu bulan pada tahun tertentu. Artinya rata-rata terjadinya berapa tindak kriminalitas dalam satu bulan untuk berbagai kategori seperti curanmor, pembunuhan, pemerkosaan dan sebagainya. Indikator ini berguna untuk menggambarkan tingkat keamanan masyarakat. Semakin rendah tingkat kriminalitas, semakin tinggi pula tingkat keamanan masyarakat.

Tabel II-144

Angka Kriminalitas Kabupaten Aceh Selatan

No Jenis Kriminal 2008 2009 2010 2011 2012

1. Jumlah kasus Narkoba 13 14 17 10 18

2. Jumlah kasus Pembunuhan 1 1 0 2 0

3. Jumlah Kejahatan Seksual 0 0 2 4 2

4. Jumlah kasus Penganiayaan 5 7 18 8 11

5. Jumlah kasus Pencurian 9 13 17 12 10

6. Jumlah kasus Penipuan 1 2 2 3 4

7. Jumlah kasus Pemalsuan uang 1 0 0 0 0 8. Total Jumlah Tindak Kriminal Selama 1 Tahun 53 120 113 128 122 9. Jumlah Penduduk 210.111 211.564 204.667 206.194 208.160 10. Angka Kriminalitas (8)/(9) 2,52 5,67 5,52 6,21 5,86

Berdasarkan data yang ada menunjukkan angka kriminalitas cenderung fluktuatif dengan rata-rata 5,2 kasus per 10.000 penduduk. Pada umumnya kasus kriminal yang menonjol adalah penganiayaan dan pencurian.

2.4.3.1.2 Jumlah Demonstrasi

Jumlah demonstrasi adalah jumlah demonstrasi yang terjadi dalam periode 1 (satu) tahun. Unjuk rasa atau demonstrasi (demo) adalah sebuah gerakan protes yang dilakukan sekumpulan orang di hadapan umum. Unjuk rasa biasanya dilakukan untuk menyatakan pendapat kelompok tersebut atau penentang kebijakan yang dilaksanakan suatu pihak atau dapat pula dilakukan sebagai sebuah upaya penekanan secara politik oleh kepentingan kelompok. Secara umum kondisi keamanan dan ketertiban di Kabupaten Aceh Selatan sampai dengan tahun 2012 relatif kondusif bagi berlangsungnya aktivitas masyarakat maupun kegiatan investasi. Berbagai tindakan kejahatan kriminalitas yang merugikan dan mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat dapat ditanggulangi dengan sigap oleh aparatur pemerintah. Situasi tersebut juga didorong oleh pembinaan keamanan dan ketertiban masyarakat dengan melibatkan partisipasi masyarakat dalam menjaga keamanan lingkungannya.

Tabel II-145

Jumlah Demonstrasi di Kabupaten Aceh Selatan

No Uraian 2008 2009 2010 2011 2012

1 Bidang Politik 1 3 3 2 3

2 Ekonomi 4 1 3 1 2

3 Kasus pemogokan kerja - - - - -

4 Sosial budaya 3 1 2 2 2

5 Jumlah Demonstrasi/Unjuk Rasa 8 5 8 5 7

Sumber : Polres Aceh Selatan.

Demikian juga jumlah demonstrasi yang terjadi juga relatif rendah dengan rata-rata 6,6 kali demonstrasi pertahun. Artinya, baik dilihat dari sisi tindak kriminal maupun demonstrasi yang terjadi, Kabupaten Aceh Selatan cukup kondusif sebagai tempat untuk berinvestasi. Hal ini didukung pula dengan adanya kepastian hukum dalam hal perizinan dan pertanahan, kemudahan dalam pengurusan perizinan serta kemudahan dalam perpajakan dan pungutan liar lainnya.

2.4.3.2 Kemudahan Perizinan

Investasi yang akan masuk ke suatu daerah bergantung pada daya saing yang dimiliki oleh daerah yang bersangkutan. Daya saing investasi suatu daerah tidak terjadi dengan serta merta. Pembentukan daya saing, berlangsung secara terus-menerus dari waktu ke waktu dan dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya kemudahan perizinan. Kemudahan perizinan adalah proses pengurusan perijinan yang terkait dengan persoalan investasi yang relatif mudah dan tidak memerlukan waktu yang lama. Lama proses

perijinan merupakan rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh suatu perijinan (dalam hari).

Jenis perijinan yang dianalisis antara lain: Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), Tanda Daftar Perusahaan (TDP), Izin Usaha Industri (IUI), Tanda Daftar Industri (TDI), Izin Mendirikan Bangunan (IMB), dan Izin Gangguan (HO). Untuk meningkatkan daya saing daerah, Pemerintah Kabupaten Aceh Selatan telah menerapkan pelayanan perizinan satu pintu (One Stop Services), dalam proses perizinan melalui Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) Kabupaten Aceh Selatan. Kepastian prosedur, waktu dan keamanan perijinan merupakan kinerja utama pelayanan investasi. Dengan kemudahan perizinan berinvestasi diharapkan akan menarik minat investor untuk menanamkan modalnya di Kabupaten Aceh Selatan.

