• Tidak ada hasil yang ditemukan

Usulan Topik-topik Pendampingan yang dapat Membantu Meningkatkan Kematangan Emosi Para Suster SSpS Yunior yang Sedang Menjalani Kematangan Emosi Para Suster SSpS Yunior yang Sedang Menjalani

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

C. Usulan Topik-topik Pendampingan yang dapat Membantu Meningkatkan Kematangan Emosi Para Suster SSpS Yunior yang Sedang Menjalani Kematangan Emosi Para Suster SSpS Yunior yang Sedang Menjalani

Studi.

Berdasarkan hasil penelitian terhadap ketiga suster SSpS yunior ini, ada beberapa hal yang masih perlu diperhatikan secara khusus untuk meningkatkan kematangan emosi mereka.

Berdasarkan pengalaman mereka, masih ditemukan adanya hal-hal yang membuat mereka terpancing oleh reaksi emosi spontan karena ulah atau emosi orang lain, seperti cepat tersinggung dan reaktif, meskipun kadarnya rendah. Apabila hal ini tidak diberi perhatian secara serius mereka akan mengalami kesulitan dalam berelasi dengan orang lain dan dengan Tuhan serta mempersulit dirinya dalam mengambil keputusan secara bijaksana.

Dari pengalaman ketiga subjek tersebut dapatlah dikatakan bahwa mereka menanggapi sangat positif perihal pentingnya mengolah emosi, agar kematangan emosi masing-masing pribadi semakin nampak jelas dalam perjalanan panggilan hidup religiusnya.

Untuk itu peneliti mengusulkan beberapa program bimbingan dan konseling yang dapat membantu meningkatkan kematangan emosi para suster SSpS sebagai berikut:

a. Pelatihan tentang peningkatan kematangan emosi dalam konteks visi, misi dan spiritualitas Kongregasi. Dengan pelatihan ini para suster diharapkan dapat semakin mampu meningkatkan kematangan emosinya dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam komunitas maupun di luar komunitas.

45

Peningkatan kematangan emosi tersebut membutuhkan suatu proses pendampingan dengan kesabaran, ketekunan, kesetiaan dan berani mengalami pergulatan batin yang sangat melelahkan. Diharapkan mereka dapat tumbuh menjadi pribadi yang matang dan yang mampu menerima kenyataan dalam hidupnya serta dapat mengelola emosinya dengan baik, sehingga bisa menyikapi segala sesuatu dengan tenang, sabar dan penuh pengertian karena batin mereka telah bebas dari emosi yang muncul secara spontan. Kematangan emosi tersebut akan dapat dilihat dari cara mereka menyampaikan sesuatu seperti misalnya: dengan lembut, tutur kata dan nada yang halus serta penuh perhatian.

b. Pelatihan tentang manajemen emosi selama menjalani studi. Dalam kehidupan sehari-hari, entah hidup pribadi atau hidup bersama dalam komunitas maupun hidup dalam masyarakat, seseorang dapat saja mengalami gejolak emosi yang tidak teratur/konflik batin. Gejolak emosi ini kalau tidak dikelola dengan baik akan menggerogoti seluruh dinamika kehidupan kita. Oleh karena itu pentinglah kiranya jika para suster yunior melatih diri terus-menerus untuk meningkatkan sensitivitas dalam diri guna menentukan pilihan yang tepat dan sesuai dengan kemampuan pribadi serta tidak menyimpang dari harapan kongregasi. Menjadi religius SSpS harus memiliki visi dan misi yang jelas sesuai dengan kharisma dan spiritualitas pendiri dan kopendiri, sehingga tidak mudah diombang-ambingkan oleh emosi-emosi yang muncul dan oleh arus dunia yang selalu berubah-ubah. Untuk dapat mencapai tujuan ini, seseorang perlu memiliki

