• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

F. Teknik Analisis Data

Teknik peneliti menggunakan data kualitatif yakni semua bahan, keterangan, dan fakta-fakta yang tidak dapat diukur dan dihitung secara sistematis karena wujudnya adalah keterangan verbal (kalimat dan data) dengan teknik ini peneliti hanya mengumpulkan data-data, informasi-informasi, fakta-fakta, keterangan-keterangan yang bersifat kalimat dan data dari permasalahan yang peneliti anggap penting dan mendukung dalam hal pengumpulan data dari istansi yang terkait di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bima.

Menurut Creswell (1998:34), menyatakan penelitian sebagai suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terperinci dari pandangan responden, dan melakukan studi pada setuasi yang alami. Penelitian kualitatif

merupakan riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan anlisis dengan pendekatan induktif. Proses dan makna (perspektif subjek) lebih di tonjolkan dalam penelitian kualitatif. landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta dilapangan.

G. Keabsahan Data

Menurut Maleong (2005: 320) yang dimaksud pengabsahan data adalah bahwa setiap keadaan harus memenuhi:

1. Mendemostrasikan nilai yang benar,

2. Menyediakan dasar agar hal itu dapat diterapkan, dan

3. Memperoleh keputusan luar yang dapat dibuat tentang konsistensi dari prosedurnya dan kenetralan dari temuan dan keputusan-keputusannya.

Keabsahan data yang dipakai dalam penulisan skripsi ini adalah trigulasi, trigulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Menurut Densin dalam Maleong (2005: 330) membedakan empat macam triangulasi yaitu:

1. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber yaitu membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif.

2. Triangulasi Metode

Triangulasi metode menurut Patton dalam Maleong (2005: 331) terdapat dua strategi yaitu: (1) pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian

beberapa teknik pengumpulan data, dan (2) pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama.

3. Triangulasi Penyidikan

Triangulasi dengan penyidik ialah dengn jalan memanfaatka peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data.

4. Triangulasi Teori

Triangulasi dengan teori menurut Lincoln dan Guba dalam Maleong (2005: 331), berdasarkan anggapan bahwa fakta tidak dapat diperiksa derajat kepercayaannya dengan satu atau lebih teori.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrisi Objek Penelitian

1. Gambaran Umum Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bima Pemerintah Kabupaten Bima memiliki dinas-dinas yang menunjang penyelengaraan pemerintahan. Salah satunya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar). Disbudpar merupakan unsur pelaksanaan pemerintahan daerah.

Disbudpar dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada dibawah dan tanggung jawab kepada Bupati melalui Sekertaris Daerah. Dinas ini menjalankan tugas sesuai dengan asas ekonomi dan melaksanakan tugas pembantuan yang diserahkan kepada pemerintah daerah, Disbudpar memiliki visi dan misi yang diselaraskan dengan visi misi Kabupaten Bima dalam rangka keterpaduan dalam melaksanakan tugas-tugas pemerintahan, pembangunan, pengembangan dan kemasyarakatan Kabupaten Bima.

a. Tugas Dan Fungsi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bima Untuk mendukung telaksananya tugas-tugas dalam bidang kebudayaan dan pariwisata di bentuk struktur organisasi. Struktur Organisasi Disbudpar Kabupaten Bima terdiri atas

1. Kepala dinas 2. Sekertaris

a. Sub bagiaan Umum dan kepegawaian.

b. bagian Program dan pelaporan.

c. Sub bagian keuangan.

