• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

B. Peran DISBUDPAR dalam Mengelola Cagar Budaya Situs Wadu

3. Pemanfaatan

(Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010, Tentang ketentuan Umum pasal 1 ayat 23, 29, 33).

Undang-Undang Cagar Budaya Nomor 11 Tahun 2010 tentang semangat otonomi daerah dalam pengelolaan cagar budaya agar tetap lestari, yaitu sebagai berikut:

a. Mekanisme register nasional cagar budaya, mulai dari tahap pendaftaran, pengkajian, dan penetapan warisan budaya yang berwujud untuk ditetapkan sebagai cagar budaya atau tidak.

b. Pola hubungan pemerintah dengan pemerintah daerah dalam menyampaikan hasil penetapan cagar budaya termasuk dalam hal penghapusan cagar budaya.

c. Pengelolaan register nasional cagar budaya.

d. Pemeringkatan status cagar budaya, dalam kaitannya dengan kriteria, intervensi penanganan, dan pengelolaan suatu cagar budaya di masing-masing tingkatan wilayah kewenangan.

e. Sistem zonasi dalam pelindungan cagar budaya sesuai dengan tingkatan kewenangannya.

f. Melibatkan partisipasi masyarakat, mulai dari tahap pendaftaran, pengkajian, dan penetapan cagar budaya baik sebagai kelompok pendaftar maupun sebagai tim ahli cagar budaya. Disamping itu, masyarakat juga terlibat dalam kegiatan pelestarian secara aktif yaitu pelindungan, pemanfaatan, dan pengembangan, maupun pengawasan cagar budaya.

g. Masyarakat dapat memiliki dan menguasai cagar budaya.

h. Warisan budaya dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat banyak baik sebagai identitas, penguatan jati diri, dan kesejahteraan masyarakat.

Menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya Bab VIII pasal 95 tugas pemerintah dan pemerintah daerah dalam pengelolaan cagar budaya melalui pelindungan, pengembangan, dan pemanfaatan, adalah sebagi berikut:

a. Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah mempunyai tugas melakukan pelindungan, pengembangan, dan pemanfaatan cagar budaya.

b. Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengan tingkatannya mempunyai tugas:

c. mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan, serta meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab akan hak dan kewajiban masyarakat dalam pengelolaan bagar Budaya;

d. mengembangkan dan menerapkan kebijakan yang dapat menjamin terlindunginya dan termanfaatkannya cagar budaya;

e. menyelenggarakan penelitian dan pengembangan cagar budaya;

f. menyediakan informasi cagar budaya untuk masyarakat;

g. menyelenggarakan promosi bagar budaya;

h. memfasilitasi setiap orang dalam melaksanakan pemanfaatan dan promosi cagar budaya;

i. menyelenggarakan penanggulangan bencana dalam keadaan darurat untuk benda, bangunan, struktur, situs, dan kawasan yang telah dinyatakan sebagai cagar budaya serta memberikan dukungan terhadap daerah yang mengalami bencana;

j. melakukan pengawasan, pemantauan, dan evaluasi terhadap pelestarian warisan budaya; dan

k. mengalokasikan dana bagi kepentingan pelestarian cagar budaya.

Adapun yang menjadi wewenang pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam pengelolaan cagar budaya menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 adalah sebagai berikut :

a. menetapkan etika pelestarian cagar budaya;

b. mengoordinasikan pelestarian cagar budaya secara lintas sektor dan wilayah;

c. menghimpun data cagar budaya;

d. menetapkan peringkat cagar budaya;

e. menetapkan dan men cabut status cagar budaya;

f. membuat peraturan pengelolaan cagar budaya;

g. menyelenggarakan kerja sama pelestarian cagar budaya;

h. melakukan penyidikan kasus pelanggaran hukum;

i. mengelola kawasan cagar budaya;

j. mendirikan dan membubarkan unit pelaksana teknis bidang pelestarian, penelitian, dan museum;