46

komitmen yang kuat. Komitmen ini perlu diperjuangkan dan diwujudkan dalam hidup keseharian untuk semakin memurnikan motivasi, sehingga semakin berani menentukan pilihan seturut kehendak Allah.

c. Pelatihan tentang menjadi pribadi yang bebas dan dewasa secara holistik. Untuk dapat melaksanakan tugas studi dengan baik dan berhasil dibutuhkan

keseriusan dan rasa tanggung jawab, keterbukaan hati dan kesadaran. Yang dimaksudkan dengan keterbukaan hati dan kesadaran di sini adalah kemampuan menerima teguran, masukan dari pemimpin maupun sesama bahwa tugas studi ini merupakan tugas perutusan, bukan keinginan tiap pribadi. Untuk itu para suster yunior harus juga memiliki kesadaran bahwa tugas studi mestinya dijalankan dengan serius dan bertanggung jawab. Oleh karena itu kebiasaan menulis jurnal harian perlu dikembangkan secara terus-menerus setiap hari. Segala peristiwa dapat dieskpresikan lewat tulisan maupun gambar dalam buku jurnal pribadi. Latihan terus-menerus ini, lama-kelamaan akan menjadi suatu kebiasaan atau pola hidup pribadi, sehingga tidak asing lagi untuk menulis buku jurnal. Jurnal harian yang ditulis dengan tekun akan sangat membantu suster-suster yunior yang studi untuk lebih peka pada situasi emosi dan gerak batin yang muncul dalam batin mereka, sehingga dapat dikelola selaras dengan kehendak Tuhan. Selain itu, para suster yunior perlu mengadiri perayaan ekaristi setiap hari untuk menimba kekuatan dari sang pusat kehidupan yaitu Tuhan sendiri. Hal ini didukung pula oleh kebiasaan mengadakan rekoleksi secara rutin entah bulanan atau khalwat tahunan dengan penuh

47

kesadaran dan juga melaksanakan pengakuan dosa secara rutin agar semakin menjernihkan motivasi panggilan hidup membiara. Kegiatan-kegiatan tersebut di 0atas dijalankan bukan sekedar memenuhi aturan tetapi karena kebutuhan untuk meningkatkan kematangan pribadi.

48 Usulan:

Topik-topik Pendampingan yang dapat Membantu Meningkatkan Kematangan Emosi Para Suster SSpS Yunior yang Sedang Menjalani Studi

N o

Topik Tujuan Materi Bentuk Kegiatan Pelatihan

Nara Sumber Pelaksanaan

1. Peningkatan kematangan emosi dalam konteks visi, misi dan spiritualitas Kongregasi

Peserta mampu mengembangkan hidupnya

dalam kebebasan batin

- Mendalami kematangan emosi

Workshop Rekoleksi

Pater Tobhias Muda Kraeng SVD Pater Sigit Pawanta

SVD

Desember 2010

2. Manajemen emosi selama menjalani studi

Peserta mampu mengelola emosi dengan baik, sehingga dapat membangun relasi personal dengan Allah dan membagi hidup dengan sesama

- Mengelola hidup dengan hati

Workshop

Rekoleksi Pater Tobhias Muda Kraeng SVD

Agustus 2011

3. Menjadi pribadi yang bebas dan dewasa secara holistik

Peserta mampu menerima kelebihan dan kekurangan serta semakin bertumbuh dan berkembang dalam kebebasan batin - Jadual harian - Jurnal Workshop Rekoleksi Sr. Ines Setiono SSpS Sr. Ernestildis SSpS Desember 2011

49 BAB V PENUTUP

Pada bagian akhir skripsi ini akan dikemukakan mengenai kesimpulan dan saran.