31

3. Bidang kebudayaan

a. Seksi kebudayaan kesenian dan perfilman b. Seksi sejarah dan kepurbakalaan

c. Seksi informasi kebudayaan BP 4. Bidang pengembangan kepariwisataan

a. Seksi objek dan daya tarik wisata b. Sistem informasi kepariwisataan

c. Seksi kemitraan promosi dan pemasaran

5. Bidang kepegawaian dan pengendalian kepariwisataan a. Seksi standarisasi usaha jasa pariwisata

b. Seksi pengawasan dan pengembangan

c. Seksi pengembangan sumberdaya kepariwisataan b. Bidang Kebudayaan Mempunyai Tugas:

1. Mengumpulkan, mengolah data dan informasi, menginfentarisir permasalahan serta melaksanakan pemecahan permasalahan yang berkaitan dengan tugas-tugas pengembangan budaya;

2. Merencanakan melaksanakan mengendalikan, mengevaluasi dan melaporkan kegiatan bidang kebudayaan;

3. Menyiapkan bahan kebijakan, bimbingan dan pembinaan serta petunjuk tekhnis di bidang kebudayaan;

4. Melaksanakan analisis dan pengembangan tugas dan fungsi kebudayaan-kebudayaan;

5. Melaksanakan tugas lain sesuai bidang tugas yang diberikan oleh atasan.

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana tersebut di atas, bidang kebudayaan mempunyai fungsi:

a. Penyelenggaraan kebijakan teknis bidang kebudayaan, kesenian dan perfilman;

b. Penyelenggaraan kebijakan teknis bidang sejarah, tradisi dan kepurbakalaan;

c. Penyelenggaraan kebijakan teknis bidang informasi kebudayaan, bimbingan dan penyuluhan.

c. Seksi Kebudayaan, Kesenian dan Perfilman mempunyai tugas :

1. Menyusun, mengolah data dan informasi, menginfentarisir permasalahan serta melaksanakan pemecahan permasalahan yang berkaitan dengan kebudayaan, kesenian dan perfilman;

2. Merencanakan, melaksanakan, mengendalikan, mengevaluasi dan melaporkan kegiatan seksi kebudayaan, kesenian dan perfilman;

3. Melaksanakan perencanaan teknis, membina, mengelola, melestarikan dan mengembangkan kebudayaan, kesenian dan perfilman;

4. Melaksanakan analisis dan pengembangan tugas dan fungsi seksi kebudayaan, kesenian dan perfilman;

5. Melkasanakan tugas lain sesuai bidang tugas yang diberikan oleh atasan.

d. Seksi Sejarah, Tradisi dan Kepurbakalaan, mempunyai tugas :

1. Menyusun, mengolah data dan informasi, menginfentarisir permasalahan serta melaksanakan pemecahan permasalahan yang berkaitan dengan Sejarah, Tradisi dan Kepurbakalaan;

2. Merencanakan, melaksanakan, mengendalikan, mengevaluasi dan melaporkan kegiatan seksi Sejarah, Tradisi dan Kepurbakalaan;

3. Melaksanakan perencanaan teknis, membina, mengelola, melestarikan dan mengembangkan Sejarah, Tradisi dan Kepurbakalaan;

4. Melaksanakan analisis dan pengembangan tugas dan fungsi seksi Sejarah, Tradisi dan Kepurbakalaan;

5. Melakasanakan tugas lain sesuai bidang tugas yang diberikan oleh atasan.

e. Seksi Informasi, Kebudyaan, Bimbingan dan Penyuluhan, mempunyai tugas :

1. Menyusun, mengolah data dan informasi, menginfentarisir permasalahan serta melaksanakan pemecahan permasalahan yang berkaitan dengan informasi, kebudayaan, bimbingan dan penyuluhan;

2. Merencanakan, melaksanakan, mengendalikan, mengevaluasi dan melaporkan kegiatan seksi informasi, kebudayaan, bimbingan dan penyuluhan;

3. Melaksanakan perencanaan teknis, membina, mengelola, melestarikan dan mengembangkan informasi, kebudayaan, bimbingan dan penyuluhan;

4. Melaksanakan analisis dan pengembangan tugas dan fungsi seksi informasi, kebudayaan, bimbingan dan penyuluhan;

5. Melakasanakan tugas lain sesuai bidang tugas yang diberikan oleh atasan.

f. Visi dan Misi Dinas Kebudayan Dan Pariwisata Kabupaten Bima 1. Visi

Disbudpar Kabupaten Bima memiliki visi yaitu: terwujudnya lembaga terdepan dan mewujudkan pelestarian budaya lokal yang lebih maju.

