• Tidak ada hasil yang ditemukan

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pembuatan Sampel Uji CCCNS 1 Suhu Pemanasan

4.2.1 Flow Rate Saliva

Pengujian flow rate saliva dilakukan untuk mengetahui pengaruh stimulasi

cajuput candy non-sukrosa (CCCNS) formula 1 dengan cajuputs oilflavor x % dan

cajuput candy non sukrosa (CCCNS) formula 2 dengan cajuputs oilflavor x + 0.36 % dalam meningkatkan sekresi saliva. Gopinath dan Azreanne (2006) menyatakan bahwa dengan seiring meningkatnya sekresi saliva maka kapasitas buffer saliva dan pH saliva akan meningkat, sehingga akan menurunkan risiko karies. Pasien dengan

flow rate saliva yang distimulasi kurang dari 1,0 mL/menit mengindikasikan memiliki risiko pembentukan karies gigi, sedangkan pada flow rate saliva yang distimulasi lebih dari 1,0 mL/menit dianggap normal (Dawes, 1987; Gopinath, 2006). Perbandingan flow rate saliva kontrol, yang tidak distimulasi dan distimulasi oleh CCCNS formula 1 dan 2 terdapat pada Gambar 7.

Gambar 7. Perbandingan flow rate saliva kontrol, tidak distimulasi dan dengan stimulasi oleh cajuput chewy candy Non-Sukrosa formula 1 dan formula 2 dengan konsentrasi flavor cajuput oil x % ( ) dan x + 0.36 % ( )

Gambar 7 menunjukkan bahwa flow rate saliva yang diambil 30 menit setelah sarapan (tanpa stimulasi) mengalami sedikit kenaikan namun tidak memiliki perbedaan yang nyata dengan saliva kontrol. Hal tersebut menjelaskan bahwa pengunyahan yang dilakukan 30 menit sebelum pengambilan saliva tidak memberikan pengaruh dalam merangsang saliva. Nilai flow rate yang diperoleh dari kedua perlakuan tersebut berkisar 0.330 - 0.851 ml/menit. Beberapa penelitian

0.346 0.330 0.6 0.851 4.810 5.076 0.000 1.000 2.000 3.000 4.000 5.000 6.000 7.000

Kontrol tanpa Stimulasi dengan Stimulasi

F lo w ra te (m l/ m eni t) Perlakuan a b b a a a

menunjukkan bahwa flow rate saliva orang dewasa yang tidak distimulasi berkisar antara 0.33 - 1.42 mL/menit (Katie et al., 2007).

Gambar. 7 menunjukkan stimulasi dengan CCCNS formula 1 dan formula 2 dapat meningkatkan flow rate saliva secara nyata dibandingkan saliva kontrol dan saliva yang tidak dirangsang. Hal tersebut menunjukkan konsumsi CCCNS dengan cara dikunyah mampu merangsang produksi saliva. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Edgar (2012) yang dimana kelenjar saliva dapat distimulasi dengan rasa, pengunyahan, aroma dan melihat makanan. Bila dirangsang aliran saliva akan meningkat menjadi 2.5 - 5 mL/menit (Amerongen, 1991; Carolin, 2009).

Saliva yang distimulasi oleh CCCNS formula 2 menunjukkan peningkatan

flow rate yang lebih besar dibandingkan formula 1. Hal ini membuktikan tidak hanya pengunyahan yang dapat merangsang sekresi saliva, namun paparan flavor

pada matriks pangan juga memiliki peran yang penting dalam merangsang saliva. Dodds (2012) menyatakan bahwa pada saliva yang distimulasi dengan pemanis dan

flavor, ketika peristiwa release pemanis dan flavor terjadi dengan maksimal, maka akan terjadi peningkatan laju aliran saliva 2 kali lipat dari saliva yang tidak distimulasi. Hal tersebut menunjukkan rangsangan rasa yang berupa flavor release

dapat meningkatkan flow rate saliva, semakin tinggi konsentrasi flavor yang

release maka flow rate saliva juga semakin meningkat.

