• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis struktur dan tekstur naskah drama "Pada Suatu Hari" Karya Arifin C. Noer

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis struktur dan tekstur naskah drama "Pada Suatu Hari" Karya Arifin C. Noer"

Copied!
175
0
0

Teks penuh

(1)PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ANALISIS STRUKTUR DAN TEKSTUR NASKAH DRAMA “PADA SUATU HARI” KARYA ARIFIN C. NOER SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia. Oleh: Yohanes Prima Pramudya NIM: 131224004 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2018. i.

(2) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ii.

(3) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. iii.

(4) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. HALAMAN PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk: a. Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang yang telah memberikan kesehatan. Tuhan Yesus pahlawan terhebat dan terbaik dalam hidupku. b. Ibuku tercinta Yenny Sadyaningsih, Bapakku Benidiktus Kusmayadi dan adikku tersayang Yakobus Andi Bagaskara. Terima kasih atas doa, motivasi, semangat, cinta, kasih sayang dan pengorbanan yang telah diberikan. c. Kepada diriku sendiri Yohanes Prima Pramudya, jangan puas diri hanya sampai di sini, terus kejar mimpi dan cita-cita itu. Jangan menyerah! Tetap semangat! d. Bapak Drs. P. Hariyanto, M.Pd. dosen pembimbing pertama terima kasih atas segala bantuan, bimbingan, dan motivasi yang diberikan. e. Romo Drs. J. Prapta Diharja, S.J., M.Hum. dosen pembimbing kedua terima kasih atas segala bantuan, bimbingan, dan motivasi yang diberikan.. iv.

(5) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. MOTO 1. Rancangan Tuhan, memang bukan yang termudah tetapi pasti yang terbaik, percayalah! 2. Tuhan tahu batas kekuatan kita. Jangan resah, percayalah! Karena dibalik kelemahan kita lah, kuasa Tuhan bekerja dengan luar biasa! 3. Jangan lupa untuk bersyukur, karena Tuhan tak pernah lupa untuk memberkati kita! 4. Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu (1 Korintus 10: 13). 5. Kita harusnya berterima kasih pada masalah, sebab ialah yang memaksa kita tuk menjadi pribadi yang lebih berkualitas. 6. Kita boleh saja kalah, asal bukan karena menyerah.. v.

(6) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. vi.

(7) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. vii.

(8) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ABSTRAK Pramudya, Yohanes Prima. 2018. “Struktur dan Tekstur Naskah Drama ‘Pada Suatu Hari’ Karya Arifin C.Noer”. Skripsi: Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan . Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.. Peneliti menganalisis struktur dan tekstur naskah drama “Pada Suatu Hari” karya Arifin C. Noer. Unsur struktur dan tekstur naskah drama “Pada Suatu Hari” karya Arifin C. Noer meliputi tema, alur, karakter, dialog, mood, dan spectacle. Tujuan penelitian ini adalah Mendeskripsikan struktur dan tekstur naskah drama ‘Pada Suatu Hari’ karya Arifin C. Noer. Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan, metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif, dan teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah teknik baca dan teknik catat. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kepustakaan atau studi pustaka karena penelitian ini mengkaji objek berupa bahan-bahan tertulis yaitu struktur dan tekstur drama. Metode deskriptif kualitatif digunakan untuk menganalisis struktur dan tekstur. Teknik baca dan catat digunakan untuk menemukan dan menguraikan struktur dan tekstur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam drama “Pada Suatu Hari” karya Arifin C. Noer terdapat sebilan tokoh yaitu Kakek karakter bijak, penyayang, dan tidak jujur; Nenek karakter penyayang, pencemburu, dan bijak; Pesuruh karakter jujur, amanah, lalai; Sopir karakter jujur dan amanah; janda karakter centil; Novia karakter cemburu dan egois; Nita karakter bijak; Meli karakter penurut; dan Feri karakter penurut. Alur dalam drama ini meliputi tujuh tahapan, yaitu eksposisi, rangsangan, gawatan, konflik, komplikasi, klimaks, dan penyelesaian. Tema drama ini adalah cinta dalam keluarga. Drama “Pada Suatu Hari” berupa dialog yang diperankan beberapa tokoh. Suasana atau mood drama ini adalah bahagia, resah, mencengkram, dan bahagia. Spectacle drama ini meliputi pembabakan, tata kostum, tata rias, dan perlengkapan. Kata kunci: drama, struktur, tekstur, pada suatu hari. viii.

(9) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ABSTRACT. Pramudya, Yohanes Prima. 2018. Structures and Textures of Drama Script on ‘Pada Suatu Hari’ based on Arifin C. Noer’s Work. Thesis. Yogyakarta: Indonesian Language and Literature Study Program, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University. In this research, the researcher analyzed the structures and textures of a drama script based on Arifin C. Noer’s work, ‘Pada Suatu Hari’. There are some structures and textures that are interesting to be analyzed in the script, such as the theme, plots, characters, dialogues, moods, and spectacles. The aim of this study is to describe the structures and textures based on ‘Pada Suatu Hari’ script written by Arifin C. Noer. The type of this research used library study. The researcher used descriptive qualitative method and there were two techniques used to collect the data by reading and recording technique. Besides, the type of this research was library study because the researcher analyzed the written components in the script, such as the structures and textures of the drama script. In addition, descriptive qualitative method was used to analyze the structures and textures in the script. Furthermore, reading and recording technique were also used to find and elaborate the structures and textures. The result showed that there were nine characters in the script written by Arifin C. Noer, ‘Pada Suatu Hari’, they were grandpa and grandpa who were wise, lover, but dishonest and jealous; household assistant who was honest, careless, and trusted; driver who was honest and trusted; widow who was coquettish; Novia who was jealousy and egoistic; Nita was wise; Meli and Fere who were obedient . Then, the plots in the script covered seven steps, those were exposition, excitement, crisis, conflict, complication, climax, and resolution. Moreover, the theme of this drama was about the dynamics love in the family. The drama script ‘Pada Suatu Hari’ was filled fully by dialogues from the characters who carried their moods to show the happiness and restless. Thus, there were some spectacles in this script, such as action, costume, makeup, and equipment. Keywords: drama, structure, texture, Pada Suatu Hari. ix.

(10) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. x.

(11) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. xi.

(12) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.................................................................................. i. HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING....................................... ii. HALAMAN PENGESAHAN.................................................................... iii. HALAMAN PERSEMBAHAN................................................................. iv. MOTO......................................................................................................... v. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA.................................................... vi. PERSETUJUAN PUBLIKASI................................................................... vii. ABSTRAK.................................................................................................. viii ABSTRACT.................................................................................................. ix KATA PENGANTAR................................................................................ x DAFTAR ISI............................................................................................... xii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah..................................................................... 1 B. Rumusan Masalah............................................................................... 3 C. Tujuan Penelitian................................................................................. 3 D. Manfaat Penelitian............................................................................... 3 E. Batasan Istilah...................................................................................... 4 F. Sistematika Penyajian.......................................................................... 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan....................................................................... 9 B. Kajian Teori......................................................................................... 10 1. Pengertian Drama............................................................................ 10 2. Struktur dan Tekstur Naskah Drama............................................... 12 a. Struktur Naskah Drama.............................................................. 12 1) Alur....................................................................................... 13 2) Karakter.................................................................................20 3) Tema..................................................................................... 25 b. Tekstur Naskah Drama............................................................... 28 1) Dialog.................................................................................... 29 2) Spectacle................................................................................ 30 3) Mood...................................................................................... 30. xii.

(13) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian................................................................................... B. Metode Penelitian............................................................................... C. Data dan Sumber Data..................................................................... D. Teknik Pengumpulan Data............................................................... E. Teknik Analisis Data........................................................................ F. Triangulasi Data................................................................................. 32 32 33 33 34 34. BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Hasil Penelitian...................................................................... 38 1. Struktur Naskah Drama................................................................... 38 a. Alur............................................................................................. 38 1) Awal....................................................................................... 39 a) Eksposisi............................................................................ 39 b) Rangsangan....................................................................... 41 c) Gawatan........................................................................... 41 2) Tengah................................................................................... 42 a) Konflik.............................................................................. 43 b) Komplikasi........................................................................ 44 c) Klimaks............................................................................. 45 3) Akhir...................................................................................... 47 a) Penyelesaian...................................................................... 47 b. Karakter..................................................................................... 49 1) Nenek.................................................................................... 49 2) Kakek.................................................................................... 50 3) Pesuruh.................................................................................. 51 4) Janda, Nyonya Wenas........................................................... 51 5) Arba, Sopir............................................................................ 52 6) Novia..................................................................................... 52 7) Nita........................................................................................ 53 8) Meli........................................................................................ 53 9) Feri......................................................................................... 54 c. Tema......................................................................................... 54 2. Tekstur Naskah Drama................................................................... 58 a. Dialog........................................................................................ 58 b. Spectacle.................................................................................... 64 1) Pembabakan.......................................................................... 65 2) Tata Kostum.......................................................................... 71 3) Tata Rias................................................................................ 73 4) Perlengkapan.......................................................................... 73 c. Mood........................................................................................... 74 B. Pembahasan......................................................................................... 77 1. Struktur Naskah Drama................................................................... 77 2. Tekstur Naskah Drama.................................................................... 79. xiii.

(14) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB V PENUTUP A. Simpulan............................................................................................ 82 B. Saran.................................................................................................. 85 Daftar Pustaka............................................................................................... 86 Biodata Penulis.............................................................................................. 88 Lampiran Triangulasi..................................................................................... 90 Lampiran Surat Triangulasi………………………………………………... 109 Lampiran Hasil Triangulasi........................................................................... 110 Lampiran Naskah Drama............................................................................... 129. xiv.

(15) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR GRAFIK...................................................................................... 20. xv.

