• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM MENGELOLA CAGAR BUDAYA SITUS WADU PA A DI KECAMATAN SOROMANDI KABUPATEN BIMA JIHATUL AKBAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM MENGELOLA CAGAR BUDAYA SITUS WADU PA A DI KECAMATAN SOROMANDI KABUPATEN BIMA JIHATUL AKBAR"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

i

SOROMANDI KABUPATEN BIMA

JIHATUL AKBAR

Nomor Stambuk : 1056401306 11

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2015

(2)

ii

SOROMANDI KABUPATEN BIMA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan

Disusun dan Diajukan Oleh Jihatul Akbar

Nomor Stambuk : 1056401306 11

Kepada

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2015

(3)
(4)
(5)

v Nama Mahasiswa : Jihatul Akbar Nomor Stambuk : 10564 01306 11 Program Studi : Ilmu Pemerintahan

Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri tanpa bantuan dari pihak lain atau telah ditulis/dipublikasikan orang lain atau melakukan plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai aturan yang berlaku, sekalipun itu pencabutan gelar akademik.

Makassar, 21 Maret 2015 Yang Menyatakan,

Jihatul Akbar

(6)

vi

Kabupaten Bima (Pembimbing Parakkasi Tjaija dan Rudi Hardi).

Permasalahan yang di bahas dalam penelitian ini bagaimana peran dinas kebudayaan dan pariwisata dalam mengelola cagar budaya situs Wadu Pa’a di kecematan Soromandi kabupaten Bima. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran dinas kebudayaandan pariwisata dalam mengelola cagar budaya Situs Wadu Pa’a di Kecamatan Soromandi Kabupaten Bima

Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif kualitatif. Informan dalam penelitian ini sebanyak 9 orang. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Teknik peneliti menggunakan data kualitatif yakni semua bahan, keterangan, dan fakta-fakta yang tidak dapat diukur dan dihitung secara sistematis karena wujudnya adalah keterangan verbal (kalimat dan data) dengan teknik ini peneliti hanya mengumpulkan data-data, informasi-informasi, fakta-fakta, keterangan-keterangan yang bersifat kalimat dan data dari permasalahan yang peneliti anggap penting dan mendukung dalam hal pengumpulan data dari instansi yang terkait di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bima.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa peran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dalam mengelola cara budaya Situs Wadu Pa’a di Kecamatan Soromandi kabupaten Bima terkait a. Perlindungan berupa pembuatan talut atau drainas b. Pengembangan yaitu peningkatan fasilitas sarana dan prasarana c.

Pemanfaatan adanya peluang terbuka yang di berikan ke masyarakat masih kurang maksimal, hal ini dapat di lihat dari faktor-faktor penghambat sehingga pengelolaan cagar budaya situs Wadu Pa’a masih kurang maksimal.

Keywords : Peran, Pengelolaan, Cagar budaya Wadu Pa’a

(7)

vii

“Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh”

Alhamdulillahi Rabbil Aalamin, sudah sepatutnya penulis ucapkan sebagai tanda rasa syukur kepada Allah SWT. Dia-lah Allah yang Maha pengasih yang tidak pernah pilih kasih. Dia-lah Allah yang Maha penyayang karena dengan rasa kasih sayang-Nyalah sehingga penulisan skripsi yang berjudul: Peran Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Dalam Mengelola Cagar Budaya Situs Wadu Pa’a Di Kecamatan Soromandi Kabupaten Bima, dapat di selesaikan. Skripsi ini merupakan tugas akhir yang di ajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar sarjana Ilmu Pemerintahan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan selesai tanpa adanya doa dan bantuan banyak pihak. Penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya juga kepada dua orang pembimbing saya, Drs H.Parakkasi Tjaija, M.Si, sebagai pembimbing I, dan Rudi Hardi, S.Sos.,M.Si, sebagai pembimbing II, yang dengan tulus membimbing penulis, melakukan koreksi dan perbaikan yang amat berharga sejak dari awal sampai selesainya skripsi ini.

