• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

G. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini berangkat dari latar belakang masalah kemudian dirumuskan dalam rumusan masalah dan dikaji berdasarkan teori dalam tinjauan pustaka. Adapun fokus penelitian ini adalah:

1. Perlindungan 2. Pengembangan 3. Pemanfaatan

Dan faktor-faktor pendukung dan penghambat peran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dalam mengelola cagar budaya Situs Wadu Pa’a di Kecamatan Soromandi Kabupaten Bima.

Peran Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Dalam Mengelola Cagar Budaya Situs Wadu Pa’a Di

Kecematan Soromandi Kabupaten Bima

H. Deskriptif Fokus Penelitian

1. Cagar budaya adalah suatu bangunan atau peninggalan sejarah masa lampau yang memiliki nilai seni dan gaya tarik tersendiri yang harus di kelola agar terjaga kelestariannya.

2. Peran pemerintah dalam hal ini Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bima dalam mengelola cagar budaya satus Wadu Pa’a agar mampu memberikan gaya tarik bagi parawisata.

3. Pelindungan adalah upaya mencegah dan menanggulangi dari kerusakan, kehancuran, dan kemusnahan dengan cara penyelamatan, pengamanan, zonasi, pemeliharaan, dan pemugaran cagar budaya.

4. Pengembangan adalah peningkatan potensi nilai, informasi, dan promosi cagar budaya serta pemanfaatannya melalui penelitian, revitalisasi dan adaptasi secara berkelanjutan serta tidak bertentangan dengan tujuan pelestarian.

5. Pemanfaatan adalah pendayagunaan cagar budaya untuk kepentingan sebesar-besarnya kesejahtraan rakyat dengan tetap mempertahankan kelestariannya. (Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010, Tentang ketentuan Umum pasal 1 ayat 23, 29, 33)

6. Faktor pendukung dan penghambat:

Faktor pendukung

a. Lingkungan yang baik adalah kondisi tempat wisata yang nyaman dan pemandangan alam yang eksotis.

b. Sikap masyarakat yang baik yaitu keramahan masyarakat menerima wisatawan yang datang ke tempat wisata.

Faktor penghambat

a. Fasilitas sarana dan prasarana yang kurang memadai adalah terbatasnya fasiltas seperti WC,kamar ganti,tempat isterahat, mushollah dll.

b. Sistem promosi yang kurang baik adalah kurangnya informasi menganai keberadaan situs Wadu Pa’a.

BAB III

METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini telah di laksanakan selama 2 (dua) bulan yaitu April-Mei tahun 2015 setelah seminar proposal, adapun lokasi penelitian ini yaitu dikantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bima, penentuan lokasi ini adalah didasari atas pertimbangan peneliti dengan alasan karena wilayah ini sangat tepat untuk mengambil suatu informasi, karena pengelolaan cagar situs Wadu Pa’a tidak terlaksana dengan baik.

B. Jenis dan Tipe Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif, yaitu suatu penelitian yang mendeskripsikan tentang pengelolaan cagar budaya yang terjadi di tempat kejadian.

2. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang dilakukan menggunakan analisis kualitatif, dimana pertanyaan “bagaimana” menjadi permasalahan utama untuk menjawab semua permasalahan yang diangkat dan diteliti, oleh sebab itu untuk mengambarkan atau menjeleskan sesuatu hal yang kemudian yang di klarifikasikan sehingga dapat diambil satu kesimpulan, kesimpulan tersebut dapat lebih mempermudah dalam melakukan penelitian dan pengamatan.

25

C. Sumber Data

Adapun sumber data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini yaitu:

1. Data primer, yaitu data observasi yang diperoleh dari informan berdasarkan hasil wawancara informan. Jenis data yang ingin diperoleh adalah mengenai pengelolaan cagar budaya.

2. Data sekunder, yaitu data yang dikumpulkan peneliti dari berbagai laporan-laporan atau dokumen-dokumen yang bersifat informasi tertulis yang digunakan dalam penelitian.

