• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fluktuasi Kepadatan Nyamuk Anopheles spp

Dalam dokumen FAUNA DAN STATUS KERENTANAN NYAMUK (Halaman 48-54)

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.3 Fluktuasi Kepadatan Nyamuk Anopheles spp

Kepadatan populasi vektor menjadi hal penting dalam mempengaruhi intensitas penularan dan tinggi prevalensi penyakit malaria. Salah satu data yang penting dikumpulkan dalam kegiatan surveilans malaria adalah informasi mengenai musim kepadatan vektor. Kepadatan nyamuk menggigit orang di Kelurahan Caile dan Ela-Ela mengalami fluk tuasi baik d i dalam maupun di luar rumah. Kepadatan nyamuk menggigit orang/malam diukur dengan menggunakan indikator MBR (man biting rate). Pengamatan yang dilakukan selama tujuh bulan ini dapat memberi gambaran mengenai kepadatan menggigit tertinggi dan terendah dari nyamuk vektor atau yang diduga vektor.

Spesies An. barbirostris juga memiliki kepadatan tertinggi menggigit orang dibanding spesies lainnya selama penelitian di Kelurahan Caile. Kepadatan menggigit untuk umpan orang (MBR) tertinggi pada bulan Maret senilai 37,93 nyamuk/orang/malam dan terendah pada bulan Juni 3,11 nyamuk/orang/malam.

Spesies An. subpictus dengan tertinggi pada bulan Agustus (3,85 nyamuk/orang/malam) dan terendah pada bulan Juni dan Juli (0,44 nyamuk/orang/malam). Kepadatan spesies An. vagus tertinggi pada bulan Juni (6,37 nyamuk/orang/malam) dan terendah pada bulan Maret (0,30 nyamuk/orang/malam).

Kepadatan rata-rata spesies An. indefinitus pada penangkapan umpan orang tertinggi pada bulan Februari (1,04 nyamuk/orang/malam) dan terendah pada bulan Mei dan Juni (0,15 nyamuk/orang/malam). Sedangkan spesies An. nigerrimus yang terangkap hanya di bulan Agustus dengan kepadatan 0,59 nyamuk/orang/malam. Spesies An.

tesselatus tertinggi pada bulan Agustus 0,30 nyamuk/orang/malam dan terendah pada bulan Februari dan Mei (0,15 nyamuk/orang/malam) (Gambar 3).

Gambar 3. Fluktuasi N ilai Kepadatan Nyamuk Anopheles spp (MBR) di Kelurahan Caile (Februari-Agustus 2011).

Gambar 4. Fluktuasi N ilai Kepadatan Nyamuk Anopheles spp (MBR) di Kelurahan Ela-Ela (Februari-Agustus 2011).

0 5 10 15 20 25 30 35 40

FEB MAR APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS

MBR (Nyamuk/Orang/Malam)

Bulan Penangkapan

An. barbirostris An. subpictus An. vagus

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

FEB MAR APR MEI JUNI JULI AGT

MBR (Nyamuk/Orang/Malam)

Bulan Penangkapan

An. barbirostris An. subpictus An. vagus

Spesies An. barbirostris memiliki kepadatan tertinggi menggigit orang dibanding dengan keempat spesies lainnya selama masa tujuh bulan pengamatan di Kelurahan Ela-Ela. Kepadatan menggigit untuk umpan orang atau MBR tertinggi pada bulan Februari senilai 81.00 nyamuk/orang/malam da n terendah pada bulan Juni 9.48 nyamuk/orang/malam. Spesies An. subpictus memiliki tingkat kepadatan dengan umpan orang tertinggi pada bulan Februari (40,11 nyamuk/orang/malam) dan terendah pada bulan Juni dan Juli 1,19 nyamuk/orang/malam. Tingkat kepadatan spesies An. vagus pada umpan orang tertinggi pada bulan Juni (3,85 nyamuk/orang/malam) dan terendah pada bulan Maret (0,30 nyamuk/orang/malam).