2. Misi

Sedangakan misi Disbudpar Kabupaten Bima yaitu sebagai berikut:

a. Meningkatkan sarana dan prasarana pendukung.

b. Meningkatkan pemberdayaan dan peelestarian daerah.

c. Meningkatkan dan mengembangkan kepariwisataan dan investor.

Peraturan daerah Nomor 10 tahun 2009 tentang pembentukan organisasi dan tata kerja dinas daerah Kabupaten Bima. Untuk menyelenggarakan tugasnya.

Dinas Disbudpar mempunyai beberapa fungsi:

a. Perumusan kebijakan teknis kebudayaan dan pariwisata sesuai dengan kebijakan yang di tetapkan oleh bupati.

b. Pengkordinasian, pengendalian dan pengawasan serta evaluasi pelaksanaan tugas kebudayaan dan pariwisata.

c. Melaksanakan tugas teknik operasional di bidang kebudayaan dan pariwisata dalam pengkordinasian hubungan lembaga, informasi daerah yangmeliputi promosi daerah, pemberdayaan kebudayaan dan pariwisata yang meliputi objek, sarana dan bina masyarakat wisata, rekreasi danhiburan umum, akomodasi dan rumah makan serta seni budaya yang mencakup kesenian, sejarah dan nilai tradisonal serta kepemusiuman dan kepurbakalaan.

d. Penyelenggaraan dan pelayanan teknis administrative ketatausahaan yang meliputi urusan rencana dan pelaporan, kepegawaian, keuangan dan urusan umum.

e. Melaksanakan pengalian potensi budaya dan pariwisata sebagai komoditi penunjang Pendapatan Asli Daerah (PAD).

f. Pelaksanaan pembinaan terhadap Sumber Daya Manusia (SDM).

g. Pelaksanaan promosi daerah dan pengembangan seni budaya dan pariwisata.

g. Tujuan Dan Sasaran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bima 1. Tujuan

a. Peningkatan kualitas pelayanan

b. Meningkatkan pembinaan teknis kualitas dan kuantitas budaya, seni, sejarah dan purbakala

c. Melestarikan dan merevitalisasi warisan budaya serta sejarah kepurbakalaan demi memperkokoh jati diri bangsa sehingga terjalin lintas budaya antar daerah

d. Melestarikan dan merevitalisasi Obyek–obyek wisata sebagai Daya Tarik Obyek Wisata

e. Meningkatkan pembinaan teknis daya tarik obyek wisata

f. Melaksanakan pemasaran produk pariwisata demi meningkatkan pertumbuhan, pemerataan ekonomi, pemberdayaan ekonomi lokal melalui produk pariwisata dan budaya dan meningkatkan pendapatan Asli Daerah.

2. Sasaran

Yang akan dicapai dalam mencapai Tujuan :

a. Meningkatkan sikap, mental pola pikir dan kualitas aparatur dalam melayani masyarakat

b. Meningkatkan mutu pembangunan sarana dan prasarana pariwisata (obyek Pariwisata)

c. Meningkatkan koordinasi pengembangan pemasaran pariwisata

d. Tersusunnya program dan data yang valid bagi pembangunan Obyek Daya Tarik Wisata (ODTW)

e. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam melestarikan seni budaya dan aset-aset kepurbakalaan.