D. Informan Penelitian

Informan merupakan pihak yang dapat memberikan informasi tentang berbagai hal yang berkaitan dengan fokus penelitian Adapun informan yang di yakini akan dapat memberikan data atau informasi yang tepat dan akurat di dalam penelitian ini yang di anggap mengetahui tentang pengelolaan cagar budaya situs Wadu Pa’a adalah sebagai berikut:

Tabel Daftar Nama Informan Penelitian

No Status Jabatan Keterangan Umur

1 M. Firdaus S.Pd. M.Pd Kabid Informasi Kebudayaan 50

2 Khusnul Hatimah SE Kabid Kebudayaan 30

3 Sirajudin S.Pd Juru Kunci 41

4 Talib Tokoh masyarakat 50

5 Yakub M Saleh Tokoh msyarakat 60

Sarifudin Tokoh Masyarakat 34

Khairunisyah Pengunjung 28

Ansyarullah Pengunjung 25

Fahrul Rajif Pengunjung 22

Jumlah Informan 9 Orang

E. Teknik Pengumpulan Data

Data yang di himpun untuk penelitian ini lebih banyak menggunakan data primer, sedangkan data sekunder hanya di gunakan sebagai pelengkap analisis data primer tersebut. Keuntungan dari data sekunder adalah peneliti tidak terlibat dalam mengusahakan dana penelitian lapangan merekrut dan melatih wawancara, menentukan sampel dan pengumpulan data di lapangan yang banyak memakan energy dan waktu. Menggunakan teknik eksidental yaitu siapa yang ditemui saat penelitian, maka itu yang di jadikan sebagagai sampel.

1. Observasi

Observasi yang meliputi pengamatan dan pencatatan sistematik tentang gejala-gejala yang di amati . Pengumpulan data dalam penelitin ini di lakukan dengan cara observasi langsung (direct observation) dan sebagai peneliti yang menempatkan diri sebagai pengamat (rocegnized outsider) sehingga interaksi tentang peneliti dengan subjek penelitian bersifat terbatas. Melakukan observasi, peneliti mencatat apa saja yang di lihat dan mengganti dari dokumen tertulis untuk memberikan gambaran secara utuh tentang objek yang akan di teliti.

2. Wawancara

Penggunaan metode ini ditujukan untuk menggali informasi secara lebih mendalam terkait permasalahan penelitian. Terkait penelitian, peneliti menggunakan metode indept interview, di mana peneliti dan informan berhadapan langsung (face to face) untuk mendapatkan informasi secara lisan dengan tujuan mendapatkan data yang dapat menjelaskan permasalahan penelitian. Untuk mempermudah wawancara agar lebih terarah maka peneliti menyusun suatu pedoman wawancara yang berisi butir-butir pertanyaan terkait permasalahan yang akan diteliti.

3. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu data-data sekunder yang berkaitan Pengelolaan di Dinas Kebudayan Dan Pariwisata Kabupaten Bima seperti, membaca buku, literatur, dan hasil penelitian.

F. Teknik Analisis Data

Teknik peneliti menggunakan data kualitatif yakni semua bahan, keterangan, dan fakta-fakta yang tidak dapat diukur dan dihitung secara sistematis karena wujudnya adalah keterangan verbal (kalimat dan data) dengan teknik ini peneliti hanya mengumpulkan data-data, informasi-informasi, fakta-fakta, keterangan-keterangan yang bersifat kalimat dan data dari permasalahan yang peneliti anggap penting dan mendukung dalam hal pengumpulan data dari istansi yang terkait di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bima.

Menurut Creswell (1998:34), menyatakan penelitian sebagai suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terperinci dari pandangan responden, dan melakukan studi pada setuasi yang alami. Penelitian kualitatif

merupakan riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan anlisis dengan pendekatan induktif. Proses dan makna (perspektif subjek) lebih di tonjolkan dalam penelitian kualitatif. landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta dilapangan.