Semasa proses bimbingan, tak jarang penulis mengganggu waktu pribadi beliau, menghubungi via SMS/TELEPHONE meski di pagi buta yang masih berselimut kabut subuh yang mencekik, dengan senang hati beliau memberi jawab di tengah- tengah kesibukannya. Pada kesempatan ini penulis tak lupa mengucapkan penghargaan yang berlimpah kepada kedua orang tuaku tercinta (Abdul Rahim

(8)

viii

kerjakan dengan baik. Semoga Allah SWT memberikan umur yang panjang dan selalu dalam lindungan-Nya. Terima kasih yang tulus dan mendalam khususnya kepada saudara (i) kandung saya tercinta Alm.Sahbudin, Nurwahidah, Faisal S.Pd, Junaidin S.Pdi, Khairunisya S.Pdi dan Erfina serta seluruh keluarga besarku yang senantiasa memberikan bantuan berupa moril maupun materil selama penulis menempuh pendidikan sampai pada penyelesaian skripsi ini. Pada kesempatan ini pula penulis tak lupa mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya terutama kepada:

1. Bapak Dr. H. Irwan Akib, M.Pd, sebagai Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, yang telah membina Universitas ini dengan sebaik-baiknya.

2. Bapak Dr. H. Muhlis Madani, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, yang telah membina fakultas ini dengan baik.

3. Bapak Andi Luhur Prianto, S.IP, M.Si, Selaku ketua jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, yang telah membina jurusan ini dengan sebaik-baiknya.

4. Bapak Drs. Muhammad Tahir, M.Si, selaku penasehat akademik pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

5. Segenap Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memberi bekal ilmu kepada penulis

(9)

ix

administrasi dan bantuan kepada penulis dengan baik.

6. Segenap rekan-rekan Akademik di Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar khususnya angkatan 2011 bersatu, lebih khusus kelas C yang banyak membantu dalam melengkapi data penelitian penulis di tengah kesibukannya.

7. Segenap rekan rekan di lembaga kemahasiswaan Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Pemerintahan (HIMJIP) Fisip Unismuh Makassar periode 2013-2014. Segenap kakanda-kakanda senior, juga adik-adik junior di Jurusan Ilmu Pemerintahan yang tidak bisa penulis sebut namanya satu persatu.

Demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Semoga bantuan serta bimbingan semua pihak senantiasa mendapatkan pahala dari Allah SWT.

Makassar, 21 Maret 2015

Jihatul Akbar

(10)

x

HALAMAN PENGAJUAN SKRIPSI ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PERYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang.. ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian... 5

D. Manfaat Penelitian... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Peran ... 7

B. Konsep Pemerintah ... 8

C. Tugas Pemerintah Dalam Mengelola Cagar Budaya ... 10

D. Pengertian Pengelolaan ... 14

E. Konsep Pariwisata ... 17

F. Kerangka Pikir………... 21

G. Fokus Penelitian ... 22

H. Deskripsi Fokus Penelitian... 23

BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 25

B. Jenis dan Tipe Penelitian ... 25

C. Sumber Data ... 26

D. Informan Penelitian ... 26

E. Teknik Pengumpulan Data ... 27

F. Teknik Analisis Data ... 28

(11)

xi

1. Gambaran Umum Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata

Kabupaten Bima ... 33

a. Tugas Dan Fungsi Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Kabupaten Bima ... 31

b. Bidang Kebudayaan Mempunyai Tugas ... 32

c. Seksi Kebudayaan, Kesenian dan Perfilman mempunyai tugas... 33

d. Seksi Sejarah, Tradisi dan Kepurbakalaan, mempunyai tugas... 33

e. Seksi Informasi, Kebudyaan, Bimbingan dan Penyuluhan, mempunyai tugas... 34

f. Visi dan Misi Dinas Kebudayan Dan Pariwisata Kabupaten Bima ... 34

g. Tujuan Dan Sasaran Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Kabupaten Bima ... 36

