4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.5 Hubungan Kepadatan N yamuk Anopheles spp
4.1.5 Hubungan kepadatan Nyamuk Anopheles spp dengan Curah hujan, Suhu dan Kelembaban di Kelurahan Caile dan Ela-Ela
Hubungan kepadatan Nyamuk Anopheles spp dengan Curah hujan
Pengaruh hujan dapat berbeda-beda menurut banyaknya hujan dan kondisi fisik daerah. curah hujan yang tinggi dapat mengakibatkan larva Anopheles spp
hanyut dan mati di tempat perkembangbiakannya. Terlalu banyak hujan akan menyebabkan banjir dan terlalu kurang akan menyebabkan kekeringan, mengakibatkan berpindahnya tempat perkembangbiakan nyamuk secara temporer.
Curah hujan yang cukup de ngan jangka waktu lama aka n memperbesar kesempatan nyamuk untuk berkembangbiak secara optimal.
Data curah hujan (Februari-Agustus 2011) diperoleh dari BMKG Wilayah IV Makassar (Stasiun K limatologi Kelas I Maros) berdasarkan laporan dari stasiun BPP Tanah Kongkong yang berlokasi di Kecamatan Ujung Bulu Kabupaten Bulukumba.
Selama penelitian (Februari-Agustus 2011), indeks curah hujan tertinggi pada bulan Mei (149,03 mm) dan terendah pada bulan Agustus (0,16 mm) (Lampiran 44 da n 45).
Hasil uji ko relasi (Pearson Correlation) dengan nilai α : 0,05 menunjukkan ada hubungan antara faktor cuaca dengan kepadatan nyamuk Anopheles spp di Kelurahan Caile. Hubungan antara indeks curah huj an dengan kepada tan nyamuk spesies An. barbirostris kearah yang positif dengan kekuatan hubungan sangat lemah dan tidak signifikan (r=0,025, p value >0,05). Hubungan antara indeks curah hujan dengan kepadatan nyamuk spesies An. subpictus kearah yang positif dengan kekuatan hubungan sedang namun tidak signifikan (r=0,274, p value >0,05). Hubungan antara indeks curah hujan dengan kepadatan nyamuk spesies An. vagus kearah yang positif dengan kekuatan hubungan sedang meskipun tidak signifikan (r=0,404, p value
>0,05) (Gambar 9).
Hal ini berarti kepadatan nyamuk Anopheles spp cenderung meningkat bila indeks curah hujan juga meningkat dan sebaliknya kepadatannya menurun bila indeks curah hujan juga menur un. Hal ini dapat terjadi karena pada musim hujan lahan sawah di Kelurahan Caile kembali dikelola unt uk ditanami yang dapat menjadi tempat perkembangbiakan Anopheles spp. Hasil yang sama dilaporkan oleh Jastal et al.
(2003) yang menyatakan munculnya spesies An. barbirostris di Desa Sidoa n Sulawesi Tengah seiring dengan datangnya hujan sampai akhir musim hujan saat sawah mulai tergenang.
Hasil uji ko relasi (Pearson Correlation) dengan nilai α : 0,05 menunjukkan ada hubungan antara faktor iklim dengan kepadatan nyamuk Anopheles spp di Kelurahan Ela-Ela. Hubungan antara indeks curah hujan dengan kepadatan nyamuk spesies An. barbirostris kearah linier negatif dengan kekuatan hubungan sangat lemah dan tidak signifikan (r=-0,039, p value >0,05). Hubungan antara indeks curah hujan dengan kepadatan nyamuk spesies An. subpictus kearah linier negatif dengan
kekuatan hubungan sangat lemah dan tidak signifikan (r=-0,113, p value >0,05).
Hubungan antara indeks curah hujan dengan kepadatan nyamuk spesies An. vagus kearah linier negatif dengan kekuatan hubungan sedang tetapi tidak signifikan (r=-0,298, p value >0,05) (Gambar 10).
