• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fokus Layanan Urusan Wajib

EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN 2013 DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN

A. Fokus Layanan Urusan Wajib

Pendidikan. Pelayanan pendidikan dapat dilihat dari tingkat partisipasi sekolah, ketersediaan sarana prasarana, serta tingkat kelulusan. Angka Partisipasi Sekolah (APS) baik Angka Partisipasi Kasar dan Angka Partisipasi Murni di tiap level pendidikan di Kota Bandung mencapai 100 persen. Hal ini menunjukan kualitas pelayanan bidang pendidikan sudah cukup baik. Hal ini berdasarkan ketersediaannya sekolah dan ruang kelas, terjadi peningkatan kualitas dan kuantitas sekolah dan ruang kelas baru. Begitu pun rehabilitasi sarana prasarana pendidikan terus dilakukan baik rehabilitasi sedang dan berat dengan menggunakan dana APBD dan bantuan DAK. Selain itu peningkatan sarana dan prasarana penunjang pendidikan seperti perpustakaan, taman, dan sanitasi sekolah dan penunjang lainnya.

Peningkatan pelayanan pendidikan dapat dilihat dari semakin tingginya angka/tingkat kelulusan, dimana tingkat kelulusan untuk SD/MI mencapai 100%,

kemudian tingkat kelulusan SMP/MTs sekitar 100% dan tingkat kelulusan SMA/MA/SMK mencapai 99,80%.

Kesehatan. Pelayanan kesehatan terhadap masyarakat terus mengalami perbaikan.

Salah satu upaya yang dilakukan adalah melalui pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin di Puskesmas dan Rumah sakit di Kelas III yang dijamin pemerintah. Lingkup pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin meliputi:

a) Pelayanan kesehatan ibu, meliputi: pemeriksaan kehamilan, persalinan dan nifas;

b) Pelayanan kesehatan bayi, meliputi: pemeriksaan kesehatan, MTBS, MTBM;

c) Pemberian makanan tambahan bagi balita gizi buruk.

Indikator Cakupan Balita Gizi Buruk yang Mendapat Perawatan, dari target sebesar 100% dapat terealisasi sesuai target. Balita (0-59 bln) dengan status Gizi Sangat Kurus berdasarkan BB/PB atau BB/TB yang ditangani di sarana pelayanan kesehatan sesuai tata laksana gizi buruk di satu wilayah pada kurun waktu tertentu.

Pencapaian target tersebut antara lain ditunjang oleh:

a) Kegiatan penimbangan balita di posyandu yang rutin dilaksanakan setiap bulan;

b) Pelaksanaan surveilans gizi;

c) Keterpaduan dengan program MTBS.

Pekerjaan Umum.Penyelenggaraan urusan pekerjaan umum terus dilakukan dalam rangka meningkatkan ketersediaan dan tingkat pelayanan sarana dan prasarana perkotaan dan fasilitas pelayanan sosial. Peningkatan pelayanan jalan terus dilakukan dimana pada tahun 2013 secara kumulatif dapat terealisasi sebesar 164.540 meter. Capaian tersebut merupakan hasil kumulatif dari realisasi pekerjaan Paket Kegiatan Pembangunan Jalan sepanjang 154.432 m. Indikator Panjang Saluran Drainase yang Ditingkatkan, dari target sepanjang 15.000 m dapat terealisasi sepanjang 55.870 m. Indikator Penataan Penyelenggaraan Reklame Melalui Perijinan (6.000 reklame terdata), dari target sebesar 75% dapat terealisasi sebesar 92,33%.

Indikator Terwujudnya Pembangunan SUS Gedebage, dari target sebesar 100% dapat terealisasi pembangunan fisik sebesar 73%. Masih terdapat kendala yang dihadapi yaitu cuaca akhir tahun memasuki musim hujan, sedangkanpekerjaan tanah yang harus memenuhi kriteria teknis tertentu sangat tergantung pada kondisi cuaca.

