• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fokus Kesejahteraan Masyarakat 1 Pendidikan

EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN 2014 DAN CAPAIAN KINERJA

B. Fokus Kesejahteraan Masyarakat 1 Pendidikan

a. Angka Melek Huruf (AMH)

Salah satu kualitas penduduk dicerminkan dengan kemampuan untuk mengakses pengetahuan untuk dapat memperluas cakrawala ilmu dan wawasan berpikir. Modal dasar suatu masyarakat untuk dapat mengakses pengetahuan antara lain dicerminkan dengan kemampuan baca-tulis yang dihitung dengan Angka Melek Huruf (AMH). Perkembangan AMH Kabupaten Majalengka dapat dilihat pada gambar 2.4.

Gambar 2.4. Perkembangan AMH

Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014

Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.

Selama periode tahun 2010-2014, AMH Kabupaten Majalengka selalu meningkat, yaitu 95,09% pada tahun 2010, meningkat menjadi 96,68% pada tahun 2014.. Apabila dibandingkan dengan target yang

tertuang dalam RPJMD Kabupaten Majalengka tahun 2014-2018 capaian tersebut belum mencapai target yaitu sebesar 98,14%.

b. Rata-rata Lama Sekolah (RLS)

Rata-rata Lama Sekolah (means years schooling) adalah rata-rata jumlah tahun yang ditempuh oleh setiap penduduk berumur 15 tahun ke atas di daerah tersebut untuk mendapatkan pendidikan formal. Perkembangan RLS Kabupaten Majalengka dapat dilihat pada gambar 2.5.

Gambar 2.5. Perkembangan RLS

Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014

Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.

Perkembangan RLS tahun 2010-2014 menunjukkan grafik yang menanjak yaitu dari 6,84 tahun pada tahun 2010 menjadi 7,27 tahun pada 2013. Sedangkan pada tahun 2014 capaian RLS sebesar 7,49 tahun. Apabila dibandingkan dengan target yang tertuang dalam RPJMD Kabupaten Majalengka tahun 2014-2018, capaian tersebut masih dibawah proyeksi yang telah ditetapkan yaitu 7,77 tahun.

c. Angka Partisipasi Kasar (APK)

Angka Partisipasi Kasar (APK) didefinisikan sebagai jumlah siswa pada jenjang pendidikan tertentu dibagi dengan jumlah penduduk pada usia tersebut. Angka ini menunjukkan tingkat keikutsertaan masyarakat dalam menempuh pendidikan. Perkembangan APK Kabupaten Majalengka tahun 2013 dan 2014 menunjukkan trend positif dan dapat dilihat pada gambar 2.6.

Gambar 2.6. Perkembangan APK

Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014

Sumber : Disdik dan Disdukcapil Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.

d. Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan

Angka Pendidikan yang ditamatkan merupakan salah satu indikator keberhasilan di bidang pendidikan. Dari data di atas terlihat bahwa penduduk yang tidak punya ijasah berkurang dari 21,94% pada tahun 2010 menjadi 19,36% pada tahun 2013, adapun angka pendidikan yang ditamatkan dari tahun 2010 hingga tahun 2013 ada yang mengalami peningkatan dan adapula yang mengalami penurunan yang selengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah.

2010 2011 2012 2013 2014 apk sd/mi 97,03 104,86 104,02 104,37 104,29 apk smp/mts 96,55 91,35 95,26 96,67 98,89 apk sma/ma 45,25 57 55,68 61,71 65,08 0 20 40 60 80 100 120 d a la m p e rs e n apk sd/mi apk smp/mts apk sma/ma

Tabel 2.20.

Persentase Penduduk Usia 10 Tahun ke Atas Menurut Jenjang Pendidikan Yang Ditamatkan

Di Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014

Jenjang Pendidikan Tahun (%)

2010 2011 2012 2013 2014*

Tidak/Belum Punya Ijazah SD 21,94 19,95 19,20 19,34 20,41

SD 46,84 45,37 46,93 47,49 42,91

SLTP 14,88 18,62 18,23 18,48 20,33

SLTA 11,88 12,04 12,04 11,39 12,46

D1/D3 1,66 1,19 1,19 0,95 1,14

>=S1 2,80 2,83 2,83 2,35 2,75

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.