Tabel II-146 Lama Proses Perijinan Kabupaten Aceh Selatan No Uraian Lama Mengurus (hari) Persyaratan Jumlah

(dokumen)

Biaya Resmi (rata-rata maks Rp)

1. SIUP 3 hari 3 – 6 Bebas biaya

2. TDP 3 hari Bebas biaya

3. IUI 5 hari 8 Bebas biaya

4. TDI 3 hari 7 Bebas biaya

5. IMB 14 hari 10 Sesuai Qanun Daerah

6. HO 15 hari 12 Sesuai Qanun Daerah

Hal yang penting ke depan adalah promosi investasi yang sistematis baik melalui sebaran profil investasi daerah, maupun membentuk tim investasi daerah. Hingga saat ini belum ada SKPD khusus yang menangani bidang investasi ini di Kabupaten Aceh Selatan.

2.4.3.3 Pengenaan Pajak Daerah

Jumlah dan macam pajak daerah dan retribusi daerah diukur dengan jumlah dan macam insentif pajak dan retribusi daerah yang mendukung iklim investasi. Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh pribadi atau badan (dalam hal ini perusahaan) kepada Daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang berdasarkan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah (sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku). Contoh pajak daerah antara lain, yaitu: pajak penerangan jalan, pajak reklame dan pajak restoran/hotel.

Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan (dalam hal ini perusahaan). Contoh retribusi daerah yaitu: retribusi sewa tempat di pasar milik pemda, retribusi kebersihan di pasar milik pemda, retribusi parkir di tepi jalan umum yang disediakan oleh pemda dan

retribusi sejenis lainnya. Penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) salah satunya berasal dari Pos Pajak Daerah.

Perkembangan penerimaan pajak daerah selama tahun 2008 sampai dengan 2011 menunjukkan peningkatan. Pada tahun 2008 penerimaan pajak daerah tercatat sebesar Rp. 2.142.911.817,83 meningkat pada tahun 2009 menjadi Rp.2.701.976.258,00 dan pada tahun 2011 sebesar Rp. 3.870.111.774, atau meningkat rata-rata 15,93% per tahun. Kenaikan penerimaan tertinggi terjadi pada pos retribusi daerah yang meningkat rata-rata 31,53 persen per tahun. Untuk lain-lain pendapatan asli daerah yang sah mengalami penurunan, yaitu rata-rata -10,27 persen per tahun selama 2008-2011. Upaya penyesuaian terhadap regulasi yang baru mutlak segera dilakukan agar daya saing di bidang pajak daerah mampu segera diakomodir. Secara rinci penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Aceh Selatan selama kurun waktu 2008-2011 dapat dilihat tabel berikut.

Tabel II-147

Aspek Daya Saing Bidang Pengenaan Pajak Daerah No Uraian 2008 2009 2010 2011 Pertum-% buhan 1 Pajak daerah 2.142.911.817,83 2.701.976.258,00 3.256.134.198,00 3.870.111.774 15,93 - Pajak Hotel 15.570.720,00 26.439.400,00 38.188.530,00 49.801.985,00 - Pajak Restoran 694.445.236,00 804.006.722,00 788.848.746,00 941.080.985,00 - Pajak Hiburan 1.972.400,00 10.944.700,00 10.655.000,00 10.325.000,00 - Pajak Reklame 43.745.100,00 51.904.070,00 92.733.850,00 114.955.600 - Pajak Penerangan Jalan 1.049.346.551,00 1.121.265.508,00 1.538.090.393,00 1.839.730.941,00 - Pajak Galian C 312.826.550,00 597.415.858,00 360.117.679,00 674.147.374,00

- Pajak sarang Burung

Walet 25.000.000,00 90.000.000,00 427.500.000,00 60.000.000,00

- Pajak Biaya Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)

- - - 180.070.500,00

2 Retribusi daerah 1.949.123.474,92 2.266.075.863,00 2.002.526.746,00 5.833.238.117,00 31,53

- Retribusi Jasa Umum 1.147.706.119,00 1.209.453.538,00 1.118.362.496,00 4.502.565.135,00

- Retribusi Jasa Usaha 682.191.755,92 657.001.075,00 641.044.500,00 993.870.482,00

- Retribusi Perizian Tertentu 119.225.600,00 399.621.250,00 243.119.750,00 336.802.500,00 3 Hasil pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 1.345.899.067,83 1.501.418.504,83 1.955.876.359,26 1.580.862.233,23 4,10 4 Lain-lain Pendapatan

Asli Daerah yang Sah 9.065.982.718,08 9.795.156.100,00 10.371.377.316,00 5.877.002.991,86 -10,27 Sumber : DPKKD Kab. Aceh Selatan (diolah).

Pengenaan pajak Daerah tersebut tetap dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan tidak memberatkan masyarakat serta dunia usaha.