Indikator Panjang Jalan yang Ditingkatkan, dari target sepanjang 130.000 m dapat terealisasi sepanjang 164.540 m. Indikator Jalan yang Dipelihara, dari target sebesar 225.000 m2 dapat terealisasi sebesar 261.002,56 m2. Indikator Jumlah Penerangan Jalan Umum yang Dibangun, dari target sebanyak 300 titik PJU dapat terealisasi sebanyak 6.433 titik PJU. Indikator Panjang Saluran/Sungai yang Dibersihkan untuk Keamanan Lingkungan Sungai, dari target sepanjang 6.000 m dapat terealisasi sepanjang 14.293,50 m, yang dicapai melaluiupaya untuk pencegahan banjir.

Perumahan. Kualitas lingkungan perumahan akan menjadi perhatian utama dalam urusan wajib bidang perumahan guna menciptakan kualitas hidup masyarakat yang lebih baik. Terkait dengan hal ini, Penataan dan pembangunan perumahan dilaksanakan secara bertahap dan diprioritaskan pada pemukiman penduduk untuk masyarakat kurang mampu. Berdasarkan Indikator Fasilitasi Kebutuhan Perumahan bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah, dari target penyiapan lahan dan 1 pembangunan twin blok sudah terealisasi. Pada tahun 2012, ditargetkan penyiapan lahan dan pembangunan 1 Twin Blok dan sudah terealisasi penyiapan lahan dan pembangunan 2 Twin Blok, sehingga target pada tahun 2013 sudah dapat dipenuhi.

Sedangkan dari segi ketahanan menghadapi bahaya kebakaran , pemerintah telah berupaya keras melampaui target bangunan dengan standar keamanan kebakaran yang memenuhi NSPM dari target sebanyak 100 bangunan dapat terealisasi sebanyak 100 bangunan. Dari total pengurangan kejadian kebakaran dengan target kurang dari 90 kasus kebakaran, pada tahun 2013 terjadi sebanyak 131 kejadian bencana kebakaran.Pemerintah juga telah mengurangi kerugian akibat kebakaran yang terjadi dari target kurang dari Rp 7,24 milyar, pada tahun 2013 kerugian akibat kebakaran mencapai ± Rp 27,35 milyar. Dalam hal pengembangan sarana dan prasarana pemakaman yang berwawasan lingkungan, dari target sebanyak 800 makam dapat terealisasi sebanyak 1291 makam.

Penataan Ruang. Kegiatan penataan ruang yang mencakup aspek perencanaan, pemanfaatan maupun pengendalian memfokuskan pada ketersediaan dokumen maupun peraturan-peraturan bidang penataan ruang yang akan dijadikan pedoman dalam proses pembangunan secara umum. Indikator Tersedianya Dokumen Perencanaan Sesuai Undang-Undang Penataan Ruang, dari target tersusunnya Perda Rencana Detail Tata Ruang (RDTR), pada tahun 2013

masih dalam proses penetapan Perda. Kendala yang dihadapi, yaitu penetapan Peraturan Daerah tentang RDTR harus mendapat persetujuan substansi dari Provinsi Jawa Barat, sementara SOP BKPRD Provinsi Jawa Barat belum ditetapkan. Terkait dengan hal tersebut , upaya yang telah dilakukan adalah berkoordinasi secara lebih intensif dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Kementerian Pekerjaan Umum.

Dalam hal pemanfaatan ruang, berdasarkan indikator pemanfaatan ruang yang tertib, dari target sebesar 100% dapat terealisasi sebesar 95%. Kendala yang dihadapi yaitu dokumen rencana tata ruang telah tersedia sesuai Undang-Undang Penataan Ruang berupa Peraturan Daerah tentang RTRW dan dokumen materi teknis RDTRK dan peraturan Zonasi. Dokumen RDTRK dan peraturan Zonasi masih menunggu proses pengesahan menjadi peraturan daerah dan sedang menjalani proses pengajuan persetujuan substansi dari Gubernur Jawa Barat.

Dalam konteks pengendalian, berdasarkan Indikator Pengendalian Pemanfaatan Ruang yang Tertib, dari target sebesar 100% dapat terealisasi sebesar 88%. Kendala yang dihadapi yaitu belum adanya instrumen peraturan yang operasional, pemahaman masyarakat tentang tata ruang masih rendah, dan SDM aparatur belum mencukupi. Jumlah panggilan kepada masyarakat terhadap pelanggaran pemanfaatan ruang selama tahun 2013 adalah 931 panggilan, dari jumlah tersebut sebanyak 112 berkas dilimpahkan untuk disegel atau ditangani lebih lanjut. Dengan demikian, jumlah panggilan yang dapat diselesaikan adalah 819 berkas atau 56,72%.