(16) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini mahasiswa dari pendidikan bahasa sastra Indonesia banyak yang tidak tertarik mengambil tema tugas akhir mereka berkaitan dengan drama. Jika ada mahasiswa yang mengambil topik skripsi tentang drama, penelitiannya tidak selalu dilakukan secara tuntas dan terperinci. Di sini maksud dari tidak selalu dilakukan secara tuntas dan terperinci yaitu mahasiswa menganalisis drama tidak secara detail di mana banyak dari mereka yang masih menganalisis secara garis besarnya saja. Skripsi-skripsi yang sudah ada, berkaitan dengan drama hanya menganalisis struktur drama saja dan mengabaikan tekstur drama. Padahal tekstur drama juga penting dalam menganalisis drama. Sehubungan dengan hal di atas peneliti tertarik untuk meneliti drama secara utuh, yaitu struktur dan tekstur. Naskah drama dibangun oleh struktur dan tekstur yang menjadi satu kesatuan yang utuh. Unsur-unsur struktur yang membangun naskah ini terdiri dari tokoh dan penokohan, alur, dan tema serta dari tekstur naskah drama yang membangun naskah ini terdiri dari dialog, mood, dan spectacle. Maka untuk itu dalam penelitian ini unsur penyusun karya sastra yang akan diteliti adalah struktur dan tekstur dari naskah drama. Peneliti melihat belum ada yang meneliti judul skripsi tentang struktur dan tekstur di Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia di kampus Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini menjadi hal yang baru program studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia. 1.

(17) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2. Drama mempunyai karakteristik khusus dan keunikan tersendiri. Drama menegaskan keunikannya dengan pementasan di atas panggung. Drama memiliki dua dimensi yang dapat dinikmati dan diapresiasikan. Dimensi pertama adalah dimensi sastra. Dimensi ini terbentuk ketika sebuah drama dipandang dan dikaji dari segi teks drama itu sendiri. Dimensi kedua adalah dimensi pertunjukan, yakni ketika sebuah teks drama direalisasikan dalam bentuk pementasan di atas panggung Hassanuddin (2010: 8). Dalam penelitian ini Peneliti lebih cenderung mengambil drama dari segi naskah untuk dianalisis. Peneliti mengambil naskah drama untuk diteliti karena, peneliti ingin menganalisis dari segi penulisan naskah dramanya bukan dari pementasannya. Dalam penelitian ini penulis mengambil naskah drama Pada Suatu Hari yang ditulis oleh Arifin C Noor untuk dianalisis. . Peneliti melihat adanya nilai yang terkandung dalam naskah drama Pada Suatu Hari. Peneliti melihat kebiasan dan perilaku manusia dalam kehidupan berumah tangga yang selalu mendapatkan masalah di dalamnya entah itu masalah kecil atau sepele atau masalah besar. Naskah ini bercerita tentang bagaimana menyikapi banyaknya sebuah kata perceraian yang terjadi dewasa ini yang didasari oleh perasaan cemburu. Peneliti dapat melihat bahwa naskah drama ini terkandung nilai,. yaitu. perceraian bukan jalan yang paling suci untuk menyelesaikan sebuah masalah yang terjadi dalam keluarga. Nilai-nilai dalam naskah drama tersebut dipandang baik dan layak diteliti dalam kehidupan saat ini, karena naskah ini sudah pernah dipentaskan. Naskah drama Pada Suatu Hari pertama kali dipentaskan pada tanggal 06 Agustus tahun 2010 oleh sekelompok teater yang dinamakan Teater.

(18) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3. Kecil Jakarta. Pada tahun 2014 Teater Tjerobong Paberik (Teater Tjerobong Paberik: 2014) berkolaborasi dengan beberapa kelompok teater mementaskan naskah drama yang berjudul Pada Suatu Hari. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan berkaitan dengan struktur dan tektur naskah drama, agar pengkajian ini lebih baik dan terarah, penulis merumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut. Bagaimana struktur dan tekstur naskah drama Pada Suatu Hari karya Arifin C. Noer? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, peneliti merumuskan tujuan dari penelitian ini sebagai berikut. Mendeskripsikan struktur dan tekstur naskah drama Pada Suatu Hari karya Arifin C. Noer D. Manfaat Penelitian Penelitian yang berjudul Analisis struktur dan tekstur Naskah drama Pada Suatu Hari Karya Arifin C. Noer memiliki manfaat secara teoretis dan praktis sebagai berikut; 1. Teoretis Sebagai sumber informasi mengenai struktur dan tekstur naskah drama Pada Suatu Hari karya Arifin C. Noer dan sebagai referensi untuk melakukan penelitian serupa..

(19) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4. 2. Praktis Bisa menjadikan struktur dan tekstur dalam naskah drama ini sebagai sarana untuk mengapresiasi sebuah karya sastra. E. Batasan Istilah Batasan istilah yang peneliti ambil dari teori drama, struktur, alur, karakter, tema, tekstur, dialog, spectacle, dan mood. Teori drama yang peneliti ambil dari teori Waluyo. Teori struktur yang peneliti ambil ambil dari teori Harymawan. Teori alur yang peneliti ambil ambil dari teori Sudjiman. Teori karakter yang peneliti ambil ambil dari teori Harymawan. Teori tema yang peneliti ambil ambil dari teori Dewojati. Teori tekstur yang peneliti ambil ambil dari teori Dewojati. Teori dialog yang peneliti ambil ambil dari teori Dewojati. Teori spectacle yang peneliti ambil ambil dari teori Dewojati. Teori mood yang peneliti ambil dari teori Dewojati 1. Drama Waluyo (2003: 2) menyatakan bahwa drama memiliki arti luas apabila ditinjau dari genre sastra atau cabang kesenian sendiri, yaitu drama naskah dan pentas. Menurut Harymawan (1988: 1) mengatakan drama adalah kualitas komunikasi, situasi, action (segala apa yang terlihat dalam pentas) yang menimbulkan perhatian, kehebatan (exciting), dan ketegangan pada pendengar/penonton. 2. Struktur Naskah Drama Struktur merupakan mekanisme antarhubungan unsur yang satu dengan unsur yang lain. Dalam hal ini struktur terdiri atas tiga bagian, yaitu alur, karakter, dan tema (premise) Harymawan (1984: 26-29). Secara etimologis, kata struktur.

(20) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5. berasal dari bahasa latin yaitu structura, yang berarti bentuk atau bangunan. Struktur merupakan mekanisme antarhubungan unsur yang satu dengan unsur yang lainnya. 3. Tema Kernodle (dalam Dewojati, 2010: 173) mengungkapkan bahwa tema bisa secara implisit didapatkan pada karakter dan latar maupun kekayaan tekstur nonverbal yang dapat diamati di atas panggung. Di samping itu juga berfungsi untuk melayani visi atau responsi pengarang terhadap pengalaman dan hubungan totalnya dengan jagat raya menurut Sayuti (dalam Wiyatmi, 2005: 43). 4. Alur Marjorie Boulton (1984: 75 via Sudjiman, 1988: 29) mengatakan alur sebagaimana rangka dalam tubuh manusia yang menyangga tegaknya tubuh manusia. Demikian pula alur di sini bisa dikatakan merupakan kerangka sebuah cerita. Alur adalah rekayasa pencerita yang menandai sebuah fiksi, bukan peristiwa nyata. Dalam alur ada unsur kesengajaan pengarang/pencerita yang merangkai sebuah cerita sehingga cerita itu tersusun secara sistematis. 5. Karakter Karakter merupakan bahan paling aktif yang menggerakkan jalan cerita. Karekter memiliki kepribadian dan watak. Karakter dapat dibagi menjadi tiga dimensi, yaitu fisiologis, sosiologis, dan psikologis (Harymawan, 1988: 25). Menurut Wiyatmi (2006: 50) tokoh dalam drama mengacu pada watak (sifat-sifat pribadi seorang pelaku), sementara aktor atau pelaku mengacu pada peran yang bertindak atau berbicara dalam hubungannya dengan alur peristiwa..

(21) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6. 6. Tekstur Naskah Drama Tekstur berasal dari bahasa latin yang berarti tenunan Kernodle (dalam Dewojati, 1967:355). Ia mencontohkan pada tekstur pakaian. Untuk mengetahui tekstur pakaian, kita harus menyentuhnya, merasakan perbedaan. Pengalaman tersebut hadir melalui indra, sesuatu yang didengar (dialog), sesuatu yang dilihat (spectacle), dan sesuatu yang dirasa lewat pengalaman visual dan aural (suasana) Kernodle (dalam Dewojati, 1967: 345). 7. Dialog Dewojati (2010:176) juga mengemukakan bahwa secara universal, dialog dalam drama berfungsi sebagai wadah bagi pengarang untuk menyampaikan informasi -informasi, menjelaskan fakta, atau ide-ide utama. Dengan kata lain, dialog merupakan wadah bagi penikmat atau penonton untuk menangkap informasi, kejelasan fakta atau ide-ide utama. 8. Mood Peneliti mengambil pengertian dari Dewojati berkaitan dengan pengertian mood. Menurut Kernodle (dalam Dewojati, 2010: 182) terciptanya mood yang ada dalam drama melibatkan banyak unsur. Dengan kata lain, mood akan terbangun apabila ia berhubungan dengan unsur -unsur lain yakni spectacle, dialog, dan irama dalam drama. 9. Spectacle Peneliti mengambil pengertian dari Dewojati berkaitan dengan pengertian spectacle. Spectacle juga dapat pula disebut sebagai aspek-aspek visual sebuah lakon, terutama action fisik para tokoh-tokoh di atas panggung. Kemudian.

