• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.1. Tinjauan Teori

2.1.2. Fluktuasi Ekonomi dan Kebijakan Stabilisasi

2.1.2.1. Fluktuasi Ekonomi

Keseimbangan perekonomian terbentuk pada saat perpotongan kurva permintaan agregat (aggregate demand, AD) dan kurva penawaran agregat (aggregate supply, AS). Dalam jangka panjang, perekonomian berada pada perpotongan kurva penawaran agregat jangka panjang dan kurva permintaan agregat. Karena harga-harga telah disesuaikan pada tingkat yang berlaku maka kurva penawaran agregat jangka pendek juga memotong titik keseimbangan tersebut. Keseimbangan yang dicapai pada jangka panjang akan tercapai pada tingkat output alamiah (full-employment). Kondisi full employment (Y*) dalam keseimbangan jangka panjang ditunjukan pada Gambar 4.

Sumber: Mankiw, 2003.

Gambar 4. Aggregat Demand-Aggregat Supply dalam Keseimbangan Jangka Panjang

Sementara itu, dalam jangka pendek keseimbangan pada kondisi full employment terkadang tidak dapat terpenuhi. Ketidakseimbangan dari kondisi full employment pada jangka pendek atau yang lebih dikenal dengan siklus bisnis terjadi karena adanya guncangan (shock) dalam perekonomian. Guncangan yang terjadi dapat disebabkan oleh guncangan pada sisi AD ataupun AS. Guncangan tersebut membuat kondisi full employement dapat tidak tercapai.

Guncangan pada sisi AD misalnya adalah: lonjakan investasi, lonjakan konsumsi, peningkatan dalam nilai tukar secara mendadak, dan pemotongan suku bunga yang tidak diprediksi (Mankiw, 2003). Suatu lonjakan pada sisi AD, misalnya: lonjakan investasi, akan menggeser kurva AD ke kanan. Pergesearan AD ke kanan menyebabkan tingkat output dan harga relatif meningkat (unexpected inflation). Lebih lanjut, dengan pergeseran AS ke kiri maka

Output (Y) AD1 SRAS1 (Pe=P1) P1 P LRAS Y*

keseimbangan kembali pada tingkat alamiah dengan tingkat harga yang lebih tinggi (Gambar 5).

Sumber: Mankiw, 2003.

Gambar 5. Guncangan Pada Permintaan Agregat: Lonjakan Investasi

Sementara itu, guncangan pada sisi AS misalnya adalah peningkatan harga minyak secara mendadak dan penemuan teknologi baru. Guncangan akibat dari peningkat harga minyak akan menggeser AS ke kiri. Keseimbangan baru terbentuk pada tingkat output yang lebih rendah (stagnasi) dan harga yang lebih tinggi (inflasi). Dengan demikian guncangan kenaikan harga minyak tersebut menyebabkan terjadinya stagflasi (Gambar 6).

Krisis finansial global yang saat ini terjadi merupakan salah satu bentuk dari guncangan dalam perekonomian. Akibat krisis sub prime mortgage yang terjadi sejak 2007 itu, sejumlah lembaga keuangan di dunia bangkrut. Secara makro, kerugian yang ditimbulkan oleh dampak krisis di AS terlihat dari turunnya tingkat pertumbuhan ekonomi dunia. Rendahnya tingkat pertumbuhan ekonomi dunia itu tentunya akan sangat berpengaruh terhadap sektor riil di negara yang

SRAS1 (Pe=P1) P2 P3 AD2 Y* Output (Y) AD1 SRAS1 (Pe=P3) P1 P LRAS

memiliki portofolio ekonomi yang besar dengan AS dan negara-negara yang terkena dampak secara signifikan dari krisis di AS tersebut.

Sumber: Mankiw, 2003.

Gambar 6. Guncangan Pada Penawaran Agregat: Lonjakan Harga Minyak

Secara teoritis, Indonesia merupakan negara yang termasuk dalam small

open economy. Dengan demikian berbagai guncangan yang terjadi dalam perekonomian global akan berpengaruh terhadap perekonomian Indonesia. Krisis di AS akan berpengaruh terhadap Indonesia paling tidak melalui dua jalur atau transmisi: (1) perdagangan atau ekspor impor dan (2) pasar keuangan.

Melalui jalur perdagangan, krisis AS akan mempengaruhi neraca perdagangan (ekspor-impor). Penurunan ekspor produk industri Indonesia ke AS dan negara-negara lain yang juga terkena dampak krisis akan menyulitkan industri dalam negeri dalam menjual produknya. Apabila kesulitan tersebut tidak dapat diatasi maka dapat mendorong industri untuk mengurangi volume produksi dan melakukan rasionalisasi (PHK). Secara agregat penurunan produksi industri dan

Y* SRAS1 (Pe=P1) P2 Output (Y) AD1 SRAS2 (Pe=P2) P1 P LRAS

penyerapan tenaga kerja akan menyebabkan turunnya produk nasional dan meningkatnya pengangguran.

Dari jalur keuangan, Indonesia berpotensi mengalami penurunan capital

inflows, terutama dari investasi portofolio. Indonesia masih belum menjadi tempat

yang atraktif bagi investasi langsung (foreign direct investment/FDI). Dengan

demikian, jika kepercayaan tidak terpelihara dengan baik, rupiah dan pasar modal menjadi tidak terkendali yang lambat laun akan mempengaruhi kinerja sektor riil.

