• Tidak ada hasil yang ditemukan

Non Fisik, Objek PenelitianTerhadap Teori Pedagang Kaki Lima a.Hubungan Lokasi Berdagang Dengan Suku (kekerabatan)

Gambar 4.7 Penampang melintang jalan

HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil

5.2.1 Non Fisik, Objek PenelitianTerhadap Teori Pedagang Kaki Lima a.Hubungan Lokasi Berdagang Dengan Suku (kekerabatan)

Menurut Wirosandjojo (1985) dalam Harris Koentjoro (1994), umumnya sektor informal mempekerjakan tenaga yang sedikit dan dari kerabat keluarga, kenalan atau berasal dari daerah yang sama. Hal ini terbukti dari hasil data lapangan yang dilakukan di lokasi penelitian. Terlihat bahwa pedagang kaki lima merupakan suatu komunitas suku yang sama dan adanya kekerabatan antar sesama pedagang kaki lima, yaitu suku Batak (Batak Toba, Batak Karo dan Mandailing), suku padang (11%), suku jawa (5%) dan lain-lain (cina sebanyak 3%).

Sumber: Hasil analisa penelitian, 2009

Dari gambar 5.16 dapat dilihat bahwa suku dari Batak Toba umumnya berjualan di badan jalan (27%) sedangkan suku Batak Karo mendominasi trotoar (27%) sebagai lokasi berdagangnya. Sedangkan untuk lokasi di bahu jalan umumnya berasal dari suku Mandailing (15%) dan suku Padang sebanyak 11 %. Hal ini menunjukkan bahwa kekerabatan antar suku sangat kental dalam memilih lokasi tempat berdagang. Kekerabatan ini ditunjukkan dengan bahasa yang dipakai sehari-hari, rasa memiliki dagangan yang sama (artinya seseorang dapat menitipkan dagangannya kepada pedagang sebelahnya apabila pedagang tersebut tidak ditempat untuk sementara waktu tanpa ada rasa kekhawatiran akan kehilangan barang dagangan) serta panggilan antar pedagang yang bukan panggilan formal tetapi informal (seperti, tulang, nantulang, namboru, nande, mama, bibi dan lain-lain).

Tabel 5.3 adalah hasil chi-square dari hubungan antara lokasi berdagang dengan suku. Hasil chisquare hitung adalah sebesar 225,262 sedangkan hasil chisquare tabel dengan derajat kebebasan (df) 15 adalah 24,9966. Hal ini

menunjukkan bahwa chisquare hitung > chisquare table. Interpretasi dari ini adalah bahwa Ho ditolak dan Hi diterima dengan kata lain terdapat hubungan antara lokasi berdagang dengan keberadaan suku pada lokasi tersebut.

b. Hubungan Lokasi Berdagang dan Keberadaan Pedagang Kaki Lima Absori et.al. (2006) menyatakan pedagang kaki lima memiliki dimensi kegiatan yang sangat kompleks, baik terkait dengan aspek ekonomi, teknis, sosial, lingkungan maupun ketertiban umum. Teorinya menyatakan bahwa limbah pedagang kaki lima sering mengganggu lingkungan dan kebersihan kota dan

95 82 90 93 57 0 20 40 60 80 100 M e m buka la pa nga n ke rja P e nye ba b ke m a c e ta n

P e nye ba b ba njir Hila ngnya ke inda ha n ko ta

P e rlu dipe rta ha nka n

keberadaan pedagang kaki lima sering mengganggu ketertiban umum, terutama pemakai jalan dan pemakai bangunan formal di sekitar pedagang kaki lima.

Dari gambar 5.17 dapat dilihat bahwa Penyebab kemacetan (82 responden) merupakan aspek sosial, penyebab banjir (90 responden) serta penyebab hilangnya keindahan kota (93 responden) adalah aspek lingkungan. Ruang kota, baik berupa lapangan maupun koridor/jaringan, merupakan salah satu elemen rancang kota yang sangat penting dalam pengendalian kualitas lingkungan ekologis dan sosial (Shirvani, 1985). Tetapi keberadaan pedagang kaki lima berdampak positif terhadap beberapa hal seperti membuka lapangan pekerjaan (95 responden) dan perlu dipertahankan keberadaannya (57 responden) dari aspek ekonomi.