Kepadatan rata-rata spesies An. indefinitus pada penangkapan umpan orang tertinggi pada bulan April (0,59 nyamuk/orang/malam) dan terendah pada bulan Juni (0,15 nyamuk/orang/malam). Selanj utnya, spesies An. nigerrimus yang dijumpa i hanya pada bulan Juli, kepadatannya untuk umpan orang adalah 0,15 nyamuk/orang/malam (Gambar 4).

Hasil penelitian di Kelurahan Caile dan Ela-Ela menunjukkan bahwa tingkat kepadatan nyamuk Anopheles spp tersebut sudah dapat menularkan malaria sesuai dengan yang telah dinyatakan oleh Bruce-Chwatt (1985), bahwa kepadatan vektor yang dapat menularkan malaria adalah 1-10 nyamuk/orang/malam atau lebih. Hal yang sama juga dilaporkan oleh Munif et al. (2008) yang menyatakan bahwa nyamuk Anopheles spp dapat diduga sebagai vektor malaria apabila mempunyai MBR atau kontak terhadap manusia cukup tinggi.

Hal tersebut bisa terjadi karena semakin tinggi tingkat kepadatan nyamuk Anopheles berarti frekuensi menggigit manusia dapat semakin sering terjadi. Bila nyamuk yang berpotensi vektor terinfeksi plasmodium karena menggigit orang yang sakit malaria ke mud ian menggigit orang yang sehat, maka sporozoit plasmodium yang bersifat infektif dalam tubuh nyamuk masuk ke dalam tubuh manusia yang sehat sehingga menjadi sakit.

Berdasarkan data fluktuasi kepadatan nyamuk Anopheles dari hasil penelitian di Kelurahan Caile maupun Ela-Ela, maka untuk mencegah meningkatnya kejadian penyakit malaria di kedua wilayah ini, pencegahan melalui pengendalian vektor baik secara biologis, fisika dan kimiawi sebaiknya dilakukan sebelum musim atau mencapai puncak kepadatan tertingginya, yaitu sebe lum bulan februari da n bulan Mei.

Sebab bila pengendalian vektor ini dilakukan pada saat puncak kepadatannya, maka besar kemungkinan dapat terjadi penularan atau kejadian penyakit malaria karena

nyamuk vektor masih memiliki kesempatan kontak dengan manusia dan menularkan sporozoit ke dalam darah manusia dan menjalani masa inkubasi hingga timbulnya kesakitan sekalipun setelah dilakukan pengendalian.

Seperti diketahui nyamuk mempunyai dua cara beristirahat, yaitu istirahat sebenarnya selama menunggu proses perkembangan telur dan istirahat sementara saat aktif mencari darah. Penangkapan di dinding dalam rumah malam hari untuk mengetahui kebiasaan beristirahat sementara nyamuk sebelum dan sesudah mengisap darah. Kepadatan nyamuk yang istirahat di dinding diukur dengan indikator MHD (man hour density).

Dari penangkapan nyamuk yang istirahat di dinding selama penelitian berlangsung ditemukan lima spesies di Kelurahan Caile. N yamuk Anopheles spp dengan kepadatan tertinggi yang istirahat di dinding adalah spesies An. barbirostris dengan puncak kepadatan pada bulan Maret (63,24/rumah/jam) dan terendah pada bulan Juni (6,12 /rumah/jam), Selanjutya diikuti oleh An. vagus dengan kepadatan tertinggi pada bulan Juni (63,24 per rumah/jam) dan terendah pada bulan Maret (0/rumah/jam). Spesies An. subpictus dengan tingkat kepadatan tertinggi terjadi pada bulan Mei (22,4/rumah/jam) dan terendah pada bulan Juni dan Juli (0/orang/jam).

Berikutnya spesies An. indefinitus dengan istirahat di dinding pada bulan Maret dan April dengan nilai indeks MBR yang sama (2,04/rumah/jam). Terakhir spesies An.

tesselatus yang tertangkap istirahat di dinding pada bulan April dan Juli dengan nilai indeks MBR yang sama (4,08 /rumah/jam) (Tabel 4).