Perencanaan Pembangunan. Keberhasilan penyelenggaraan perencanaan pembangunan dilihat dari ketersediaan dokumen perencanaan pembangunan, akomodasi program dalam RPJMD ke dalam RKPD, serta tingkat akomodasi usulan musrenbang dan reses. Dalam hal Tingkat Ketersediaan Dokumen Rencana Pembangunan Daerah (RPJPD, RPJMD, RKPD, dan RTRW Kota Bandung), dari target sebesar 100% dapat terealisasi sesuai target. Dokumen perencanaan, meliputi:

RPJPD, RPJMD, RKPD, dan RTRW digunakan sebagai bahan acuan dalam perumusan kebijakan oleh SKPD terkait. Indikator Tingkat Akomodasi Program Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) ke Dalam Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD), dari target sebesar 95% dapat terealisasi sebesar 95%.

Semua program yang tertuang dalam RPJMD sudah diakomodir dalam RKPD. Selain itu, Tingkat Akomodasi Usulan Musrenbang Kota dan Reses DPRD dalam RKPD, dari

target ≥ 30% dapat terealisasi sebesar 48,31% dari total Belanja Langsung APBD Tahun 2013 dan telah mengakomodir usulan Musrenbang.

Perhubungan.Beberapa indikator kunci dalam keberhasilan penyelenggaraan urusan perhubungan, yaitu perwujudan dan peningkatan kualitas pelayanan angkutan umum massal, peningkatan kecepatan rata-rata tempuh, pengadaan dan pemeliharaan rambu lampu lalu-lintas, marka jalan dan parkir,pengadaan dan pemeliharaan alat pemberi isyarat lalu lintas (APILL) ATCS, penyediaan fasilitas halte angkutan umum dan parkir khusus, serta kepemilikan/kelulusan KIR Angkutan Umum. Dilihat Indikator Terwujudnya Angkutan Umum Massal di 2 Koridor (Cibiru-Cibeureum, Cicaheum-Cibeureum via jalur tengah), pada tahun 2013 tidak ada target serta tidak ada penambahan koridor, yang beroperasi masih 2 koridor, yaitu (Cibiru-Cibeureum) dan (Cicaheum-(Cibiru-Cibeureum).

Peningkatan kecepatan rata-rata tempuh jalan berdasarkan Indikator Terwujudnya Kecepatan Rata-Rata TempuhKendaraan Dalam Kota, dari target 25 km/jam dapat terealisasi 23 km/jam. Faktor penghambat ditandai dengan pertumbuhan kendaraan yang tidak berimbang dengan pertambahan kapasitas jalan. Namun demikian, hal yang perlu ditindaklanjuti dengan melakukan rekayasa lalu lintas untuk mengurangi dampak kemacetan. Kecepatan rata-rata tempuh kendaraan dalam kota diperoleh dari survey pada beberapa jalur pada saat peak hour. Faktor penghambat lainnya disebabkan oleh adanya kegiatan di luar kepentingan lalu lintas jalan yang dilaksanakan di ruas jalan dan persimpangan. Indikator Pengadaan Rambu-Rambu Lalu Lintas, dari target sebanyak 500 rambu dapat terealisasi sebanyak 815 rambu.