k. mengembangkan kebijakan sumber daya manusia di bidang kepurbakalaan;

l. memberikan penghargaan kepada setiap orang yang telah melakukan pelestarian cagar budaya;

m. memindahkan dan/atau menyimpan cagar budaya untuk kepentingan pengamanan;

n. melakukan pengelompokan cagar budaya berdasarkan kepentingannya menjadi peringkat nasional, peringkat provinsi, dan peringkat kabupaten/kota;

o. menetapkan batas situs dan kawasan; dan

p. menghentikan proses pemanfaatan ruang atau proses pembangunan yang dapat menyebabkan rusak, hilang, atau musnahnya cagar budaya, baik seluruh maupun bagian-bagiannya.

D. Pengertian Pengelolaan a. Definisi Pengelolaan

Menurut Wadoryo (1980:41) definisi pengelolaan adalah suatu rangkaian kegiatan yang berintikan perencanaan, pengorganisasian, pengerakan dan pengawasan dalam mencapai tujuan yang telah di tetapkan sebelumnya.

Winarno Hamiseno (1978:1) pengelolaan adalah substansi dari mengelola.

Sedangkan mengelola berarti tindakan yang di mulai dari penyusunan data, merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan sampai pengawasan dan penilaian.

Soewarno (2002:378) mengemukakan bahwa pengelolaan adalah pengendalian atau penyelenggaraan sebagai sumber daya secara berhasil guna untuk mencapai sasaran.

Dari uaraian di atas dapatlah di simpulkan bahwa yang di maksud dengan pengelolaan adalah suatu rangkaian kegiatan yang berintikan perencanaan, pengorganisasia, pengerakan dan pengawasan yang bertujuan menggali dan memanfaatkan sumber daya alam yang di miliki secara efektif untuk mencapai tujuan organisasi yang di tentukan.

b. Fungsi Pengelolaan

Terry (2000:21) mengatakan bahwa kegiatan atau fungsi pengelolaan, meliputi: perancangan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating), dan evaluasi (evaluating).

1. Perencanaan (Planning)

Perencanaan di artikan sebagai perhitungan dan penentuan tentang apa yang di jalankan dalam rangka mencapai tujuan tertent, di mana menyangkut tempa, oleh siapa pelaku itu atau pelaksanaan dan bagaimana tata cara mencapai tujuan. Dengan demikan kunci keberhasilan dalam suatu pengelolaan atau manajemen tergantung atau letak perencanaannya. Sebuah perencanaan yang baik adalah yang rasional, dapat di laksanakan dan menjadi panduan langkah selanjutnya. Oleh karena itu, perencanaan tersebut sudah mencapai permulaan perkerjaan yang baik dari suatu proses pencapaian tujuan organisasi.

2. Pengorganisasian (Organizing)

Pengorganisasian merupakan pengelompokan kegiatan-kegiatan penyediaan keperluan, wewenagn untuk melaksanakan kegiatannya. Dalam pengorganisasian di tentukan adanya kerja sama antara kelompok untuk mencapai suatu tujuan secara efektif dan efisien. Untui mencapai tujuan tersebut maka perlu di pilih orang yang memiliki kemampuan dan kopetensi dalam melaksanakan tugas. Oleh karena itu perlu memilih dan menentukan orang yang akan di percaya atau di posisikan dalam dalam posisi tersebut.

3. Pelaksanaan (Actuating)

Pelaksanaan adalah usaha mengerakan anggota kelompok sedemikian rupa sehingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mengapai sasaran. Pada dasarnya pelaksanaa suatu perencanaan atau program yang telah di tetapkan oleh pemerintah harus sejalan dengan kondisi yang ada, baik itu di lapangan maupun di luar lapangan. Yang mana dalam kegiatannya melibatkan beberapa unsur di sertai dengan usaha-usaha dan di dukung oleh alat-alat penunjang.