Tabe l 4. Fluktuasi N ilai Kepadatan Nyamuk Anopheles spp yang Istirahat di Dinding (MHD) (nya muk/jam/rumah) di Kelurahan Caile (Februari-Agustus 2011)

SPES IES

M H D (nyamuk/jam/rumah)

RATA-RATA FEB MARET APRIL M E I JUNI JU LI AGUS TUS

An. barbirostris 18.36 63.24 16.32 20.40 6.12 10.20 6.12 20.11

An. vagus 10.20 0.00 12.24 12.24 63.24 6.12 28.56 18.94

An. subpictus 8.16 4.08 14.28 22.44 0.00 0.00 14.28 9.03

An. indefinitus 0.00 2.04 2.04 0.00 0.00 0.00 0.00 0.58

An. tesselatus 0.00 0.00 4.08 0.00 0.00 4.08 0.00 1.17

Ket : M HD : Man hour Density

Tabel 5. Fluktuasi N ilai Kepadatan Nyamuk Anopheles spp yang Istirahat di Dinding (MHD) (nyamuk/jam/rumah) di Kelurahan Ela-Ela (Februari-Agustus 2011)

SPES IES FEB MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUS TUS Rata-Rata

An. barbirostris 14.28 32.64 14.28 18.36 0.00 4.08 0.00 11.95

An. subpictus 6,17 2,04 4,08 18,36 0.00 4.08 0.00 4,96

An.nigerrimus 0 0 0 0 0 0 2.04 0,29

Ket : MHD : Man hour Density

Sementara itu, di Kelurahan Ela-Ela ditemukan hanya tiga spesies. Dengan metode penangkapan nyamuk yang istirahat di dinding, kepadatan tertinggi An.

barbirostris pada bulan Maret (32,64/rumah/jam) dan terendah pada bulan Juni dan Agustus (0/rumah/jam), kemudian An. subpictus dengan tingkat kepadatan tertinggi terjadi pada bulan Februari (6,17/rumah/jam) dan terendah pada bulan Juni dan Agustus (0/orang/jam). Berikutnya, spesies An. nigerrimus hanya tertangkap istirahat di dinding pada bulan Agustus dengan kepadatan (2,04/rumah/jam) (Tabel 5).

Hasil pengamatan dari kedua kelurahan ini menunjukkan bahwa spesies An.

barbirostris ditemukan yang paling tinggi tingkat kepadatannya diantara semua jenis spesies yang ditemukan. Hasil yang sama dilaporkan Munif et al. (2007) yang menemukan kepadatan sejumlah spesies Anopheles istirahat di dinding dalam rumah diantaranya An. barbirostris (MHD 0,03-0,58) di Kecamatan Lengkong Sukabumi.

Dari hasil penangkapan nyamuk Anopheles yang istirahat di dind ing dalam rumah baik d i Kelurahan Caile dan Ela-Ela menunjukkan, bahwa dalam pengendalian nyamuk Anopheles dapat dilakukan dengan menggunakan metode IRS (indoor residual spraying) atau penyemprotan secara residual di dalam rumah. Pemberantasan dengan metod e ini dilakukan untuk target spesies yang biasa istirahat pada tempat-tempat seperti dinding, langit-langit dan lain- lain. Residu insektisida yang disemprotkan diharapkan dapat bertahan beberapa waktu tertentu yang toksisitasnya dapat mematikan nyamuk Anopheles yang istirahat di dinding dalam rumah penduduk.

Penangkapa n nya muk yang istirahat di kanda ng da n sekitarnya yang dilakuka n hanya di Kelurahan Caile juga diukur de ngan indikator MHD (man hour density).

Dari penangkapan nyamuk yang istirahat di kandang selama penelitian ini

berlangsung ditemukan delapan spesies, dan dari metode ini pula didapatkan jumlah nyamuk Anopheles spp yang paling banyak tertangkap dibandingkan dengan semua metode penangkapan yang digunakan dalam penelitian ini.