A. Kesimpulan

Perkembangan zaman yang semakin pesat mulai dari teknologi alat-alat canggih, mode sampai dengan makanan yang cepat saji menimbulkan begitu banyak tawaran duniawi yang menggiurkan. Dalam kehidupan sehari-hari mau tidak mau orang dihadapkan pada banyaknya pilihan tersebut. Gaya hidup zaman sekarang sangat mempengaruhi watak dan pola hidup kaum muda. Generasi penerus zaman sekarang dapat digambarkan sebagai generasi instant yang ingin cepat-cepat menerima hasil tanpa harus berusaha. Tuntutan zaman dan kemajuan teknologi yang begitu pesat sangat mempengaruhi kehidupan kaum religius saat ini. Melihat gejala yang demikian merebak dikalangan generasi muda, maka bimbingan dan konseling dirasa sangat dibutuhkan dengan membuat program-progam yang sesuai dan dapat mengimbangi kebutuhan orang. Bimbingan dan konseling bertujuan agar mereka memiliki kepribadian yang utuh dan integral untuk menghadapi berbagai macam tawaran yang menggiurkan dengan segala macam pengaruhnya dalam kehidupan.

Melalui skripsi ini penulis menawarkan program pembinaan bimbingan dan konseling untuk meningkatkan kematangan emosi bagi semua anggota Kongregasi, khususnya untuk para generasi muda. Melalui pembinaan bimbingan

50

dan konseling ini diharapkan dapat membantu para suster yunior untuk semakin berani membuka diri dan siap sedia menerima perutusan misi di manapun dibutuhkan seturut kehendak Allah melalui Kongregasi.

Dalam pendampingan para suster yunior, para pendamping dan pemimpin komunitas diharapkan profesional dalam melaksanakan pendampingan. Kematangan emosi, kedalaman hidup rohani dan keteladanan hidup sangat mereka butuhkan. Mengingat bahwa keteladanan hidup dari pendamping dan pemimpin komunitas secara tidak langsung dapat mempengaruhi subjek yang didampingi. Karenannya konsistensi dalam pendampingan hendaknya dimiliki oleh pendamping dan pemimpin komunitas maupun suster yang berkaul kekal sebagai upaya memberikan keteladanan dalam hidup sehari-hari secara berkualitas.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan serta melihat realita yang ada dalam formasi SSpS khususnya Provinsi Maria Bunda Allah – Jawa, dapat disimpulkan kurangnya keteladanan hidup yang menunjukkan kematangan emosi dan kedalaman hidup rohani sebagai religius. Oleh sebab itu para suster yunior kadang merasa bingung dan mudah terpancing emosi. Namun demikian, melalui penelitian ini, peneliti dapat menemukan dari ketiga subjek bahwa mereka nampak sudah matang dalam emosi meskipun masih perlu berproses terus-menerus dan butuh pendampingan yang intensif agar kematangan emosi mereka semakin mantap. Selain itu mereka juga menemukan nilai-nilai positif dan negatif dalam diri mereka yang dapat dijadikan titik tolak untuk merefleksikan diri dan

51

mengupayakan hidup dalam kesadaran agar hidup semakin bermakna dan mempunyai tujuan yang jelas.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, peneliti akan memberikan beberapa saran berikut ini yang dapat dijadikan bahan pertimbangan:

1. Hendaknya Kongregasi mempersiapkan dengan sungguh-sungguh suster yang dipilih untuk menjadi pendamping para prenovis, novis, yunior. Hal ini dianggap perlu karena peran seorang pendamping sangatlah besar bagi perkembangan kematangan emosi dan kepribadian mereka serta masa depan Kongregasi, mengingat bahwa mereka adalah generasi penerus Kongregasi. 2. Dalam membentuk pribadi yang integral, hendaknya program tahun rohani

dan live in bagi yunior diadakan kembali agar para yunior benar-benar mampu mengendapkan dan merefleksikan pengalaman serta melatih dan menghayati ketiga kaul di komunitas karya selama dua tahun sesudah mengikrarkan kaul pertama mereka.

3. Para suster yunior SSpS hendaknya semakin melatih diri dan mengembangkan kematangan emosi sehingga semakin bersikap dewasa dalam tingkah laku dan tutur kata dalam kehidupan sehari-hari baik di dalam komunitas maupun di lingkungan di mana mereka berada.