4. Evaluasi (Evaluating)

Evaluasi merupakan suatu kegiatan untuki melakukan penilaian atas suatu keadaan peristiwa atau kegiatan yang sedang di amati, dengan kegiatan tersebut di dasarkan pada keterangan data, atau fakta serta berpedoman kepada criteria dan tolak ukur (standar) pengukuran dan penilaian tertentu yang telah ditetapkan.

E. Konsep Pariwisata

Menurut Idris Abdurachman (1998:71) objek wisata adalah segala objek yang dapat menimbulkan daya tarik bagi para wisatawan untuk dapat mengunjunginya. Ada beberapa hal yang berhubungan dengan objek wisata, diantaranya:

a. Wisatawan

Wisatawan menurut Yoeti (1995:21) diartikan sebagai seorang, tampa membedakan ras, kelamin, bahasa dan agama, yang memasuki wilayah suatu negara yang mengadakan perjanjian yang lain dari pada Negara dimana orang itu biasanya tinggal dan berada di situ kurang dari 24 jam dan tidak lebih dari 6 bulan, dalam rangka waktu 12 bulan berturut-turut, untuk tujuan non-imingran yang legal, seperti perjalanan wisata, rekreasi, olahraga, kesehatan, alasan keluarga, studi, ibadah keagamaan atau urusan usaha (business).

Adapun perjalanan dapat di golongkan kedalam klafisikasi berikut ini:

1. Pesiar (leisure), seperti untuk keperluan rekreasi, liburan, kesehatan, studi, keagamaan dan olah raga.

2. Hubungan dagang (business), keluarga, konferensi dan misi.

3. Pelancong (excursionist), yaitu pengunjung yang sementara yang tinggal kurang dari 24 jam di negara yang di kunjunginya (termaksud pelancong dengan kapal pesiar)

b. Aktraksi Wisata

Aktraksi wisata biasanya berwujud pariwisata, kejadian, baik secara periodic, ataupun sekali saja, baik yang bersifat tradisional, maupun yang telah di

lembagakan dalam kehidupan masyarakat modern, kesemuanya itu mempunyai daya tarik yang positif kepada para wisatawan untuk mengunjungi, menyaksikan dan menikmati, sehingga memberikan kepuasan maksimal bagi motif-motif parawisatawan yang telah bergerak untuk mengunjunginya.

c. Daya tarik Wisata

Selain ada objek dan aktraksi wisata, suatu daerahh tujuan wisata juga harus mempunyai daya tarik. Suatu daya tarik wisata harus mempunyai tiga syarat, yaitu:

1. Ada sesuatu yang dapat di lihat (something to see) 2. Ada sesuatu yang dapat di kerjakan (something to do) 3. Ada sesuatu yang dapat di beli (something to buy)

Ketiga syarat ini merupakan unsure-unsur untuk mempublikasikan pariwisata. Seorang wisatawan yang datang ke suatu daya tarik wisata dengan tujuan untuk meperoleh manfaat dan kepuasan. Manfaat dan kepuasan tersebut dapat di peroleh apa bila suatu daya tarik wisata mempunyai daya tarik.

d. Pelayanan Wisata

Salah Wahad (1997:74-77), menyebutkan bahwa pelayanan dalam wisata adalah faktor utama dalam pengembangan dan pengelolaan pariwisata.

Salah satu faktor yang menetukan dalam pelayanan adalah kesiapan sarana dan prasarana kepariwistaan meliputi:

1. Prasarana wisata

Prasarana wisata (infrastructures) adalah semua fasilitas yang memungkinkan proses perekonomian berjalan dengan lancer sehingga

memudahkan manusia untuk dapat memenuhi kebutuhannya. Menurut Salah Wahad dalam bukunya tourism management sebagai prasarana menjadi tiga kelompok, yaitu:

a. Prasarana umum meliputi:

1. Sistem penyediaan air bersih 2. Kelistrikan

3. Jalu-jalur lintas

4. Sitem pembangunan limbah 5. System komunikasi

Prasarana itu ini menyangkut kebutuhan orang banyak (umum) yang pengadaanya bertujuan untuk membantu kelancaran roda perekonomian.