B. Peran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Dalam Megelola Cagar Budaya Situs Wadu Pa’a Di Kecamatan Soromandi Kabupaten Bima

Wadu Pa’a merupakan sebuah situs peninggalan sejarah yang dijadikan tempat wisata tepatnya berada di Kecamatan Soromandi Kabupaten Bima. Situs Wadu Pa’a memiliki nilai keindahan tersendiri dengan letaknya yang sangat stategis berada di garis pantai, di tambah udaranya yang lebih sejuk, lingkungannya yang asri dan nyaman. Dengan kondisi yang memungkinkan banyak menarik banyak pengunjung, sehingga di perlukan pengelolaan dengan baik oleh pihak organisasi maupun lembaga, baik pemerintah maupun non pemerintah agar objek wisata ini dapat kita nikmati dalam jangka panjang.

Adapun beberapa hal dalam pengelolaan objek wisata yaitu sebagai berikut:

1. Perlindungan

Perlindungan warisan budaya dilakukan dengan memperhatikan prinsip kemanfaatan, keamanan, keterawatan,keaslian, keberlanjutan dan nilai-nilai yang melekat padanya dan diarahkan untuk memacu pengembangan ekonomi yang hasilnya digunakan untuk pemeliharaan warisan dan peningkatan kesejahteraan rakyat. Keterlibatan masyarakat mulai mendapat perhatian, dengan diberikesempatan untuk terlibat dalam pengembangan dan pengelolaan cagar budaya seperti pernyataan oleh kabid informasi kebudayaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bima sebagai berikut:

Hasil wawancara dengan kabid informasi kebudayaan yaitu:

“….Kami mengupayakan perbaikan dan perlindungan dengan melibatkan masyarakat di sekitas tempat wisata cagar budaya situs Wadu Pa’a, dengan membuat drainase atau talud agar air hujan turun langsung ke laut dan tidak mengenai situs Wadu Pa’a, karena mengingat Situs Wadu Pa’a sekarang telah mengalami kerusakan yang cukup serius. Dan kami telah meminta bantuan pemerintahan pusat agar menyuplai dana untuk melestarikan kembali wisata cagar budaya situs Wadu Pa’a, agar wisata Situs Wadu Pa’a makin banyak di minati oleh banyak wisatawan lagi…”(wawancara penulis dengan M.F tanggal 13 april 2015)

Berdasar hasil wawancara penulis dengan informan diatas dapat di ambil kesimpulan bahwa adanya upaya perlindungan yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bima dengan melibatkan masyarakat sekitar tempat wisata cagar budaya situs Wadu Pa’a, walau dengan dana yang terbatas tapi masih ada upaya untuk melestarikan kembali cagar budaya situs Wadu Pa’a.

Senada dengan yang di kemukakan oleh kabid kebudayaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bima sebagai berikut yaitu:

“…Sebagai pemerintah yang bertanggung jawab bertugas untuk melestarikan kebudayaan kami melakukan kordinasi dan komunikasi terhadap masyarakat agar berkerjasama dengan kami, karena cagar budaya Situs Wadu Pa’a merupakan warisan budaya yang memiliki nilai luhur yang harus di jaga kelestariannya, akan tetapi masih terkendala dana untuk memperbaiki fasilitas yang ada, selain melakukan kordinasi dan komunikasi dengan masyarakat kami juga mengupayakan kordinasi dan komunikasi kepada pemerintahan pusat, untuk itu selagi pemerintah pusat sekarang hadir di acara tambora menyapa dunia maka kami berupaya semaksimal mungkin untuk mengajak pemerintah pusat untuk melihat keindahan alam Kabupaten Bima termaksud Situs Wadu Pa’a yang terletak di Kecamatan Soromandi….”(Hasil wawancara penulis dengan K.H tanggal 13 april 2015)

Dari hasil wawancara penulis dengan informan diatas dapat di analisis bahwa sejauh ini Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bima telah aktif melakukan kordinasi dan komunikasi dengan masyarakat dan pemerintah pusat untuk meminta bantuan melestarikan dan melindungi situs Wadu Pa’a.