G. Keabsahan Data

Menurut Maleong (2005: 320) yang dimaksud pengabsahan data adalah bahwa setiap keadaan harus memenuhi:

1. Mendemostrasikan nilai yang benar,

2. Menyediakan dasar agar hal itu dapat diterapkan, dan

3. Memperoleh keputusan luar yang dapat dibuat tentang konsistensi dari prosedurnya dan kenetralan dari temuan dan keputusan-keputusannya.

Keabsahan data yang dipakai dalam penulisan skripsi ini adalah trigulasi, trigulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Menurut Densin dalam Maleong (2005: 330) membedakan empat macam triangulasi yaitu:

1. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber yaitu membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif.

2. Triangulasi Metode

Triangulasi metode menurut Patton dalam Maleong (2005: 331) terdapat dua strategi yaitu: (1) pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian

beberapa teknik pengumpulan data, dan (2) pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama.

3. Triangulasi Penyidikan

Triangulasi dengan penyidik ialah dengn jalan memanfaatka peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data.

4. Triangulasi Teori

Triangulasi dengan teori menurut Lincoln dan Guba dalam Maleong (2005: 331), berdasarkan anggapan bahwa fakta tidak dapat diperiksa derajat kepercayaannya dengan satu atau lebih teori.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrisi Objek Penelitian

1. Gambaran Umum Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bima Pemerintah Kabupaten Bima memiliki dinas-dinas yang menunjang penyelengaraan pemerintahan. Salah satunya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar). Disbudpar merupakan unsur pelaksanaan pemerintahan daerah.

Disbudpar dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada dibawah dan tanggung jawab kepada Bupati melalui Sekertaris Daerah. Dinas ini menjalankan tugas sesuai dengan asas ekonomi dan melaksanakan tugas pembantuan yang diserahkan kepada pemerintah daerah, Disbudpar memiliki visi dan misi yang diselaraskan dengan visi misi Kabupaten Bima dalam rangka keterpaduan dalam melaksanakan tugas-tugas pemerintahan, pembangunan, pengembangan dan kemasyarakatan Kabupaten Bima.

a. Tugas Dan Fungsi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bima Untuk mendukung telaksananya tugas-tugas dalam bidang kebudayaan dan pariwisata di bentuk struktur organisasi. Struktur Organisasi Disbudpar Kabupaten Bima terdiri atas

1. Kepala dinas 2. Sekertaris

a. Sub bagiaan Umum dan kepegawaian.

b. bagian Program dan pelaporan.

c. Sub bagian keuangan.

31

3. Bidang kebudayaan

a. Seksi kebudayaan kesenian dan perfilman b. Seksi sejarah dan kepurbakalaan

c. Seksi informasi kebudayaan BP 4. Bidang pengembangan kepariwisataan

a. Seksi objek dan daya tarik wisata b. Sistem informasi kepariwisataan

c. Seksi kemitraan promosi dan pemasaran

5. Bidang kepegawaian dan pengendalian kepariwisataan a. Seksi standarisasi usaha jasa pariwisata

b. Seksi pengawasan dan pengembangan

c. Seksi pengembangan sumberdaya kepariwisataan b. Bidang Kebudayaan Mempunyai Tugas:

1. Mengumpulkan, mengolah data dan informasi, menginfentarisir permasalahan serta melaksanakan pemecahan permasalahan yang berkaitan dengan tugas-tugas pengembangan budaya;

2. Merencanakan melaksanakan mengendalikan, mengevaluasi dan melaporkan kegiatan bidang kebudayaan;

3. Menyiapkan bahan kebijakan, bimbingan dan pembinaan serta petunjuk tekhnis di bidang kebudayaan;

4. Melaksanakan analisis dan pengembangan tugas dan fungsi kebudayaan-kebudayaan;

5. Melaksanakan tugas lain sesuai bidang tugas yang diberikan oleh atasan.

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana tersebut di atas, bidang kebudayaan mempunyai fungsi:

a. Penyelenggaraan kebijakan teknis bidang kebudayaan, kesenian dan perfilman;

b. Penyelenggaraan kebijakan teknis bidang sejarah, tradisi dan kepurbakalaan;

c. Penyelenggaraan kebijakan teknis bidang informasi kebudayaan, bimbingan dan penyuluhan.