B. Peran DISBUDPAR dalam Mengelola Cagar Budaya Situs Wadu Pa’a Di Kecamatan Soromandi Kabupaten Bima ... 37

1. Perlindungan... 38

2. Pengembangan... 42

3. Pemanfaatan... 46

C. Faktor-Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Mengelola Cagar Budaya Situs Wadu Pa’a ... 49

1. Faktor Pendukung... 49

2. Faktor Penghambat... 53

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 57

B. Saran ... 58

(12)

xii RIWAYAT HIDUP

(13)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Negara Indonesia sangat menjamin kemajuan, pengembangan dan pemeliharaan kebudayaan daerah yang menjadi kekayaan kebudayaan nasional, hal ini dapat dilihat dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 32 ayat 1 dinyatakan bahwa, Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya Koentjaraningrat memberikan definisi kebudayaan merupakan sebagai sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar (Koentjaraningrat, 1990: 180).

Kebudayaan memiliki 3 wujud, yaitu : gagasan (wujud real), aktifitas (wujudnya tindakan), dan arftefak (wujudnya karya). Salah satu wujud kebudayaan yang berupa artefak adalah cagar budaya, cagar budaya merupakan kekayaan warisan budaya bangsa. Cagar budaya memiliki arti penting untuk ilmu pengetahuan, pengembangan sejarah, kebudayaan, sebagai pembentuk jati diri bangsa, pembentuk persatuan dan kesatuan bangsa, releksi sebagai kebesaran masa lampau, kekuatan dan sarana untuk memperkokoh rasa cinta tanah air (rasa nasionalisme) dan jati diri bangsa.

Kebudayaan merupakan buah karya atau buah budi manusia dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Sementara itu bila di tinjau dari sisi proses, kebudayaan menjadi acuan dalam proses mempermudah manusia dalam

1

(14)

menyesuaikan diri dengan lingkungnnya dengan cara memajukan kepribadian, kecerdasan, kreativitas dan keterampilan manusia supaya dapat menghasilkan karya yang lebih bernilai dari yang sebelumnya. Keberhasilan suatu aktivitas/kemajuan kebudayaan, sangat tergantung kepada sejauh mana pertumbuhan kecerdasan, kreativitas dan keterampilan tersebut dapat di capai secara bersama-sama.

Tinggi dan rendahnya pertumbuhan masyarakat tersebut menentukan tingkat keberhasilan dan proses/kemajuan kebudayaan bagi manusia Indonesia.

Ketika akan berlangsung proses kebudayaan, pertama kali kita harus diperhatikan oleh siapa saja yang terlibat dalam proses itu adalah kesiapan manusianya, sejauh mana tingkat kecerdasannya, bagaimana kepribadiannya, dan sejauh mana kreativitasnya dan keterampilan yang di milikinya. Kesiapan media dan lingkungan sangat penting, tapi semua itu tidak dapat mengeser keutamaan manusia. Kebudayaan nasional Indonesia yang telah tumbuh sejak berabad-abad lalu, memiliki nilai dasar berhubungan dengan latar belakang sejarah dan kehidupan sosial masyarakat Indonesia itu sendiri. Nilai-nilai dasar dipelihara dan di pertahankan sebagai perwujudan kepribadian bangsa Indonesia. Nilai-nilai dasar yang di maksud adalah: kemerdekaan, kemanusiaan, kemajemukan, kebangsaan, integritas, demokrasi, kemandirian, religious, keseimbangan, kebersamaan, dan kesetaraan.

Oleh karena itu, seluruh warga indonesia terutama pemerintah baik pusat maupun daerah memiliki kewajiban untuk menjaga dan melestarikan warisan budaya dan cagar budaya tersebut dengan mengeluarkan payung hukum berupa

(15)

Undang-Undang, peraturan daerah dan peraturan dalam bentuk lain melakukan perawatan, pemugaran dan menyelenggarakan even kebudayaan yang berkerja sama dengan lembaga pendidikan,perawisata,penelitian dan lembaga lainnya.