4. Para suster SSpS hendaknya semakin meningkatkan ketekunan dalam mengolah emosi agar semakin mampu memberi kesaksian hidup dalam kehidupan sehari-hari baik di komunitas maupun di tempat karya.

52 Daftar Kepustakaan:

Adimassana, YB, 2001. Self-analysis Untuk Mencapai “Jiwa Bebas” Model Psikologi Terapan Ki Ageng Suryomentaraman, dalam Bunga Rampai Psikologi Yogyakarta: Penerbit USD

Arikunto,Suharsimi, 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (edisi Revisi V), Jakarta: PT. Asdi Mahasatya

Ari Setyaningtyas, 2001.(Skripsi) Wiwiet, Pembinaan Iman Para SusterYunior Dalam Proses Kematangan Pribadi Berdasarkan Nilai-Nilai Spiritualitas Tarekat Misi Abdi Roh Kudus Melalui Katekese, (Skripsi), Yogyakarta,USD

Bungin, Burhan, 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Cencini, Amadeo, 2008. Kematangan Rohani dan Emosi (terjemahan) Medan: Penerbit Bina Media Perintis

Chaplin, J.P. 2006. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Gardner, Howard, 2003. Multiple Intelligences, Kecerdasan Majemuk teori dalam

Praktek. (terjemahan) Batam, Interaksara

Goleman, Daniel, 1996. Emotional Intelligence, Kecerdasan Emisional. (terjemahan) Jakarta: PT. Gramedia

Jacobs, Tom, 1987. Hidup Membiara Makna dan Tantangannya. Yogyakarta: Kanisius

Kartosiswoyo, V, dkk, 2001. Kitab Hukum Kanonik (terjemahan) Jakarta: Penerbit Obor Kerjasama dengan Sekretariat KWI

Kongregasi Misi Abdi Roh Kudus, 1984. Konstitusi dan Direktorium, Kapitel Jenderal Kesembilan 21 Mei – 19 Juli 1984, Roma

Kongregasi Misi Abdi Roh Kudus, Manuale untuk Pembinaan, Administration Jendral, Casa Generalizia, Via Casia, 645, 00189 Rome Italy

Masidjo, Ign, 1995. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di sekolah, Yogyakarta: Kanisius

Moleong, 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

53

Poerwandari, Kristi, 2005. Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia, LPSP3, Fakultas Psikologi UI

Prasetyo Mardi, F, 1992. Psikologi Hidup Rohani 2, Yogyakarta: Kanisius ____________ ,2000. Unsur-unsur Hakiki dalam Pembinaan 2, Yogyakarta:

Kanisius

Sarwono, Jonathan, 2006.Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Yogyakarta: Graha Ilmu

Sugiyono, 2008. Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: CV.Alfabeta

Sukarsih, Kristiana, 2008. (Skripsi) Persepsi Para Suster Yunior Kongregasi Puteri Bunda Hati Kudus Provinsi Indonesia Tahun 2007-2008 Tentang Relasinya Dengan Lawan Jenis. Yogyakarta: USD

Suparno, Paul, 2005. Rekoleksi FBB - Studi. Yoyakarta

___________, 2004. Teori Inteligensi Ganda dan Aplikasinya di Sekolah. Yogyakarta: Kanisius

Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

LAMPIRAN

(3) LAMPIRAN 2

Hasil Wawancara dengan ketiga Subjek Penelitian dan Sumber lain

A. Aspek Pemahaman diri (fokus pada emosi) Subjek A

Apakah anda menyadari bahwa perasaan yang muncul dalam diri anda

merupakan bagian dari diri anda yang harus dikelola? Ya jelas, penting untuk

dikelola, nyata dalam diri, tidak mengacuhkan untuk menetralkan suasana hati, berusaha memberi nama. Apakah anda dapat membedakan berbagai macam emosi yang muncul?