c. Seksi Kebudayaan, Kesenian dan Perfilman mempunyai tugas :

1. Menyusun, mengolah data dan informasi, menginfentarisir permasalahan serta melaksanakan pemecahan permasalahan yang berkaitan dengan kebudayaan, kesenian dan perfilman;

2. Merencanakan, melaksanakan, mengendalikan, mengevaluasi dan melaporkan kegiatan seksi kebudayaan, kesenian dan perfilman;

3. Melaksanakan perencanaan teknis, membina, mengelola, melestarikan dan mengembangkan kebudayaan, kesenian dan perfilman;

4. Melaksanakan analisis dan pengembangan tugas dan fungsi seksi kebudayaan, kesenian dan perfilman;

5. Melkasanakan tugas lain sesuai bidang tugas yang diberikan oleh atasan.

d. Seksi Sejarah, Tradisi dan Kepurbakalaan, mempunyai tugas :

1. Menyusun, mengolah data dan informasi, menginfentarisir permasalahan serta melaksanakan pemecahan permasalahan yang berkaitan dengan Sejarah, Tradisi dan Kepurbakalaan;

2. Merencanakan, melaksanakan, mengendalikan, mengevaluasi dan melaporkan kegiatan seksi Sejarah, Tradisi dan Kepurbakalaan;

3. Melaksanakan perencanaan teknis, membina, mengelola, melestarikan dan mengembangkan Sejarah, Tradisi dan Kepurbakalaan;

4. Melaksanakan analisis dan pengembangan tugas dan fungsi seksi Sejarah, Tradisi dan Kepurbakalaan;

5. Melakasanakan tugas lain sesuai bidang tugas yang diberikan oleh atasan.

e. Seksi Informasi, Kebudyaan, Bimbingan dan Penyuluhan, mempunyai tugas :

1. Menyusun, mengolah data dan informasi, menginfentarisir permasalahan serta melaksanakan pemecahan permasalahan yang berkaitan dengan informasi, kebudayaan, bimbingan dan penyuluhan;

2. Merencanakan, melaksanakan, mengendalikan, mengevaluasi dan melaporkan kegiatan seksi informasi, kebudayaan, bimbingan dan penyuluhan;

3. Melaksanakan perencanaan teknis, membina, mengelola, melestarikan dan mengembangkan informasi, kebudayaan, bimbingan dan penyuluhan;

4. Melaksanakan analisis dan pengembangan tugas dan fungsi seksi informasi, kebudayaan, bimbingan dan penyuluhan;

5. Melakasanakan tugas lain sesuai bidang tugas yang diberikan oleh atasan.

f. Visi dan Misi Dinas Kebudayan Dan Pariwisata Kabupaten Bima 1. Visi

Disbudpar Kabupaten Bima memiliki visi yaitu: terwujudnya lembaga terdepan dan mewujudkan pelestarian budaya lokal yang lebih maju.

2. Misi

Sedangakan misi Disbudpar Kabupaten Bima yaitu sebagai berikut:

a. Meningkatkan sarana dan prasarana pendukung.

b. Meningkatkan pemberdayaan dan peelestarian daerah.

c. Meningkatkan dan mengembangkan kepariwisataan dan investor.

Peraturan daerah Nomor 10 tahun 2009 tentang pembentukan organisasi dan tata kerja dinas daerah Kabupaten Bima. Untuk menyelenggarakan tugasnya.