Senada dengan juru kunci Situs Wadu Pa’a mengungkapkan hal yang sama seperti pernyataanya sebagai berikut:

Hasil wawancara penulis dengan juru kunci yaitu:

“….Saya sebagai pegawai negeri yang di tugaskan untuk menjadi juru kunci situs Wadu Pa’a, mengajak masyrakat di sekitar Situs Wadu Pa’a untuk ikut berpartisipasi mengelola dan melindungi lingkungan sekitar wisata cagar budaya Situs Wadu Pa’a akan tetapi terkendala dana yang di keluarkan pemerintah masih kurang, sehingga upaya perlingan Situs Wadu Pa’a masih kurang baik, bahan yang di butuhkan seperti semen,batu, pasir dan lain-lain masih belum cukup, karena untuk membuat talut di butuhkan alat dan bahan yang cukup agar cagar Situs Wadu Pa’a tidak terkikis terkena air hujan yang turun dari gunung….”(Hasil wawancara penulis dengan S.J tanggal 25 april 2015).

Dari hasil observasi penulis dengan informan diatas dapat di simpulkan bahwa adanya partisipasi mayarakat melindungi dan melestarikan cagar budaya situs Wadu Pa’a, walau dengan dana seadanya akan tetapi ada upaya untuk menghindari terjadinya kerusakan cagar budaya situs Wadu Pa’a.

Fakta yang sama diugkap oleh salah satu tokoh masyarakat sekitar Wadu Pa’a yang menyatakan bahwa:

“….Kami sebagai warga masyarakat di sekitar wisata cagar budaya Wadu Pa’a hanya bisa membantu melindungi cagar budaya Situs Wadu Pa’a dengan tenaga yang kami miliki, kami senang berkerja sama dengan pemerintah karena cagar budaya Situs Wadu Pa’a merupakan peninggalan sejarah yang harus di lindungi untuk kepentingan bersama….”( Hasil wawancara penulis dengan T tanggal 26 april 2015).

Dari hasil observasi dan wawancara penulis dengan informan diatas dapat di simpulkan bahwa adanya partisipasi masyarakat setempat dalam melindungi cagar budaya situs Wadu Pa’a. Berikut juga hasil wawancara masyarakat sekitar cagar budaya mengatakan bahwa:

Hasil wawancara dengan tokoh masyarakat yaitu:

“….Sebagai tokoh masyarakat di sekitar cagar budaya Situs Wadu Pa’a kami sangat antusias terhadap pemerintah yang mengupayakan kebugaran kembali situs wadu pa’a, kami melibatkan diri untuk memperbaiki dan melindungi cagar budaya situs Wadu Pa’a, karena Situs Wadu Pa’a merupakan bagian dari kami, sudah menjadi keharusan bersama untuk bertanggung jawab melindunginya dari kerusakan….”( Hasil wawancara penulis dengan Y tanggal 26 april 2015).

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara penulis dengan informan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa, mayarakat menganggap diri bahwa cagar budaya Situs Wadu Pa’a merupakan bagian dari mereka dan sudah menjadi keharusan bagi setiap generasi untuk melindunginya.

Dan berikut hasil wawancara penulis dengan pengunjung Situs Wadu Pa’a terkait perlindungan dan adanya partisipasi masyarakat melindungi cagar budaya Situs Wadu Pa’a mengatakan bahwa:

Hasil wawancara dengan pengunjung yaitu:

“….Sejauh ini saya kurang tahu tentang kerja sama masyarakat dengan pemerintah untuk melindungi cagar budaya situs Wadu Pa’a, akan tetapi di sana saya melihat drainase atau talut yang di buat di atas situs Wadu Pa’a, tapi baguslah kalau memang ada kerja sama yang terjalin oleh pemerintah dan masyarakat demi melindungi cagar budaya situs Wadu Pa’a….”( Hasil wawancara penulis dengan FR tanggal 26 april 2015).