Pasal 32 Undang-Undang Dasar Negera Republik Indonesia tahun 1945 menyebutkan “pemerintah memajukan kebudayaan nasional.” setelah terjadi amandemen Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, bunyi pasal tersebut berubah menjadi dua ayat sebagai berikut: (1)”negara memajukan kebudayaan nasional indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budaya. (2) negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai Kebudayaan budaya nasioanl”

Dengan adanya perubahan tersebut maka konsekwensinya terjadi pula pula perubahan kewenangan, kewajiban dan peran negara khususnya pemerintah di dalam memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia.

amandemen Undang-Undang Dasar pada pasal 32 tersebut mengharuskan adanya perubahan pada undang-undang tentang kebudayaan dan peraturan lain di bawahnya. Sampai saat ini terjadi pembaharuan Undang-Undang tentang kebudayaan. Yaitu Undang-Undang nomor 5 tahun 1992 tentang cagar budaya yang di perbaharui dengan Undang-Undang nomor 10 tahun 2011 tentang cagar budaya perlu di lestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, pendidikan, agama,dan/atau kebudayaan melalui proses penetapan.

Di daerah Kabupaten Bima Nusa Tenggara Barat terdapat banyak sekali warisan budaya dan cagar budaya yang tersebar luas di berbagai Kecamatan,

(16)

seperti di Desa Padende Dan Desa Mbawa Kecamatan Donggo, Desa Boro Kecamatan Sanggar, Desa Sambori, Maria dan Kuta Kecamatan Lambitu serta Desa Kananta Kecamatan Soromandi. Kecamatan Soromandi adalah salah satu Kecamatan yang berada di Kabupaten Bima Nusa Tenggara Barat. Daerah ini memiliki cagar budaya situs Wadu Pa’a, Wadu Pa’a adalah bahasa lokal daerah kabupaten Bima yang terdiri dari dua kata jika di artikan kedalam bahasa Indonesia yaitu Wadu artinya Batu sedangkan Pa’a artinya Pahat, maka arti dari Wadu Pa’a adalah batu pahat, Situs Wadu Pa’a merupakan objek wisata yang cukup strategis dekat dengan garis pantai, dengan pemandangannya yang cukup indah dan nyaman untuk di kunjungi. cagar budaya situs Wadu Pa'a merupakan peninggalan kerajaan nusantara yang pernah berjaya dan menyebar luas di seluruh wilayah Indonesia dengan misi menyatukan nusantara dan singgah di Kabupaten Bima tepatnya di Kecamatan Soromandi untuk beristerahat pada waktu itu, dangan meninggalkan jejak seperti pahatan dan ukiran unik yang menjadi simbol keberadaan mereka bahwa kerajaan nusantara pernah belayar dan singgah di Kabupaten Bima tepatnya di Kecamatan Soromandi.

Seiring berjalannya waktu Situs Wadu Pa’a kini mengalami kerusakan itu dikarenakan kurangnya kesadaran masyarakat untuk melestarikan warisan budaya sehingga warisan budaya dari waktu ke waktu mengalami kerusakan secara fisik.

Maka dari itu sudah menjadi tanggung jawab dan keharusan bersama baik pemerintah maupun masyarakat untuk mengelola, melestarikan dan menjaga warisan budaya, karena cukup di anggap penting masalah ini perlu adanya suatu pembenahan dan perbaikan dari segi manusia dan aturan dalam pengolaan dan

(17)

pelestariannya supaya warisan budaya dan cagar budaya tersebut dapat terjaga sampai berabad-abad berikutnya dan dapat di nikmati oleh generasi-generasi berikutnya.

Dalam hal ini Dinas Kebudayaan dan Pariwisata di nilai masih kurang maksimal mengelola dan melestariakan warisan budaya dan cagar budaya, karena masih dapat di temukan warisan budaya dan cagar budaya yang masih kurang terawat sehingga benda cagar budaya mengalami kerusakan secara alami atau karena ulah tangan manusia.