(22) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7. spectacle juga dapat mengacu pada pembabakan, tata kostum, tata rias, tata lampu, dan perlengkapan yang lain. Spectacle juga dianggap menjadi salah satu unsur yang sangat menghidupkan dan menjadi bagian penting dalam pementasan drama. Kernodle memberikan ilustrasi betapa pentingnya menghadirkan Machbeth dan Lady Machbeth dalam jubah-jubah indah, duduk di atas tahta yang indah, dengan para hadirin, terompet, panji-panji, saat menandakan kemenangan mereka (Dewojati, 2010: 185). F. Sistematika Penyajian Penelitian ini terdiri dari lima bab. Bab I merupakan bab pendahuluan yang berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan sistematika penyajian. Latar belakang berisi hal-hal yang mendorong peneliti melakukan peneliti ini dan permasalahan yang ditemukan. Rumusan masalah mencakup uraian permasalahan yang dituangkan dalam kalimat tanya. Tujuan penelitian berisi tujuan dilakukannya penelitian yang sejalan dengan rumusan masalah. Manfaat penelitian berisi manfaat atau kegunaan dari hasil penelitian. Definisi istilah digunakan untuk membatasi istilah yang tercantum agar tidak terlalu melebar. Sistematika penyajian berisi alur agar tercipta kesistematisan dalam penyajian. Bab II berisi landasan teori yang berisi penelitian yang relevan dan kajiankajian teori. Penelitian yang relevan ini menunjukkan posisi tulisan sehingga tidak dimungkinkan pengulangan tulisan karya ilmiah dan dapat membahas masalah dengan tajam dan kritis. Kajian teori dalam penelitian ini berisi pengertian drama, struktur naskah drama, dan tekstur naskah drama..

(23) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8. Bab III berisi metodologi penelitian. Pada bab ini meliputi jenis penelitian, metode penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data. Jenis penelitian merupakan pengkategorian menurut data yang diperoleh. Data adalah bahan yang dapat dijadikan bahan kajian. Sumber data merupakan subjek dari mana data diperoleh. Teknik pengumpulan data adalah langkah-langkah untuk mendapatkan data. Teknik analisis data merupakan langkah untuk menganalisis data utama. Bab IV berisi hasil penelitian dan pembahasan. Bab ini adalah inti dari sebuah karya ilmiah. Pada bagian ini, masalah yang telah dirumuskan pada bagian latar belakang dan rumusan masalah dibahas dan dibedah sesuai teori yang digunakan. Bab V merupakan bab penutup. Bab ini berisi kesimpulan dan saran bagi peneliti selanjutnya. Kesimpulan berisi pokok-pokok penting dari hasil pembahasan dan berkaitan dengan rumusan masalah. Saran merupakan imbauan kepada peneliti selanjutnya jika ingin melakukan yang sama..

(24) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan Tinjauan terhadap Penelitian yang relevan ini bertunjuan untuk melihat perbedaan dan membandingkan penelitian ini dengan penelitian yang terdahulu. Penelitian yang pertama, peneliti ini dari Hidayatulloh (2010) dalam jurnal yang berjudul “Struktur dan Tekstur Drama Kabale Und Liebe Karya Friedrich Schiller”. Adapun tujuan dari jurnal tersebut adalah, membahas struktur dan tekstur drama dalam naskah drama Kabale Und Liebe karya Friedrich Schiller. Hasil penelitian dari Hidayatulloh adalah mendeskripsikan struktur dan tekstur naskah drama Kabale Und Liebe karya Friedrich Schiller. Penelitian yang kedua, dilakukan oleh Zulkarnain (2014) dalam skripsi yang berjudul ” Struktur dan Tekstur Lakon eMBeRR yang Dibawakan Oleh Ludruk Paguyuban Peminat Seni Tradisi Kota Malang”. Adapun tujuan dari skripsi tersebut adalah penelitian ini bertujuan ingin mengetahui struktur dan tekstur lakon “eMBeRR” yang dibawakan oleh ludruk PPST Kota Malang. Hasil penelitian dari Zulkarnain adalah mendeskripsikan struktur dan tekstur naskah drama eMBeRR. Penelitian yang ketiga, peneliti ambil dari skripsi Wuryanto (2008) yang judul “Struktur dan Nilai-nilai Pendidikan Dalam Lakon Dewa Ruci Versi KI Anom Suroto dan Kemungkinan Sebagai Bahan Ajar Bagi Siswa SMP”. Adapun tujuan dari skripsi tersebut adalah mencari struktur lakon wayang purwa dengan cerita Dewa Ruci versi Ki Anom Suroto dan menemukan nilai-nilai pendidikan yang 9.

(25) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10. terkandung dalam lakon Dewa Ruci versi Ki Anom Suroto. Hasil penelitian dari Wuryanto adalah mendeskripsikan struktur dan tekstur naskah drama Dewa Ruci. Perbedaan skripsi ini dengan penelitian sebelumnya, yaitu terletak pada naskah drama yang ditulis. Peneliti sebelumnya menganalisis naskah drama yang berjudul, Kabale Und Liebe Karya Friedrich Schiller, eMBeRR, dan Dewa Ruci. Sedangkan peneliti meneliti naskah drama Pada Suatu Hari. Peneliti memiliki perbedaan dalam isi judul naskah yang dianalisis dan memiliki kebaruan dari dari isi analisis yang diteliti. B. Kajian Teori Peneliti menggunakan beberapa teori yaitu, pengertian drama, struktur naskah drama, dan tekstur naskah drama. Peneliti memberikan penjelasan tentang pengertian drama dalam kehidupan sehari. Peneliti menjelaskan apa saja yang terdapat dalam struktur naskah drama. Peneliti memberikan penjelasan tentang pengertian drama dalam kehidupan sehari. Peneliti menjelaskan apa saja yang terdapat dalam tekstur naskah drama. 1. Pengertian Drama Waluyo (2003: 2) menyatakan bahwa drama memiliki arti luas apabila ditinjau dari genre sastra atau cabang kesenian sendiri, yaitu drama naskah dan drama pentas. Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2011: 342) drama memiliki beberapa arti, yaitu (1) komposisi syair atau prosa yang diharapkan dapat menggambarkan kehidupan dan watak melalui tingkah laku (akting) atau dialog yang dipentaskan; (2) cerita atau kisah terutama yang melibatkan konflik atau emosi, yang khusus disusun untuk pertunjukan teater; (3) kejadian yang.

(26) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11. menyedihkan. Budianta, dkk (2002: 95) mengatakan drama merupakan genre sastra di mana penampilan fisiknya memperlihatkan secara verbal adanya percakapan atau dialog di antara para tokoh yang ada. Drama adalah bentuk sastra yang dapat merangsang gairah dan mengasyikkan para pemain dan penonton sehingga sangat digemari masyarakat Rahmanto (1988: 89). Luxemburg (dalam Wiyatmi, 2006: 43) mengatakan yang dimaksud dengan teks-teks drama ialah semua teks yang bersifat dialog dan yang isinya membentangkan sebuah alur. Drama adalah kesenian melukis sifat dan sikap manusia dengan gerak Slametmuljana (dalam Tarigan, 1991: 70). Drama adalah seni yang menggarap lakon-lakon mulai sejak penulisan sampai produksi terakhir Barnhart (dalam Tarigan, 1991: 70). Hornby (dalam Tarigan, 1991: 71) mengatakan drama adalah suatu lakon (komedi, tragedi, dan sebagainya) yang dipentaskan di atas panggung teater. Drama adalah kualitas komunikasi, situasi, action, (segala apa yang terlihat dalam pentas) yang menimbulkan perhatian, kehebatan (exciting), dan ketegangan pada pendengar/penonton (Harymawan, 1988: 1). Menurut peneliti drama adalah sebuah cerita atau kisah terutama yang melibatkan konflik atau emosi dalam bentuk karya sastra yang dapat merangsang gairah dan mengasyikkan para pemain dan penonton sehingga sangat digemari masyarakat. Dari berbagai pendapat di atas peneliti dapat simpulkan bahwa drama adalah sebuah cerita atau kisah terutama yang melibatkan konflik atau emosi dalam bentuk karya sastra yang dapat merangsang gairah dan mengasyikkan para pemain dan penonton sehingga dapat digemari masyarakat..

(27) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12. 2. Struktur dan Tekstur Naskah Drama Struktur dan tekstur merupakan unsur yang membangun dalam naskah drama. Peneliti akan menjelaskan masing-masing berdasarkan bagiannya sendiri-sendiri. Pertama peneliti akan menjelaskan pengertian dan bagian dari struktur naskah drama berdasarkan ahli yang peneliti gunakan. kedua peneliti akan menjelaskan pengertian dan bagian dari tekstur naskah drama berdasarkan ahli yang peneliti gunakan. a. Struktur Naskah Drama Struktur adalah bentuk drama pada waktu pementasan. Struktur terdiri atas alur, karakter, dan tema (premise) (Harymawan, 1984: 26-29). Secara etimologis, kata struktur berasal dari bahasa Latin structura, yang berarti bentuk atau bangunan. Struktur merupakan mekanisme antarhubungan unsur yang satu dengan unsur yang lainnya. Hubungan tersebut tidak semata-mata bersifat positif, seperti keselarasan, kesesuaian, dan kesepahaman, tetapi juga unsur negatif, seperti konflik dan pertentangan. Karena pada dasarnya analisis struktural memiliki fungsi sebagai alat untuk membongkar unsur-unsur tersembunyi dalam suatu karya sastra (Ratna 2004: 91). Dalam hal ini, Kernodle (via Dewojati, 2010: 65) membagi unsur yang menciptakan struktur drama tersebut menjadi tiga yakni plot, karakter dan tema. Drama mendapat intensitas konsentrasi dan kekuatan dari alur. Drama mendapat intensitas konsentrasi dan kekuatan dari alur. Struktur naskah drama itu adalah:.