Faktor pendorong pencapaian yang melebihi target tersebut adalah adanya bantuan anggaran (DAK) dari Pemerintah Pusat. Indikator Pemeliharaan Marka Jalan, dari target seluas 6.000 m2 dapat terealisasi seluas 19.000 m2. Faktor pendorong pencapaian yang melebihi target tersebut adalah adanya bantuan anggaran (DAK) dari Pemerintah Pusat. Indikator Pemeliharaan Marka Parkir, dari target seluas 2.000 m2 dapat terealisasi 3.650 m2. Pencapaian target tersebut antara lain ditunjang oleh adanya beberapa marka parkir yang kondisinya masih baik sehingga tidak memerlukan pengecatan ulang. Indikator Pengadaan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas (APILL) ATCS, dari target 1 titik ATCS dapat terealisasi 2 titik ATCS. Capaian tersebut dikarenakan adanya bantuan dari Kementerian Perhubungan berupa DAK. Indikator Pemeliharaan APILL ATCS, dari target sebanyak 136 titik ATCS dapat terealisasi sesuai target. Optimalisasi peralatan pemeliharaan traffic light yang ada. Indikator Tersedianya Halte Angkutan Umum, dari target sebanyak 15 halte dapat terealisasi 18 halte. Pencapaian target tersebut ditunjang oleh adanya koordinasi yang baik antar stakeholder dan adanya alokasi anggaran yang memadai. Indikator Tersedianya Fasilitas Parkir Khusus (Gedung/Taman Parkir) Kota Bandung, dari target sebanyak 1 lokasi parkir, pada tahun 2013 belum terdapat realisasi. Kendala yang dihadapi yaitu cukup sulitnya mendapatkan lokasi yang strategis untuk pengadaan gedung taman parkir. Terkait dengan hal tersebut, upaya yang telah dilakukan adalah berkoordinasi dengan berbagai instansi/stakeholder untuk mendapatkan lokasi taman parkir yang memadai. Indikator Tingkat Kepemilikan/Kelulusan KIR Angkutan Umum, dari target sebesar 95% dapat terealisasi sesuai target. Faktor pendorong pencapaian yang melebihi target tersebut adalah adanya pemberlakuan pembatasan usia pakai kendaraan angkutan umum.

Lingkungan Hidup. Keberhasilan penyelenggaraan urusan lingkungan hidup dapat dilihat dari beberapa indikator antara lain pengendalian sumber pencemar,

ketersediaan air baku, peningkatan RTH, penanaman pohon, pembangunan sumur resapan, dan pengelolaan sampah perkotaan. Pengendalian sumber pencemar di Kota Bandung dari target sebanyak 7 perusahaan dapat terealisasi 43 perusahaan.

Berdasarkan rekomendasi teknis air buangan yang dikeluarkan sebagai dasar penerbitan Ijin Pembuangan Air Buangan Ke Badan Air Penerima, dimana persyaratannya adalah limbah cairnya harus memenuhi standar baku mutu kualitas air. Persyaratan teknis untuk mendapatkan rekomendasi pembuangan air buangan ke badan air penerima adalah menyertakan hasil uji sampling kualitas limbah cair dari outlet/titik pembuangan instalasi pengolahan yang harus, memenuhi standar baku mutu. Setelah mendapatkan ijin pembuangan air buangan ke badan air penerima, perusahaan pun wajib melakukan pemantauan terhadap kualitas limbah cairnya dan harus dipastikan selalu memenuhi standar baku mutu.

Ketersediaan air baku untuk penyediaan air minum di Kota Bandung dari target sebesar 100% dapat terealisasi sesuai target. Telah tersusunnya dokumen masterplan penyediaan air baku untuk sistem penyediaan air minum Kota Bandung.

Dalam rangka pengelolaan sampah, terus didorong untuk mewujudkan pengelolaan sampah dengan pola 3R (reduce, reuse dan recycle). Pada tahun 2013 dari target sebesar 20% dapat terealisasi sebesar 16%. Kendala yang dihadapi adalah terbatasnya sarana dan prasarana untuk kegiatan 3R serta masih kurangnya kesadaran masyarakat dalam pelaksanaan pemilahan sampah dan pelaksanaan kegiatan 3R sehingga perlu sosialisasi yang terus menerus baik lingkup kota maupun per wilayah dengan melibatkan stakeholder terkait. Program pelatihan pengelolaan sampah secara 3R belum optimal dan harus terus dimotivasi. Adapun solusinya adalah dengan mengefektifkan TPS 3R, pengadaan sarana untuk mendukung kegiatan 3R dipenuhi secara bertahap, pelaksanaan sosialisasi di berbagai media melalui kerjasama dengan media elektronik maupun media cetak, penyebaran leaflet/brosur, spanduk, pemasangan tong sampah di jalan utama secara bertahap, pemberian komposter dan tempat sampah terpilah kepada masyarakat secara simultan serta kerjasama dengan lembaga masyarakat yang peduli terhadap pengelolaan sampah.