Mengenali perasaan yang muncul karena ada sesuatu yang sebelumnya tetjadi. Ada sesuatu yang ingin disampaikan “apa yang akan saya lakukan” (misalnya rasa marah saya terganggu) bagaimana saya mendialogkan, menyadari, berdamai dengan perasaan itu sehingga tahu menyikapinya. Apakah anda menyadari emosi sebagai sinyal rasa aman? dan apakah anda mengetahui penyebab mengapa

emos-emosi tersebut muncul? Ya, semua itu ada penyebabnya. Cukup reflektif,

mengolah diri.

Cukup mampu membedakan emosi yang muncul, pengalaman dengan anggota keluarga di rumah, di komunitas meskipun masih baru, ketika mengalami kesulitan dengan sesama yunior saya mengungkapkan sesudah saya refleksi dan bertanya diri.

Masukan dari sumber lain yaitu sinyal dalam dirinya sangat nampak lewat

wajah… Mengenali penyebab emosi, menyesuaikan diri, terbuka, tidak mudah tersinggung, gembira dan tidak lama-lama menyimpan marah. Kalau terlalu sibuk

(4) ia sadar bahwa dirinya adalah anggota komunitas dan langsung minta maaf, butuh dalam kebersamaan.

B. Aspek Kemampuan mengolah emosi Subjek A

Bagaimana anda menyikapi emosi yang muncul atas berbagai peristiwa

baik yang positif maupun negatif? Mencoba untuk diam, berhenti untuk melihat

sungguh-sungguh, misalnya takut dinilai lalu saya urai penyebab rasa itu, sharingkan dengan orang lain, mengakui kalau salah. Bagaimana reaksi emosi spontan anda jika tiba-tiba pemimpin bertanya hal yang tidak anda lakukan

dengan nada agak keras? Memasukkan nada humor, diam tanya dalam hati

maksudnya apa? Bagaimana anda mampu menemukan penyebab emosi yang

muncul ketika ada suatu peraturan yang baru muncul yang harus ditaati? Tanya

kalau belum jelas, komunikasi, terbuka dan dialog.Kembali pada diri, tanya pada diri “kenapa, ada apa kamu ini?” kalau peraturan itu memang perlu ditaati ya saya

jalan terus, tapi kalau tidak logis saya

tanyakan.

Bagaimana anda melatih emosi agar lebih teratur dalam hidup anda? Sejauh

masukan dari sesama, kalau saya marah nampak sekali dalam wajah, maka lebih baik saya diam dulu beberapa saat, baru saya omong, meskipun beberapa suster kalau bicara dengan nada seru, dengan diam, doa panah dan buat pertimbangan saya terbantu untuk dapat mengungkapkan secara objektif.

(5) Misalnya kalau saya marah, lalu saya tanya pada diri hal ini logis apa tidak, kenapa suster itu mengingatkan saya, memberi jarak pada rasa marah supaya saya bias objektif.

Dalam masa studi mengapa sering muncul perasaan jenuh, kesal, capek, jengkel dan lain-lain? Dan bagaimana cara menyikapi itu semua?

Belum bosan, belum malas, karena saya senang hal baru sehingga saya bersemangat untuk belajar, meski begitu saya kembali melihat motivasi awal untuk apa saya studi? menyadarkan perasaan lihat kembali motivasi awal apa yang ingin saya tuju?, sharing, sudah menemukan spiritualitas akuntansi yaitu berani duduk diam untuk refleksi.

Bagaimana anda membangun sikap yang bebas dengan menumbuhkan keberanian untuk mengambil jarak dan merasakan emosi apa saja tanpa reaksi dan lebih berpegang pada pikiran yang jernih?

Perasaan itu selalu benar bagi saya, menunjukkan sesuatu yang tidak beres dengan diri yang harus saya perbaiki demi perkembangan dan keselamatan saya.