Dari hasil observasi dan wawancara penulis dengan informan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pengunjung tidak terlalu tahu tentang kerja sama yang terjalin antara masyarakat dan pemerintah akan tetapi cukup bagus apa bila keduanya berkerja sama.

Hasil wawancara dengan pengunjung yaitu:

“….Perlu diketahuan pemerintah seharusnya melakukan perlindungan ekstra terhadap situs Wadu Pa’a, karena Wadu Pa’a bukan hanya tempat untuk berwisata, akan tetapi Situs Wadu Pa’a memliki nilai sejarah peninggalan masa lampau, ini bukti sejarah bahwa leluhur kita pernah mempercayai animisme dan dinamisme, maka dari itu kita harus menjaga bersama peninggalan bersejarah Situs Wadu Pa’a ini….”(Hasil wawancara penulis dengan K tanggal 26 april 2015).

Dari hasil wawancara penulis dengan informan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pengunjung meminta kepada pemerintah agar lebih memperhatikan dengan baik kondisi cagar budaya situs Wadu Pa’a.

Merangkum dari semua hasil wawancara penulis dengan informan di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa pernyataan pemerintah dalam hal ini Dinas Kebudayaan dan Pariwisata sesuai dengan kenyataan yang dapatkan penulis dari tokoh masyarakat dan pengunjung cagar budaya situs Wadu Pa’a, komunikasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dengan masyarakat sangatlah efektif. Akan tetapi masih banyak kekurangan yang di hadapi untuk mengupayakan perlindungan, maka dari itu Dinas Kebudayaan dan Pariwisata telah

mengupayakan komunikasi lanjutan terhadap pemerintahan pusat terkait perlindungan cagar budaya situs Wadu Pa’a. Dengan demikian pemerintah dalam hal ini Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bima telah menjalankan perannya dalam hal perlindungan cagar budaya situs Wadu Pa’a.

2. Pengembangan

Sebagian besar pemanfaatan cagar budaya di Indonesia adalah digunakan untuk kegiatan pariwisata, dan kegiatan pariwisata perlu pengembangan yang terus menerus agar memberikan manfaat bagi masyarakat. Wisatawan memegang peranan penting dalam mengembang kanpotensi kepariwisataan di suatu daerah, karena pengembang harus berpedoman kepada apa yang dicari oleh wisatawan.

Pengembangan pariwisata memerlukan pengelolaan yang dapat mengintegrasikan berbagai kepentingan.

Hasil Wawancara dengan Kabid Kebudayaan yaitu:

“….Sebagai pemerintah kami mengupayakan pengembangan secara kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana di tempat wisata situs Wadu Pa’a, karena selama ini penyediaan sarana dan prasara di Situs Wadu Pa’a ini belum memadai, masih terbatas fasilitas penting seperti penginapan, toilet, kamar ganti, tempat isterahat dan mushollah untuk pengunjung yang datang di situs Wadu Pa’a, karena di butuhkan sarana dan prasarana yang baik untuk menarik minat wisatawan untuk berkuncung ke cagar budaya situs Wadu Pa’a….”(Hasil wawancara penulis dengan K.H tanggal 13 april 2015).

Dari hasil wawancara penulis dengan informan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bima memiliki inovasi yang modern untuk mengembangkan sarana dan prasarana yang memadai demi menarik banyak pengunjung cagar budaya situs Wadu Pa’a.

Hal yang sama diungkapkan oleh Kabid Informasi Kebudayaan terkait masalah pengembangan pariwisata Situs Wadu Pa’a yaitu:

“….Ketika mau berpergian ke Situs Wadu Pa’a memang terkendala oleh jalan yang kurang baik, maka kami akan berkerja sama dengan dinas perkerjaan umum (PU) untuk membuat jalan menuju situs Wadu Pa’a, karena jalan adalah salah satu faktor pendukung yang memudahkan kita untuk berwisata, maka dari itu kami pihak pengelola harus memperhatikan apa yang di butuhkan dan yang di inginkan oleh pengunjung dalam hal ini kami harus memperhatikan akses jalan agar pengunjung tidak kesulitan untuk ke situs Wadu Pa’a….”(Hasil wawancara penulis dengan M.F tanggal 13 april 2015 ).

