• Tidak ada hasil yang ditemukan

Septi (2015) juga mengungkapkan mendidik bukanlah menjejalkan, mengajarkan, mengisi dan sebagainya. Tetapi pendidikan, sejatinya adalah proses membangkitkan, menyadarkan, menguatkan fitrah anak kita sendiri. Lebih penting mana membuat anak bergairah belajar dan bernalar atau menguasai banyak pelajaran, lebih penting mana membuat mereka cinta buku atau menggegas untuk bisa membaca. Jika mereka sudah cinta, ridha, bergairah maka mereka akan belajar mandiri sepanjang hidupnya. Sistem pembelajaran mengimplementasikan paradigma intergrasi interkoneksi. Tujuan dari integrasi interkoneksi ini adalah untuk bisa memahami kehidupan manusia yang kompleks secara terpadu dan menyeluruh.

Mereka juga tidak mengabaikan gaya belajar masing-masing anak. Ketika pembelajaran di sekolah komuitas fasilitator hanya sebagai pendamping dan pemantik. Tugas fasilitator hanya sebagai penunjuk arah dan pengingat rambu-rambu. Anak dirangsang untuk dapat bertanya sebanyak-banyaknya tentang topik yang sedang didiskusikan. Pembelajaran kebanyakan dengan

FITRAH MANUSIA FITRAH KEIMANAN FITRAH BELAJAR FITRAH BAKAT FITRAH PERKEMBANGAN FITRAH KOMUNAL FITRAH ESTETIKA FITRAH GENDER ORANG TUA ANAK MATRIKULASI DI RUMAH HATI MATRIKULASI PROGAM UNSCHOOLING

KULTUR, FITRAH & MENDIDIK BERBASIS FITRAH, AKADEMIK 10 KOMPETENSI DASAR, KULTUR, FITRAH, AKADEMIK K U R IK U LU M C B E PERSONALIZED AND CUSTOMIZED CURRICULUM UNTUK ANAK

486 International Conference on Indonesian Islam, Education and Science (ICIIES) 2017 cara diskusi, dan berbasis proyek. Tidak ada mencatat, tidak ada PR, tidak ada tes, yang ada hanya evaluasi bulanan yang berbentuk report dan evaluasi tahunan.

Fitrah sebagai Pendekatan dalam Pembelajaran

Di atas sudah dituliskan macam-macam fitrah. Lalu, mau diapakan fitrah-fitrah yang ada dalam diri anak itu? Jawabannya, fitrah dijadikan sebagai pendekatan untuk mendidik anak. Berikut ini penulis akan mengupas satu-persatu implementasi fitrah dalam mendidik.

Fitrah keimanan

Implementasi fitrah keimanan dalam pendekatan mendidik adalah membentuk rasa cinta kepada Allah bukan menakut-nakuti anak agar termotivasi untuk beribadah. Jangan pernah berwajah tidak bahagia ketika adzan berkumandang, jangan pernah memperlihatkan wajah suram ketika memberi shodaqoh kepada fakir miskin dan sebagainya. Itu semua akan mematikan fitrah anak. Yang terpenting adalah membangkitkan rasa cinta anak kepada Allah, karena rasa cinta akan mengalahkan rasa takut. Akan timpang jika anak hanya diajarkan ritual melakukan ibadah secara syar‘iyah tetapi tidak memperkuat elemen dasar aqidah yang terwujud dengan sikap cinta Allah dan rasulnya.

Fitrah Belajar dan Nalar

Ruang lingkup fitrah ini meliputi fitrah kreasi dan penciptaan, fitrah kreasi dan eksplorasi serta meneliti. Fitrah ini berkaitan dengan fitrah alam di mana anak dilahirkan meliputi derivasinya seperti fitrah keunggulan lokal, fitrah keanekaragaman hayati, dan sebagainya. Fitrah ini terkait dengann peran peradaban atau misi sebagai Imaroh atau memakmurkan bumi. Warga CBE Kampung Juara mengimplementasikannya dengan cara memerdekakan anak. Membiarkan anak menyusun sendiri apa yang ingin dipelajari. Orang tua tidak menjejalkan atau menyetir proses belajar anak.