Hal ini berarti kepadatan nyamuk Anopheles spp cenderung menurun bila indeks curah hujan meningkat dan sebaliknya kepadatannya meningkat bila curah hujan menurun di Kelurahan Ela-Ela. Hal ini terjadi karena pada saat hujan menimbulkan banjir yang membuat air di rawa, genangan air payau maupun kolam meluap keluar atau ke saluran yang mengalir ke laut sehingga larva dapat terbawa dan mati. Sebaliknya pada saat kurang atau lama tak turun hujan terbentuk genangan air payau, rawa dan kolam yang didalamnya juga terdapat tanaman air sehingga menjadi tempat potensial perindukan nyamuk. Hasil yang sama dinyatakan oleh Sulaeman (2004), bahwa padat populasi nyamuk Anopheles pada musim hujan lebih rendah daripada di musim kering di Desa Bolapapu Sulawesi Tengah. Disini, spesies Anopheles merupakan nyamuk yang paling dominan dan kelimpahan nisbinya lebih tinggi pada musim kering daripada di musim hujan.
Gambar 9. Hubungan antara Kepada tan Nyamuk Anopheles spp (MBR) dengan Indeks Curah Hujan di Kelurahan Caile (Februari-Agustus 2011).
0
FEB MAR APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS
ICH (Indeks Curah Hujan)
MBR (Nyamuk/Orang/Malam)
Bulan Penangkapan
ICH An. barbirostris An. subpictus An. vagus
Gambar 10. Hubungan antara Kepadatan Nyamuk Anopheles spp (MBR) dengan Indeks Curah Hujan di Kelurahan Ela-Ela (Februari-Agustus 2011).
Hubungan kepadatan Nyamuk Anopheles spp dengan Suhu
Fluktuasi kepadatan nyamuk juga dipengaruhi oleh lingkungan dimana nyamuk itu berada, oleh karena itu terjadi perbedaan kepadatan suatu spesies nyamuk Anopheles. Di Kelurahan Caile, suhu udara selama penelitian suhu berkisar antara 28-30OC dengan suhu tertinggi terjadi pada bulan Maret (30OC) dan terendah pada bulan Februari, Juni, Juli dan Agustus (28OC). dan di Kelurahan Ela-Ela selama penelitian berkisar antara 25-30OC dengan suhu tertinggi terjadi pada bulan Maret (30OC) dan terendah pada bulan Agustus (25O
Hubungan antara suhu dengan kepadatan nyamuk spesies An. barbirostris kearah yang pos itif de ngan kekuatan hubungan sangat kuat da n memiliki hubungan yang signifikan (r=0,866, p value <0,05) di Kelurahan Caile. Hasil uji regresi didapatkan nilai koefisien determinasi sebesar 0,750. Hal ini berarti pengaruh suhu terhadap kepadatan spesies An. barbirostris sebesar 75% sedangkan 25% oleh faktor lain. Hubungan antara suhu dengan kepadatan nyamuk spesies An. subpictus kearah yang positif dengan kekuatan hubungan sangat lemah dan tidak signifikan (r=0,020, p value>0,05). Hubungan antara suhu dengan kepadatan nyamuk spesies An. vagus
C) (Lampiran 44 da n 45).
FEB MAR APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS
ICH (Indeks Curah Hujan)
MBR (Nyamuk/Orang/Malam)
Bulan Penangkapan
ICH An. barbirostris An. subpictus An. vagus
kearah yang positif dengan kekuatan hubungan sedang tetapi tidak signifikan (r=0,282, p value >0,05) (Gambar 11).
Sementara itu, hubungan antara suhu dengan kepadatan nyamuk spesies An.
barbirostris kearah linier negatif dengan kekuatan hubungan sangat lemah dan tidak signifikan (r=-0,003, p value >0,05) di Kelurahan Ela-ela. Hubungan antara suhu dengan kepadatan nyamuk spesies An. subpictus kearah linier negatif dengan kekuatan hubungan sangat lemah dan tidak signifikan (r=-0,047, p value >0,05).
Hubungan antara suhu dengan kepadatan spesies An. vagus kearah linier negatif dengan kekuatan hubungan sedang tetapi tidak signifikan (r=-0,049, p value >0,05) (Gambar 12).
Hal ini berarti kepadatan nyamuk Anopheles spp cenderung meningkat bila suhu juga meningkat dan sebaliknya kepadatannya menurun bila suhu juga menurun di Kelurahan Caile, sedangkan kepadatan nyamuk Anopheles spp cenderung menurun bila suhu meningkat dan sebaliknya kepadatannya meningkat bila suhu menurun di Kelurahan Ela-Ela.
