• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

9) Feri

Peneliti dapat melihat bahwa Feri adalah anak dari Novia yang memiliki karakter yang menurut kepada ibunya. Dengan bukti dengan dialog sebagai berikut:

Penurut

“Feri ingin lihat ikan, mam” (Hal. 22) “saya mam” (Hal. 23)

Berdasarkan kutipan di atas dapat terlihat bahwa Feri memiliki frekuensi karakter penurut. Peneliti melihat dari kutipan yang diperankan oleh Feri dalam naskah drama.

c. Tema

Menurut peneliti tema adalah rumusan dari berbagai peristiwa, penokohan, dan latar yang memiliki inti permasalahan yang hendak dikemukakan oleh pengarang dalam sebuah karyanya. Oleh sebab itu tema merupakan hasil konklusi dari berbagai peristiwa yang terkait dengan penokohan dan latar. Tema yang terdapat pada drama “Pada Suatu Hari” adalah dinamika cinta keluarga pada masa tua Kakek dan Nenek. Peneliti menemukan tema itu karena dalam drama “Pada Suatu Hari” terjadi pasang surut dalam sebuah hubungan keluarga Kakek dan Nenek. Peneliti adanya nostalgia antara Kakek dan Nenek. Peneliti melihat adanya cemburu yang dirasakan oleh Nenek, kemarahan yang dialami Nenek dan

Kakek. Peneliti melihat adanya kemarahan yang dialami Nenek dan Kakek dan pada akhirnya peneliti melihat keduanya kembali saling memaafkan dan berbahagia. Peneliti menjabarkan dinamika cinta keluarga pada masa tua Kakek dan Nenek sebagai berikut.

Nostalgia yang dirasakan oleh Kakek dan Nenek di masa tua nya

sungguh membawa rasa yang mengesankan dan bahagia. Di usia pernikahan yang ke-50. Kakek dan Nenek mengingat pada masa muda dahulu ketika mereka saling berkenalan. Peneliti memberikan bukti dialog sebagai berikut.

Kakek : “Sekarang kau nyanyi.”

Nenek : “(Menggeleng sambil tersenyum manja).”

Kakek : “Seperti dulu.”

Nenek : “(Menggeleng sambil tersenyum manja).”

Kakek : “Nyanyi seperti dulu.”

Nenek : “(Malu).”

Kakek : “Sejak dulu kau selalu begitu.”

Nenek : “Habis kaupun selalu mengejek setiap kali saya nyanyi.”

Kakek : “Sekarang tidak, sejak sekarang saya tidak akan pernah

mengejek kau lagi.”

Nenek : “Saya tidak mau nyanyi.”

Kakek : “Kapanpun?”

Nenek : “Kapanpun.” (lampiran hal. 2-3)

Berdasarkan kutipan di atas peneliti dapat simpulkan bahwa notalgia yang dirasakan oleh Kakek dan Nenek, yaitu ketika mengingat masa mudanya ketika mereka saling mengenal. Kakek dan Nenek duduk berdua seperti sepasang suami istri yang baru saja.

Di tengah-tengah nostalgia yang dirasakan oleh Kakek dan Nenek ketika masih muda dulu tiba-tiba datanglah tamu yang membuat Nenek menjadi cemburu. Cemburu yang dirasakan oleh Nenek karena kedatangan Nyonya Wenas mantan kekasih dari Kakek. Nenek berpikir kalau Kakek masih ada rasa terhadap nyonya Wenas. Peneliti akan memberikan bukti dialog sebagai berikut:

Dialog pertama.

Pesuruh : “Ada tamu, nyonya besar.”

Nenek : “Siapa?”

Pesuruh : “Nyonya Wenas. Nyonya.”

Nenek : “(Melirik pada Kakek) nyonya janda itu? (kepada

Sebentar saya ke depan.”

Nenek : “Kau surati dia?”

Kakek : “Tidak.”

Nenek : “Kau bohong. Bagaimana dia bisa tahu tentang pesta

kita?”

Kakek : “Saya tidak tahu.”

Nenek : “Kau bohong (exit) demam saya mulai kambuh.”

(lampiran hal. 6) Dialog kedua

Nenek : “(Berseru) Joni.!”

