• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

B. Fokus Penelitian

Kematangan emosi sangat diperlukan dalam hidup manusia agar dalam kehidupan bersama orang lain dapat saling menerima, memahami, menghormati, mendukung satu dengan yang lain. Penelitian ini difokuskan pada kematangan emosi para suster SSpS yunior dalam memikul tanggungjawab studi mereka serta implikasinya terhadap program bimbingan dan konseling yang dapat membantu meningkatkan kematangan emosi para suster SSpS yunior yang studi.

23 C. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini penulis mengambil subjek sebanyak 3 suster SSpS yunior yang sedang studi. Yang berdomisili di Yogyakarta 1 suster, 2 suster lainnya di Surabaya. Para suster ini dijadikan subjek penelitian, karena mereka masih dalam masa formasi yuniorat sebelum memasuki tahap persiapan kaul kekal. Ketika mengucapkan kaul kekal, mereka harus sudah mantap dan matang serta terintegrasi dalam hidup membiara sebagai anggota Kongregasi Misi Abdi Roh Kudus (SSpS) dalam perutusannya. Para suster SSpS yunior yang sedang studi telah mengucapkan kaul sementara antara kaul ke 3 sampai dengan kaul ke 5. Para suster ini diasumsikan mampu mengungkapkan pengalaman dalam proses mengelola tingkat kematangan emosi mereka sebagai suster SSpS yunior dalam tanggung jawab studi.

Secara lebih ringkas ada dua alasan yang mendasari peneliti memilih para suster SSpS yunior yang sedang studi sebagai subjek penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

1. Para suster SSpS yunior ini masih termasuk dalam tahap formasi awal/lanjutan.

2. Peneliti sebagai anggota Kongregasi Misi Abdi Roh Kudus (SSpS) ikut ambil bagian dan tanggung jawab dalam meningkatkan mutu pembinaan para suster dan kesabaran penuh empati dapat membantu serta mendukung dalam proses melatih kematangan dan keteraturan emosi secara tepat.

24 D. Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan metode wawancara. Pewawancara (peneliti sendiri) berperan sebagai pengatur jalannya wawancara. Keberhasilan metode ini sangat bergantung pada keluwesan dan kemampuan peneliti saat mewawancarai responden. Untuk memperlancar tugas ini, peneliti menggunakan tape recorder untuk merekam wawancara dan buku catatan untuk mencatat hal-hal yang penting. Wawancara ini dilaksanakan dengan efektif yaitu dalam waktu yang sesingkat-singkatnya akan diperoleh data sebanyak-banyaknya (Arikunto 2002:203).

Dalam wawancara ini, peneliti akan meminta responden untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan secara terbuka dan jujur. Peneliti akan berusaha bersikap sabar dalam mendengarkan, rileks, empatik, menciptakan suasana yang baik dalam berinteraksi, dan mengemas pertanyaan-pertanyaan dengan baik agar data yang diperoleh data yang objektif dan dapat dipercaya (Arikunto 2002:203).

Pertanyaan-pertanyaan dalam wawancara secara lengkap dapat dilihat pada tabel instrument wawancara sebagai berikut:

Tabel

Instrumen Wawancara Kode Aspek Wawancara Panduan Pertanyaan A Pemahaman diri

(fokus pada emosi)

1. Apakah anda menyadari bahwa perasaan yang muncul dalam diri anda merupakan bagian dari diri anda yang harus dikelola? 2. Apakah anda dapat membedakan berbagai

25

3. Apakah anda menyadari emosi sebagai sinyal rasa aman?

4. Apakah anda mengetahui penyebab mengapa emosi-emosi tersebut muncul? B Kemampuan

mengolah emosi

1. Bagaimana anda meyikapi emosi yang muncul

atas berbagai peristiwa baik yang positif maupun negatif?

2. Bagaimana reaksi emosi spontan anda jika tiba-tiba pemimpin bertanya hal yang tidak anda lakukan dengan nada yang agak keras?

