BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
F. Fekunditas
Fekunditas adalah semua telur yang akan dikeluarkan pada waktu
pemijahan. Dalam biologi perikanan, fekunditas pada ikan diartikan
sebagai jumlah telur ikan betina sebelum dikeluarkan (oviposisi) pada
waktu memijah dengan asumsi bahwa hanya sebagian telur yang tidak
diovulasikan (Effendie, 2002).
Untuk menganalisis fekunditas, ikan yang diamati adalah ikan pirik
betina yang telah matang gonad pada TKG III, IV, dan V. Selanjutnya
kisaran dan rerata berdasarkan waktu pengambilan sampel yang
tertangkap di Sungai Pattunuang dan Sungai Sanrego dapat dilihat pada
Tabel 23 dan 24.
Tabel 23. Kisaran dan rerata fekunditas (butir telur) ikan pirik (Lagusia micracanthus Bleeker, 1860) berdasarkan waktu pengambilan sampel di Sungai Pattunuang, Kabupaten Maros
Waktu pengambilan sampel Kisaran panjang total tubuh (mm) Kisaran bobot tubuh (g) Kisaran fekunditas (butir) Rerata fekunditas (butir) September 53,42 - 105,58 2,999 - 20,158 55 – 3.415 679 ± 590 Oktober 55,21 - 91,93 2,937 - 15,697 78 – 2.933 953 ± 618 November 64,58 - 71,21 5,127 - 7,540 353 – 450 402 ± 69 Desember 0 0 0 0 Januari 0 0 0 0 Februari 0 0 0 0
Tabel 24. Kisaran dan rerata fekunditas (butir telur) ikan pirik (Lagusia micracanthus Bleeker, 1860) berdasarkan waktu pengambilan sampel di Sungai Sanrego, Kabupaten Bone
Waktu pengambilan sampel Kisaran panjang total tubuh (mm) Kisaran bobot tubuh (g) Kisaran fekunditas (butir) Rerata fekunditas (butir) September 60,49 - 103,82 3,876 - 20,048 889 – 3.511 1.802 ± 855 Oktober 71,41 - 84,65 6,091 - 10,829 900 – 3.927 2.215 ± 874 November 61,43 - 96,97 4,253 - 18,467 680 – 4.447 2.744 ± 997 Desember 65,27 - 81,48 4,678 - 9,414 1535 – 2.522 1.916 ± 423 Januari 95,86 - 103,75 17,733 - 20,035 905 – 4.399 2.328 ± 1835 Februari 0 0 0 0
Secara keseluruhan, fekunditas ikan pirik di S. Pattunuang berkisar
55 – 3.415 butir dengan rata-rata 481 butir dan di S. Sanrego berkisar 680 – 4.447 butir dengan rata-rata 2.247 butir. Hasil penghitungan fekunditas tersebut menunjukkan bahwa fekunditas ikan pirik di S. Sanrego lebih
besar dibandingkan dengan fekunditas ikan pirik di S. Pattunuang.
Perbedaan fekunditas dipengaruhi oleh komposisi ukuran ikan yang
tertangkap pada S. Sanrego yang lebih besar dan diduga dipengaruhi oleh
tingkat penangkapan ikan pirik yang intensif di daerah tersebut. Mulyoko
(2010) menyatakan bahwa fekunditas ikan di alam akan bergantung pada
kondisi lingkungannya. Apabila ikan hidup pada kondisi yang banyak
ancaman maka jumlah telur yang dikeluarkan akan semakin banyak.
Fekunditas akan semakin tinggi sebagai bentuk upaya untuk
mempertahankan regenerasi keturunannya.
Berdasarkan Tabel 23, rata-rata fekunditas tertinggi di S.
Pattunuang tercapai pada bulan Oktober dengan 953 butir telur dan
terhadap fekunditas di S. Pattunuang hanya dilakukan pada bulan
September hingga November yang merupakan periode pemijahan ikan
pirik. Sementara itu pada bulan Desember hingga Februari tidak dilakukan
pengamatan fekunditas dikarenakan tidak ditemukan ikan yang matang
gonad pada waktu tersebut. Selanjutnya pada Tabel 24, rata-rata
fekunditas tertinggi di S. Sanrego terjadi pada bulan November dengan
2.744 butir telur dan terendah pada bulan September dengan 1.802 butir
telur. Berbeda dengan di S. Pattunuang, pengamatan terhadap fekunditas
di S. Sanrego hampir dilakukan pada semua waktu pengambilan sampel,
kecuali pada bulan Februari karena tidak ditemukan ikan yang matang
gonad.
Hasil penghitungan fekunditas ikan pirik berdasarkan TKG di S.
Pattunuang dan S. Sanrego selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 25
dan 26.