Dinas Disbudpar mempunyai beberapa fungsi:

a. Perumusan kebijakan teknis kebudayaan dan pariwisata sesuai dengan kebijakan yang di tetapkan oleh bupati.

b. Pengkordinasian, pengendalian dan pengawasan serta evaluasi pelaksanaan tugas kebudayaan dan pariwisata.

c. Melaksanakan tugas teknik operasional di bidang kebudayaan dan pariwisata dalam pengkordinasian hubungan lembaga, informasi daerah yangmeliputi promosi daerah, pemberdayaan kebudayaan dan pariwisata yang meliputi objek, sarana dan bina masyarakat wisata, rekreasi danhiburan umum, akomodasi dan rumah makan serta seni budaya yang mencakup kesenian, sejarah dan nilai tradisonal serta kepemusiuman dan kepurbakalaan.

d. Penyelenggaraan dan pelayanan teknis administrative ketatausahaan yang meliputi urusan rencana dan pelaporan, kepegawaian, keuangan dan urusan umum.

e. Melaksanakan pengalian potensi budaya dan pariwisata sebagai komoditi penunjang Pendapatan Asli Daerah (PAD).

f. Pelaksanaan pembinaan terhadap Sumber Daya Manusia (SDM).

g. Pelaksanaan promosi daerah dan pengembangan seni budaya dan pariwisata.

g. Tujuan Dan Sasaran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bima 1. Tujuan

a. Peningkatan kualitas pelayanan

b. Meningkatkan pembinaan teknis kualitas dan kuantitas budaya, seni, sejarah dan purbakala

c. Melestarikan dan merevitalisasi warisan budaya serta sejarah kepurbakalaan demi memperkokoh jati diri bangsa sehingga terjalin lintas budaya antar daerah

d. Melestarikan dan merevitalisasi Obyek–obyek wisata sebagai Daya Tarik Obyek Wisata

e. Meningkatkan pembinaan teknis daya tarik obyek wisata

f. Melaksanakan pemasaran produk pariwisata demi meningkatkan pertumbuhan, pemerataan ekonomi, pemberdayaan ekonomi lokal melalui produk pariwisata dan budaya dan meningkatkan pendapatan Asli Daerah.

2. Sasaran

Yang akan dicapai dalam mencapai Tujuan :

a. Meningkatkan sikap, mental pola pikir dan kualitas aparatur dalam melayani masyarakat

b. Meningkatkan mutu pembangunan sarana dan prasarana pariwisata (obyek Pariwisata)

c. Meningkatkan koordinasi pengembangan pemasaran pariwisata

d. Tersusunnya program dan data yang valid bagi pembangunan Obyek Daya Tarik Wisata (ODTW)

e. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam melestarikan seni budaya dan aset-aset kepurbakalaan.

B. Peran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Dalam Megelola Cagar Budaya Situs Wadu Pa’a Di Kecamatan Soromandi Kabupaten Bima

Wadu Pa’a merupakan sebuah situs peninggalan sejarah yang dijadikan tempat wisata tepatnya berada di Kecamatan Soromandi Kabupaten Bima. Situs Wadu Pa’a memiliki nilai keindahan tersendiri dengan letaknya yang sangat stategis berada di garis pantai, di tambah udaranya yang lebih sejuk, lingkungannya yang asri dan nyaman. Dengan kondisi yang memungkinkan banyak menarik banyak pengunjung, sehingga di perlukan pengelolaan dengan baik oleh pihak organisasi maupun lembaga, baik pemerintah maupun non pemerintah agar objek wisata ini dapat kita nikmati dalam jangka panjang.