(28) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13. 1) Alur Seorang dramawan menyusun alur untuk mencapai beberapa tujuan, salah satunya adalah mengungkapkan buah pikirannya. Alur pada dasarnya merupakan deretan peristiwa dalam hubungan logik dan kronologik saling berkaitan dan yang diakibatkan atau dialami oleh para pelaku Luxemburg (dalam Wiyatmi, 2006: 49). Plot atau alur cerita adalah rangkaian peristiwa yang satu sama lain dihubungkan dengan hukum sebab-akibat. Dalam teks drama, alur tidak diceritakan, tetapi akan divisualkan dalam panggung. Dengan demikian, bagian terpenting dari sebuah alur drama adalah dialog dan lakuan (Soemardjono, 1984: 138). Alur tersusun dari peristiwa-peristiwa yang tersaji di atas pentas. Penikmat drama pada umumnya mengejar cerita dari bagian awal, tengah, dan akhir (Kernodle dalam Dewojati, 1967: 345). Di dalam cerita, kegentingan satu ke kegentingan selanjutnya dalam sebuah pola yang berirama, dari tegangan dan istirahat, dipengaruhi oleh pergerakan alur. Alur mengarahkan cerita drama pada klimaks dengan dorongan menarik, kemudian membiarkan berganti dan berdebar di bagian akhir melalui pengalaman pertunjukan yang luar biasa. Kernodle dalam Dewojati (1966: 346) menjelaskan bahwa sebuah drama bukan narasi, tidak hanya dialog atau percakapan, tetapi sebuah interaksi. Tiap pembicaraan dari masingmasing karakter menuntut reaksi dari karakter lain. Dengan demikian penikmat drama menjadi tertarik untuk mengikuti cerita. Mereka ingin sekali melihat sesuatu yang akan terjadi selanjutnya. Eric Bentley menganalogikannya seperti sorang penari striptis yang melepas lapisan persembunyiannya satu persatu (Kernodle dalam Dewojati, 1967: 347)..

(29) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14. Yang dimaksud dengan alur (plot) di sini ialah pertalian sebab-akibat dalam sebuah cerita. Alur memadu rangkaikan cerita atau peristiwa yang terjalin secara saksama yang menggerakkan jalan cerita dari awal (pengenalan), konflik, rumitan, klimaks, dan penyelesaian (denomen) (Hendy, 1988: 6). Dewojati (2010: 167) mengungkapkan bahwa ide Aristoteles tentang plot ini kemudian dikembangkan oleh Kernodle. Ia membagi perkembangan plot menjadi beberapa bagian, yakni exposition (eksposisi), point of attack (titik serangan), inciting force (kekuatan penggerak), complication (komplikasi), build (pertumbuhan), minor climax (klimaks kecil), let down (penurunan), anticipation (antisipasi), forebonding (pratanda), great suspense (ketegangan besar), major crisis (krisis besar), major climax (klimkas besar), conclusion (kesimpulan), dan denouement (kesudahan) Hubungan antara satu peristiwa atau sekelompok peristiwa yang lain disebut alur atau plot. Alur sebagai rangkaian peristiwa-peristiwa atau sekelompok yang saling berhubungan secara kausalitas akan menunjukkan kaitan sebab akibat. Jika hubungan kausalitas peristiwa terputus dengan peristiwa lain maka dapat dikatakan bahwa alur tersebut kurang baik. Alur yang baik adalah alur yang memiliki kausalitas sesama peristiwa yang ada di dalam sebuah teks drama (Hasanuddin, 2015: 109). Karakteristik alur drama, jika ingin membedakannya mungkin dapat dikategorikan dengan istilah alur konvensional dan alur non konvensional. Penyajian alur dalam drama diwujudkan dalam urutan babak dan adegan. Babak adalah bagian terbesar dalam sebuah lakon (Wiyatmi, 2006: 49). Pergantian babak dalam pentas drama ditandai dengan layar yang diturunkan atau.

(30) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15. ditutup, atau lampu panggung dimatikan sejenak. Setelah lampu dinyalakan kembali atau layar dibuka kembali dimulailah babak baru berikutnya. Pergantian babak biasanya menandai pergantian latar, baik latar tempat, ruang, maupun waktu. Adegan adalah bagian dari babak, sebuah adegan hanya menggambarkan satu suasana. Pergantian adegan tidak selalu disertai dengan pergantian latar. Satu babak dapat terdiri atas beberapa adegan. Struktur alur drama, yang oleh Aristoteles (lewat Harymawan dalam Wiyatmi, 2006: 49) disebut sebagai alur dramatik (dramatic plot)dibagi menjadi empat bagian, yaitu: a) Protasis (permulaan) : dijelaskan peran dan motif b) Epitasio (jalinan kejadian). c) Catastasis (klimaks) : peristiwa mencapai titik kulminasi. d) Catastrophe (penutup). Menurut Marjorie Boulton (1984: 75 via Sudjiman, 1988: 29), alur sebagaimana rangka dalam tubuh manusia yang menyangga tegaknya tubuh manusia. Demikian pula alur di sini bisa dikatakan merupakan kerangka sebuah cerita. Alur adalah rekayasa pencerita yang menandai sebuah fiksi, bukan peristiwa nyata. Alurlah yang membedakan antara cerita fiksi dengan fakta nyata; antara fiksi, drama dengan puisi. Dalam alur ada unsur kesengajaan pengarang/pencerita yang merangakai sebuah cerita sehingga cerita itu tersusun secara sistematis. Tentu saja peristiwa dalam alur merupakan hasil seleksi dari peristiwaperistiwa. Tidak semua peristiwa pantas dimasukkan ke dalam alur. Hanya.

(31) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16. peristiwa-peristiwa yang memiliki arti dan makna tertentu dalam membangun cerita yang disajikkannya. Peristiwa yang tidak menunjang tema bisa ditinggalkannya, sebab bisa mengganggu keutuhan cerita. Struktur dinamika alur menurut Sudjiman dan Nurgiantoro dibagi menjadi tiga macam, yaitu awal, tengah, dan akhir; 1) Awal Bagian awal alur ini terdiri dari tiga bagian yaitu, eksposisi, rangsangan, dan gawatan. Eksposisi merupakan tahap pengenalan dari peristiwa yang dicerita. Rangsangan berisi tentang gangguan keharmonisan suasana yang terjadi dalam cerita. Gawatan berisi tentang ketegangan yang terjadi di dalam cerita. a) Eksposisi Situasi yang terdapat dalam eksposisi ini adalah (tempat, waktu, keadaan, para tokoh, hubungan antara tokoh). Eksposisi di sini menyampaikan perkenalan keadaan, peristiwa yang dialami tokoh. Disamping informasi seperlunya bagi pembaca untuk dapat mengikuti jalan cerita selanjutnya, di awal cerita juga diselipkan butir-butir yang memancing rasa ingin tahu pembaca akan kelanjutan cerita. Paparan atau pengenalan ini biasanya menggambarkan situasi yang masih stabil & harmonis, namun terbuka terhadap peristiwa selanjutnya. Pada tahap awal cerita, di samping untuk memperkenalkan situasi latar dan tokoh-tokoh cerita sebagaimana dicontohkan di atas, konflik sedikit demi sedikit. mulai. diumnculkan. Di sini pembaca yang peka akan menangkap awal ketidakstabilan yang tersirat maupun yang tersurat. Ketidakstabilan ini memiliki potensi untuk mengembangkan cerita (Kenney, 1966: 15 dalam Sudjiman, 1988: 32). Mulailah.

(32) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17. terasa adanya rangsangan, yaitu peristiwa yang mengawali timbulnya gawatan di tahap ini. b) Rangsangan Rangsangan merupakan adanya sesuatu yang terjadi, dimulai adanya mengganggu keharmonisan suasana (Sudjiman, 1988: 32). Merangsang seseorang bertanya, apa yang akan terjadi selanjutnya. Mulai rangsangan inilah awal gerak cerita dan alur menjadi dinamis. Awal dari ketidakstabilan. Ketidakstabilan berpotensi untuk mengembangkan cerita Kenney (dalam Sudjiman, 1966: 15). Awal munculnya konflik Nurgiantoro (dalam Sudjiman, 149). Muncul berita yang meresahkan keadaan yang semula laras. Rangsangan sering ditimbulkan oleh masuknya seorang tokoh baru yang berlaku sebagai kealisator (Sudjiman, 1986: 39). Rangsangan dapat pula ditimbulkan oleh hal lain, misalnya oleh datangnya berita yang merusak keadaan yang semula terasa laras. Dalam cerita: Nyonya Wenas mantan kekasih dari Kakek datang ke rumahnya untuk mengucapkan selamat atas pesta yang baru dirayakan oleh Kakek dan Nenek c) Gawatan Gawatan adalah rangsangan yang semakin besar sehingga mulai terjadi ketegangan yang semakin gawat dan makin tegangnya keadaan. Ketika Nyonya Wenas berbicara dengan Kakek dan Nenek tingkah laku Kakek membuat Nenek menjadi kesal dan marah serta menimbulkan rasa cemburu terhadap Nyonya Wenas..

(33) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18. 2) Tengah Bagian tengah alur ini terdiri dari tiga bagian yaitu, konflik, komplikasi, dan klimaks. Konflik merupakan tahap pertentangan dilakukan antara pihak protagonis dan antagonis di dalam cerita. Komplikasi berisi perkembangan dari gejala awal konflik menuju ke klimaks yang terjadi dalam cerita. klimaks berisi puncaknya kehebatan dari komplikasi yang menyebabkan suasana semakin memuncak yang terjadi di dalam cerita. a) Konflik Konflik adalah munculnya unsur-unsur yang mengarah pada mengarah ketidakstabilan dan konflik dari dalam cerita. Pada bagian konflik ini mulai jelas adanya pertentangan antara pihak protagonis dengan antagonis. Bagian ini Nenek yang beda berpendapat dengan Kakek dan Nyonya Wenas membuat Nenek menjadi marah dan cemburu akan sikap Kakek. Menurut Sudjiman (1988: 35) Biasanya diwakili pribadi manusia yang menjadi protagonis. Konflik bisa terjadi antara protagonis dengan tokoh lain, masyarakat, dirinya sendiri, maupun alam. b) Komplikasi Komplikasi (rumitan) merupakan perkembangan dari gejala awal tikaian menuju ke klimaks (Sudjiman, 1988: 35). Situasi ini menjadi semakin rumit, panas dan semakin menegangkan (mengkhawatirkan). Tidak bisa ditentukan siapa yang kalah atau yang menang. Antara protagonis dengan antagonis saling mengalahkan, saling dikalahkan. Bahkan pihak protagonis semakin terpepet atau terpojok hampir kalah. Situasi semacam ini yang membuat pembaca maupun penonton drama, film semakin tegang. Ada kekhawatiran jangan-jangan tokoh.