Tabel 25. Kisaran dan rerata fekunditas (butir telur) ikan pirik (Lagusia micracanthus Bleeker, 1860) berdasarkan tingkat kematangan gonad di Sungai Pattunuang, Kabupaten Maros
Tingkat Kematangan Gonad Kisaran panjang total tubuh (mm) Kisaran panjang total tubuh (mm) Kisaran fekunditas (butir) Rerata fekunditas (butir) III 53,42 - 83,44 3,876 - 20,048 55 – 1.291 381 ± 249 IV 55,40 - 105,58 4,919 - 17,436 131 – 3.415 1.066 ± 725 V 58,88 - 83,97 7,473 - 19,661 353 – 2.230 1.008 ± 489
Tabel 26. Kisaran dan rerata fekunditas (butir telur) ikan pirik (Lagusia micracanthus Bleeker, 1860) berdasarkan tingkat kematangan gonad di Sungai Sanrego, Kabupaten Bone
Tingkat Kematangan Gonad Kisaran panjang total tubuh (mm) Kisaran panjang total tubuh (mm) Kisaran fekunditas (butir) Rerata fekunditas (butir) III 60,49 - 103,82 3,876 - 20,048 680 – 2.655 1.503± 588 IV 66,18 - 95,95 4,919 - 17,436 1219 – 4.447 2.978± 928 V 72,18 - 103,75 7,473 - 19,661 1977 – 3.620 2.571 ± 496
Berdasarkan Tabel 25 dan 26, nilai fekunditas di S. Pattunuang dan
di S. Sanrego cenderung bervariasi pada setiap TKG. Fekunditas ikan
pirik tertinggi di S. Pattunuang berada pada TKG IV dengan 1.060 butir
dan di S. Sanrego pada TKG IV dengan 2.978 butir telur. Rata-rata
fekunditas ikan pirik pada TKG III meningkat pada TKG IV kemudian
menurun pada TKG V.
Ikan air tawar tropis memiliki nilai fekunditas dan ukuran telur yang
cenderung bervariasi (Winemiller et al., 2008). Fekunditas yang
berbeda-beda antarspesies merefleksikan strategi reproduksinya. Bahkan
intraspesies, fekunditas bervariasi sebagai hasil dari perbedaan adaptasi
terhadap lingkungannya. Ikan yang berukuran besar memiliki fekunditas
yang besar. Pada ukuran yang sama, ikan betina dalam kondisi yang baik
menghasilkan fekunditas yang lebih tinggi. Fekunditas ikan yang baru
pertama kali memijah terlihat kecenderungan kualitas dan kuantitas
telurnya masih rendah yang berpengaruh terhadap rekrutmennya bila
dibandingkan dengan induk ikan yang telah berkali-kali memijah dengan
Kondisi ini akan menurun sejalan dengan mulai menurunnya kondisi ikan
yang memengaruhi kualitas dan kuantitas telur yang dihasilkan (ikan yang
tua) (Bagenal, 1957 dalam Siby, 2009).
Berdasarkan fekunditas yang diperoleh pada penelitian ini, ikan
pirik (L.micracanthus) tergolong memiliki fekunditas yang lebih sedikit
dibandingkan dengan beberapa spesies ikan dari famili yang sama
(Terapontidae) yang hidup di perairan tawar seperti pada spesies ikan
yang ditemukan di S. Aliggator, Australia diantaranya A. percoides yang
memiliki fekunditas 800 – 400.000 butir telur dengan rata-rata 125.000 butir telur, H. fuliginosus memiliki fekunditas 200 – 800.000 butir telur, L. unicolor memiliki fekunditas 15.600 – 80.000 butir telur dan S. butleri memiliki fekunditas sebanyak 17.000 – 40.000 butir telur (Bishop et al., 2001). Spesies ikan lainya dari famili Terapontidae yang hidup di Sungai
Mandulog, Australia yaitu Mesoprates cancellatus, bahkan memiliki
fekunditas mencapai 16.800 hingga 2.078.000 butir telur atau dengan
rata-rata fekunditas 1.186.420 butir telur (Openiano et al., 2011).
Sementara itu spesies ikan dari family Terapontidae lainnya, namun
hidup di perairan estuaria juga memiliki fekunditas yang lebih besar
dibandingkan dengan fekunditas ikan pirik. Beberapa spesies tersebut
diantaranya Terapon Jarbua di wilayah estuaria S. Tamshui Taiwan
memiliki fekunditas 37.083 – 480.400 butir telur atau dengan rata-rata fekunditas 145.816 butir telur (Miu et al., 1990), Amniataba caudavittata
fekunditas 310 butir telur (Potter et al., 1994) dan Terapon puta di perairan
Pondichery, India memiliki fekunditas berkisar 20.002 – 123.423 butir telur (Nandikeswari dan Anandan, 2013). Fekunditas terhadap ikan air tawar
endemik dapat dilihat pada Tabel 27.