Sumber: Hasil analisa penelitian, 2009

Tabel 5.2 Crosstab Lokasi Berdagang dengan Suku/Kekerabatan

Suku/kekerabatan

Batak Toba Batak Karo

Man dailing

Padang/

Minang Jawa Dan lain-lain

Total

Badan jalan Count 27 0 0 0 0 0 27

% of Total 27.0% .0% .0% .0% .0% .0% 27.0%

Trotoar Count 12 27 0 0 0 0 39

% of Total 12.0% 27.0% .0% .0% .0% .0% 39.0%

Bahu jalan Count 0 0 15 11 4 0 30

% of Total .0% .0% 15.0% 11.0% 4.0% .0% 30.0% Count 0 0 0 0 1 3 4 Lokasi Berdagang Dan lain-lain % of Total .0% .0% .0% .0% 1.0% 3.0% 4.0% Count 39 27 15 11 5 3 100 Total % of Total 39.0% 27.0% 15.0% 11.0% 5.0% 3.0% 100.0%

Tabel 5.3 Chi-Square Lokasi Berdagang dengan Suku/Kekerabatan

Value Df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 225.262(a) 15 .000

Likelihood Ratio 188.990 15 .000

Linear-by-Linear Association 79.573 1 .000

N of Valid Cases

100

Permasalahan yang dihadapi oleh Pemerintah Daerah atas keberadaan pedagang kaki lima yaitu:

a. Menyebabkan kesemrawutan kota; b. Mengurangi keindahan kota; c. Menyebabkan kekumuhan kota; d. Menimbulkan kerawanan sosial; e. Mengganggu kenyamanan lalu lintas;

f. Mengganggu aktivitas ekonomi pedagang lain yang memiliki tempat resmi.

Hasil tabulasi silang lokasi berdagang dan keberadaan pedagang kaki lima didapat bahwa lokasi berdagang di trotoar menyatakan bahwa keberadaan mereka karena tidak mempunyai pekerjaan lain sehingga berdagang di trotoar membuka lapangan kerja baru. Karena pedagang kaki lima tidak membutuhkan skill atau kemampuan edukatif sebagai modal mendapatkan pekerjaan (23 %). Pedagang kaki lima yang berdagang di trotoar sangat menyadari bahwa keberadaan mereka dapat menimbulkan banjir (22 %). Sedangkan sebagian pedagang kaki lima yang berjualan di bahu jalan menyatakan bahwa keberadaan pedagang kaki lima dapat menghilangkan keindahan kota (21%). Keberadaan pedagang kaki lima dengan lokasi berdagang di trotoar seringkali mengganggu kelancaran lalu lintas menyebabkan kemacetan (lihat gambar 5.17) sebanyak 16 %.

Dari analisa chisquare pada Tabel 5.5 hasil chisquare hitung adalah sebesar 195,982 sedangkan hasil shisquare tabel dengan derajat kebebasan (df) 12 adalah 21,026. Hal ini menunjukkan bahwa chisquare hitung > chisquare tabel.

Interpretasi dari ini adalah bahwa Ho ditolak dan Hi diterima dengan kata lain terdapat hubungan antara lokasi berdagang dengan keberadaan pedagang kaki lima.

c. Hubungan Lokasi Berdagang dan Alasan Berjualan Di Ruang Publik Kota

Pedagang kaki lima mempunyai sifat alamiah dalam memilih tempat berjualan. Sesuai dengan posisinya sebagai bagian dari sektor informal, maka lokasi berjualan merekapun merupakan lokasi yang informal, yaitu lokasi yang tidak direncanakan sebagai tempat untuk kegiatan berjualan. Untuk mendapatkan tempat yang cocok bagi kegiatan berdagang, pedagang kaki lima harus mempunyai naluri yang tajam terhadap tempat yang akan berhasil memberikan keuntungan bagi pedagang. Mereka dengan segera mencium potensi suatu lokasi, terutama jika lokasi tersebut merupakan pusat kegiatan komersial dan dalam waktu singkat di lokasi tersebut akan muncul kumpulan pedagang kaki lima (Whyte, 1980). Bagi pedagang kaki lima, ruang publik merupakan tempat yang paling berpotensi untuk mendapatkan pembeli. Ruang publik yang terletak di daerah pertokoan, pasar dan terminal dimana berkumpulnya berbagai macam manusia dari berbagai tempat, merupakan tempat alamiah pedagang kaki lima. Ruang publik yang berupa jalur sirkulasi seperti jalan dan trotoar menjadi tempat termudah untuk mendapatkan pembeli.

Tabel 5.4 Crosstab Lokasi Berdagang dan Keberadaan PKL Keberadaan PKL Membuka lapangan kerja Penyebab kemacetan Penyebab banjir Hilangnya keindahan kota Perlu dipertahan kan Total

Badan jalan Count 23 4 0 0 0 27

Lokasi

Berdagang % of Total 23.0% 4.0% .0% .0% .0% 27.0%

Trotoar Count 0 16 22 1 0 39

% of Total .0% 16.0% 22.0% 1.0% .0% 39.0%

Bahu jalan Count 0 0 0 21 9 30

% of Total .0% .0% .0% 21.0% 9.0% 30.0%

Dan lain-lain Count 0 0 0 0 4 4

% of Total .0% .0% .0% .0% 4.0% 4.0%

Total Count 23 20 22 22 13 100

% of Total 23.0% 20.0% 22.0% 22.0% 13.0% 100.0%

Tabel 5.5 Chisquare Lokasi Berdagang dan Keberadaan PKL

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 195.852(a) 12 .000

Likelihood Ratio 197.939 12 .000

Linear-by-Linear

Association 86.357 1 .000

N of Valid Cases

100

89 91 95 75 93 17 0 20 40 60 80 100

Sewa murah T empat

mudah dijangkau P embeli banyak Rest ribusi murah Hubungan ant ar pedagang Dan lain-lain

