• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

E. Feminisme

Teori feminisme merupakan sebuah teori yang sering menjadi dasar pemikiran tetang kesetaraan gender, alangkah baiknya jika mengetahu teori feminisme lebih dalam. Feminisme merupakan sebuah kata yang berasal dari bahasa latin femina atau perempuan (TIM PSGK STAIN SALATIGA, 2012:214). Gerakan feminisme ini didasari oleh ketimpangan antara perempuan dan laki-laki di masyarakat. Menurut Bashin dan Khan dalam Muslikhati (2004:17) mengatakan bahwasanya sulit untuk memberikan definisi feminisme yang dapat diterima oleh atau diterapkan kepada semua feminis disemua tempat dan waktu, karena definisi feminisme berubah-ubah sesuai dengan perbedaan realitas sosio-kultural yang melatarbelakangi kelahirannya serta perbedaan tingkat kesadaran, persepsi, serta tindakan yang dilakukan feminis itu sendiri.

Menurut Lerner mendefinisikan istilah feminisme adalah sebuah doktrin yang menyokong hak-hak sosial dan politik yang setara bagi perempuan; menyusun suatu deklarasi perempuan sebagai sebuah kelompok dan sejumlah teori yang telah diciptakan oleh perempuan; kepercayaan tentang perlunya perubahan sosial yang luas yang berfungsi untuk meningkatkan daya perempuan. Lerner juga menyatakan bahwa feminisme dapat mencakup baik gerakan hak-hak perempuan maupun emansipasi perempuan (TIM PSGK STAIN SALATIGA, 2012:215).

Melalui gerakan feminisme, kaum wanita menolak segala sesuatu yang mendiskriminasikan dan merendahkan. Baik dalam bidang politik, sosial, dan

ekonomi. Gerakan ini muncul dalam berbagai klasifikasi yang dapat kita lihat pada gambar berikut:

Gambar 2.7

Klasifikasi teori feminisme (TIM PSGK STAIN SALATIGA, 2012:223).

1. Feminisme Liberal

Teori ini berpendapat bahwa tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Oleh karena itu, laki-laki dan perempuan memiliki hak yang sama. Feminisme liberal melandaskan ide fundamentalnya pada pemikiran bahwa manusia bersifat otonomi dan diarahkan oleh penalaran yang menjadikan manusia mengerti akan prinsip-prinsip moralitas dan kebebasan individu (TIM PSGK STAIN SALATIGA, 2012:225). Oleh sebab itu, tidak ada suatu kelompok jenis kelamin yang lebih menonjol. Sumber masalah yang sering dialami oleh perempuan timbul karena adanya hambatan dari budaya atau adat dan hukum yang menghalangi perempuan untuk tampil di publik. Perempuan dalam feminisme liberal memperjuangkan perlakuan yang sepenuhnya sama dengan laki-laki,

Feminisme Gelombang Awal 1. Feminsme Liberal 2. Feminisme Radikal 3.Feminisme Marxis/Sosialis Gelombang Kedua 1. Feminisme Eksistensial 2. Feminisme Gynosentris Gelombang Ketiga

1. Feminisme Post Modern 2. Feminisme Multikultural

3. Feminisme Global 4. Feminisme ekofeminisme

telah ada, serta bekerja sama dengan laki-laki. Inti dari ajaran feminisme meliputi: a) Memfokuskan pada perlakuan yang sama terhadap wanita. b) Memperluas kesempatan dalam pendidikan. c) Kesetaraan politik antara laki-laki dan perempuan.