Bagaimana anda mengambil posisi sebagai pengendali emosi yang bijaksana? Sebagai pribadi yang netral, orang lain juga netral, perasaan yang sering membantu.

Masukan dari sumber lain: Menyikapi/mengatasi emosi baik dalam peristiwa

positif maupun negatif, bisa berbaur, berani mengungkapkan rasa jengkelnya. Kalau dimarahi tidak apa-apa hal tersebut dijadikan bahan untuk refleksi dan memperbaiki diri.

(6) Reaksi spontan akan diam sebentar untuk masuk kedalam diri, prosesnya bagus dan bisa menempatkan dirinya. Kalau ada peraturan baru ia mendengarkan dan bisa terima apa yang menjadi keputusan bersama. Dalam melatih emosi ia bertanggung jawab untuk diri, komunitas, terutama dengan Tuhan Allah, dalam studi bagus perkembangannya tidak membatasi untuk kepentingan diri sendiri. Kalau mengalami sesuatu ia terbuka dan ngecek dengan bertanya, saya melakukan ini … benar atau tidak. Terbuka dan berani menyampaikan sesuatu dalam pertemuan komunitas ia cukup bijaksana, menerapkan tehnik tanpa kekerasan, saling membantu dan mengingatkan. Dalam membantu teman bermasalah sampai tuntas dan bertanggung jawab, setia mendampingi dan mendengarkan. Ia sangat aktif dalam kegiatan di kampus, belajar dari teman lain dan antusias dalam studi. Berusaha untuk mencari keheningan, meluangkan waktu untuk berdoa sehingga emosinya yang keluar jadi lain, meskipun sibuk, tetap penuh semangat dalam menjalani studi, cukup sibuk juga sebagai ketua liturgi dan kalau ada komplain lalu ia berpikir sehingga mampu mengkover semua itu.

Mengambil posisi sebagai pengendali emosi, ia sudah tahu dalam prosesnya, nampak jelas perkembangannya, mungkin belajar dari masa postulan, novis sehingga sampai sekarang berkembang bagus dalam manajemen emosinya, dikenal banyak dosen, banyak teman dan bisa menyimpan rahasia.

C. Aspek Kemampuan menentukan pilihan sikap/tindakan secara bertanggungjawab

(7) Apa akibat/konsekuensi dari mengikuti reaksi emosi anda yang sedang bergejolak?

Konsekwensinya saya terluka, menyesal, dan merasa menjadi suster yang tidak beres. Bersahabat-rasa bebas, minta rahmat ketenangan ketika mendapat serangan dari suster lain sehingga bisa menyampaikan dengan tenang sebagai teman. Apa manfaat dari kemampuan anda untuk mengendalikan emosi?

Hal ini merupakan bagian dari diri, karena menyangkut orang lain atau demi orang lain.

Bagaimana anda dapat menentukan pilihan sikap secara bertanggungjawab? Konsekuensi/akibat kadang-kadang jengkel dalam mengingatkan teman-teman di kampus dan tidak didengarkan, bersikap diam saja atau berani menyampaikan sesuatu pada teman-teman, bertanggung jawab.

Masukan dari sumber lain yang mengenal subjek dengan baik

Manfaat dari kemapuan mengendalikan emosi ia merasa lega sesudah mengungkapkan sesuatu, butuh waktu untuk sendiri, untuk hidup berkomunitas, kalau terlalu sibuk dalam studi di kampus ada rasa rindu untuk bersama dalam komunitas.

Dalam hal-hal kecil ia bertanggung jawab, dalam tim, komunitas dan dalam kelompok basis, bertanya, terbuka untuk tugas studi ia berusaha melakukan yang terbaik, tetap setia menjalin relasi dengan Tuhan merupakan kebutuhan.

D. Aspek Pemahaman terhadap orang lain (apa yang dirasakan orang lain) Subjek A

(8) Sejauh mana anda mampu mengerti dan memahami perasaan orang lain, apabila sedang mengalami emosi tinggi (marah-marah, kecewa atau gembira, tertawa?)