Pertanahan.Capaian Kerja Jumlah Bidang Tanah Milik/Dikuasai Pemerintah Kota Bandung yang Diusulkan ke BPN untuk Disertifikatkan, dari target sebanyak 150 bidang tanah dapat terealisasi sebanyak 125 bidang tanah. Faktor penghambatnya dikarenakan ketidaklengkapan persyaratan pengajuan sertifikat (dokumen tanah) dan kelengkapan lainnya sesuai yang dipersyaratkan BPN, namun demikian ditindaklanjuti dengan melakukan koordinasi dengan BPN.

Kependudukan dan Catatan Sipil. Penyelenggaraan urusan kependudukan dan catatan sipil dapat dlihat dari tingkat kepemilikan Kartu Tanda Penduduk (KTP), kepemilikan akta kelahiran, dan penyusunan data base Kota Bandung. Pada tahun 2013, Tingkat Kepemilikan Kartu Tanda Penduduk (KTP), dari target sebesar 100%

dapat terealisasi sesuai target. Capaian target didukung oleh meningkatnya kesadaran hukum masyarakat. Untuk Kepemilikan Akta Kelahiran, dari target sebesar 966,59 per 1.000 penduduk dapat terealisasi sebesar 929 per 1.000 penduduk. Kendala yang dihadapi adalah masih banyak masyarakat yang belum memahami tentang arti penting serta manfaat akta kelahiran. Terkait dengan hal tersebut, upaya yang telah dilakukan adalah meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat sampai ke tingkat RT dan RW. Terkait dengan penyusunan database

kependudukan Skala Kota Bandung, dari target sebesar 100% dapat terealisasi sebesar 100%. Pencapaian tersebut dikarenakan telah dilakukannya sosialisasi, operasi simpatik, operasi yustisi, dan monitoring di seluruh Kecamatan.

Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Pemerintah Kota Bandung memiliki komitmen kuat untuk mendorong penyelenggaraan urusan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak secara lebih baik. Perempuan dan anak merupakan aspek yang perlu diberdayakan sekaligus dilindungi demi kelangsungan kesejahteraan masyarakat dan masa depan suatu bangsa. Beberapa capaian yang menunjukkan keberhasilan dalam memberdayakan perempuan dan melindungi anak antara lain ketercapaian Indikator Perempuan sebagai Tenaga Kerja, Indikator Angka Harapan Hidup Perempuan, Indikator Rata-Rata Lama Sekolah Perempuan, Indikator Angka Harapan Hidup Laki-Laki, Indikator Angka Harapan Hidup Perempuan, Indikator Rata-Rata Lama Sekolah Laki-Laki, Indikator Rata-Rata Lama Sekolah Perempuan, peningkatan Kapasitas dan Jaringan Kelembagaan Pengarusutamaan Gender (PUG) dan anak, dan pembentukan forum peduli anak.

Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera. Penyelenggaranurusan keluarga berencana dan keluarga sejahtera merupakan urusan yang berkaitan eratdengan kemajuan dan kemapanan suatu daerah. Dengan keluarga berencana, diharapkan setiap keluarga telah memiliki gambaran akan masa depan mereka baik secara finansial, maupun secara mental dan akhirnya menuju keluarga sejahtera yang bebas dari kemiskinan materiil dan moril. Capaian penyelenggaraan urusan KB dan keluarga sejahtera dapat dilihat dari peningkatan kemandirian berKB yang mencapai 76,87 % dari target 74,90%, Prevalensi PA/PUS (Peserta KB Aktif) dari target sebesar 80,81% dapat terealisasi sebesar 80,81%, Prevalensi PA/PUS (Peserta KB Aktif Pra KS dan KS I), dari target sebesar 72,10% dapat terealisasi sebesar 76,08%, Indikator Partisipasi Keluarga, Keluarga Pra KS, dan KS 1 Alasan Ekonomi dalam Kelompok Kegiatan Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (Poktan UPPKS), dari target sebesar 55,28% dapat terealisasi sebesar 75,40%, dll.

Sosial. Penyelenggaraan urusan sosial ini secara umum dapat dikatakan mengalami peningkatan. Kondisi ini dapat digambarkan melalui berbagai hal seperti jumlah rumah tangga miskin, peningkatan peran kelembagaan dalam pembangunan kesejahteraan sosial, penanganan keluarga miskin untuk peningkatan fungsi sosial melalui pembinaan, bimbingan, dan pelatihan, penanganan keluarga miskin untuk peningkatan fungsi sosial melalui pembinaan, bimbingan, dan pelatihan, penanganan tuna susila, anak nakal korban narkotika, wanita rawan sosial, anak terlantar, korban traficking, eks penyandang WTS, dll yang menunjukkan mayoritas tercapai sesuai target.