Dari delapan spesies yang ditemukan istirahat di kandang, kepadatan rata-rata tertinggi pada spesies An. vagus (143,67/kandang/jam) dengan puncak kepadatan pada bulan Juni (395,76/kandang/jam) dan terendah pada bulan Maret (26,52/kandang /jam). Kemudian diikuti oleh An. subpictus dengan rata-rata kepadatan

(70,82/kandang/jam), puncak kepadatannya pada bulan Agustus (126,48/kandang/jam) dan terendah pada bulan Juni (12,24/kandang/jam). Spesies An.

barbirostris mempunya i rata-rata kepadatan (55,56/kandang/jam) dengan tingkat kepadatan tertinggi terjadi pada bulan Maret (195,84/kandang/jam) dan terendah pada bulan Juni (6,12/kandang/jam). Spesies An. tesselatus dengan kepadatan rata-rata 9,91/kandang/jam dengan puncak kepadatan tertinggi pada bulan Mei (24,48/kandang/jam) dan terendah pada bulan Agustus (2,04/kandang/jam).

Berikutnya spesies An. indefinitus dengan kepadatan rata-rata 3,79 /kandang/jam dengan tingkat kepadatan tertinggi pada bulan Maret (10,20/kandang/jam) dan terendah pada bulan (10,20/kandang/jam) (Tabe l 6).

Tabel 6. Fluktuasi N ilai Kepadatan N yamuk Anopheles spp yang Istirahat di Kandang (MHD) (nyamuk/jam/rumah) di Kelurahan Caile (Februari-Agustus 2011)

SPES IES

M H D (nya muk/jam/rumah)

RATA-RATA FEB MARET APRIL M E I JUNI JU LI AGUS TUS

An. vagus 83.64 26.52 30.60 163.20 395.76 204.00 102.00 143.67

An. subpictus 28.56 67.32 57.12 81.60 12.24 122.40 126.48 70.82 An.barbirostris 36.72 195.84 18.36 42.84 6.12 32.64 57.12 55.66

An. tesselatus 0.00 0.00 22.44 24.48 10.20 10.20 2.04 9.91

An. indefinitus 2.04 10.20 0.00 0.00 8.16 6.12 0.00 3.79

An.nigerrimus 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 8.16 1.17

An. flavirostris 2.04 0 0 0 0 0 0 0.29

An.k ochi 0 0 0 0.05 0 0 0 0.01

Ket : MHD : Man hour Density

Tiga spesies selanjutnya yakni An. nigerrimus, An. flavirostris dan An. kochi tertangkap istirahat di kandang masing- masing hanya sekali dalam tujuh bulan masa penelitian ini. Spesies An. nigerrimus yang tertangkap istirahat di kandang pada bulan Agustus memiliki nilai MBR 8,16 /kandang/jam dengan kepadatan rata-rata 1,17/

kandang/jam. An. flavirostris yang tertangkap istirahat di kandang dan sekitarnya hanya pada bulan Februari memiliki nilai MBR 2,04 /kandang/jam dengan kepadatan rata-rata 0,29/kandang/jam. Dan Spesies An. kochi dengan nilai MBR 0,05 /kandang/jam dengan kepadatan rata-rata-rata 0,01/kandang/jam hanya ditemui beristirahat di kandang pada bulan Mei (Tabel 6).

Hasil ini juga sesuai de ngan pe nelitian yang dilakukan oleh Adnyana (2011) yang melaporkan bahwa di Kecamatan Umburatunggay Sumba Tengah NTT nyamuk Anopheles spesies An. kochi, An. tesselatus, An. vagus, An. flavirostris da n An.

indefinitus sebagian besar ditemukan tertangkap di kandang dan sekitarnya. Hal ini sejalan dengan salah satu kesimpulan penelitian Suwadera (2003) di Wilayah Puskesmas Kambaniru Sumba Timur NTT yang menyatakan memelihara ternak di sekitar rumah akan memberikan dampak penurunan kejadian malaria sebesar 39,1%.

Juga sesuai dengan apa yang dinyatakan oleh Barodji (2010), bahwa keberadaan sapi dan kerbau di daerah pedesaan sangat mempengaruhi distribusi vektor malaria pada malam hari, lebih dari 73% nyamuk vektor pada malam hari terdapat di kandang sapi, kandang kerbau dan sekitarnya.

Dalam dokumen FAUNA DAN STATUS KERENTANAN NYAMUK (Halaman 48-54)