Adapun beberapa hal dalam pengelolaan objek wisata yaitu sebagai berikut:

1. Perlindungan

Perlindungan warisan budaya dilakukan dengan memperhatikan prinsip kemanfaatan, keamanan, keterawatan,keaslian, keberlanjutan dan nilai-nilai yang melekat padanya dan diarahkan untuk memacu pengembangan ekonomi yang hasilnya digunakan untuk pemeliharaan warisan dan peningkatan kesejahteraan rakyat. Keterlibatan masyarakat mulai mendapat perhatian, dengan diberikesempatan untuk terlibat dalam pengembangan dan pengelolaan cagar budaya seperti pernyataan oleh kabid informasi kebudayaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bima sebagai berikut:

Hasil wawancara dengan kabid informasi kebudayaan yaitu:

“….Kami mengupayakan perbaikan dan perlindungan dengan melibatkan masyarakat di sekitas tempat wisata cagar budaya situs Wadu Pa’a, dengan membuat drainase atau talud agar air hujan turun langsung ke laut dan tidak mengenai situs Wadu Pa’a, karena mengingat Situs Wadu Pa’a sekarang telah mengalami kerusakan yang cukup serius. Dan kami telah meminta bantuan pemerintahan pusat agar menyuplai dana untuk melestarikan kembali wisata cagar budaya situs Wadu Pa’a, agar wisata Situs Wadu Pa’a makin banyak di minati oleh banyak wisatawan lagi…”(wawancara penulis dengan M.F tanggal 13 april 2015)

Berdasar hasil wawancara penulis dengan informan diatas dapat di ambil kesimpulan bahwa adanya upaya perlindungan yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bima dengan melibatkan masyarakat sekitar tempat wisata cagar budaya situs Wadu Pa’a, walau dengan dana yang terbatas tapi masih ada upaya untuk melestarikan kembali cagar budaya situs Wadu Pa’a.

Senada dengan yang di kemukakan oleh kabid kebudayaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bima sebagai berikut yaitu:

“…Sebagai pemerintah yang bertanggung jawab bertugas untuk melestarikan kebudayaan kami melakukan kordinasi dan komunikasi terhadap masyarakat agar berkerjasama dengan kami, karena cagar budaya Situs Wadu Pa’a merupakan warisan budaya yang memiliki nilai luhur yang harus di jaga kelestariannya, akan tetapi masih terkendala dana untuk memperbaiki fasilitas yang ada, selain melakukan kordinasi dan komunikasi dengan masyarakat kami juga mengupayakan kordinasi dan komunikasi kepada pemerintahan pusat, untuk itu selagi pemerintah pusat sekarang hadir di acara tambora menyapa dunia maka kami berupaya semaksimal mungkin untuk mengajak pemerintah pusat untuk melihat keindahan alam Kabupaten Bima termaksud Situs Wadu Pa’a yang terletak di Kecamatan Soromandi….”(Hasil wawancara penulis dengan K.H tanggal 13 april 2015)

Dari hasil wawancara penulis dengan informan diatas dapat di analisis bahwa sejauh ini Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bima telah aktif melakukan kordinasi dan komunikasi dengan masyarakat dan pemerintah pusat untuk meminta bantuan melestarikan dan melindungi situs Wadu Pa’a.

Senada dengan juru kunci Situs Wadu Pa’a mengungkapkan hal yang sama seperti pernyataanya sebagai berikut:

Hasil wawancara penulis dengan juru kunci yaitu:

“….Saya sebagai pegawai negeri yang di tugaskan untuk menjadi juru kunci situs Wadu Pa’a, mengajak masyrakat di sekitar Situs Wadu Pa’a untuk ikut berpartisipasi mengelola dan melindungi lingkungan sekitar wisata cagar budaya Situs Wadu Pa’a akan tetapi terkendala dana yang di keluarkan pemerintah masih kurang, sehingga upaya perlingan Situs Wadu Pa’a masih kurang baik, bahan yang di butuhkan seperti semen,batu, pasir dan lain-lain masih belum cukup, karena untuk membuat talut di butuhkan alat dan bahan yang cukup agar cagar Situs Wadu Pa’a tidak terkikis terkena air hujan yang turun dari gunung….”(Hasil wawancara penulis dengan S.J tanggal 25 april 2015).

Dari hasil observasi penulis dengan informan diatas dapat di simpulkan bahwa adanya partisipasi mayarakat melindungi dan melestarikan cagar budaya situs Wadu Pa’a, walau dengan dana seadanya akan tetapi ada upaya untuk menghindari terjadinya kerusakan cagar budaya situs Wadu Pa’a.