(34) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19. kesayangannya akan kalah. Nenek yang marah dan cemburu terhadap Kakek semakin memuncak dan Nenek berdiam tidak berbicara dengan Kakek. c) Klimaks Klimaks adalah bagian dari alur drama, fiksi atau sajak kisahan yang melukiskan puncak ketegangan, terutama dipandang dari segi emosional pembaca. Puncak kehebatan dari rumitan yang dialami oleh para tokoh dalam cerita (Sudjiman, 35). Titik tertinggi dari alur, yang menentukan akhir cerita. Nenek yang cemburu kepada Kakek membuat hati Nenek menjadi tidak karuan sehingga membuat Nenek ingin meminta cerai kepada Kakek. 3) Akhir Bagian akhir alur ini terdiri dari satu bagian saja yaitu, penyelesaian. Penyelesaian merupakan tahap terakhir yang berisi penyelesaian dengan kemenangan dari para tokoh. Peneliti dapat simpulkan pada bagian akhir ini penyelesaian dari masalah-masalah yang dialami oleh tokoh dalam cerita. a) Penyelesaian Penyelesaian adalah bagian akhir alur yang berisi penutup cerita. Pada adegan ini konflik diselesaikan dengan kemenangan yang benar. Selesaian bisa berbentuk happy ending, sad ending, ataupun open ending. Dalam open ending, pokok masalah tetap menggantung tanpa pemecahan. Penyelesaian yang terdapat dalam drama “Pada Suatu Hari” yaitu happy ending karena peneliti melihat dalam drama tersebut berakhir dengan kebahagian..

(35) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20. Gambar 2.1. Grafik pencapaian alur. 6. 7. 4 1. 2. 5. 3. Gambar 2.1. Grafik pencapaian alur Selain fungsi utamanya untuk mengungkapkan 6buah pikiran, plot memiliki fungsi lain yang tidak kalah pentingnya, yaitu menangkap, membimbing, dan 7 mengarahkan perhatian pembaca atau penonton. Betapapun bagusnya buah. pikiran yang hendak disampaikan pengarang, kalau pembaca atau penonton tidak 5 buah pikiran itu tidak akan dapat tertarik kepada karya yang diciptanya, maka. diterima. Tugas menarik pembaca atau penonton itu diemban plot dengan mempergunakan unsur-unsurnya (Sumardjo, 1988: 141). Dari berbagai pendapat di atas peneliti dapat simpulkan bahwa alur adalah 3. 4. rekayasa pencerita yang menandai sebuah fiksi, bukan peristiwa nyata. Alur 1. memiliki unsur kesengajaan pangarang/pencerita yang merangkai sebuah cerita 2. sehingga cerita itu tersusun secara sistematis. 2) Karakter Karakter tidak hanya berupa pengenalan tokoh melalui umur, bentuk fisik, penampilan, kostum, tempo/irama permainan tokoh, tetapi juga sikap batin tokoh 3 4 1 yang dimiliki. Misalnya, untuk mengidentifikasi apakah tokoh tersebut seorang 2.

(36) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21. peragu, humoris, periang, pemurung, bijak, atau tokoh yang suka bersikap mainmain saja. (Kernodle dalam Dewojati, 2010: 170). Karakter merupakan bahan paling aktif yang menggerakkan jalan cerita. Karekter memiliki kepribadian dan watak. Karakter dapat dibagi menjadi tiga dimensi, yaitu fisiologis, sosiologis, dan psikologis (Harymawan, 1984: 25). Dimensi fisiologis adalah ciri-ciri badani yang dimiliki oleh seorang tokoh. Contoh yang bisa diambil, antara lain usia, jenis kelamin, keadaan tubuh, ciri-ciri muka, dan sebagainya. Dimensi sosiologis adalah latar belakang kemasyarakatan dari cerita tersebut. Contoh dari dimensi sosiologis, antara lain status sosial, pekerjaan, jabatan, peranan dalam masyarakat, pendidikan, kehidupan pribadi, pandangan hidup, kepercayaan, agama, ideologi, aktivitas sosial, organisasi, hobi, bangsa,suku, dan keturunan. Dimensi ketiga adalah psikologis. Dimensi ini berarti latar belakang kejiwaan yang dimiliki oleh tokoh-tokohnya, seperti mentalitas, ukuran moral, perbedaan yang baik dengan yang tidak baik, temperamen, keinginan dan perasaan pribadi terhadap sikap dan kelakuan, tingkat kecerdasan, dan keahlian khusus dalam bidang tertentu (Harymawan, 1984: 27-28). Sifat dan kedudukan tokoh cerita di dalam suatu karya sastra drama beraneka ragam. Ada yang bersifat penting dan digolongkan kepada tokoh pembantu (minor). Ada kedudukan sebagai protagonis, yaitu tokoh yang berperan sebagai penggerak cerita, dan tokoh antagonis, yaitu tokoh yang berperan sebagai penghalang dan masalah bagi protagonis. Biasanya pembaca dan penonton lebih berempati pada tokoh protagonis..

(37) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22. Tokoh dalam drama mengacu pada watak (sifat-sifat pribadi seorang pelaku, sementara aktor atau pelaku mengacu pada peran yang bertindak atau berbicara dalam hubungannya dengan alur peristiwa (Wiyatmi, 2006: 50). Cara mengemukakan watak di dalam drama lebih banyak bersifat tidak langsung yaitu melalui dialog dan lakuan. Dalam drama, watak pelaku dapat diketahui dari perbuatan dan tindakan yang mereka lakukan, dari reaksi mereka terhadap suatu situasi tertentu terutama situasi-situasi yang kritis, dari sikap mereka menghadapi suatu situasi atau peristiwa atau watak toko lain (Brahim dalam Wiyatmi, 2006: 50). Di samping itu, watak juga terlihat dari kata-kata yang diucapkan. Dalam hal ini ada dua cara untuk mengungkapkan watak lewat kata-kata (dialog). Pertama, dari kata-kata yang diucapkan sendiri oleh pelaku dalam percakapan dengan pelaku lain. Kedua, melalui kata-kata yang diucapkan pelaku lain mengenai diri pelaku tertentu (Brahim dalam Wiyatmi, 2006: 51). Watak pada tokoh itu bukan saja merupakan pendorong untuk terjadinya peristiwa, akan tetapi juga merupakan unsur yang menyebabkan masalah-masalah yang timbul dalam peristiwa. Watak seorang tokoh biasanya menjadi penggerak cerita. Tokoh cerita memiliki fungsi yang juga penting dalam hubungan dengan pengungkapan buah pikiran pengarang. Tingkah laku dan perkataan tokoh pasti akan membangkitkan perhatian dan menggiring pembaca atau penonton yang peka untuk memahami, menghayati, dan menyimpulkan buah pikiran sang pengarang (Sumardjo, 1988: 145)..

(38) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23. Keadaan fisik tokoh (fisiologi) dapat pula memberikan tuntutan bagi pemahaman drama. Persoalannya, keadaan fisik biasanya berkaitan dengan peran tokoh, seorang yang berperan sebagai tukang pukul tidak mungkin berfisik kurus kerempeng. Tokoh gadis yang diperebutkan, biasanya tidak berwajah jelek dan memiliki cacat tubuh, melainkan cantik dan menarik. Pencatatan data fisik tokoh dapat membantu interpretasi pembaca dalam merumuskan pemahaman terhadap naskah drama. Tokoh-tokoh yang telah dipilih oleh pengarang biasanya telah dipersiapkan sedemikian rupa. Saat karya drama ditulis kemungkinan untuk membuat sosok tokoh yang telah dipersiapkan menjadi menyimpang dapat saja terjadi namun, pengarang akan tetap menjaga agar tokoh tetap pada jalurnya dan tidak terlalu jauh. Tokoh yang dihadirkan harus memiliki “beban” dalam membangun konflik dalam drama, jika pengarang membiarkan tokoh terlalu bebas maka obsesi tertentu yang terdapat dalam diri pengarang saat mempersiapkan karya drama akan buyar dan digantikan dengan obsesi lain (Hasanuddin, 2015: 94). Pemilihan aspek penamaan untuk tokoh diniatkan sejak semula oleh pengarang untuk mewakili permasalahan dan konflik yang hendak dikemukakan. Oleh sebab itu,. dalam. upaya. menemukan. permasalahan. drama,. pembaca. perlu. mempertimbangkan unsur penamaan tokoh. Setidaknya hal yang harus disadari pembaca adalah faktor nama merupakan suatu subsistem dari sistem yang lebih besar. Nama dalam drama dapat menimbulkan persepsi dan resepsi tertentu. Penamaan dalam drama berlaku sebagai suatu rangkaian dari sistem, meskipun sulit merumuskan secara jelas maksud sistem dalam hal ini. Sistem nama tokoh.