*) Data estimasi

e. Angka Partisipasi Murni (APM)

Angka Partisipasi Murni (APM) didefinisikan sebagai jumlah siswa yang berusia pada jenjang pendidikan tertentu dibagi dengan jumlah penduduk pada usia tersebut. Angka ini menunjukkan tingkat keikut- sertaan mayarakat dalam menempuh pendidikan. Perkembangan APM Kabupaten Majalengka 2013 dan 2014 memperlihatkan trend positif, dapat dilihat pada gambar di bawah.

Gambar 2.7. Perkembangan APM

Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014

Sumber : Disdik dan Disdukcapil Kabupaten Majalengka, 2015

2010 2011 2012 2013 2014 apm sd/mi 85,72 86,13 84,14 91,16 96,12 apm smp/mts 84,55 88,14 89,53 87,26 88,13 apm sma/ma 38,25 39,56 41,35 46,71 51,64 0 20 40 60 80 100 120 D a la m P e rs e n apm sd/mi apm smp/mts apm sma/ma

2. Kesehatan

a. Angka Kelangsungan Hidup Bayi

Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun. Banyak faktor yang dikaitkan dengan kematian bayi. Secara garis besar, dari sisi penyebabnya, kematian bayi ada dua macam yaitu endogen dan eksogen. Kematian bayi endogen atau yang umum disebut dengan kematian neo-natal adalah kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan, dan umumnya disebabkan oleh faktor- faktor yang dibawa anak sejak lahir, yang diperoleh dari orang tuanya pada saat konsepsi atau didapat selama kehamilan. Kematian bayi eksogen atau kematian post neo-natal, adalah kematian bayi yang terjadi setelah usia satu bulan sampai menjelang usia satu tahun yang disebabkan oleh faktor-faktor yang bertalian dengan pengaruh lingkungan luar. Angka Kematian Bayi (AKB) menggambarkan keadaan sosial ekonomi masyarakat dimana angka kematian itu dihitung. Karena kematian neo-natal disebabkan oleh faktor endogen yang berhubungan dengan kehamilan maka untuk menekan angka kematian neo-natal perlu dikembangkan program pelayanan kesehatan ibu hamil, misalnya program pemberian pil besi dan suntikan anti tetanus. Sedangkan untuk menekan angka kematian Post-Neo Natal dan angka kematian anak serta kematian balita perlu dikembangkan program imunisasi, dan program-program pencegahan penyakit menular terutama pada anak-anak, program penerangan tentang gizi dan pemberian makanan sehat untuk anak dibawah usia 5 tahun. Angka Kelangsungan Hidup Bayi (AKHB) adalah probabilitas bayi hidup sampai dengan usia 1 tahun.

Tabel 2.21.

Angka Kelangsungan Hidup Bayi (per 1.000 kelahiran) Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014

No. Tahun Angka Kelangsungan Hidup Bayi

1. 2010 980

2. 2011 985

3. 2012 984

4. 2013 989

5. 2014 998

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka Tahun 2015.

b. Angka Harapan Hidup

Tujuan utama pembangunan manusia dalam aspek kesehatan adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan manusia, sehingga dapat hidup sehat dan berumur panjang. Pengukuran taraf kesehatan tersebut adalah dengan menghitung angka harapan hidup saat lahir (e0). Angka Harapan Hidup (AHH) merupakan rata-rata perkiraan banyaknya tahun yang akan ditempuh oleh seseorang selama hidup. AHH dihitung dengan menggunakan metode tidak langsung yaitu banyaknya anak lahir hidup dan banyaknya anak masih hidup. Perkembangan AHH Kabupaten Majalengka dapat dilihat pada tabel 2.22.

Tabel 2.22.