Gambar 11. Hubungan antara Kepadatan Nyamuk Anopheles spp (MBR) dengan suhu di Kelurahan Caile (Februari- Agustus 2011).
25
FEB MAR APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS
Suhu (0C)
MBR (Nyamuk/Orang/Malam)
Bulan Penangkapan
Suhu An. barbirostris An. subpictus An. vagus
Gambar 12. Hubungan antara Kepadatan Nyamuk Anopheles spp (MBR) dengan suhu di Kelurahan Ela-Ela (Februari- Agustus 2011).
Dalam kaitannya dengan hubungan antara kepadatan nyamuk Anopheles spp dengan fluktuasi suhu pada penelitian di Kelurahan Caile dan Ela-Ela ini, Price (1997) menyatakan semua serangga bersifat po ikilotermis, yaitu suhu tubuhnya berubah-uba h sesuai dengan keadaan di sekitarnya. Efek hujan pada nyamuk dapat langsung atau tidak langsung. Kurangnya hujan dapat menyebabkan pengeringan dan ke matian. Curah huj an juga berpengaruh terhadap kelembaban, bersama dengan suhu dan angin yang menentukan kondisi iklim mikro setempat.
Hubungan kepadatan Nyamuk Anopheles spp dengan Kelembaban
Kelembaban nisbi rata-rara berkisar antara 80-95% di Kelurahan Caile.
Kelembaban udara tertinggi terjadi pada bulan April (95%) dan terendah pada bulan Februari (80%). Kelembaban nisbi berkisar antara 80-97% di Kelurahan Ela- Ela.
Kelembaban tertinggi terjadi pada bulan April (97%) dan terendah pada bulan Februari (80%) (Lampiran 44 dan 45).
Dengan faktor kelembaban, ada hubungan antara kelembaban dengan kepadatan nyamuk spesies An. barbirostris kearah yang positif dengan kekuatan hubungan sangat lemah dan tidak signifikan (r=0,199, p value >0,05) di Kelurahan Caile. Ada hubungan antara kelembaban dengan kepadatan nyamuk spesies An.
25
FEB MAR APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS
Suhu (0C)
MBR (Nyamuk/Orang/Malam)
Bulan Penangkapan
Suhu An. barbirostris An. subpictus An. vagus
subpictus kearah yang positif dengan kekuatan hubungan sangat lemah dan tidak signifikan (r=0,125, p value>0,05). Ada hubungan antara kelembaban dengan kepadatan nyamuk spesies An. vagus kearah yang positif dengan kekuatan hubungan sangat lemah dan tidak signifikan (r=0,012, p value >0,05) (Gambar 13).
Hubungan antara kelembaban dengan kepadatan nyamuk An. barbirostris kearah linier negatif dengan kekuatan hubungan sangat kuat dan memiliki hubungan signifikan (r=-0,846, p value <0,05) di Kelurahan Ela-Ela. Hasil uji regresi didapatkan nilai koefisien determinasi sebesar 0,715. Hal ini berarti pengaruh kelembaban terhadap kepadatan An. barbirostris sebesar 71,5% sedangkan 28,5% oleh faktor lain yang belum diketahui. Hubungan antara kelembaban dengan kepadatan nyamuk An.
subpictus kearah linier negatif de ngan kekuatan hubungan sangat kuat da n memiliki hubungan signifikan (r=-0,918, p value <0,05). Hasil uji regresi didapatkan nilai koefisien determinasi sebesar 0,844. Hal ini berarti pengaruh kelembaban terhadap kepadatan An. barbirostris sebesar 84,4% sedangkan 15,6% oleh faktor lain yang belum diketahui. Hubungan antara kelembaban dengan kepadatan nyamuk An. vagus kearah linier negatif dengan kekuatan hubungan sangat lemah tetapi tidak signifikan (r=-0,126, p value >0,05) (Gambar 14).