(39) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24. biasanya dianggap sebagai sesuatu yang periferial bukan sesuatu yang inti, sehingga tidak pernah mendapat perhatian. Padahal sistem nama tokoh dalam teks fiksionalitas merupakan subsistem dari sistem lain yang lebih besar (Junus dalam Hasanuddin, 2015: 95). Setiap nama yang diberikan kepada tokoh akan menyiratkan imajinasi pembaca yang segera dihubungkan dengan pengetahuan tentang realitas yang mereka miliki. Di samping itu nama juga memberikan gambaran profil tertentu dan juga dapat menimbulkan persepsi mengenai etnis, prilaku, dan tradisi yang dimiliki etnis tersebut. Berdasarkan kenyataan ini, pemberian nama tertentu pada diri tokoh oleh pengarang akan memberikan pengaruh pada tokohnya. Sastra Indonesia tidak mempunyai tradisi psikologisme yang kuat, dalam arti bahwa. penokohan. dan. perwatakan. dalam. karya. sastra. tidak. banyak. mempersoalkan perkembangan personalitas dari pelaku-pelakunya. Tokoh-tokoh dalam sastra tidak memiliki perwatakan yang merdeka, tetapi merupakan tokoh yang sudah ditertibkan (Soemardjan dkk., 1984: 127). Personalitas dibentuk untuk melancarkan jalannya kejadian dan bukan sebaliknya. Kejadian tidak pernah mempengaruhi personalitas. Dalam penokohan termasuk hal-hal yang berkaitan dengan penamaan, pemeranan, keadaan fisik tokoh (aspek fisiologis), keadaan kejiwaan tokoh (aspek psikologis) kedaan sosial tokoh (aspek sosiologi), serta karakter tokoh (Hasanuddin, 2015: 93). Hal-hal yang termasuk di dalam permasalahan penokohan ini saling berhubungan dalam upaya membangun permasalahan atau konflik kemanusiaan yang merupakan aspek penting. Selain melalui aspek inilah.

(40) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25. aspek lain dalam drama dimungkinkan berkembang, unsur penokohan dalam drama terkesan lebih tegas dan jelas pengungkapannya dibandingkan dengan fiksi. Dari berbagai pendapat di atas peneliti dapat simpulkan bahwa karakter adalah sifat dari seorang tokoh yang dimiliki dalam sebuah cerita. Sifat dari seorang tokoh yang muncul berdasarkan perannya dalam cerita. 3) Tema Tema merupakan unsur penting selanjutnya yang ada pada sebuah karya sastra, karena tema merupakan gagasan sentral yang mencakup segala permasalahan yang ada dalam cerita. Kernodle (dalam Dewojati, 2010: 173) juga mengungkapkan bahwa tema bisa secara implisit didapatkan pada karakter, dan latar maupun kekayaan tekstur nonverbal yang dapat diamati di atas panggung. Tema pada dasarnya merupakan sejenis komentar terhadap subjek atau pokok masalah, baik secara ekplisit maupun implisit. Dalam tema terkandung sikap pengarang terhadap subjek atau pokok cerita. Tema memiliki fungsi untuk menyatukan unsur-unsur lainnya. Di samping itu, juga berfungsi untuk melayani visi atau responsi pengarang terhadap pengalaman dan hubungan totalnya dengan jagat raya (Sayuti dalam Wiyatmi, 2005: 43). Tema adalah sesuatu yang menjadi dasar cerita, sesuatu yang menjiwai cerita, atau sesuatu yang menjadi pokok permasalahan dalam cerita (Rokhmansyah, 2014: 42). Menurut Kokasih (2011: 136) tema adalah gagasan yang menjalin struktur isi drama. Tema dalam drama menyangkut segala persoalan, baik itu berupa masalah kemanusiaan, kekuasaan, kasih sayang, kecemburuan, dan sebagainya. Agar kita mengetahui tema dari.

(41) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26. sebuah drama, kita perlu mengapresiasi menyeluruh terhadap berbagai unsur karangan itu, hal ini dikarenakan tema jarang dinyatakan secara tersirat. Harymawan (1984: 26 dan Soemanto, 2001: 22) menyebutnya tema yaitu premis. Premis adalah rumusan intisari cerita sebagai landasan idiil dalam menentukan arah tujuan cerita (Harymawan, 1984: 26). Dalam bahasa Indonesia, premis dapat diartikan sebagai ide pemikiran cerita. Untuk menemukan makna lengkap dalam drama, tema sangat erat hubungannya dengan nilai-nilai drama yang lain Kernodle (dalam Dewojati, 1967: 354). Tema dapat ditemukan melalui banyak cara. Tema dapat ditemukan dalam dialog dan diperjelas dalam pertunjukan Kernodle (dalam Dewojati, 1967: 354). Tiap adegan memiliki kesatuan. yang. erat. yang. saling. berhubungan. untuk. melengkapi. dan. menyempurnakan tema. Tema dapat dirumuskan dari berbagai peristiwa, penokohan, dan latar. Tema adalah inti permasalahan yang hendak dikemukakan pengarang dalam karyanya. Oleh sebab itu tema merupakan hasil konklusi dari berbagai peristiwa yang terkait dengan penokohan dan latar. Dalam sebuah drama terdapat banyak peristiwa yang masing-masingnya mengemban permasalahan, tetapi hanya ada sebuah tema sebagai intisari dari permasalahan-permasalahan tersebut. Permasalahan ini dapat juga muncul melalui perilaku para tokoh ceritanya yang terkait dengan latar dan ruang. Tema dapat dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu tema jasmani, yang berkaitkan dengan keadaan jiwa seorang manusia. Tema organic (moral yang berhubungan dengan moral manusia). Tema social yang berhubungan dengan.

(42) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27. masalah politik, pendidikan, dan propaganda. Tema egoik, berhubungan dengan reaksi-reaksi pribadi yang pada umumnya menentang pengaruh sosial. Tema ketuhanan yang berhubungan dengan kondisi dan situasi sebagai makhluk sosial (Sayuti dalam Wiyatmi, 2006: 43). Unsur tema dalam karya sastra drama terdiri dari masalah, pendapat, dan pesan pengarang itu secara langsung dan intuitif disimak oleh pembaca atau penonton itu. Tema merupakan buah pikiran dari pengarang atau dramawan yang memiliki fungsi terhadap unsur drama yang lain. Tema merupakan tujuan akhir yang harus diungkapkan oleh plot, karakter, maupun bahasa. Oleh karena itu, tema justru menjadi pedoman dan pemersatu bagi unsur-unsur drama lainnya (Sumardjo, 1988: 148). Menurut Sayuti dalam Wiyatmi (2006: 43) tema ditafsirkan melalui cara-cara berikut; 1) Penafsir hendaknya mempertimbangkan tiap detil cerita yang dikedepankan. 2) Penafsiran tema hendaknya tidak bertentangan dengan tiap detail cerita. 3) Penafsiran tema hendaknya tidak mendasarkan diri pada bukti-bukti yang tidak dinyatakan baik secara langsung maupun tidak langsung. 4) Penafsiran tema haruslah mendasarkan pada bukti yang secara langsung ada atau diisyaratkan dalam cerita. Tema adalah rumusan dari berbagai peristiwa, penokohan, dan latar yang memiliki inti permasalahan yang hendak dikemukakan oleh pengarang dalam sebuah karyanya. Tema itu sendiri menentukan jalan cerita yang disampaikan oleh penceritanya di dalam naskah drama. Tema yang terdaat dalam naskah drama “Pada Suatu Hari” yaitu dinamika cinta keluarga pada masa tua Kakek dan Nenek,.

(43) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28. dalam tema tersebut memiliki jenis tema yaitu tema jasmani karena tema tersebut berkaitan dengan keadaan jiwa seorang manusia. Dari berbagai pendapat di atas peneliti dapat simpulkan bahwa tema adalah rumusan dari berbagai peristiwa, penokohan, dan latar yang memiliki inti permasalahan yang hendak dikemukakan oleh pengarang dalam sebiah karyanya. Tema juga merupakan tujuan akhir yang harus diungkapkan oleh alur, karakter, maupun bahasa. b. Tekstur Naskah Drama Tekstur berasal dari bahasa latin yang berarti tenunan Kernodle (dalam Dewojati, 1967:355). Ia mencontohkan pada tekstur pakaian. Untuk mengetahui tekstur pakaian, kita harus menyentuhnya, merasakan perbedaan. Dalam drama, indra yang dipakai adalah indra penglihatan dan indra pendengaran. Indra pendengaran digunakan untuk mendengarkan suara dan citra bahasa, sedangkan indra penglihatan digunakan untuk melihat latar peristiwa dan gerakan-gerakan aktornya. Pengertian tekstur dalam penelitian drama adalah sesuatu yang dialami langsung oleh pengamat. Pengalaman tersebut hadir melalui indra, sesuatu yang didengar (dialog), sesuatu yang dilihat (spectacle), dan sesuatu yang dirasa lewat pengalaman visual dan aural (suasana) Kernodle (dalam Dewojati, 1967: 345). Tekstur dalam pementasan drama diciptakan oleh suara, imajinasi bahasa, mood (suasana) panggung yang kuat, properti/materi pentas, materi cerita, warna, gerakan, setting, dan kostum. Adapun tekstur yang diungkapkan dalam drama ialah dialog, mood, spectacle. Tekstur dalam dialog dapat dijumpai dalam haupttext, sedangkan mood dan spectacle biasanya ditemukan dalam nebentext..