3. Bagaimana anda mampu menemukan penyebab emosi yang muncul ketika ada suatu peraturan baru muncul yang harus ditaati?

4. Bagaimana anda melatih emosi agar lebih teratur dalam hidup anda?

5. Bagaimana anda dapat mengecek logis tidaknya reaksi emosi yang muncul?

6. Dalam masa studi mengapa sering muncul perasaan jenuh, kesal, capek, jengkel, dan lain-lain? Dan bagaimana cara menyikapi itu semua?

7. Bagaimana anda membangun sikap yang bebas dengan menumbuhkan keberanian untuk mengambil jarak dan merasakan emosi apa saja tanpa bereaksi dan lebih berpegang pada pikiran yang jernih?

8. Bagaimana anda mengambil posisi sebagai pengendali emosi yang bijaksana?

C Kemampuan menentukan pilihan sikap/tindakan

secara bertanggung jawab

1. Apa akibat/konsekuensi dari mengikuti reaksi emosi anda yang sedang bergejolak? 2. Apa manfaat dari kemampuan anda untuk

mengendalikan emosi?

3. Bagaimana anda dapat menentukan pilihan sikap secara bertanggung jawab?

D Pemahaman terhadap orang lain (apa yang dirasakan orang lain)

1. Sejauhmana anda mampu mengerti dan me mahami perasaan orang lain, apabila sedang mengalami emosi tinggi (marah-marah, kecewa atau gembira, tertawa?) 2. Apakah anda mudah hanyut dalam perasaan

orang lain saat anda mendengarkan keluhan/curhat lawan bicara anda?

26

sungguh-sungguh sewaktu orang lain berbicara sehingga anda mampu untuk memahami apa yang ia rasakan?

4. Dengan cara bagaimana anda menunjukkan sikap empatik terhadap orang lain?

E Kemampuan memberikan

tanggapan yang tepat terhadap orang lain

1. Bagaimana anda menjalin relasi dengan orang lain baik sejenis maupun lawan jenis?

2. Bagaimana anda memposisikan diri dalam berelasi dengan orang lain dengan berbagai macam karakter/keadaan?

3. Dalam pembicaraan dengan orang lain bagaimana anda bersikap? Apakah anda lebih ingin didengarkan atau mendengarkan?

4. Bagaimana usaha anda untuk menguasai emosi sewaktu anda mendengarkan orang lain bermasalah/curhat?

5. Bagaimana usaha anda untuk meningkatkan kemampuan anda dalam memberikan tanggapan terhadap yang bermasalah atau yang memiliki beraneka karakter?

2. Format

Dalam wawancara peneliti menggunakan pertanyaan tidak berstruktur atau terbuka atau bebas. Pertanyaan-pertanyaan seperti itu memberi kebebasan kepada responden dalam menjawabnya atau mengemukakan pendapatnya. (Masidjo, 1995:75).

Keberhasilan dalam mendapatkan data atau informasi dari subjek sangat bergantung pada kemampuan peneliti dalam melakukan wawancara (Sarwono, 2006:224).

27 3.Tahap penelitian

Tahap-tahap dalam penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu tahap pra lapangan dan tahap pekerjaan lapangan (Moleong, 2006:127-148).

a. Tahap pra-lapangan Tahap ini meliputi:

1). Menyusun rancangan penelitian dan melakukan pendekatan dengan subjek yang

akan diteliti maupun sumber lain, menginformasikan topik penelitian, membuat daftar pertanyaan, menentukan waktu dan wawancara untuk penelitian.

2). Memilih lapangan penelitian, peneliti memilih dua komunitas yaitu 1 komunitas di Yogyakarta dan 1 komunitas berada di Surabaya.

3). Mengurus perizinan, peneliti meminta izin kepada pemimpin komunitas baik secara langsung maupun melalui telepon untuk mengadakan wawancara dengan subjek, pemimpin komunitas dan teman dekat subjek. 4). Menjajaki dan menilai lapangan, peneliti tinggal bersama di komunitas

tempat subjek tinggal untuk menyesuaikan diri dengan jadwal dan kegiatan subjek serta sumber lain.