Fakta yang sama diugkap oleh salah satu tokoh masyarakat sekitar Wadu Pa’a yang menyatakan bahwa:

“….Kami sebagai warga masyarakat di sekitar wisata cagar budaya Wadu Pa’a hanya bisa membantu melindungi cagar budaya Situs Wadu Pa’a dengan tenaga yang kami miliki, kami senang berkerja sama dengan pemerintah karena cagar budaya Situs Wadu Pa’a merupakan peninggalan sejarah yang harus di lindungi untuk kepentingan bersama….”( Hasil wawancara penulis dengan T tanggal 26 april 2015).

Dari hasil observasi dan wawancara penulis dengan informan diatas dapat di simpulkan bahwa adanya partisipasi masyarakat setempat dalam melindungi cagar budaya situs Wadu Pa’a. Berikut juga hasil wawancara masyarakat sekitar cagar budaya mengatakan bahwa:

Hasil wawancara dengan tokoh masyarakat yaitu:

“….Sebagai tokoh masyarakat di sekitar cagar budaya Situs Wadu Pa’a kami sangat antusias terhadap pemerintah yang mengupayakan kebugaran kembali situs wadu pa’a, kami melibatkan diri untuk memperbaiki dan melindungi cagar budaya situs Wadu Pa’a, karena Situs Wadu Pa’a merupakan bagian dari kami, sudah menjadi keharusan bersama untuk bertanggung jawab melindunginya dari kerusakan….”( Hasil wawancara penulis dengan Y tanggal 26 april 2015).

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara penulis dengan informan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa, mayarakat menganggap diri bahwa cagar budaya Situs Wadu Pa’a merupakan bagian dari mereka dan sudah menjadi keharusan bagi setiap generasi untuk melindunginya.

Dan berikut hasil wawancara penulis dengan pengunjung Situs Wadu Pa’a terkait perlindungan dan adanya partisipasi masyarakat melindungi cagar budaya Situs Wadu Pa’a mengatakan bahwa:

Hasil wawancara dengan pengunjung yaitu:

“….Sejauh ini saya kurang tahu tentang kerja sama masyarakat dengan pemerintah untuk melindungi cagar budaya situs Wadu Pa’a, akan tetapi di sana saya melihat drainase atau talut yang di buat di atas situs Wadu Pa’a, tapi baguslah kalau memang ada kerja sama yang terjalin oleh pemerintah dan masyarakat demi melindungi cagar budaya situs Wadu Pa’a….”( Hasil wawancara penulis dengan FR tanggal 26 april 2015).

Dari hasil observasi dan wawancara penulis dengan informan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pengunjung tidak terlalu tahu tentang kerja sama yang terjalin antara masyarakat dan pemerintah akan tetapi cukup bagus apa bila keduanya berkerja sama.

Hasil wawancara dengan pengunjung yaitu:

“….Perlu diketahuan pemerintah seharusnya melakukan perlindungan ekstra terhadap situs Wadu Pa’a, karena Wadu Pa’a bukan hanya tempat untuk berwisata, akan tetapi Situs Wadu Pa’a memliki nilai sejarah peninggalan masa lampau, ini bukti sejarah bahwa leluhur kita pernah mempercayai animisme dan dinamisme, maka dari itu kita harus menjaga bersama peninggalan bersejarah Situs Wadu Pa’a ini….”(Hasil wawancara penulis dengan K tanggal 26 april 2015).

Dari hasil wawancara penulis dengan informan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pengunjung meminta kepada pemerintah agar lebih memperhatikan dengan baik kondisi cagar budaya situs Wadu Pa’a.

Merangkum dari semua hasil wawancara penulis dengan informan di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa pernyataan pemerintah dalam hal ini

Merangkum dari semua hasil wawancara penulis dengan informan di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa pernyataan pemerintah dalam hal ini

Dokumen terkait