Ketenagakerjaan. Urusan ketenagakerjaan sebagai salah satu capaian bidang perekonomian Kota Bandung memiliki titik tumpu dalam peningkatan keterampilan keprofesionalisme tenaga yang ada di Kota Bandung. Dengan dukungan ketersediaan database diharapkan terjadinya peningkatan kualitas tenaga kerja sehingga mendorong terjadinya penurunan tingkat pengangguran terbuka yang merupakan indikator utama bidang ini. Berdasarkan Indikator Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja, dari target sebesar 60,67% dapat terealisasi sebesar 63,55%. Capaian tersebut dikarenakan alumni peserta pelatihan diberikan sarana dan prasarana usaha, sehingga yang semula tidak berminat bekerja termotivasi menjadi wirausaha baru.

Kota Bandung adalah kota kreatif, ada pergeseran ibu rumah tangga yang mengikuti

pelatihan menjadi wirausaha baru dan mencari pekerjaan. Indikator Tingkat Keselamatan dan Perlindungan Tenaga Kerja, dari target sebesar 86,54% dapat terealisasi sebesar 87,38% (5.880 perusahaan yang menerapkan K3 /6.729 jumlah perusahaan). Faktor pendorong pencapaian yaitu pada pembinaan, pemeriksaan, dan pengawasan terus menerus kepada perusahaan. Namun demikian, masih terdapat kendala yang dihadapi yaitu kurangnya kesadaran sebagian perusahaan untuk menerapkan K3. Terkait dengan hal tersebut, upaya yang telah dilakukan adalah melaksanakan pembinaan nonjusticia dan pro justicia.

Koperasi Usaha Kecil dan Menengah. Penciptaan kondisi yang kondusif dan bantuan pengembangan usaha kecil menengah diharapkan dapat meningkatkan peran dan kontribusi sektor ekonomi riil di Kota Bandung. Upaya tersebut mendorong terjadinya peningkatan capaian indikator bidang koperasi dan UKM yang terdiri dari jumlah unit usaha dan jumlah koperasi yang ada di Kota Bandung. Berdasarkan data yang ada, setiap tahunnya baik jumlah unit usaha maupun unit koperasi selalu men galami peningkatan dan memenuhi target yang ditetapkan. Pada tahun 2013, jumlah cakupan bina usaha menengah dan kecil teralisasi sebesar 4.581 unit dari target 4510 unit. Capaian target selama masa 2009-2013 mengalami peningkatan jumlah pelaku usaha sebesar 1.401 unit usaha. Faktor pendorong capaian tersebut adalah terbukanya peluang usaha bagi produk UMKM. Selain itu jumlah koperasi aktif dan koperasi sehat dari target sebanyak 1.930 koperasi aktif dan 450 koperasi sehat dapat terealisasi sebanyak 2.061 koperasi aktif dan 475 koperasi sehat. Capaian target selama masa 2009-2013 mengalami peningkatan jumlah koperasi sehat/aktif sebesar 2.061 koperasi aktif dan 295 koperasi sehat. Capaian ini didukung oleh pembinaan Naskop, monitoring dan evaluasi, penilaian koperasi berprestasi, dan meningkatnya kinerja pengelola KSP/USP. Di samping itu terdapat faktor penghambat, antara lain: masih ada yang belum melaksanakan kewajiban RAT, belum maksimalnya sosialisasi Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012, koperasi belum bisa mengkonversi ke Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012, adanya permasalahan intern koperasi. Adapun upaya yang dilakukan terhadap faktor penghambat adalah melalui bimtek sosialisasi Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012, pembinaan oleh Naskop, advokasi koperasi, pemberdayaan koperasi, bimbingan kepada koperasi, dan audit koperasi.