5). Memilih dan memanfaatkan informan, informan atau sumber lain adalah orang yang dapat memberikan informasi mengenai situasi dan kondisi subjek penelitian. Mereka adalah suster yang mendampingi atau pemimpin komunitas subjek dan teman dekat di mana subjek yang diteliti tinggal.

28

6). Menyiapkan perlengkapan penelitian, peneliti menyiapkan perlengkapan yang akan digunakan dalam proses penelitian antara lain: tape recorder dan kaset kosong untuk merekam wawancara, buku catatan dan alat tulis serta rencana biaya penelitian.

7). Persoalan etika penelitian, peneliti tetap akan menjaga rahasia berkenaan dengan hasil wawancara, menjalin relasi dengan baik, menghargai dan menghormati sebagai pribadi.

b. Tahap pekerjaan lapangan

Tahap ini dilakukan pada saat peneliti mengumpulkan data penelitian berlangsung. Peneliti mewawancarai tiga suster SSpS yunior sebagai subjek penelitian dan beberapa sumber lain yang telah mengenal subjek. Mereka tinggal di dua komunitas yaitu satu di komunitas Yogyakarta dan dua tinggal di komunitas Surabaya. Penelitian dilaksanakan dalam tiga tahap yaitu: tahap I pada hari Senin, 8 Pebruari 2010 sampai dengan Kamis,11 Pebruari 2010. Tahap II Senin, 15 Pebruari 2010 sampai dengan Selasa, 16 Pebruari 2010. dan Tahap III pada hari Jum’at 19 Pebruari 2010.

4. Cara mengolah jawaban

Keakuratan hasil wawancara tergantung pada peran dan kemampuan pewawancara untuk memperoleh jawaban yang dibutuhkan, dan bagaimana menafsirkan setiap jawaban dari responden. Untuk itu menurut Masidjo (1995:74) dibutuhkan sifat-sifat tertentu dari pewawancara yang merupakan kualifikasi sifat pribadinya. Sifat-sifat pribadi yang dimaksud antara lain: sifat

29

jujur, akurat, penuh minat, dan adaptif. Untuk itu, pewawancara perlu memiliki sifat periang dalam situasi apa saja, juga humoris.

5. Pertanggungjawaban mutu alat penelitian a. Pemeriksaan Validitas alat penelitian

1) Konsep Validitas alat penelitian

Oleh beberapa ahli, seperti yang dikutip oleh Poerwandari

(2005:181) dalam buku Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia, istilah yang pertama dan yang paling sering digunakan dalam penelitian kualitatif adalah “kredibilitas”. Kredibilitas menjadi istilah yang paling banyak dipilih untuk mengganti konsep validitas,

dimaksudkan untuk merangkum bahasan menyangkut kualitas penelitian kualitatif.

Kredibilitas alat penelitian dalam penelitian ini didasarkan pada konsultasi dengan ahli, yaitu dengan dua dosen pembimbing skripsi ini dan Pater Thobias Muda Kraeng SVD

2) Pengukuran Validitas hasil penelitian

Untuk mengetahui validitas alat dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan beberapa cara, menurut Stangl (1980) dan Sarantakos (1993) antara lain “validitas kumulatif” dicapai bila temuan dari studi-studi lain mengenai topik yang sama menunjukkan hasil yang kurang lebih serupa. “Validitas komunikatif” dicapai melalui

30

penelitian. “Validitas argumentatif” tercapai bila presentasi temuan dan kesimpulan dapat diikuti dengan baik rasionalisasinya, serta dapat dibuktikan dengan melihat kembali ke data mentah. “Validitas ekologi” menunjuk pada sejauh mana studi dilakukan pada kondisi alamiah dari subjek yang diteliti, sehingga justru kondisi ‘apa adanya’ dan kehidupan sehari-hari menjadi konteks penting penelitian Poerwandari (2005:182) b. Triangulasi