Angka Harapan Hidup (AHH)

Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014

No. Tahun Angka Harapan Hidup (Tahun)

1. 2010 66,35

2. 2011 66,62

3. 2012 66,88

4. 2013 67,38

5. 2014* 67,52

Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, Tahun 2015. *) Angka Sementara

Pada tahun 2010-2014 AHH penduduk Kabupaten Majalengka terus meningkat dari 66,35 tahun pada tahun 2010 menjadi 67,38 pada

tahun 2013. Estimasi capaian pada 2014 adalah 67,52 tahun yang apabila tercapai maka telah memenuhi target sebagaimana tertuang dalam RPJMD Kabupaten Majalengka Tahun 2014-2018. Namun demikian, kondisi ideal AHH adalah 85 tahun, sehingga peningkatan derajat kesehatan masyarakat khususnya ibu dan anak implementasinya harus mendapat perhatian khusus dalam pembangunan bidang kesehatan.

c. Persentase Balita Gizi Buruk

Persentase balita gizi buruk adalah persentase balita dalam kondisi gizi buruk terhadap jumlah balita. Keadaan tubuh anak atau bayi dilihat dari berat badan menurut umur. Klasifikasi status gizi dibuat berdasarkan standar WHO.

WHO (1999) mengelompokkan wilayah yaitu kecamatan untuk kabupaten/kota dan kabupaten/kota untuk provinsi berdasarkan prevalensi gizi kurang ke dalam 4 kelompok dari seluruh jumlah balita, yaitu :

a. Rendah = di bawah 10 %

b. Sedang = 10-19 %

c. Tinggi = 20-29 %

d. Sangat tinggi = 30 %

Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi menahun. Status gizi balita secara sederhana dapat diketahui dengan membandingkan antara berat badan menurut umur maupun menurut panjang badannya dengan rujukan (standar) yang telah ditetapkan. Apabila berat badan menurut umur sesuai dengan standar, anak disebut gizi baik. Kalau sedikit di bawah standar disebut gizi kurang. Apabila jauh di bawah standar dikatakan gizi buruk. Persentase balita gizi buruk di Kabupaten Majalengka dari tahun ke tahun mengalami penurunan, data terakhir tahun 2013

sebesar 0,07%, artinya menurut standar WHO jika lebih kecil dari 10% dapat dikatakan rendah. Perkembangan persentase gizi buruk dapat dilihat tabel 2.23.

Tabel 2.23.

Perkembangan Persentase Gizi Buruk Kabupaten Majalengka

No. Tahun Persentase Balita Gizi Buruk

1. 2010 1,12

2. 2011 0,14

3. 2012 0,06

4. 2013 0,07

5. 2014 0,04

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.

3. Pertanahan

Kontributor PDRB terbesar di Kabupaten Majalengka masih disandang oleh sektor pertanian karena mayoritas penduduk Majalengka yang mayoritas masih berprofesi sebagai petani. Berdasarkan data hasil sensus pertanian tahun 2013 dari 156.649 rumah tangga pemilik lahan tercatat bahwa golongan terbanyak adalah yang memiliki luas lahan 2.000-4.999 m2, yaitu berjumlah 53.632 rumah tangga.

Tabel 2.24.

Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian Menurut Golongan Luas Lahan Yang Dikuasai

No. Golongan Luas Lahan (m2) Jumlah Rumah Tangga Pemilik Lahan

1 < 1.000 32.482 2 1.000 - 1.999 37.930 3 2.000 - 4.999 53.632 4 5.000 - 9.999 23.220 5 10.000 - 19.999 7.393 6 20.000 - 29.999 1.272 7 ≥ 30.000 720 Jumlah 156.649

4. Ketenagakerjaan

Rasio penduduk yang bekerja didefinisikan sebagai persentase penduduk yang bekerja terhadap seluruh angkatan kerja. Rasio penduduk yang bekerja di Kabupaten Majalengka selama kurun waktu 5 tahun, dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 mengalami fluktuasi. Tahun 2010 rasio penduduk yang bekerja memperlihatkan angka yang paling tinggi (94,18%) dibandingkan dengan capaian tahun 2009 dan rentang tahun 2011-2013. Kondisi rasio penduduk yang bekerja tersebut dapat kami gambaran sebagai berikut :

Gambar 2.8.

Rasio Penduduk Yang Bekerja

Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2013

Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.

Dokumen terkait