Kebutuhn pokok pola hidup modern, meliputi: rumah sakit, apotek, bank, pusat-pusat pembelanjaan, salon, kantor-kantor pemerintahan, dan pompa bensin.

Prasarana ini merupakan prasarana yang menyangkut kebutuhan orang banyak.

b. Prasarana wisatawan

Prasarana yang diperuntukan bagi wisatawan, misalnya:

1. Tempat penginapan wisatawan seperti hotel, montel, pension, rumah susun, kamar keluarga yang di sewakan, bangunan wisata social desa wisata, tempat perkemahan, pondok remaja dan sebagainya.

2. Tempat informasi wisatawan, seperti agen perjalanan dan biro perjalanan umum, penyewaan kendaraan dan tour operator local

3. Kantor informasi dan promosi, kantor penerangan wisata di pintu-pintu masuk suatu Negara, kota atau daerah tertentu. Di Indonesia di kenal dengan tourist informations service (TIC).

4. Tempat-Tempat Rekreasi dan sport, meliputi fasilitas sport,fasilitas perlengkapan sport darat, air dan lain-lain.

5. Sarana transportasi penunjang, seperti kapal udara, laut, sungai, kapal api, dan alat transportasi darat lainnya.

2. Sarana wisata

Sarana wisata adalah pemberian pelayanan kepada pariwisata, baik secara langsung atau tidak langsung dan hidup serta kehidupannya banyak bergantung pada kedatangan wisatawan.

Adapun sarana wisata terbagi atas tiga yaitu :

a. Sarana pokok wisata adalah perusahaan yang kehidupannya bergantung pada arus kedatangan orang yang melakukan perjalanan. Yang termaksud dalam kelompok ini adalah :

1. Travel agent dan tour operator

2. Perusahaan-perusahaan angkutan wisata 3. Hotel dan jenis akomodasi lainnya.

4. Bar dan restoran serta rumah makan lainnya.

5. Objek wisata dan aktraksi wisata lainnya

b. Sarana pelengkap wisata adalahtempat yang menyediakan fasilitas rekreasi yang fungsinya melengkapi sarana pokok kepariwisataan dan

membuat para wisatawan dapat lebih lama tinggal pada suatu daya tarik wisata. Yang termaksud dalam kelompok ini adalah:

1. Sarana olahraga, seperti : lapangan golf, kolam renang, permainan bowling, daerah pemburuan, berlayar dan berselancar.

2. Sarana ketangkasan, seperti : permainan bola sodok (bilyard, jackpot,amusement) lainnya.

c. Sarana penunjang wisata adalah pihak-pihak yang menunjang sarana pelengkap dan sarana pokok. Berfungsi tidak hanya membuat wisatawan lebih lama tinggal pada suatu daya tarik wisata, tetapi fungsi yang lebih penting adalah agar wisatawan lebih banyak mengeluarkan uangnya ditempat yang di kunjunginya. Yang termaksud dalam kelompok ini, seperti Ningt Club, Steam Baths, Casinos.

F. Kerangka Pikir

Dari rangkaian konsep di atas maka yang di maksud dengan peran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dalam mengelola cagar budaya situs Wadu Pa’a, yang dimana Dinas Kebudayaan dan Pariwisata berperan dalam melakukan pengelolaan cagar budaya situs Wadu Pa’a. bentuk peran yang di maksud meliputi : Perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan objek wisata dengan baik. Apa bila semua berjalan dengan baik maka pengelolaan akan berjalan maksimal.