Oleh karena itu, penting dipangang permasalahan yang telah di uraikan sebagaimana yang telah di sebut oleh penyusun untuk melaksanakan penelitian dengan judul Peran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Dalam Mengelola Cagar Budaya Situs WaduPa’a Di Kecamatan Soromandi Kabupaten Bima.

B. Rumusan Masalah

Berdasakan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang diajukan adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana peran dinas kebudayaan dan parawisata dalam mengelolah cagar budaya Situs Wadu Pa’a di Kecamatan soromandi Kabupaten Bima?

2. Faktor-faktor apa yang mendukung dan menghambat peran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dalam mengelolah cagar budaya Situs Wadu Pa’a di Kecamatan Soromandi Kabupaten Bima?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah:

(18)

1. Untuk mengetahui Bagaimana peran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dalam mengelolah cagar budaya Situs Wadu Pa’a di Kecamatan Soromandi Kabupaten Bima.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat peran dinas pariwisata dalam mengelolah cagar budaya Situs Wadu Pa’a di Kecamatan Soromandi Kabupaten Bima.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan memiliki kegunaan sebagai berikut:

1. Manfaat akademis

a. Dapat menambah khazanah keilmuan dan pengetahuan bagi pengembangan ilmu pemerintahan di bidang pengelolaan khususnya terkait peran dinas pariwisata dalam mengelolah cagar budaya Situs Wadu Pa’a di Kecamatan soromandi Kabupaten Bima.

b. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi peneliti berikutnya yang mempunyai minat kesamaan terhadap kajian ini.

2. Manfaat praktis

Sebagai bahan masukan bagi Pemerintah Daerah khususnya di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bima agar dapat mengelola dan melestarikan dengan baik cagar budaya Situs Wadu Pa’a di Kabupaten Bima supaya bisa menjadi warisan bagi generasi penerus.

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Peran

Peran dapat diartikan sebagai prilaku yang diatur dan diharapkan dari seseorang dalam posisi tertentu, Pemimpin didalam sebuah organisasi mempunyai peran, setiap pekerjaan membawa harapan bagaimana penanggung peran berprilaku. Pemimpin didalam sebuah organisasi mempunyai peran, setiap pekerjaan membawa harapan bagaimana penanggungan peran berprilaku. Fakta bahwa organisasi mengidentifikasikan pekerjaan yang harus dilakukan dan prilaku peran yang diinginkan berjalan seiring pekerjaan tersebut juga mengandung arti bahwa harapan megenai peran penting dalam mengatur prilaku bawahan. Menurut kamus sosiologi peranan adalah aspek dinamis kedudukan, perangkat hak-hak dan kewajiban-kewajiban, prilaku aktual dari pemegang kedudukan, bagian dari aktifitas yang dimainkan seseorang. Tingkah laku seseorang yang memainkan suatu kedudukan tertentu itulah yang disebut sebagai peranan sosial (Koentjaraningrat, 1990:136).

Pengertian yang lain di kemukakan oleh Polak dalam Tuti (2003:9) yang berpendapat : “peranan atau role adalah suatu kelakuan yang diharapkan dari oknum dalam antar hubungan sosial tertentu yang berhubungan dengan status tertentu”. Menurut istilah manajemen, peran adalah harapan tentang perilaku yang patut bagi pemegang jabatan tertentu dalam organisasi, khususnya menyangkut fungsi dan tugas yang dilaksakan sehingga keberadaan organisasi atau lembaga

7

(20)

yang bersangkutan dalam melaksanakan tugas dan fungsi dengan status berarti dilakukan dengan menjalankan peranan.

Menurut Soejono (1993:243) peran adalah aspek dinamis dari kedudukan tertentu (status) apabila seseorang melaksanakan hak-hak tertentu serta kewajiban sesuai dengan kedudukannya maka ia dikatakan menjalankan peranannya.