Penanaman Modal. Kondisi investasi di Kota Bandung menunjukan kecenderungan yang terus membaik. Peningkatan jumlah investor di Kota Bandung memberikan gambaran meningkatnya kepercayaan publik dalam menanamkan modal yang dimilikinya. Target investasi tahun 2013 adalah sebanyak 500 investor (perusahaan) dan terealisasi sebanyak 4.233 investor (perusahaan). Capaian realisasi investasi tahun 2013 di Kota Bandung secara umum melebihi target dikarenakan iklim investasi yang kondusif, terdiri atas 4.204 perusahaan non PMA/non PMDN, 21 perusahaan berstatus PMA, dan 8 perusahaan berstatus PMDN.

Kebudayaan. Penyelenggaraan urusan kebudayaanmenunjukkan bahwa terjadi peningkatan capaian target dari program-program yang dilaksanakan. Diantaranya adalah peningkatan upaya pelestarian dan aktualisasi adat budaya daerah, peningkatan pelestarian budaya lokal daerah, penghargaan di bidang budaya, perlindungan cagar budaya, peningkatan pelestarian dan pengembangan bahasa dan sastra daerah, peningkatan kemitraan pengelolaan kebudayaan antar daerah, peningkatan sarana pemasaran produk seni budaya daerah, dan peningkatan peran masyarakat dalam pemeliharaan peninggalan budaya. Keseluruhan target dari

indikator pelaksanaan urusan kebudayaan telah tercapai sesuai target, kecuali perlindungan cagar budaya.Dari target sebanyak 637 lokasi cagar budaya tidak dapat terealisasi sesuai target (masih tetap 99 lokasi Bangunan Cagar Budaya yang sudah ditetapkan dalam Peraturan Daerah tentang Perlindungan Bangunan Cagar Budaya).

Hal tersebut dikarenakan adanya kendala bahwa mekanisme pengajuan usulan Bangunan Cagar Budaya yang harus dilindungi dalam bentuk Peraturan Daerah (PERDA) atau Peraturan Walikota (PERWAL) dilakukan oleh tim pertimbangan bangunan cagar budaya Kota Bandung masih belum maksimal, mengingat perlu dilakukan verifikasi / recheking di lapangan terhadap Bangunan Cagar Budaya yang telah terinventarisasi.

Kepemudaan dan Olahraga. Pembangunan yang berhubungan dengan urusan kepemudaan dan olahraga diarahkan pada penyiapan mereka untuk menjadi pemimpin masyarakat serta sebagai pelaku utama dalam pembangunan. Berbagai indikator capaian kinerja di bidang kepemudaan dan olahraga yang meliputi prosentase peningkatan peran pemuda dan lembaga kepemudaan dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat, pendidikan dan pelatihan kewirausahaan, peningkatan peran masyarakat dan sektor swasta dalam pengelolaan keolahragaan, prosentase peningkatan upaya revitalisasi olahraga masyarakat dan tradisional telah memenuhi target yang ditetapkan. Saat ini dari target sebanyak 30 kecamatan dapat terealisasi sebanyak 30 kecamatan. Sarana olahraga masyarakat di tingkat kecamatan sampai dengan tahun 2013 secara kumulatif target tersebut sudah terpenuhi sebanyak 30 kecamatan.

Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian & Persandian. Secara umum, ketercapaian kinerja program pada bidang ini dapat dikatakan telah berhasil. Hal ini dapat ditunjukkan dari berbagai indikator, seperti legislasi produk hukum daerah, sosialisasi dan publikasi produk hukum daerah, tingkat pelayanan bantuan hukum/penanganan perkara, pola insentif dan penggajian berdasarkan kinerja, tingkat pelayanan publik berbasis informasi teknologi guna mendukung Bandung Cyber City (e-Government), integrasi jaringan sistem informasi daerah, tingkat pelimpahan urusan pemerintah daerah, tingkat kinerja pelayanan perizinan satu atap, tingkat pelayanan pengaduan masyarakat, dll yang menunjukkan angka ketercapaian di atas 100%. Peningkatan juga terjadi pada penerimaan pajak dan retribusi. Peningkatan ini dapat membantu meningkatkan APBD sehingga dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja program lainnya.

Ketahanan Pangan. Ketahanan Pangan yang perwujudannya berhubungan dengan sektor pertanian dan perkebunan mempunyai peran strategis penting tersendiri

Ketahanan Pangan. Ketahanan Pangan yang perwujudannya berhubungan dengan sektor pertanian dan perkebunan mempunyai peran strategis penting tersendiri