Terlepas dari semua itu masih ada kendala faktor-faktor yang mempengaruhi dan faktor-faktor penghambat yang mempengaruhi berjalannya pengelolaan cagar budaya situs Wadu Pa’a. Untuk mengetahuai kerangka pikir dalam penelitian ini dapat di lihat dalam bagang berikut ini:

Bagan Kerangka Pikir

G. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini berangkat dari latar belakang masalah kemudian dirumuskan dalam rumusan masalah dan dikaji berdasarkan teori dalam tinjauan pustaka. Adapun fokus penelitian ini adalah:

1. Perlindungan 2. Pengembangan 3. Pemanfaatan

Dan faktor-faktor pendukung dan penghambat peran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dalam mengelola cagar budaya Situs Wadu Pa’a di Kecamatan Soromandi Kabupaten Bima.

Peran Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Dalam Mengelola Cagar Budaya Situs Wadu Pa’a Di

Kecematan Soromandi Kabupaten Bima

H. Deskriptif Fokus Penelitian

1. Cagar budaya adalah suatu bangunan atau peninggalan sejarah masa lampau yang memiliki nilai seni dan gaya tarik tersendiri yang harus di kelola agar terjaga kelestariannya.

2. Peran pemerintah dalam hal ini Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bima dalam mengelola cagar budaya satus Wadu Pa’a agar mampu memberikan gaya tarik bagi parawisata.

3. Pelindungan adalah upaya mencegah dan menanggulangi dari kerusakan, kehancuran, dan kemusnahan dengan cara penyelamatan, pengamanan, zonasi, pemeliharaan, dan pemugaran cagar budaya.

4. Pengembangan adalah peningkatan potensi nilai, informasi, dan promosi cagar budaya serta pemanfaatannya melalui penelitian, revitalisasi dan adaptasi secara berkelanjutan serta tidak bertentangan dengan tujuan pelestarian.

5. Pemanfaatan adalah pendayagunaan cagar budaya untuk kepentingan sebesar-besarnya kesejahtraan rakyat dengan tetap mempertahankan kelestariannya. (Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010, Tentang ketentuan Umum pasal 1 ayat 23, 29, 33)

6. Faktor pendukung dan penghambat:

Faktor pendukung

a. Lingkungan yang baik adalah kondisi tempat wisata yang nyaman dan pemandangan alam yang eksotis.

b. Sikap masyarakat yang baik yaitu keramahan masyarakat menerima wisatawan yang datang ke tempat wisata.

Faktor penghambat

a. Fasilitas sarana dan prasarana yang kurang memadai adalah terbatasnya fasiltas seperti WC,kamar ganti,tempat isterahat, mushollah dll.

b. Sistem promosi yang kurang baik adalah kurangnya informasi menganai keberadaan situs Wadu Pa’a.

BAB III

METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini telah di laksanakan selama 2 (dua) bulan yaitu April-Mei tahun 2015 setelah seminar proposal, adapun lokasi penelitian ini yaitu dikantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bima, penentuan lokasi ini adalah didasari atas pertimbangan peneliti dengan alasan karena wilayah ini sangat tepat untuk mengambil suatu informasi, karena pengelolaan cagar situs Wadu Pa’a tidak terlaksana dengan baik.

B. Jenis dan Tipe Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif, yaitu suatu penelitian yang mendeskripsikan tentang pengelolaan cagar budaya yang terjadi di tempat kejadian.

2. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang dilakukan menggunakan analisis kualitatif, dimana pertanyaan “bagaimana” menjadi permasalahan utama untuk menjawab semua permasalahan yang diangkat dan diteliti, oleh sebab itu untuk mengambarkan atau menjeleskan sesuatu hal yang kemudian yang di klarifikasikan sehingga dapat diambil satu kesimpulan, kesimpulan tersebut dapat lebih mempermudah dalam melakukan penelitian dan pengamatan.

25

C. Sumber Data

Adapun sumber data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini yaitu:

1. Data primer, yaitu data observasi yang diperoleh dari informan berdasarkan hasil wawancara informan. Jenis data yang ingin diperoleh adalah mengenai pengelolaan cagar budaya.

2. Data sekunder, yaitu data yang dikumpulkan peneliti dari berbagai laporan-laporan atau dokumen-dokumen yang bersifat informasi tertulis yang digunakan dalam penelitian.