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara penulis dengan informan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa Dinas Kebudayaan dan Pariwisata telah berupaya untuk melakukan pengembangan mulai dari penyediaan fasilitas sarana dan prasarana sampai memperbaiki jalan guna memudahkan pengujung untuk pergi ke cagar budaya situs Wadu Pa’a.

Senada dengan pernyataan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata juru kunci cagar budaya Situs Wadu Pa’a juga mengeluarkan pendapat bahwa ada upaya yang dilakukan untuk memperbaiki sarana dan prasarana yang ada di sekitar Situs Wadu Pa’a seperti berikut yaitu:

Hasil wawancara juru kunci situs Wadu Pa’a

“….Selama saya berkerja di sini, saya selalu berupaya memperbaiki fasilitas yang rusak, seperti memperbaiki pagar, mengecat tembok, dan memperbaiki tempat untuk berteduh di sekitar situs Wadu Pa’a, saya juga selalu memberitahukan kepada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata kalau seandainya ada fasilitas yang rusak, baik itu karena ulah manusia atau karena termakan jaman karena mengalami pelapukan….”(Hasil wawancara penulis dengan S.J tanggal 25 april 2015).

Dari hasil wawancara penulis dengan informan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa sejauh ini juru kunci Situs Wadu Pa’a selalu mengkomunikasikan ke Dinas Kebudayaan dan Pariwisata kalau seandainya ada

fasilitas sarana dan prasarana yang rusak maka akan ada upaya untuk perbaikan kembali fasilitas di sekitar cagar budaya situs Wadu Pa’a.

Namun pernyataan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata tidak sesuai dengan pernyataan pengunjung. Sebagaimana hasil wawancara dengan pengunjung yang mengatakan:

“….Saya sering ke Situs Wadu Pa’a memang suasana alamnya asri dan nyaman, pantainya cukup indah karena letak Situs Wadu Pa’a dekat dengan garis pantai, akan tetapi tidak ada perubahan yang berarti dari dulu hingga sekarang, penyediaan fasilitas sarana dan prasarana kurang memadai, tidak ada tempat penginapan, tidak ada mushollah dan akses jalan kurang bagus, tidak ada tempat untuk bersantai-santai, kami hanya dimanjakan oleh alam yang masih alami, tempat untuk duduk sembarang, istilahnya di situ nyaman di situ aman….”(Hasil wawancara penulis dengan F.R tanggal 26 april 2015).

Dari hasil observasi dan wawancara dengan informan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa penyediaan sarana dan prasara di Situs Wadu Pa’a belum ada sama sekali karena saya sendiri melihat kondisi di lokasi penelitian tidak ada perubahan sama sekali. Begitu pula pernyataan pengunjung yang lain hampir sama pernyataanya bahwa sarana dan prasarana di sekitar Situs Wadu Pa’a masih kurang.

Hasil wawancara dengan pengunjung yaitu:

“….Tidak ada perubahan sama sekali di situs Wadu Pa’a, kalau mandi di air laut harus ada kamar ganti, ini tak ada sama sekali, mau BAB saja kita harus cari jauh dari tempat keramaian itu di karenakan WC tidak ada di sekitar situs Wadu Pa’a, tapi walaupun begitu kami tetap memfavoritkan

“….Tidak ada perubahan sama sekali di situs Wadu Pa’a, kalau mandi di air laut harus ada kamar ganti, ini tak ada sama sekali, mau BAB saja kita harus cari jauh dari tempat keramaian itu di karenakan WC tidak ada di sekitar situs Wadu Pa’a, tapi walaupun begitu kami tetap memfavoritkan

Dokumen terkait