Hal ini berarti kepadatan nyamuk Anopheles spp cenderung meningkat bila kelembaban juga meningkat dan sebaliknya kepadatannya menurun bila kelembaban juga menurun di Kelurahan Caile, sedangkan kepadatan nyamuk Anopheles spp cenderung menurun bila kelembaban meningkat dan sebaliknya kepadatannya meningkat bila kelembaban menurun di Kelurahan Ela-Ela.
Dalam kaitannya dengan hubungan antara kepadatan nyamuk dengan fluktuasi kelembaban pada penelitian di Kelurahan Caile dan Ela-Ela ini, Serviced dan Towson (2002) dalam Adnyana (2009) menyatakan fluktuasi musiman seperti curah hujan, kelembaban dan suhu mempengaruhi tingkat ketahanan Anopheles dan jumlah pop ulasinya. Hal yang sama juga dinya taka n oleh Gilles (1993) dalam Ompusunggu dan Laihad (2008), bahwa sebagai penyakit tular vektor, seperti malaria, sangat dipengaruhi oleh peruba han temperatur, kelembaban, curah hujan dan kondisi tempat-tempa t perindukan vektor, dan perilaku vektor.
Gambar 13. Hubungan antara Kepadatan Nyamuk Anopheles spp (MBR) dengan kelembaban di Kelurahan Caile (Februari- Agustus 2011).
Gambar 14. Hubungan antara Kepadatan Nyamuk Anopheles spp (MBR) dengan Kelembaban di Kelurahan Ela-Ela (Februari-Agustus 2011).
75
FEB MAR APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS
Kelembaban (%)
MBR (Nyamuk/Orang/Malam)
Bulan Penangkapan
Kelembaban An. barbirostris An. subpictus An. vagus
75
FEB MAR APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS
Kelembaban (%)
MBR (Nyamuk/Orang/Malam)
Bulan Penangkapan
Kelembaban An. barbirostris An. subpictus An. vagus
4.1.6 Status kerentanan Nya muk Anopheles spp
Pengenda lian vektor masih merupaka n langka h efektif yang pa ling umum untuk mencegah penularan malaria dan karena itu menjadi salah satu dari empat unsur dasar bagi strategi pengendalian global malaria. Tujuan utama dari pengendalian vektor adalah pengurangan morbiditas dan mortalitas malaria dengan mengurangi tingkat penularan (WHO 2011).
Pada pengujian kerentanan yang dilakukan di Kelurahan Caile, pengujian mengunakan impregnated paper lambda sihalotrin. Hal ini terkait karena di antara insektisida yang digunakan oleh para petani untuk memberantas hama pada saat menanam padi adalah lambda sihalotrin. N yamuk Anopheles yang digunakan dalam pengujian ini adalah dari spesies yang paling dominan di Kelurahan Caile yakni Anopheles barbirostris. Karena kondisi habitat persawahan di Kelurahan Caile yang sangat fluktuatif sehingga sulit untuk menguji nyamuk dari hasil pemeliharaan, maka nyamuk untuk uji ditangkap dari yang hinggap pada ternak dan sekitarnya. Setelah diadaptasikan terhadap lingkungan selama beberapa jam, kemudian dipilih nyamuk yang sehat, tidak cacat kaki dan sayap untuk diuji kerentanannya. Pengujian dilakukan dengan tiga ulangan dan satu kontrol dalam tabung yang dilapisi kertas berinsektisida (impregnated paper). Pengujian dengan menggunakan nyamuk yang dihimpun dari ternak dan sekitarnya dan bukan hasil dari pemeliharaan (rearing) juga pernah digunakan dalam uji kerentanan nyamuk vektor malaria An. sundaicus terhadap insektisida golongan piretroid (Boewono et al 2002).
Pada penelitian ini uji kerentanan dilakukan terhadap nyamuk Anopheles spp dari habitat di Kelurahan Caile dan Kelurahan Ela-Ela.
Hasil pengujian kerentanan An. barbirostris terhadap insektisida Lambda sihalotrin 0,05% di Kelurahan Caile ini menghasilka n persentase ke matian nyamuk uji sebesar 100%. Berdasarkan kriteria yang direkomendasikan oleh WHO bahwa antara 98-100% berarti tergolong rentan, antara 80-97% tergolong toleran/perlu konfirmasi resistensi dan kurang dari 80% tergolong resisten atau kebal (WHO 1998), maka hasil uji di Kelurahan Caile ini menunj ukka n nya muk spesies An. barbirostris masih rentan terhadap insektisida berbahan aktif Lambda sihalotrin 0,05% (Tabe l 6).