(44) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29. Nebentext adalah petunjuk panggung yang terdapat dalam naskah drama biasanya nebentext diberi tanda kurung (...). Dari berbagai pendapat di atas peneliti dapat simpulkan tekstur dalam pementasan drama diciptakan oleh suara, imajinasi bahasa, mood (suasana) panggung yang kuat, properti/materi pentas, materi cerita, warna, gerakan, setting, dan kostum. 1) Dialog Dewojati (2010: 176) juga mengemukakan bahwa secara universal, dialog dalam drama berfungsi sebagai wadah bagi pengarang untuk menyampaikan informasi -informasi, menjelaskan fakta, atau ide-ide utama. Dengan kata lain, dialog merupakan wadah bagi penikmat atau penonton untuk menangkap informasi, kejelasan fakta atau ide-ide utama. Dalam drama selain dialog, terdapat pula monolog. Abdullah (dalam Dewojati, 2010: 180) berpendapat bahwa monolog dalam pengertian awal ialah berbicara sendiri, monolog merupakan lawan dari dialog (dua orang tokoh atau lebih saling berbicara). Sebuah naskah drama biasanya disusun dalam bentuk skenario (rencana lakon sandiwara secara terperinci) yang mengutamakan dialog para pelaku. Dialog ini tidak lain merupakan percakapan antarpelaku drama yang mengungkapkan hal-hal atau peristiwa yang dipentaskan itu (Hendy, 1988: 6). Dari berbagai pendapat di atas peneliti dapat simpulkan bahwa dialog adalah percakapan antar pelaku drama yang mengungkapkan hal-hal atau peristiwa yang.

(45) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30. dipentaskan dan sebagai wadah bagi pengarang untuk menyampaikan informasiinformasi dan menjelaskan fakta yang terdapat dalam peristiwa tersebut. 2) Spectacle Spectacle juga dapat pula disebut sebagai aspek-aspek visual sebuah lakon, terutama action fisik para tokoh-tokoh di atas panggung. Kemudian spectacle juga dapat mengacu pada pembabakan, tata kostum, tata rias, tata lampu, dan perlengkapan yang lain. Spectacle juga dianggap menjadi salah satu unsur yang sangat menghidupkan dan menjadi bagian penting dalam pementasan drama Kernodle (dalam Dewojati, 2010: 185). Dari pendapat yang ada di atas peneliti dapat simpulkan bahwa spectacle adalah aspek-aspek yang terdapat dalam naskah drama berupa pembabakan, tata kostum, tata rias, tata lampu, dan perlengkapan. 3) Mood Menurut Kernodle (dalam Dewojati, 2010: 182) terciptanya mood yang ada dalam drama melibatkan banyak unsur. Dengan kata lain, mood akan terbangun apabila ia berhubungan dengan unsur -unsur lain yakni spectacle, dialog, dan irama dalam drama. Mood dalam naskah drama dapat diteliti melalui nebentext. Nebentext adalah petunjuk pementasan (Soemanto, 2001: 4) Seperti contoh dibawah ini. Kakek Nenek Kakek Nenek Kakek Nenek Kakek Nenek. : “Sekarang kau nyanyi.” : “(Menggeleng sambil tersenyum manja)” : “Seperti dulu.” : “(Menggeleng sambil tersenyum manja)” : “Nyanyi seperti dulu.” : “(malu)” : “Sejak dulu kau selalu begitu.” : “Habis kaupun selalu mengejek setiap kali saya.

(46) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31. menyanyi.” (hal. 2) Kalimat dalam kurung merupakan gambaran mood atau suasana yang terjadi. Kakek dan Nenek mengalami suasana kebahagian setelah mereka merayakan pesta emas pernikahannya. Kakek dan Nenek saling beradu pandang di sofa layaknya sepasang suami istri yang baru saja menikah. Peneliti dapat menyimpulkan mood adalah suasana yang tercipta di dalam sebuah peristiwa yang sedang terjadi dan melibatkan banyak unsur. Mood dan tema dalam drama ini ada keterkaitannya. Dari pendapat yang ada di atas peneliti dapat simpulkan bahwa mood adalah suasana yang terdapat dalam sebuah cerita. suasana bisa terjadi ketika ada keterkaitan antara dialog, spectacle, dan tema..

(47) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (field research). Penelitian kepustakaan adalah penelitian yang dilaksanakan dengan menggunakan literatur (kepustakaan), baik berupa buku, catatan, maupun laporan hasil penelitian terdahulu menurut Hasan (2002: 11). Penelitian ini menggunakan literatur berupa buku-buku yang membahas mengenai sastra dalam bentuk bentuk prosa, puisi, maupun drama. Penelitian kepustakaan menggunakan data-data atau bahan-bahan yang diperlukan dalam menyelesaikan penelitian berasal dari kepustakaan baik berupa buku-buku, ensklopedia, kamus, jurnal, dokumen, majalah, dan sebagainya (Hadi, 1990). B. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang bersifat menggambarkan objek sesuai dengan apa adanya. Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orangorang dan perilaku yang dapat diamati (Bogdan dan Taylor dalam Margono, 2013: 36). Peneliti menggunakan metode kualitatif karena metode ini memanfaatkan cara-cara penafsiran dengan menyajikannya dalam bentuk deskripsi (Ratna, 2015: 46). Dengan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif ini, peneliti akan memaparkan dan menganalisis naskah drama. Hal yang dideskripsikan dalam 32.

(48) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33. penelitian ini adalah struktur dan tekstur dalam naskah drama “Pada Suatu Hari” karya Arifin C Noor. Penelitian ini digunakan sesuai dengan tujuan untuk mendeskripsikan tentang tema, penokohan, alur serta mendeskripsikan dialog, mood (suasana), dan Spectacle yang terdapat dalam naskah drama Pada Suatu Hari karya Arifin C Noor. C. Data dan Sumber Data Data dalam penelitian ini berupa dialog dari tokoh-tokoh yang terdapat dalam naskah drama Pada Suatu Hari yang mengandung struktur dan tekstur. Sumber data dalam penelitian ini adalah naskah drama Pada Suatu Hari yang ditulis oleh Arifin C Noor. Naskah drama ini merupakan naskah drama dialog. D. Teknik Pengumpulan Data Peneliti melakukan pengumpulan data dalam penelitian ini dengan teknik bacacatat. Teknik baca merupakan teknik yang dilakukan dengan membaca, yakni membaca dialog dari para tokoh dalam naskah drama Pada Suatu Hari karya Arifin C. Noer yang mengandung unsur struktur dan tekstur. Teknik selanjutnya adalah teknik catat, yakni mencatat kata-kata atau kalimat-kalimat yang mengandung struktur dan tekstur (tema, penokohan, alur dan dialog, mood (suasana), spectacle) yang dikatakan oleh tokoh Kakek, Nenek, pesuruh, sopir, janda, Novia, Nita, Meli, dan Feri dalam naskah drama Pada Suatu Hari karya Arifin C.Noer. Pada teknik baca-catat peneliti membaca teks kurang lebih 3 kali dalam sehari. Sekali membaca peneliti menghabiskan waktu kurang lebih 60 menit. Selama membaca teks peneliti mencari satu indikator lalu mencatatnya dan menganalisis untuk dimasukkan ke dalam korpus data..

(49) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34. E. Teknik Analisis Data Teknik analisis data dalam penelitian ini disesuaikan dengan penelitian kualitatif, yaitu dengan menggunakan metode analisis isi, dalam media massa penelitian dengan metode analisis isi dilakukan terhadap paragraf, kalimat, dan kata, termasuk volume ruangan yang diperlukan, waktu penulisan, di mana ditulis, dan sebagainya (Ratna, 2015: 49). Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1. membaca naskah drama Pada Suatu Hari karya Arifin C Noor, 2. mencatat dialog sesuai dengan indikator yang telah didapat sebagai data penelitian, 3. data yang didapat kemudian dianalisis menggunakan teori unsur-unsur intrinsik yang dikemukakan oleh Rokhmansyah dan pendapat dari ahli lainnya, 4. hasil analisis kemudian dicatat dengan menggunakan catatan deskriptif. Peneliti Mendeskripsikan struktur dan tekstur yang terkandung dalam naskah drama Pada Suatu Hari. Struktur yang terdapat dalam naskah drama yang peneliti ambil, yaitu alur, karakter dan tema. Tekstur yang terdapat dalam naskah drama yang peneliti ambil, yaitu dialog, spectacle. F. Triangulasi data Triangulasi. data. adalah. teknik. pemeriksaan. keabsahan. data. yang. memanfaatkan sesuatu yang lain (Moleong, 2006: 330). Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber lainnya. Denzin dalam Moleong (1978) membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik.

(50) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35. pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik, dan teori. Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif (Patton dalam Moleong, 1987: 331). Hal itu dapat dicapai dengan jalan: 1. membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil; wawancara, 2. membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi, 3. membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu, 4. membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan, 5. membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. Patton (dalam Moleong, 2006: 331) mengatakan yang terpenting di sini ialah bisa mengetahui adanya alasan-alasan terjadinya perbedaan-perbedaan tersebut. Dalam hal ini jangan sampai banyak mengharapkan bahwa hasil pembandingan tersebut merupakan kesamaan pandangan, pendapat, atau pemikiran. Pada triangulasi dengan metode, menurut Patton dalam Moleong (2006: 329), terdapat dua strategi, yaitu: 1. pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data dan.

(51) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36. 2. pengecekan derajat kepercayan beberapa sumber data dengan metode yang sama. Teknik triangulasi jenis ketiga ini ialah dengan jalan memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data. Pemanfaatan pengamatan pengamat lainnya membantu mengurangi kemelencengan dalam pengumpulan data. Maka dalam hal ini, jika analisis telah menguraikan pola, hubungan, dan menyertakan penjelasam yang muncul dari analisis, maka penting sekali untuk mencari tema atau penjelasan pembanding atau penyaing. Hal itu dapat dilakukan dengan menyertakan usaha pencarian cara lainnya untuk mengorganisasikan data yang barangkali mengarahkan pada upaya penemuan penelitian. Melaporkan hasil penelitian disertai penjelasan sebagaimana yang dikemukakan tadi jelas akan menimbulakan derajat kepercayaan data yang diperoleh Moleong (2006: 315). Peneliti melakukan triangulasi data dalam penelitian ini dengan me-recheck temuannya dengan ahli. Triangulasi data yang didapat oleh peneliti dikaitkan dengan berbagai sumber, metode, atau teori yang ada. Triangulasi data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1. membuat table triangulasi data yang berisikan no, unsur, hasil analisis, keterangan hasil analisis, setuju, tidak setuju, dan keterangan menurut ahli, 2. peneliti mencatat hasil temuannya di dalam table yang sudah disediakan, 3. peneliti memberikan hasil temuannya kepada ahli yang mengerti akan hasil temuannya..