Fitrah Bakat

Warga CBE mengimplementasikannya dengan membiarkan fitrah ini berkembang tanpa menumpulkannya. Misal, anak yang berbakat menjadi ketua, dipupuk terus leadershipnya. Anak yang berbakat sebagai manajer, maka ia di beri stimulus yang berkaitan dengan mengatur suatu hal. Anak yang yang berbakat dengan ide kreatif, akan dipantik terus sehingga muncul ide-ide lain. Fitrah bakat ini akan menjadi senjata utama anak untuk memperoleh incomenya di kehidupan masa depannya.

Fitrah Perkembangan

Dalam Islam sejatinya tahapan usia perkembangan hanya ada 2 tahap. Yaitu tahap Pre Aqilbaligh usia 0-14 tahun dan tahap Aqilbaligh usia di atas 15 tahun. Berbeda sekali dengan tahapan usia perkembangan yang selama ini kita tahu. Jika bisa konsisten dalam pendidikannya, anak bisa mandiri dan mapan saat masuk usia aqilbaligh. Jaman dahulu, banyak sahabat Nabi yang sudah bisa meminpin peperangan, melakukan perjalanan perdagangan ke luar negeri, pada usia 16 atau 17 tahun.

Fitrah Komunal

Ruang lingkup fitrah ini adalah fitrah alam dan potensi kearifan lokal. Dengan fitrah ini anak dibangkitkan kesadaran untuk menjaga keseimbangan alam dan tidak merusaknya. Di CBE kampung juara, kadang anak diajak ke gunung, hutan, sungai, danau, untuk belajar dan menghayati apa yang ada di dalamnya. Dengan tujuan anak dapat menjadi rahmatan lil alamin.

International Conference on Indonesian Islam, Education and Science (ICIIES) 2017 487 Fitrah Gender

Proses mendidik anak yang sesuai fitrah gender yaitu dengan mendekatkan anak laki-laki maupun perempuan ke ibunya dari usia 0 hingga 2 tahun. Maka ada perintah untuk menyusui anak hingga 2 tahun. Sebenarnya dibalik perintah itu mengandung tujuan agar ibu selalu dekat dengan anaknya. Setelah itu pada usia 2 sampai 7 tahun, anak laki-laki dekatkan dengan ayahnya, anak perempuan dekatkan dengan ibunya. Jadi mereka mengimitasi ayah dan ibunya. Saat anak berusia 7 sampai 14 tahun anak laki-laki didekatkan dengan ibunya, dan anak perempuan didekatkan ayahnya. Karena pada fase ini anak sudah mulai tertarik dengan lawan jenis. Maka dia butuh untuk dekat dengan yang berlawanan jenis. Banyak anak-anak sekolah yang pada usia ini sudah mengenal yang namanya pacaran, karena pola pengasuhannya dan pendidikannya tidak sesuai dengan fitrah gender. Selain itu mendidik sesuai dengan fitrah gender akan membuat anak tidak kehilangan identitas diri sebagai laki-laki atau perempuan. Anak laki-laki akan paham apa kewajiban laki-laki yang kelak akan menjadi imam dan kepala keluarga. Begitu sebaliknya anak perempuan.

Fitrah Estetika

Fitrah ini berkaitan dengan kerapian, kebersihan dan keindahan. Anak juga bisa dilatih untuk hal ini. Dengan melibatkan anak-anak dalam pekerjaan-pekerjaan di rumah. Pembiasaan membereskan mainannya, merapikan buku yang selesai dia baca, membereskan tempat tidurnya, merapikan tempat dia melakukan praktik belajarnya, dan lain sebagainya.

Model pendekatan yang menyentuh tataran fitrah di atas sangat relevan dengan apa yang ada dalam penjelasan (Santoso 2015) dalam bukunya Fitrah Based Education yang menyatakan bahwa tidak ada waktu yang dikhususkan untuk mempelajari agama, akan tetapi aqidah keimanan kepada Allah sebagai Tuhan dapat dipraktekkan atau dilakukan dalam keseharian anak tanpa ada unsur hafalan semata. Pendekatan yang diimplementasikan ini diyakini dapat memupuk dan memelihara fitrah anak karena sejak lahir anak sudah difitrahkan menjadi pembelajar yang tangguh. Intervensi-intervensi dari luar termasuk dari orangtua kadang hanya membuat anak malas belajar. Tidak ada istilah lebih cepat lebih baik, karena generasi yang dikarbit atau digegas akhirnya akan cepat layu.