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap pedagang kaki lima adalah bahwa tempat lokasi mereka berdagang umumnya karena lebih banyak pembeli (95 responden) daripada bila berjualan di tempat yang disediakan pemerintah serta mudahnya lokasi dijangkau oleh pembeli (tempat strategis) sebanyak 91 responden, serta adanya hubungan yang baik antar pedagang (93 responden) seperti yang disajikan pada Gambar 5.18.

Sumber : Hasil analisa penelitian, 2009

Gambar 5.18 Alasan responden berjualan di ruang publik

Keberadaan pedagang kaki lima di tempat tersebut menimbulkan anggapan bahwa kegiatan mereka tidak tertampung dan tidak mempunyai lokasi resmi. Hal ini menjadi tanggung jawab pemerintah untuk memindahkan dan merelokasi keberadaan pedagang kaki lima karena dapat dianggap sebagai pengganggu aktivitas masyarakat. Untuk itu seringkali pemerintah tidak dapat menangani hal ini. Walaupun lokasi yang disediakan sudah dianggap tepat oleh pemerintah sebagai tempat berdagang, kenyataan di lapangan bukanlah hal yang mudah, karena pedagang yang telah dipindahkan umumnya kembali ke tempat

semula (kembali berdagang di ruang publik) (Kompas, 1999). Mereka menolak dengan alasan lokasi tidak strategis (tidak mudah dijangkau), pembeli lebih banyak jika di kaki lima, dan alasan lainnya.

Lokasi berdagang pedagang kaki lima pada penelitian ini adalah pada ruang manfaat jalan yaitu badan jalan, trotoar, bahu jalan dan lain-lain. Bila melihat keadaan ini dengan alasan berjualan di dalam ruang manfaat jalan terdapat hubungan yang signifikan. Dari gambar 5.18 dapat dilihat terdapat hubungan antara alasan pedagang kaki lima berjualan dengan lokasi berdagang di trotoar karena banyak pembeli di lokasi tersebut (21%). Alasan lain pedagang kaki lima berjualan di bahu jalan karena adanya hubungan yang akrab antara pedagang di lokasi tersebut (20%). Begitu juga dengan alasan berjualan di atas trotoar karena sewa lahan yang murah (19%) dibandingkan dengan tempat lain yang jelas legalitasnya.

Keberadaan pedagang kaki lima di Kota Medan menimbulkan permasalahan karena menggunakan fasilitas umum untuk berdagang. Akibat alasan-alasan dominan tersebut menyebabkan meningkatnya jumlah pedagang kaki lima. Dari analisa chisquare pada Tabel 5.7 hasil chisquare hitung adalah sebesar 247,799 sedangkan hasil chisquare tabel dengan derajat kebebasan (df) 15 adalah 24,996. Hal ini menunjukkan bahwa chisquare hitung > chisquare tabel. Interpretasi dari ini adalah bahwa Ho ditolak dan Hi diterima dengan kata lain terdapat hubungan antara lokasi berdagang dengan alasan berjualan di ruang manfaat jalan.

Tabel 5.6 Crosstab Lokasi Berdagang dan Alasan Berjualan Di Ruang Publik Kota

Alasan Berjualan di ruang manfaat jalan Sewa murah Tempat mudah dijangkau Pembeli banyak Restribusi murah Hubungan antar pedagang Dan lain-lain Total

Badan jalan Count 19 8 0 0 0 0 27

Lokasi

Berdagang % of Total 19.0% 8.0% .0% .0% .0% .0% 27.0%

Trotoar Count 0 12 21 6 0 0 39

% of Total .0% 12.0% 21.0% 6.0% .0% .0% 39.0%

Bahu jalan Count 0 0 0 10 20 0 30

% of Total .0% .0% .0% 10.0% 20.0% .0% 30.0%

Dan lain-lain Count 0 0 0 0 0 4 4

% of Total .0% .0% .0% .0% .0% 4.0% 4.0%

Total Count 19 20 21 16 20 4 100

% of Total 19.0% 20.0% 21.0% 16.0% 20.0% 4.0% 100.0%

Tabel 5.7 Chisquare Lokasi Berdagang dan Alasan Berjualan di Ruang Publik Kota

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 247.799(a) 15 .000

Likelihood Ratio 194.048 15 .000

Linear-by-Linear Association 85.883 1 .000

N of Valid Cases 100

5.2.2 Fisik, Objek Penelitian Terhadap Teori Kajian Spasial

Dokumen terkait