(52) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37. Peneliti menemukan Memanfaat dari hasil triangulasi yang dilakukannya. Peneliti dapat mengetahui hasil data-data temuannya apakah dapat disetuju semua oleh ahli yang bersangkutan atau masih ada yang tidak setuju..

(53) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Hasil Penelitian Hasil penelitian yang diperoleh yaitu memaparkan struktur dan tekstur drama “Pada Suatu Hari” karya Arifin C. Noer. Hasil analisis dan pembahasan akan diuraikan menjadi beberapa bagian. Bagian pertama yaitu deskripsi struktur naskah drama “Pada Suatu Hari”. Bagian kedua yaitu deskripsi tekstur naskah drama “Pada Suatu Hari”. 1. Struktur Naskah Drama Struktur yang terdapat dalam naskah drama yaitu Alur, karakter, tema, amanat, dan setting. Peneliti hanya mengambil tiga bagian dari lima bagian struktur naskah drama yang akan dianalisis dalam penelitian. Struktur yang akan dianalisis oleh peneliti yaitu alur, karakter, dan tema. Alur merupakan rangkaian sebuah cerita sehingga cerita itu tersusun secara sistematis. Karakter berisi tentang pengidentifikasi tokoh berdasarkan watak dalam cerita. Tema berisi perumusan dari berbagai peristiwa, penokohan dan latar yang terdapat dalam cerita. a. Alur Alur adalah rekayasa pencerita yang menandai sebuah fiksi, bukan peristiwa nyata. Dalam alur ada unsur kesengajaan pengarang/pencerita yang merangkai sebuah cerita sehingga cerita itu tersusun secara sistematis. Namun tidak semua peristiwa pantas dimasukkan ke dalam alur. Hanya peristiwa-peristiwa yang memiliki arti dan makna tertentu dalam membangun cerita yang disajikkanya. Sudjiman dan Nurgiantoro berpendapat bahwa alur dibagi menjadi tiga bagian, 38.

(54) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39. yaitu awa, tengah, dan akhir. Pada bagian awal alur terdapat eksposisi/ pengenalan, rangsangan, dan gawatan. Sedangkan pada bagian tengah alur terdapat konflik, komplikasi, dan klimaks. Pada bagian akhir sebuah alur terdapat penyelesain Marjorie Boulton (1984: 75 via Sudjiman, 1988: 29). Pergantian alur dalam bagian drama diwujudkan dalam urutan babak dan adegan. Pergantian babak dalam pentas drama ditandai dengan layar yang diturunkan atau ditutup, atau lampu panggung dimatikan sejenak. Setelah lampu dinyalakan kembali atau layar dibuka kembali dimulailah babak baru berikutnya. Pergantian babak biasanya menandai pergantian latar, baik latar tempat, ruang, maupun waktu. 1) Awal Bagian awal alur ini terdiri dari tiga bagian yaitu, eksposisi, rangsangan, dan gawatan. Eksposisi merupakan tahap pengenalan dari peristiwa yang dicerita. Rangsangan berisi tentang gangguan keharmonisan suasana yang terjadi dalam cerita. Gawatan berisi tentang ketegangan yang terjadi di dalam cerita. a) Ekposisi Situasi yang terdapat dalam eksposisi ini adalah (tempat, waktu, keadaan, para tokoh, hubungan antara tokoh). Eksposisi di sini menyampaikan perkenalan keadaan, peristiwa yang dialami tokoh. Disamping informasi seperlunya bagi pembaca untuk dapat mengikuti jalan cerita selanjutnya, di awal cerita juga diselipkan butir-butir yang memancing rasa ingin tahu pembaca akan kelanjutan cerita. Paparan atau pengenalan ini biasanya menggambarkan situasi yang masih stabil & harmonis, namun terbuka terhadap peristiwa selanjutnya. Pada tahap awal.

(55) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40. cerita, di samping untuk memperkenalkan siuasi latar dan tokoh-tokoh cerita sebagaimana dicontohkan di atas, konflik sedikit demi sedikit. mulai. diumnculkan. Eksposisi merupukan alur awal dalam cerita yang mengenali keadaan dan peristiwa yang dialami tokoh dan latar dalam cerita. Peneliti dapat melihat bahwa kisah awal drama Pada Suatu Hari menceritakan yang diawali dengan kisah Nenek dan Kakek yang sedang saling memandang dan dimulai dari mereka seperti sepasang kekasih yang baru menjadi pengantin dengan berlatar di sofa ruang tamu rumahnya. Dengan bukti dialog sebagai berikut: Kakek Nenek Kakek Nenek Kakek Nenek Kakek Nenek Kakek Nenek Kakek Nenek Kakek Nenek Kakek Nenek. : “Sekarang kau nyayi.” : “(menggeleng sambil tersenyum manja.)” : “seperti dulu.” : “(menggeleng sambil tersenyum manja.)” : “Nyanyi seperti dulu.” : “Malu” : “Sejak dulu kau selalu begitu.” : “Habis kaupun selalu mengejek setiap kali saya menyanyi.” : “sekarang tidak, sejak sekarang saya tidak akan pernah mengejek kau lagi.” : “Saya tidak mau menyanyi.” : “Kapanpun?” : “Kapanpun.” : “Juga untuk saya?” : “Juga untuk kau.” : “Sama sekali?” : “Sama sekali.”... (lampiran hal. 2-3). Peneliti dapat simpulkan pada bagian eksposisi yang terdapat dalam drama Pada Suatu Hari yaitu, ketika Nenek dan Kakek saling beradu pandang di ruang tamu seperti sepasang suami istri yang baru saja menikah. Peneliti dapat membuktikan pada dialog pertama, kedua, ketiga, keempat, dan kelima..

(56) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41. b) Rangsangan Rangsangan merupukan tahap ke dua alur dari bagian awal alur. Peneliti dapat melihat bahwa awal kisah yang mengganggu keharmonisan hubungan dari Kakek dan Nenek ketika kekasih lama Kakek yaitu Nyonya Wenas datang ke rumah Kakek. Nyonya Wenas datang ke rumah Kakek bertujuan untuk mengucapkan pesta emas hubungan dari Kakek dan Nenek. Dengan bukti dialog sebagai berikut: Pesuruh Nenek Pesuruh Nenek Nenek Kakek Nenek Kakek Nenek Janda. : “Ada tamu, Nyonya besar.” : “Siapa?” : “Nyonya Wenas, Nyonya.” : “(melirik pada Kakek) Nyonya janda itu? (kepada pesuruh) sebentar saya ke depan.” : “Kau surati dia?” : “Tidak.” : “Kau bohong. Bagaimana dia bisa tahu tentang pesta kita?” : “Saya tidak tahu.” : “Kau bohong (exit) demam saya mulai kambuh.” : “... terlaknat saya, kenapa saya jadi gemetar.” (lampiran hal. 6-7). Peneliti dapat simpulkan pada bagian rangsangan yang terdapat dalam drama Pada Suatu Hari yaitu, ketika Nyona Wenas datang berkunjung ke rumah Kakekdan Nenek untuk mengucapkan selamat atas perayaan pesta emas pernikahan. Peneliti dapat membuktikan pada dialog pertama, kedua, ketiga, keempat, dan kelima. c) Gawatan Gawatan merupukan tahap ke tiga alur awal dalam cerita ini semakin tegang dan gawat suasananya. Tahap ini semakin tegangnya keadaan. Situasi semakin gawat. Tegangan semakin meninggi. Dalam situasi gawatan ini peneliti melihat adanya permasalah yang besar ketika orang ke tiga masuk dalam kehidupan rumah tangga dari Kakek dan Nenek yang membuat suasana keluarganya tidak.

Gambar

Gambar 2.1. Grafik pencapaian alur

Referensi

Dokumen terkait

Unsur yang menyebabkan naskah drama Kereta Kencana karya Rendra disebut sebagai karya adaptasi, terlihat pada perubahan alur dan tema cerita. Alur Les Chaises dapat

Naskah drama yang merupakan bagian dari sastra, maka akan menarik jika menjadi kajian dalam penelitian bahasa.. Naskah drama Gerr karya Putu Wijaya memiliki isi dan

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan naskah drama Roberto Zucco karya Bernard-Marie Koltès yang meliputi: 1) wujud unsur-unsur intrinsik yang meliputi

Hasil Penelitian Alur, Karakter, dan Tema Naskah Drama “Padang Bulan” Karya Ucok Klasta Alur merupakan rangka dalam sebuah cerita yang berlangsung dalam urutan waktu dan dalam

ANALISIS STRUKTUR JEUNG AJÉN MORAL DINA KUMPULAN NASKAH DRAMA KALANGKANG URANG KARYA ARTHUR

Kemudian ditemukan juga sosiologi pembaca karya yang diwakili masarakat sastra yang menerangkan bahwa naskah drama Tarung merupakan naskah yang penuh dengan kritik

PENUTUP Simpulan Konflik batin yang terlihat dari aspek kepribadian tokoh dan aspek bawah sadar tokoh Jumena dalam naskah drama Sumur Tanpa Dasar ini memiliki pengaruh psikologi yang

Analisis Pendekatan Mimetik pada Naskah Drama Aspek Sosial Terdapat beberapa kritik sosial dan kritik politik yang dipresentasikan dalam naskah drama “Pesta Terakhir” karya Ratna