Pengujian yang dilakuka n di Kelurahan Ela-Ela menggunakan nyamuk Anopheles dewasa hasil pemeliharan (rearing) yang larvanya diambil pada habitat potensial di rawa pantai. Setelah dewasa diberi makan darah dan setelah kenyang darah ke mudian dilakuka n pe ngujian. Pengujian dilakuka n de ngan tiga ulangan da n satu kontrol dalam tabung yang dilapisi kertas berinsektisida (impregnated paper).
Kertas berinsektisida yang digunakan dalam pengujian ini adalah impregnated paper Deltametrin 0,05%. Spesies Anopheles yang digunakan dalam pengujian ini adalah An. subpictus, Karena dari hasil pemeliharaan yang diambil dari habitat rawa pantai untuk melakukan uji ini didapatkan spesies Anopheles subpictus. Hal ini dapat dipahami karena habitat larva nya muk ini berkembangbiak di air payau. Larva An.
subpictus lebih toleran terhadap kadar garam, sehingga dapat ditemukan ditempat yang mendekati air tawar atau ditempat yang kadar garamnya cukup tinggi.
Pengujian kerentanan An. subpictus terhadap insektisida menggunakan Deltametrin 0,05% ini menghasilkan persentase kematian nyamuk uji sebesar 100%.
Berdasarkan kriteria yang direkomendasikan oleh WHO bahwa antara 98-100%
berarti tergolong rentan, antara 80-97% tergolong toleran/perlu ko nfirmasi resistensi dan kurang dari 80% tergolong resisten atau kebal (WHO 1998), maka hasil uji di Kelurahan Ela-Ela ini menunjukkan nyamuk spesies An. subpictus masih rentan terhadap insektisida berbahan aktif Lambda sihalotrin (Tabel 6). Dari hasil uji di Kelurahan Ela-Ela ini menunjukkan bahwa nyamuk An. subpictus masih rentan terhadap insektisida berbahan aktif Deltametrin 0,05% (Tabel 7).
Hasil yang sama dengan pengujian di Kelurahan Ela- Ela dilaporkan Widiarti et al. (2009) pada pengujian kerentanan spesies vektor An. subpictus dengan menggunakan Deltametrin 0,05% di Desa Sanggalangit Kabupaten Buleleng Bali juga menunjukkan hasil dengan persentase yang sama yakni kematian 100%. Betson et al.
(2009) juga melaporkan mortalitas 100% juga didapatkan pada beberapa daerah yang menjadi lokasi penelitian malaria di Gambia pada nya muk Anopheles gambiae terhadap Deltametrin 0,05%, hasilnya menunjukkan kematian 100%..
Menurut Sigit (2006), penggunaan pestisida memang diperlukan, yang harus diingat adalah kemungkinan terjadinya akibat samping. Bagi ekosistem permukiman, diantara yang harus dipertimbangkan adalah timbulnya resistensi pada populasi ha ma serangga sasaran setelah beberapa generasi. Dalam upaya menanggulangi masalah hama telah tercipta berbagai metode, teknik, alat serta senyawa-senyawa kimia yang amat efektif melawan hama. Dengan penemuan-penemuan itu dunia kesehatan terhindar dari malapetaka wabah penyakit asal vektor yang ganas seperti malaria dan dunia pertanian dapat menghasilkan bahan pangan cukup. Namun upaya melawan hama dengan menggunakan pestisida menimbulkan akibat samping yang merugikan pula antara lain terbentuknya galur-ga lur hama yang resisten.
Tabel 7. Hasil Uji Kerentanan N yamuk An. barbirostris terhadap Lambda sihalotrin 0,05% di Kelurahan Caile
Ulangan
P E R L A K U A N
Pengamatan 60 me nit Pengamatan
24 Jam
Tabel 8. Hasil Uji Kerentanan N yamuk An. subpictus terhadap Deltametrin 0,05 % di Kelurahan Ela- Ela
Ulangan
P E R L A K U A N
Pengamatan 60 me nit Pengamatan
24 Jam