Biasanya dalam suatu organisasi dibentuk suatu kerja yang dilakukan kegiatan pengelolaan suatu sumberdaya manusia dan satuan kerja tersebutlah yang secara fungsional bertanggung jawab dalam melakukan berbagai kegiatan dan mengambil berbagailangkah dalam manajemen sumber daya manusia.. terdapan alasan yang kuat mengapa satuan kerja fungsional demikan perlu di bentuk.

Pertama, meskipun bahwa setiap manejer yang bersangkutan diserahi tugas dan tanggung jawab melaksanakan kegiatan-kegiatan lain, baik baik yang bersifat tugas pokok maupun tugas penunjang, sehingga perhatian utama ditujukan kepada tanggung jawab funsional itu. Kedua dewasa ini manajemen sumber daya manusia mutlak perlu ditangani secara fungsional.

B. Pengertian Pemerintah

Istilah pemerintah berasal dari kata “perintah” yang berarti menyuruh melakukan sesuatu sehingga dapat dikatakan sebagai pemerintah adalah sebagai kekuasaan yang memerintas suatu negara atau badan tertinggi suatu kabinet, merupakan suatu pemerintah, secara etimologis, dapat di artikan sebagai tindakan yang terus menerus (continue) atau kebijakan dengan menggunakan sesuatu rencana maupun akal (rasio) dan tata cara tertentu untuk mencapai tujuan yang di

(21)

kehendaki Soemantri dalam Rahman (2014:17). Dalam kata dasar perintah sedikit ada empat unsur penting yang dikandung di dalamnya, yaitu sebagai berikut:

a. Ada dua pihak, yaitu yang memerintah di sebut pemerintah dan yang di perintah di sebut rakyat atau masyarakat

b. Pihak yang memerintah memiliki kewenangan dan legitimasi untuk mengatur dan mengurus rakyatnya

c. Hak yang diperintah memiliki keharusan untuk taat kepada pemerintah yang sah

d. Antara pihak yang memerintah dengan yang di perintah terdapat hunbugan timbale balik secara vertikal maupun horizontal.

Sedangkan menerut Sayre dalam Kencana (2005:6), mengatakan bahwa:

Government is best at the organized agency of the state, expressing and exercing its authorit. Maksudnya pemerintah dalam devinisi terbaiknya adalah sebgai organisasi dari negara yang memperlihatkan dan menjalankan kekuasaannya, dalam hal ini terhadap rakyatnya secara keseluruhan.

Menurut Wilson Dalam Inu Kencana (2002:12) pemerintah pada akhir uraiannya, adalah suatu pengorganisasian kekuatan, tidak selalu berhubungan dengan organisasi kekuatan angkatan bersenjata, tetapi dua atau kelompok orang dari sekian banyak kelompok.

Sedangkan yang di ketahuai dalam studi ilmu politik gejala pemerintahan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari urusan kekuasaan. Bahkan menurut Kuper Dalam Muhadam (2011:31) istilah government (pemerintah) dan segala bentuk aplikasinya merupakan jantung dari ilmu studi politik. Sedangkan

(22)

pemerintah menurut Finer dalam Muhadam (2011:14) setidaknya menunjukan empat pengertian pokok yaitu pertama pemerintah merujuk kepada suatu proses pemerintahan,di mana kekuasaan dioperasionalisasikan oleh mereka yang memegang kekuasaan yang sah kedua istilah pemerintah menunjuk pada keberadaan dimana proses pemerintahan tersebut berlangsung ketiga pemerintahan menunjuk secara langsung proses yang menduduki jabatan-jabatan pemerintah sebagai pelaksana kekuasaan keempat pemerintah juga dapat mengacu pada aspek dan bentuk, metode atau sistem pemerintahan dalam suatu masyarakat, yakni struktur dan pengelolaan badan pemerintah serta hubungan antara yang memerintah dan yang diperintah