4.2.2 Derajat Keasaman (pH) Saliva

Pengujian pH saliva dilakukan untuk mengetahui pengaruh stimulasi

cajuput candy non-sukrosa (CCCNS) formula 1 yang mengandung cajuputs oil flavor x % dan formula 2 yang mengandung cajuputs oilflavor x + 0.36 % dalam meningkatkan pH saliva. Hasil uji pH saliva kontrol, tidak distimulasi, dan distimulasi oleh CCCNS formula 1 dan 2 terterta pada Gambar 8.

Gambar 8. Perbandingan pH saliva kontrol, tidak distimulasi dan dengan stimulasi oleh cajuputs chewy candy non-sukrosa formula 1 dan formula 2 dengan konsentrasi cajuputs oil flavor x % ( ) dan x +0.36 % ( )

Pada Gambar 8 diketahui bahwa pada saliva kontrol nilai pH berkisar 6.67 - 6.83, sedangkan pH saliva yang tidak distimulasi mengalami penurunan pH

6.67 6.83 6.33 6.33 7.33 7.50 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00

Kontrol tanpa Stimulasi dengan Stimulasi

pH Perlakuan ab c bc a a abc

menjadi 6.33. Hal tersebut dimungkinkan pada rentang waktu pengambilan sampel antar perlakuan adalah 3 jam yang dimana pada rentang tersebut dimungkinkan telah terbentuknya bakteri yang dapat memproduksi asam. Berdasarkan Kidd (2004), pada 0-4 jam pertama bakteri streptococci tunggal sebagai koloni awal (fase adaptasi), membentuk koloni pada pelikel yang terbentuk pada permukaan gigi. Namun nilai pH yang diperoleh pada saliva kontrol dan tidak distimulasi oleh CCCNS masih dapat dikatakan risiko karies rendah, karena menurut Nolte (1973) pH rongga mulut yang memudahkan pertumbuhan kuman asidogenik seperti

S.mutans berkisar 4.5 - 5.5. Nilai pH yang diperoleh dari kedua perlakuan tersebut berkisar antara 6.33 - 6.83. Nilai tersebut sesuai dengan penelitian Haroen (2002), yang dimana pada saat tidak distimulasi (keadaan istirahat), pH saliva adalah 5.6 - 7.0 dengan rata-rata pH 6.7.

Pada Gambar. 8 juga menunjukkan pH saliva yang yang distimulasi dengan CCCNS formula 1 dan formula 2 menunjukkan adanya perbedaan yang nyata dengan saliva yang tidak distimulasi. Pada saat tidak distimulasi nilai pH saliva 6.33, namun setelah distimulasi dengan CCCNS formula 1 dan formula 2 terjadi peningkatan pH saliva menjadi 7.1 - 7.5. Hal tersebut mungkin karena pada saat distimulasi terjadi peningkatan laju alir saliva akibat pengunyahan dan rangsangan flavor. Dodds (2012), menyatakan bahwa semakin tinggi laju alir saliva, maka kapasitas buffer dari saliva yang distimulus akan meningkat dan membantu menetralkan asam dalam mulut. Edgar (2012) menjelaskan bahwa pada saat laju alir saliva meningkat maka konsentrasi ion bikarbonat dalam saliva akan meningkat pula. Ion bikarbonat merupakan penyangga utama pada saliva yang distimulasi. Ion bikarbonat bersama dengan hidrogen akan membentuk karbondioksida dan air, yang kemudian karbondioksida akan dihembuskan keluar dan asam akan hilang. Berikut ini adalah persamaan equilibrium yang terjadi (Edgar 2012): CO2 + H2 O ↔H2 CO3 ↔ HCO3- + H+

Berdasarkan Gambar.8 diketahui pula terdapat perbedaan pH saliva yang distimulasi oleh CCCNS formula 1 dan formula 2, yang dimana CCCNS formula 2. CCCNS formula 2 memiliki nilai pH yang lebih tinggi dibandingkan CCCNS formula 1. Hal tersebut dikarenakan konsentrasi cajuputs oil flavor pada CCCNS formula 2 lebih tinggi yaitu sebesar x + 0.36 % sehingga dapat merangsang sekresi saliva lebih banyak. Semakin tinggi flow rate saliva yang dihasilkan maka konsentrasi bikarbonat semakin meningkat pula. Bikarbonat saliva akan meningkatkan pH dan kapasitas buffer saliva (Bardow et al, 1999; Rantonen, 2003).

Dokumen terkait