Tabel 27. Fekunditas beberapa spesies ikan air tawar endemik
Spesies Fekunditas Lokasi Pustaka
Aspius vorax 512 - 239.765 Sungai Euphrates, Syria Saleh et al., 2012
Cairnsichthys rhombosomoides
131 - 737 Danau dan sungai northern Queensland, Australia
Pusey et al., 2001 Chela fasciata 2.669 - 4.437 Sungai Bharathapuzha ,
India
Divipala et al., 2013
Cobitis faridpaki 558 - 2.849 Sungai Siahrud, Iran Sabet et al., 2012
Glossogobius matanensis 20.667 - 178.133 Danau Towuti, Sulawesi Selatan
Sulistiono et al., 2007
Glossolepis incisus 910 - 3.122 Danau Sentani, Jayapura Siby et al., 2009 Marosatherina ladigesi 21 - 170 Sungai Bantimurung,
Sulawesi Selatan
Kariyanti, 2014 Marosatherina ladigesi 20 - 335 Sungai Pattunuang,
Sulawesi Selatan
Kariyanti, 2014 Melanotaenia arfakensis 23 - 967 Sungai Nimba, Manokwari Manangkalagi
et al., 2009 Melanotaenia arfakensis 64 – 1.351 Sungai Aimasi, Manokwari Manangkalagi
et al., 2009
Melanotaenia splendida splendida
370 -1.655 Danau dan sungai northern Queensland, Australia
Pusey et al., 2001
Melanotaenia eachamensis 206 - 2.126 Danau dan sungai northern Queensland, Australia
Pusey et al., 2001
Mystacoleucus padangensis
880 - 4.723 Muara sungai sekitar Danau Singkarak
Patriono et al., 2010
Paratherina sp. 282 - 712 Danau Towuti, Sulawesi Selatan
Samuel, 2008
Paratherina striata 1.244 - 3.358 Danau Towuti, Sulawesi Selatan
Salam, 2012 Puntius denisonii 376 - 1.098 Sungai Chandragiri,
Valapattannam, dan Chaliyar, India
Solomon et al., 2011
Rasbora aprotaenia 647 - 3.512 Sungai, Taman Nasional Gunung Halimun
Dewantoro dan Rachmatika, 2004 Rasbora tawarensis 1.686 - 4.662 Danau Laut Tawar, Aceh Brojo et al., 2001 Schizothorax o’connori 8.228 - 39.343 Sungai Yarlung Tsangpo,
Tibet
Ma et al., 2010 Telmatherina celebensis 297 - 1.265 Danau Matano,
Sulawesi Selatan
Jayadi et.al., 2010 Telmatherina ladigesi 88 - 910 Sungai di Maros, Sulawesi
Selatan
Nasution et al., 2006
Berdasarkan analisis koefisien regresi hubungan antara fekunditas
dan panjang total tubuh, hubungan antara fekunditas dan bobot tubuh,
dan hubungan antara fekunditas dan bobot gonad, terhadap ikan pirik
pada perairan S. Pattunuang dan S. Sanrego (Gambar 17 dan 18), maka
diperoleh hubungan fekunditas dengan panjang total tubuh dan hubungan
fekunditas dengan bobot tubuh yang tidak erat atau lemah (r<0,5). Hal
tersebut menunjukkan bahwa panjang total dan berat tubuh tidak dapat
dijadikan penduga nilai ferkunditas ikan endemik pirik. Hubungan erat
(r>0,5) terjadi pada hubungan antara fekunditas dan berat gonad. Hal
tersebut memberikan arti bahwa semakin berat ovari pada tubuh ikan
maka fekunditas akan bertambah pula. Korelasi yang lemah antara
fekunditas dan panjang total dan antara fekunditas dan bobot tubuh juga
terjadi pada ikan endemik depik (Rasbora tawarensis) di Danau Laut
Tawar, Aceh Tengah (Brojo, 2001), ikan rainbow selebensis (Telmatherina
celebensis) di Danau Towuti (Nasution, 2005), dan ikan pelangi merah (Glossolepis incisus) di Danau Sentani (Siby, 2009). Nikolsky (1963)
menyatakan bahwa hubungan fekunditas individu paling erat
hubungannya dengan berat gonad dibandingkan dengan panjang total
Gambar 17. Hubungan antara fekunditas dan panjang total tubuh (a), antara fekunditas dan bobot tubuh (b), serta antara fekunditas dan berat gonad (c) ikan pirik (Lagusia micracanthus Bleeker, 1860) di Sungai Pattunuang, Kabupaten Maros
Gambar 18. Hubungan antara fekunditas dan panjang total tubuh (a), antara fekunditas dan bobot tubuh (b), serta antara fekunditas dan berat gonad (c) ikan pirik (Lagusia micracanthus Bleeker, 1860) di Sungai Sanrego, Kabupaten Bone