C. Tugas Pemerintah Dalam Mengelola Cagar Budaya.

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 tentang cagar budaya ketentuan umum ayat 1 nomor 21, pengelolaan berarti upaya terpadu untuk melindungi, mengembangkan, dan memanfaatkan cagar budaya melalui kebijkan pengaturan perencanan, pelaksanaan, dan pengawasan untuk sebesar-besarnya kesejahtraan rakyat. Berdasarkan Peraturan, pengelolaan adalah serangkaian kegiatan yang meliputi pengkajian, perlindungan, pemeliharaan, pengembangan, dan pemanfaatan di bidang kepurbakalaan, kesejarahan, nilai tradisional dan museum. Pada pengelolaan cagar budaya agar tetap lestari terdapat 3 upaya yang dapat dilakukan pemerintah daerah sebagai daerah yang otonom, yaitu:

(23)

1. Pelindungan adalah upaya mencegah dan menanggulangi dari kerusakan, kehancuran, dan kemusnahan dengan cara penyelamatan, pengamanan, zonasi, pemeliharaan, dan pemugaran cagar budaya.

2. Pengembangan adalah peningkatan potensi nilai, informasi, dan promosi cagar budaya serta pemanfaatannya melalui penelitian, revitalisasi dan adaptasi secara berkelanjutan serta tidak bertentangan dengan tujuan pelestarian.

3. Pemanfaatan adalah pendayagunaan cagar budaya untuk kepentingan sebesar- besarnya kesejahtraan rakyat dengan tetap mempertahankan kelestariannya.

(Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010, Tentang ketentuan Umum pasal 1 ayat 23, 29, 33).

Undang-Undang Cagar Budaya Nomor 11 Tahun 2010 tentang semangat otonomi daerah dalam pengelolaan cagar budaya agar tetap lestari, yaitu sebagai berikut:

a. Mekanisme register nasional cagar budaya, mulai dari tahap pendaftaran, pengkajian, dan penetapan warisan budaya yang berwujud untuk ditetapkan sebagai cagar budaya atau tidak.

b. Pola hubungan pemerintah dengan pemerintah daerah dalam menyampaikan hasil penetapan cagar budaya termasuk dalam hal penghapusan cagar budaya.

c. Pengelolaan register nasional cagar budaya.

d. Pemeringkatan status cagar budaya, dalam kaitannya dengan kriteria, intervensi penanganan, dan pengelolaan suatu cagar budaya di masing-masing tingkatan wilayah kewenangan.

(24)

e. Sistem zonasi dalam pelindungan cagar budaya sesuai dengan tingkatan kewenangannya.

f. Melibatkan partisipasi masyarakat, mulai dari tahap pendaftaran, pengkajian, dan penetapan cagar budaya baik sebagai kelompok pendaftar maupun sebagai tim ahli cagar budaya. Disamping itu, masyarakat juga terlibat dalam kegiatan pelestarian secara aktif yaitu pelindungan, pemanfaatan, dan pengembangan, maupun pengawasan cagar budaya.

g. Masyarakat dapat memiliki dan menguasai cagar budaya.

h. Warisan budaya dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat banyak baik sebagai identitas, penguatan jati diri, dan kesejahteraan masyarakat.

Menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya Bab VIII pasal 95 tugas pemerintah dan pemerintah daerah dalam pengelolaan cagar budaya melalui pelindungan, pengembangan, dan pemanfaatan, adalah sebagi berikut:

a. Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah mempunyai tugas melakukan pelindungan, pengembangan, dan pemanfaatan cagar budaya.

b. Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengan tingkatannya mempunyai tugas:

c. mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan, serta meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab akan hak dan kewajiban masyarakat dalam pengelolaan bagar Budaya;

d. mengembangkan dan menerapkan kebijakan yang dapat menjamin terlindunginya dan termanfaatkannya cagar budaya;