2.4.3.4 Peraturan Daerah (Perda)/Qanun yang Mendukung Iklim Usaha

Perda merupakan sebuah instrumen kebijakan daerah yang sifatnya formal. Melalui Perda inilah dapat diindikasikan adanya insentif maupun disinsentif sebuah kebijakan di daerah terhadap aktivitas perekonomian. Perda yang mendukung iklim usaha dibatasi, yaitu Perda terkait dengan perizinan, perda terkait dengan lalu lintas barang dan

jasa serta Perda terkait dengan ketenagakerjaan. Terkait hal tersebut, Perda yang diterbitkan dan terkait dalam mendukung iklim pengembangan usaha di Kabupaten Aceh Selatan hanya ada 1 (satu) Perda/Qanun, yaitu Perda Nomor 5 tahun 1996 tentang Surat Izin Tempat Usaha (SITU). Namun demikian, untuk pengurusan izin usaha seperti SIUP, TDP, IUI dan TDI Pemerintah Daerah telah dibebaskan biaya pengurusannya.

2.4.3.5 Status Gampong (Persentase Gampong Berstatus Swasembada Terhadap Total Gampong)

Pembangunan gampong dalam jangka panjang ditujukan untuk memperkuat dasar-dasar sosial ekonomi gampong yang memiliki hubungan fungsional yang kuat dan mendasar dengan kota-kota dan wilayah di sekitarnya. Pembangunan gampong dan pembangunan sektor yang lain di setiap gampong akan mempercepat pertumbuhan gampong menjadi gampong swasembada yang memiliki ketahanan di segala bidang dan dengan demikian dapat mendukung pemantapan ketahanan nasional. Dalam rangka mencapai tujuan itu pembangunan gampong diarahkan untuk mengembangkan sumber daya manusianya dengan meningkatkan kualitas hidup, kemampuan, keterampilan dan prakarsanya, dalam memanfaatkan berbagai potensi Gampong maupun peluang yang ada untuk berkembang.

Berdasarkan kriteria status, gampong/kelurahan diklasifikasikan menjadi 3 (tiga), yakni gampong swadaya (tradisional); gampong swakarya (transisional) dan gampong swasembada (berkembang). Pengertian masing-masing klasifikasi gampong tersebut adalah sebagai berikut :

1) Gampong Terbelakang atau Gampong Swadaya

Gampong terbelakang adalah gampong yang kekurangan sumber daya manusia atau tenaga kerja dan juga kekurangan dana sehingga tidak mampu memanfaatkan potensi yang ada di gampongnya. Biasanya gampong terbelakang berada di wilayah yang terpencil jauh dari kota, taraf berkehidupan miskin dan tradisional serta tidak memiliki sarana dan prasaranan penunjang yang mencukupi.

2) Gampong Sedang Berkembang atau Gampong Swakarsa

Gampong sedang berkembang adalah gampong yang mulai menggunakan dan memanfaatkan potensi fisik dan nonfisik yang dimilikinya tetapi masih kekurangan sumber keuangan atau dana. Gampong swakarsa belum banyak memiliki sarana dan prasarana gampong yang biasanya terletak di daerah peralihan gampong terpencil dan kota. Masyarakat pegampongan swakarsa masih sedikit yang berpendidikan tinggi dan tidak bermata pencaharian utama sebagai petani di pertanian saja serta banyak mengerjakan sesuatu secara gotong royong.

Gampong maju adalah gampong yang berkecukupan dalam hal sumber daya manusia dan juga dalam hal dana modal sehingga sudah dapat memanfaatkan dan menggunakan segala potensi fisik dan non fisik gampong secara maksimal. Kehidupan gampong swasembada sudah mirip kota yang modern dengan pekerjaan mata pencarian yang beraneka ragam serta sarana dan prasarana yang cukup lengkap untuk menunjang kehidupan masyarakat pegampongan maju. Dalam upaya peningkatan daya saing daerah salah satu potensi yang perlu dikembangkan adalah melalui peningkatan dan percepatan pertumbuhan status gampong menjadi gampong swasembada. Indikator peningkatan daya saing terkait pertumbuhan gampong swasembada dapat dilihat dari persentase gampong/kelurahan berstatus swasembada terhadap total gampong/kelurahan. Persentase gampong/kelurahan berstatus swasembada terhadap total gampong/kelurahan adalah proporsi jumlah gampong/kelurahan berswasembada terhadap jumlah gampong/ kelurahan.

Tabel II-148

Jumlah Gampong Swasembada Kabupaten Aceh Selatan

No Uraian 2008 2009 2010 2011 2012*

1. Jumlah Gampong/Kelurahan Swadaya - -

2. Jumlah Gampong/Keluarahan Swakarya 99 99

3. Jumlah Gampong/Kelurahan Swasembada 149 149

4. Jumlah Gampong/Kelurahan (1) + (2) + (3) 248 248 248 248 248

5. Persentase Gampong berstatus swasemda dibagi jumlah

Gampong/kelurahan (3)/(4) 60,08 60,08

Dokumen terkait