2. Feminisme Radikal

Teori ini lebih memfokuskan pada keberadaan institusi keluarga dan sistem patriarki. Keluarga dianggap sebagai institusi yang melegalkan laki- laki sebagai pihak yang berkuasa. Lembaga perkawinan adalah lembaga formalisasi untuk menindas perempuan, sehingga tugas utama feminis radikal adalah untuk menolak institusi keluarga (Muslikhati, 2004:35). Bagi feminisme radikal, dasar penindasan terhadap permpuan adalah dominasi laki-laki (patriarki), dimana penguasaan fisik perempuan oleh laki-laki merupakan bentuk dasar penindasan. Berdasarkan hal tersebut, feminisme radikal berpandangan bahwa perempuan berhak untuk memutuskan segala sesuatu yang bekaitan dengan tubuh mereka. Tidak hanya itu, feminisme radikal menganggap bahwa patriarki yang menjadikan laki-laki lebih dominan dari pada perempuan mengakibatkan kekerasan terhadap perempuan, pemerkosaan, kekerasan dalam rumah tangga, pornografi, pelecehan seksual, menjadi terlihat alami dan layak. 3. Feminisme Marxis/Sosialis

Teori Marxis/Sosialis bersumber pada penindasan perempuan yang berasal dari eksploitasi kelas. Perbedaan kelas dapat menimbulkan ketimpangan

antara laki-laki dan perempuan. Feminisme Marxis berpendapat bahwa sistem kelas bertanggung jawab terhadap diskriminasi fungsi dan status. 4. Feminisme Eksistensial

Feminisme eksistensial merupakan pergerakan yang bertujuaan untuk menyadarkan perempuan untuk dapat menentukan jati diri mereka. Teori ini menganggap penindasan yang terjadi terhadap perempuan diakibatkan oleh beban reproduksinya, sehinnga perempuan tidak memiliki kesempatan untuk menawar kedudukannya. Akibatnya adalah perempuan sulit mengembangkan eksistensi diri. Eksistensi perempuan menjadi terkekang dan hilang karena dibatasi oleh laki-laki.

5. Feminisme Gynosentris

Feminisme gynosentris yaitu feminisme yang memandang ketertindasan perempuan dari perbedaan fisik antara laki-laki dan perempuan, yang menyebabkan perempuan lebih inferior dibandingkan laki-laki. Teori ini beranggapan bahwa perempuan harus kuat dan menumbuhkan pengetahuan sehinggaakan membekali mereka untuk melawan control patriarkhial, baik secara fisik maupun kejiwaan.

6. Feminisme Post Modern

Feminisme post modern pada dasarnya sama dengan teori feminisme yang lain, yakni perempuan merupakan kelompok yang termarjinalkan. Teori post modern berfokus pada teks yang mana realitas dipandang sebagai text/intertextual baik berupa lisan, tulisan, maupun imaji (gambar). Dominasi laki-laki dan cara berpikirnya dihasilkan oleh bahasa. Mereka

beranggapan bahwa setiap masyarakat diatur oleh serangkaian tanda, peranan, dan ritual. Marjinalisasi terhadap perempuan terjadi karena budaya yang dibangun oleh bahasa laki-laki.

7. Feminisme Multikultural

Feminisme multikultural melihat ketertindasan perempuan sebagai satu definisi dan tidak melihat ketertindasan terjadi di kelas dan ras, preferensi sosial, umur, agama, pendidikan, kesehatan, dan sebagainya.

8. Feminisme Global

Feminisme global menekankan ketertindasan dalam konteks perdebatan antara feminisme di dunia yang sudah maju dan di dunia yang sedang bekembang.

9. Feminisme Ekofeminisme

Teori ekofeminisme merupakan teori yang berupaya untuk menjelaskan hubungan antara perempuan dan alam. Munculnya teori ini karena ketidak puasan akan arah perkembangan ekologi dunia yang semakin bobrok. Menurut teori ini, apa yang terjadi setelah perempuan memasuki dunia maskulin yang didominasi oleh laki-laki adalah tidak menonjolnya lagi feminisnya. Akibat yang timbul adalah terjadi adalah male clone (tiruan laki-laki). Memudarnya kualitas feminisme (cinta, pengasuhan, dan pemeliharaan) dalam masyarakat adalah rusaknya alam, menurunya solidaritas sosial, dan semakin banyaknya perempuan yang menelantarkan anak-anaknya.

Dokumen terkait