Sistem Evaluasi CBE Kampung Juara

Ada tiga istilah yang sering digunakan dalam evaluasi, yaitu tes, pengukuran, dan penilaian. (test, measurement, and assessment). Tes adalah salah satu cara untuk menaksir besarnya kemampuan seseorang secara tidak langsung, yaitu melalui respons seseorang terhadap stimulus atau pertanyaan (Mardapi, 2003). Dalam proses evaluasi, CBE Kampung Juara mempunyai tiga hal di dalam siklus yaitu visi pendidikan keluarga, kegiatan belajar, dan evaluasi secara periodik. Evaluasi merupakan tolok ukur perbandingan antara visi keluarga dengan kegiatan belajar yang dipraktekkan dalam keseharian. Sehingga orangtua dapat meninjau kembali apakah materi, kegiatan, dan jadwal belajar yang dilaksanakan sudah sesuai dengan visi yang meliputi kurikulum dan rancangan kegiatan. Septi (2015) menyampaikan bahwa keluarga dengan anak yang mengikuti CBE melakukan evaluasi dengan hal-hal berikut: menggunakan family strategic planning, presentasi dari anak, anak merumuskan perbaikan untuk dirinya sendiri.

488 International Conference on Indonesian Islam, Education and Science (ICIIES) 2017 Simpulan

Model pendidikan di CBE Kampung Juara menitikberatkan adab atau dimensi spiritual untuk membangun karakter anak dan menggunakan personalize and customaize curriculum. Anak-anak tidak tergesa-gesa dijejali konten pengetahuan yang ternyata disadari konten-konten pengetahuan itu tidak terpakai dalam kehidupan anak di masa depan. Seperti Matematika bab integral yang tidak akan terpakai ketika anak menginginkan menjadi penari profesional. Di CBE Kampung Juara Anak diberi kemerdekaan menentukan apa yang ingin ditekuninya sesuai dengan potensi bawaan, bakat dan minatnya. Orangtua yang tergabung dalam komunitas ini sangat menghargai proses dari pada hasil. Bukannya mereka mengabaikan hasil akan tetapi mereka berkeyakinan bahwa proses tidak akan ingkar dengan hasil. Penelitian ini belum sepenuhnya komprehensif, maka bagi peneliti yang berminat dengan kasus ini dapat mengkaji lebih dalam tentang konsep pendidikan untuk usia pra aqil baligh dan aqilbaligh. Terlebih jika ada peneliti yang akan mengkaji lebih jauh tentang implementasi personalized curriculum di sekolah formal. Karena lingkup fitrah perkembangan ini sangat luas sekali, sehingga membutuhkan kajian yang lebih dalam.

Referensi

Chatib, Munif. (2009).Sekolahnya Manusia. Bandung: PT Mizan Pustaka.

Dinoto, Anto, ―Konsep Fitrah dalam Al Qur‘an dan Implikasinya terhadap Pendidikan Islam‖, Skripsi, UIN Sunan Kalijaga, 2007.

Mardapi, Djemari. (2003). Desain Penilaian dan Pembelajaran Mahasiswa. Makalah Disajikan dalam Lokakarya Sistem Penjaminan Mutu Proses Pembelajaran tanggal 19 Juni 2003 di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Hermawan, Yudan. dan Suryono, Yoyon. (2016). ―Partisipasi Masyarakat dalam Penyelenggaraan Program-Program Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Ngudi Kapinteran‖. JurnalPendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat. vol 3. no 1.

Maryanto. Dodik dan Wulandari. Septi, (2016), Kurikulum CBE Kampung Juara, Salatiga: Padepokan Margosari.

Moreo, Kathi. ―Specific In the Educational Outcomes of Those Students Who Are Homeschooled VS. Students in A Traditional School Setting‖. Thesis, Nothern Michigan University, 2012.

Permendikbud No 129 tahun 2014

Santoso, Harry. (2015) Fitrah Based Education. Bekasi: Cahaya Mutiara Timur. Undang – Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

International Conference on Indonesian Islam, Education and Science (ICIIES) 2017 489 MODUL PEMBELAJARAN TERPADU MODEL ICARE BERORIENTASI

PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK PROGRAM STUDI S1 PGSD