D. Informan Penelitian

Informan merupakan pihak yang dapat memberikan informasi tentang berbagai hal yang berkaitan dengan fokus penelitian Adapun informan yang di yakini akan dapat memberikan data atau informasi yang tepat dan akurat di dalam penelitian ini yang di anggap mengetahui tentang pengelolaan cagar budaya situs Wadu Pa’a adalah sebagai berikut:

Tabel Daftar Nama Informan Penelitian

No Status Jabatan Keterangan Umur

1 M. Firdaus S.Pd. M.Pd Kabid Informasi Kebudayaan 50

2 Khusnul Hatimah SE Kabid Kebudayaan 30

3 Sirajudin S.Pd Juru Kunci 41

4 Talib Tokoh masyarakat 50

5 Yakub M Saleh Tokoh msyarakat 60

Sarifudin Tokoh Masyarakat 34

Khairunisyah Pengunjung 28

Ansyarullah Pengunjung 25

Fahrul Rajif Pengunjung 22

Jumlah Informan 9 Orang

E. Teknik Pengumpulan Data

Data yang di himpun untuk penelitian ini lebih banyak menggunakan data primer, sedangkan data sekunder hanya di gunakan sebagai pelengkap analisis data primer tersebut. Keuntungan dari data sekunder adalah peneliti tidak terlibat dalam mengusahakan dana penelitian lapangan merekrut dan melatih wawancara, menentukan sampel dan pengumpulan data di lapangan yang banyak memakan energy dan waktu. Menggunakan teknik eksidental yaitu siapa yang ditemui saat penelitian, maka itu yang di jadikan sebagagai sampel.

1. Observasi

Observasi yang meliputi pengamatan dan pencatatan sistematik tentang gejala-gejala yang di amati . Pengumpulan data dalam penelitin ini di lakukan dengan cara observasi langsung (direct observation) dan sebagai peneliti yang menempatkan diri sebagai pengamat (rocegnized outsider) sehingga interaksi tentang peneliti dengan subjek penelitian bersifat terbatas. Melakukan observasi, peneliti mencatat apa saja yang di lihat dan mengganti dari dokumen tertulis untuk memberikan gambaran secara utuh tentang objek yang akan di teliti.

2. Wawancara

Penggunaan metode ini ditujukan untuk menggali informasi secara lebih mendalam terkait permasalahan penelitian. Terkait penelitian, peneliti menggunakan metode indept interview, di mana peneliti dan informan berhadapan langsung (face to face) untuk mendapatkan informasi secara lisan dengan tujuan mendapatkan data yang dapat menjelaskan permasalahan penelitian. Untuk mempermudah wawancara agar lebih terarah maka peneliti menyusun suatu pedoman wawancara yang berisi butir-butir pertanyaan terkait permasalahan yang akan diteliti.

3. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu data-data sekunder yang berkaitan Pengelolaan di Dinas Kebudayan Dan Pariwisata Kabupaten Bima seperti, membaca buku, literatur, dan hasil penelitian.

F. Teknik Analisis Data

Teknik peneliti menggunakan data kualitatif yakni semua bahan, keterangan, dan fakta-fakta yang tidak dapat diukur dan dihitung secara sistematis karena wujudnya adalah keterangan verbal (kalimat dan data) dengan teknik ini peneliti hanya mengumpulkan data-data, informasi-informasi, fakta-fakta, keterangan-keterangan yang bersifat kalimat dan data dari permasalahan yang peneliti anggap penting dan mendukung dalam hal pengumpulan data dari istansi yang terkait di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bima.

Menurut Creswell (1998:34), menyatakan penelitian sebagai suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terperinci dari pandangan responden, dan melakukan studi pada setuasi yang alami. Penelitian kualitatif

merupakan riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan anlisis dengan pendekatan induktif. Proses dan makna (perspektif subjek) lebih di tonjolkan dalam penelitian kualitatif. landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta dilapangan.