2.1.2.2. Kebijakan Stabilisasi

Kebijakan stabilisasi adalah kebijakan yang ditujukan untuk mengurangi tekanan fluktuasi ekonomi jangka pendek. Alternatif kebijakan yang dapat ditempuh untuk mengatasi fluktuasi jangka pendek adalah berupa kebijakan fiskal dan kebijakan moneter. Tujuan utama kebijakan fiskal dan moneter adalah mempertahankan agar perekonomian berada dalam keseimbangan permintaan dan penawaran dan mempertahankan tingkat harga yang terjadi (Branson and Litvack, 1981). Upaya untuk menjaga keseimbangan tersebut diperlukan karena apabila terjadi ekses permintaan, akan menyebabkan inflasi. Sebaliknya permintaan yang kurang mencukupi akan mendorong terjadinya pengangguran dan deflasi.

Ekspansi fiskal melalui belanja pemerintah (G) merupakan bagian dari pengeluaran agregat (AE). Seberapa besar kebijakan fiskal (melalui peningkatan pengeluaran pemerintah) akan meningkatkan output, tergantung pada besaran multiplier effect (Branson and Litvack, 1981).

Permasalahan mendasar pada negara berkembang adalah masalah current account deficit (external imbalance) dan tingginya tingkat pengangguran dan inflasi (internal imbalance). Untuk mengatasi masalah unemployment diperlukan

tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Namun kebijakan ekspansi untuk meningkatkan pertumbuhan, seringkali menyebabkan permintaan tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan kapasitas supply. Hal ini berdampak pada masalah external balance, yaitu: (1) meningkatnya impor, sementara ekspor turun sehingga memperlebar external imbalance, dan (2) excess demand menyebabkan inflasi meningkat yang berpengaruh pada memburuknya keunggulan kompetitif negara di lingkup internasional, dengan demikian semakin memperburuk external imbalance. Sehingga tujuan meningkatkan employment justru seringkali berdampak pada memburuknya current account pada balance of payment (BOP) (Hossain dan Chowdhury, 2001).

Efektivitas kebijakan fiskal pada perekonomian terbuka tergantung pada derajad mobilitas kapital dan kondisi exchange rate. Kebijakan fiskal pada kurs flexibel dan mobilitas kapital sempurna ditunjukan pada Gambar 7. Ekspansi fiskal akan menggeser IS ke kanan dari IS0 ke IS1, sehingga meningkatkan suku

bunga domestik (id) dan pendapatan nasional (Y. Hal ini menggeser internal balance dari titik A ke titik B. Pergeseran IS0 ke IS1 akan meningkatkan

aggregate demand. Hal ini mengakibatkan peningkatan harga (P). Peningkatan P mengakibatkan penurunan konsumsi (C), penurunan ekspor (X) dan meningkatkan impor (M). Hal ini mengakibatkan kurva IS mengalami crowding out (bergeser ke kiri dari IS1 ke IS0

Peningkatan i ).

d mengakibatkan peningkatan net inflow (Capital Inflow),

sehingga capital account mencapai surplus. Peningkatan Y mengakibatkan peningkatan impor (M), sehingga dengan demikian net ekspor (NX) menurun sehingga current account defisit. Pada kondisi dimana mobilitas modal sempurna,

maka slope kurva BP datar. Pada kondisi ini peningkatan sedikit id memberikan peningkatan capital inflow (CI) yang sangat besar, sehingga surplus capital account ditambah defisit current account memberikan surplus Balance of Payment (BP). Surplus BP mengakibatkan apresiasi nilai tukar, hal ini mengakibatkan penurunan NX. Penurunan NX mengakibatkan pergeseran kurva IS kembali ke IS0 , sehingga internal balance kembali ke titik A.

Alternatif kebijakan yang dapat ditempuh untuk mencapai keseimbangan internal dan eksternal adalah kebijakan moneter. Kebijakan Moneter (monetary policy) adalah kebijakan yang dilakukan pemerintah atau otoritas moneter dengan menggunakan peubah jumlah uang beredar dan tingkat bunga (interest rates). Di Indonesia kebijakan moneter dijalankan oleh suatu otoritas moneter. Bank Indonesia dan Pemerintah secara bersama-sama diberikan amanat oleh Undang- Undang untuk mengelola aspek moneter dalam perekonomian Indonesia.

Sumber: Branson and Litvack, 1981.

Gambar 7. Ekspansi Fiskal dengan Aliran Modal Sempurna dan Kurs Fleksibel id B A LM Y0 Y (Output) i0 IS1 BP IS0

Pada kondisi kurs fleksibel dan mobilitas kapital sempurna (perfect capital mobility), ekspansi moneter akan menggeser LM ke kanan dari LM0 ke LM1,

sehingga menurunkan id dan meningkatkan Y (Gambar 8). Hal ini menggeser internal balance dari titik A ke titik B. Pergeseran LM0 ke LM1 akan

meningkatkan aggregate demand. Hal ini mengakibatkan peningkatan harga (P). Peningkatan P mengakibatkan penurunan konsumsi (C), penurunan ekspor (X) dan meningkatkan impor (M). Hal ini mengakibatkan kurva IS bergeser ke kiri.

Penurunan id mengakibatkan penurunan CI yang besar, sehingga capital account defisit. Peningkatan Y mengakibatkan peningkatan impor sehingga NX menurun (current account defisit). Dengan demikian terjadilah defisit BP. Defisit BP yang besar mengakibatkan depresiasi nilai tukar, sehingga mendorong peningkatan NX yang besar. Peningkatan NX mengakibatkan pergeseran kurva IS ke kanan ke IS2, sehingga internal balance bergeser dari titik B ke titik C.

IS2 i0 id IS1 B C A Y0 Y1 Y (Output)

Sumber: Branson and Litvack, 1981.

Gambar 8. Ekspansi Moneter dengan Aliran Modal Sempurna dan Kurs Fleksibel

LM0

BP

IS0

Dokumen terkait