Yang dimaksud dengan triangulasi adalah suatu cara untuk mengetahui hasil yang lebih akurat dari nara sumber, antara lain: triangulasi teknik, sumber data, dan waktu. Triangulasi teknik dilakukan dengan cara menanyakan hal yang sama dengan teknik berbeda, yaitu dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil observasi dengan tiga subjek antara lain : subjek ke I menampakkan perilaku yang menunjukkan keramahan, kreatif, terbuka, rela menolong dan sabar. Subjek ke II terbuka, ramah, sabar, peka, kreatif dan rela menolong. Demikianpun subjek ke III ia menunjukkan sikap ramah, peka, sabar, jujur, berinisiatif dan rela berkorban serta berusaha mendengarkan dengan hati. Triangulasi sumber dilakukan dengan cara menanyakan hal yang sama melalui sumber yang berbeda. Triangulasi waktu artinya pengumpulan data dilakukan pada berbagai kesempatan, pagi, siang, dan sore hari (Sugiyono, 2008:209). Begitupun pendapat Bungin (2008:152) untuk menguji keakuratan data digunakan triangulasi metode pengumpulan data, yaitu observasi, wawancara tak

31

berstruktur, dokumentasi, interpretasi dokumen sejarah oral dan pribadi, introspeksi dan refleksi diri.

6. Teknik Analisis Data

Untuk menjawab masalah penelitian “Bagaimana kematangan emosi para suster yunior dalam menghadapi/menjalani tanggung jawab studi sebagai suster SSpS?” dan “Program bimbingan dan konseling mana yang diharapkan dapat membantu meningkatkan kematangan emosi melalui tanggung jawab studi sebagai suster SSpS?” ditempuh beberapa langkah menurut Poerwandari (2005:150-154) sebagai berikut:

a. Kodifikasi

Koding dimaksudkan untuk dapat mengorganisasikan dan mensistemisasikan data secara lengkap dan detil sehingga data dapat memunculkan gambaran tentang topik yang dipelajari.

b. Klasifikasi

Klasifikasi merupakan proses pengelompokan informasi, yang dapat menghasilkan daftar tema, model tema, atau indikator yang kompleks, kualifikasi yang biasanya terkait dengan tema itu, dan hal-hal di antara atau gabungan dari yang telah disebutkan, Boyatzis (1998).

c. Penafsiran/Interpretasi

Dalam konteks intepretasi pemahaman diri terjadi bila peneliti berusaha memformulasikan dalam bentuk lebih padat apa yang oleh subjek penelitian sendiri pahami sebagai makna. Dengan kata lain interpretasi mengacu pada upaya memahami data secara lebih ekstensif dan mendalam.

32 d. Kesimpulan

Kesimpulan atau dugaan sementara. Kesimpulan yang berkembang tersebut harus terus dipertajam dan diuji ketepatannya.

Menurut Poerwandari (2005:194-195), hal-hal praktis yang dapat dilakukan agar deskripsi lebih akurat maka perlu memperhatikan langkah-langkah berikut ini:

1. Mencatat hal-hal penting serinci mungkin, mencakup catatan pengamatan objektif terhadap setting, partisipan maupun hal lain yang terkait.

2. Mendokumentasikan secara rapi dan lengkap data yang terkumpul, proses pengumpulan data maupun strategi analisisnya.

3. Memanfaatkan langkah-langkah dan proses yang diambil peneliti sebelumnya sebagai masukan dan menjamin pengumpulan data yang berkualitas untuk penelitiannya sendiri.

4. Menyertakan patner sebagai pengkritik yang memberikan saran dan pembelaan dengan pertanyaan kritis terhadap analisis yang dilakukan peneliti.

5. Melakukan upaya konstan untuk menemukan kasus-kasus negatif dan melakukan pengecekan kembali data, dengan menguji kemungkinan dugaan yang berbeda, pengecekan data dengan mengaplikasikannya pada data dan mengajukan pertanyaan tentang data.

33

Partner yang akan membantu dalam memberikan kritikan dan saran serta pembelaan terhadap analisis dalam penelitian ini adalah Tm,dan An (nama samaran).

34 BAB IV

Dokumen terkait