Coba mendengarkan/lihat bahasa non verbal, menempatkan diri pada posisi orang lain, hal itulah yang dapat membantu untuk mengerti dan memahami orang lain. Apakah anda mudah hanyut dalam perasaan orang lain saat anda mendengarkan keluhan/curhat lawan bicara anda?

Mudah iba, tapi tidak hanyut, perlu waktu untuk melihat kedalam diri.

Apakah anda memberikan perhatian dengan sungguh-sungguh sewaktu orang lainberbicara sehingga anda mampu untuk memahami apa yang ia rasakan? Mencoba mendengarkan sungguh-sungguh, dan kalau masalahnya berat saya butuh bantuan orang lain yang bisa juga mencarikan solusi sekaligus kontrol bagi saya.

Dengan cara bagaimana anda menunjukkan sikap empatik terhadap orang lain? Mendengarkan, duduk diam tidak perlu mengomentari kalau memang hal itu tidak perlu dikomentari, lalu saya bertanya bagaimana kabarmu? keadaanmu?, dan juga mendekati secara pribadi.

Masukan dari sumber lain yang mengenal subjek

Ia memperhatikan, memahami dan mampu menempatkan diri, enak kalau diajak bicara terbuka dan hormat terhadap orang lain, mampu menahan emosi

Mudah iba tapi tidak mudah untuk mengiyakan, rasa sosial tinggi, sadar ada hal-hal tertentu yang harus dipertimbangkan dengan pemimpin, membantu teman sampai tuntas, jalan keluar.

(9) Ia memperhatikan dengan baik dan menempatkan diri pada porsinya.

Berusaha menghadirkan diri dengan penuh, syering keluar dari hati, sopan, membantu dengan tulus, kalau perlu dengan pemimpin/suster lain bertanya dulu “suster apa saya boleh minta waktu?” gerak-gerik sesuai dengan apa yang dikatakan, mengangguk, menepuk bahu teman.

E. Aspek Kemampuan memberikan tanggapan yang tepat terhadap orang lain.

Subjek A

Bagaimana anda menjalin relasi dengan orang lain baik sejenis maupun lawan jenis?

Terbuka dalam relasi, semua saya anggap sama jadi saya tidak masalah dan mudah untuk menjalin relasi dengan siapa saja, meskipun kadang maju-mundur, saya welcome dengan relasi. Bagaimana anda memposisikan diri dalam berelasi dengan orang lain dengan berbagai macam karakter/keadaan?

Memposisikan diri bahwa semua manusia itu berbeda. Mendengarkan meskipun kadang-kadang ingin juga didengarkan.

Dalam pembicaraan dengan orang lain bagaimana anda bersikap bagaimana anda bersikap? Apakah anda lebih ingin didengarkan atau mendengarkan?

Mendengarkan, mengendalikan emosi, tidak menanggapi kalau belum yakin, kalau tidak jelas supaya diulang, dan tanya apa maksudnya serta berdoa yang menjadi kekuatan.

(10) Bagaimana usaha anda untuk menguasai emosi sewaktu anda mendengarkan

orang lain bermasalah /curhat? Mendengarkan dulu, mengendalikan emosi tidak

menanggapi sebelum yakin, bertanya lagi maksudnya apa, doa sebagai kekuatan, untuk bersahabat dengan perasaan.

Bagaimana usaha anda untuk meningkatkan kemampuan anda dalam memberikan tanggapan terhadap yang bermasalah atau yang memiliki beraneka karakter?

Memahami apa yang menjadi pokok masalah, perlu orang lain sebagai petunjuk/memberi solusi dan sekaligus sebagai pengontrol, berani menanggung resiko, syering, terbuka.

Masukan dari sumber lain yang mengenal subjek tersebut.

Dalam berelasi ia tidak sembunyi-sembunyi, terbuka, inklusif pada siapa

Dokumen terkait