Pesuruh : “Ya, Nyonya.”

Nenek : “Bawa minuman ini ke dalam.” (lampiran hal. 9)

(pesuruh membawa mimuman tadi ke dalam)

Terlihat di sini Nenek tidak suka kalau nyonya Wenas diberikan minum kesukaannya yaitu es susu.

Dialog ketiga

Janda : “Tua dan tidak tua tetap saja sama, kaktus, misalnya.”

Nenek : “Ya, kaktus memang tetap kaktus kaku dan berduri

kapanpun.”

Kakek : “Saya jadi ingat Old Shatterhand dengan Winnetou,

bagaimana keduanya merangkak di atas padang rumput sambil membaui udara yang mengantarkan bau musuh, atau bagaimana mereka mendengar bentak-bentakan kaki kuda musuh dari jarak ber-mil-mil. Kaktus-kaktus liar banyak bertumbuhan di Amerika.

Janda : “Indahnya.”

Nenek : “Apa tidak kemeriahan flamboyant, yang mampu

menciptakan jalan selalu diliputi senja?”

Kakek : “Saya kira lebih indah, juga lebih bermanfaat. Kita

Bahkan biasa berteduh di bawah cahaya kuning merahnya.”

Janda : “Tapi flamboyant saya kira terlalu mewah dan kurang

sederhana.”

Nenek : “Kaktus memang selalu kesepian.”

Janda : “Memang ia kurang dihiraukan orang.”

Nenek : “Lantaran berbahaya.” (lampiran hal. 13-14)

Terlihat di sini Nenek yang tidak suka akan tanaman kaktus membuat Nenek menjadi cemburu karena Kakek memiliki tanaman kaktus tersebut.

Kecemburuan Nenek yang berlarut-larut kepada nyonya Wenas membuat dirinya menjadi marah terhadap Kakek karena sikapnya kepada nyonya Wenas. Kakek yang bertingkah laku yang berlebih di depa nyonya Wenas membuat Nenek menjadi marah. Peneliti akan memberikan bukti dialog sebagai berikut:

Kakek : “Kenapa kau diam begitu?”

Kakek : “Kenapa kau begitu diam?”

Nenek : “Kau juga begitu.”

Kakek : “Kenapa?”

Nenek : “Kau juga kenapa?”

Kakek : “Sayang, adalah tidak baik kita bubuhi pesta emas

Dengan kata-kata seru.”

Nenek : “Kau sendiri yang membubuhinya. Kau rusak bunga

bunga pesta kita dengan kaktus-kaktus pacar kau.” (lampiran hal. 15)

Berdasarkan kutipan di atas peneliti dapat simpulkan bahwa kemarahan yang dirasakan oleh Nenek, yaitu ketika Nenek mendiami Kakek cukup lama karena tingkah lakunya terhadap Nyonya Wenas yang berlebihan.

Pada akhirnya kemarahan Nenek yang besar menjadi luluh ketika kedatangan anak-anaknya. Dan ahkirnya Nenek tidak jadi bercerai kepada Kakek karena dia harus mencontohi anak-anaknya dalam huungan berkeluarga dengan baik dan hidup dengan bahagia. Peneliti akan memberikan bukti dialog sebagai berikut:

Nenek : “Fikirkan baik-baik, sayangku. Singkirkan

Kegelapan yang dibenihkan setan cemburu.”

Kakek : “Apa kira surat talak itu cek?”

Nenek : “Tuhanku, limpahilah anak saya dengan cahaya kasih

Mu. Novia, tidakkah kau bisa menimba pelajaran dari pengalaman-pengalaman ibu dan ayahmu?”

Kakek : “Ayah dan Ibumu berumah tangga selama setengah abad,

tanpa sedikitpun membiarkan setan talak bertelur dalam kamar tidurnya, bahkan tidak dalam dapurnya.”

Nenek : “Kami bagaikan Adam dan Hawa.”

(lampiran hal. 30-31)

Keluarga Kakek dan Nenek yang mengalami pasang surut dalam hubungan percinta dapat menyelesaikan masalah dengan baik dan berahkir bahagia tanpa ada perceraian di dalam keluarga tersebut.

Dokumen terkait