G. Keabsahan Data

Menurut Maleong (2005: 320) yang dimaksud pengabsahan data adalah bahwa setiap keadaan harus memenuhi:

1. Mendemostrasikan nilai yang benar,

2. Menyediakan dasar agar hal itu dapat diterapkan, dan

3. Memperoleh keputusan luar yang dapat dibuat tentang konsistensi dari prosedurnya dan kenetralan dari temuan dan keputusan-keputusannya.

Keabsahan data yang dipakai dalam penulisan skripsi ini adalah trigulasi, trigulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Menurut Densin dalam Maleong (2005: 330) membedakan empat macam triangulasi yaitu:

1. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber yaitu membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif.

2. Triangulasi Metode

Triangulasi metode menurut Patton dalam Maleong (2005: 331) terdapat dua strategi yaitu: (1) pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian

beberapa teknik pengumpulan data, dan (2) pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama.

3. Triangulasi Penyidikan

Triangulasi dengan penyidik ialah dengn jalan memanfaatka peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data.

4. Triangulasi Teori

Triangulasi dengan teori menurut Lincoln dan Guba dalam Maleong (2005: 331), berdasarkan anggapan bahwa fakta tidak dapat diperiksa derajat kepercayaannya dengan satu atau lebih teori.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrisi Objek Penelitian

1. Gambaran Umum Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bima Pemerintah Kabupaten Bima memiliki dinas-dinas yang menunjang penyelengaraan pemerintahan. Salah satunya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar). Disbudpar merupakan unsur pelaksanaan pemerintahan daerah.

Disbudpar dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada dibawah dan tanggung jawab kepada Bupati melalui Sekertaris Daerah. Dinas ini menjalankan tugas sesuai dengan asas ekonomi dan melaksanakan tugas pembantuan yang diserahkan kepada pemerintah daerah, Disbudpar memiliki visi dan misi yang diselaraskan dengan visi misi Kabupaten Bima dalam rangka keterpaduan dalam melaksanakan tugas-tugas pemerintahan, pembangunan, pengembangan dan kemasyarakatan Kabupaten Bima.

a. Tugas Dan Fungsi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bima Untuk mendukung telaksananya tugas-tugas dalam bidang kebudayaan dan pariwisata di bentuk struktur organisasi. Struktur Organisasi Disbudpar Kabupaten Bima terdiri atas

1. Kepala dinas 2. Sekertaris

a. Sub bagiaan Umum dan kepegawaian.

b. bagian Program dan pelaporan.

c. Sub bagian keuangan.

31

3. Bidang kebudayaan

a. Seksi kebudayaan kesenian dan perfilman b. Seksi sejarah dan kepurbakalaan

c. Seksi informasi kebudayaan BP 4. Bidang pengembangan kepariwisataan

a. Seksi objek dan daya tarik wisata b. Sistem informasi kepariwisataan

c. Seksi kemitraan promosi dan pemasaran

5. Bidang kepegawaian dan pengendalian kepariwisataan a. Seksi standarisasi usaha jasa pariwisata

b. Seksi pengawasan dan pengembangan

c. Seksi pengembangan sumberdaya kepariwisataan b. Bidang Kebudayaan Mempunyai Tugas:

1. Mengumpulkan, mengolah data dan informasi, menginfentarisir permasalahan serta melaksanakan pemecahan permasalahan yang berkaitan dengan tugas-tugas pengembangan budaya;

2. Merencanakan melaksanakan mengendalikan, mengevaluasi dan melaporkan kegiatan bidang kebudayaan;

3. Menyiapkan bahan kebijakan, bimbingan dan pembinaan serta petunjuk tekhnis di bidang kebudayaan;

4. Melaksanakan analisis dan pengembangan tugas dan fungsi kebudayaan-kebudayaan;

4. Melaksanakan analisis dan pengembangan tugas dan fungsi kebudayaan-kebudayaan;

Dokumen terkait