(25)

e. menyelenggarakan penelitian dan pengembangan cagar budaya;

f. menyediakan informasi cagar budaya untuk masyarakat;

g. menyelenggarakan promosi bagar budaya;

h. memfasilitasi setiap orang dalam melaksanakan pemanfaatan dan promosi cagar budaya;

i. menyelenggarakan penanggulangan bencana dalam keadaan darurat untuk benda, bangunan, struktur, situs, dan kawasan yang telah dinyatakan sebagai cagar budaya serta memberikan dukungan terhadap daerah yang mengalami bencana;

j. melakukan pengawasan, pemantauan, dan evaluasi terhadap pelestarian warisan budaya; dan

k. mengalokasikan dana bagi kepentingan pelestarian cagar budaya.

Adapun yang menjadi wewenang pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam pengelolaan cagar budaya menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 adalah sebagai berikut :

a. menetapkan etika pelestarian cagar budaya;

b. mengoordinasikan pelestarian cagar budaya secara lintas sektor dan wilayah;

c. menghimpun data cagar budaya;

d. menetapkan peringkat cagar budaya;

e. menetapkan dan men cabut status cagar budaya;

f. membuat peraturan pengelolaan cagar budaya;

g. menyelenggarakan kerja sama pelestarian cagar budaya;

h. melakukan penyidikan kasus pelanggaran hukum;

(26)

i. mengelola kawasan cagar budaya;

j. mendirikan dan membubarkan unit pelaksana teknis bidang pelestarian, penelitian, dan museum;

k. mengembangkan kebijakan sumber daya manusia di bidang kepurbakalaan;

l. memberikan penghargaan kepada setiap orang yang telah melakukan pelestarian cagar budaya;

m. memindahkan dan/atau menyimpan cagar budaya untuk kepentingan pengamanan;

n. melakukan pengelompokan cagar budaya berdasarkan kepentingannya menjadi peringkat nasional, peringkat provinsi, dan peringkat kabupaten/kota;

o. menetapkan batas situs dan kawasan; dan

p. menghentikan proses pemanfaatan ruang atau proses pembangunan yang dapat menyebabkan rusak, hilang, atau musnahnya cagar budaya, baik seluruh maupun bagian-bagiannya.

D. Pengertian Pengelolaan a. Definisi Pengelolaan

Menurut Wadoryo (1980:41) definisi pengelolaan adalah suatu rangkaian kegiatan yang berintikan perencanaan, pengorganisasian, pengerakan dan pengawasan dalam mencapai tujuan yang telah di tetapkan sebelumnya.

Winarno Hamiseno (1978:1) pengelolaan adalah substansi dari mengelola.

Sedangkan mengelola berarti tindakan yang di mulai dari penyusunan data, merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan sampai pengawasan dan penilaian.

(27)

Soewarno (2002:378) mengemukakan bahwa pengelolaan adalah pengendalian atau penyelenggaraan sebagai sumber daya secara berhasil guna untuk mencapai sasaran.

Dari uaraian di atas dapatlah di simpulkan bahwa yang di maksud dengan pengelolaan adalah suatu rangkaian kegiatan yang berintikan perencanaan, pengorganisasia, pengerakan dan pengawasan yang bertujuan menggali dan memanfaatkan sumber daya alam yang di miliki secara efektif untuk mencapai tujuan organisasi yang di tentukan.

b. Fungsi Pengelolaan

Terry (2000:21) mengatakan bahwa kegiatan atau fungsi pengelolaan, meliputi: perancangan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating), dan evaluasi (evaluating).

1. Perencanaan (Planning)

Perencanaan di artikan sebagai perhitungan dan penentuan tentang apa yang di jalankan dalam rangka mencapai tujuan tertent, di mana menyangkut tempa, oleh siapa pelaku itu atau pelaksanaan dan bagaimana tata cara mencapai tujuan. Dengan demikan kunci keberhasilan dalam suatu pengelolaan atau manajemen tergantung atau letak perencanaannya. Sebuah perencanaan yang baik adalah yang rasional, dapat di laksanakan dan menjadi panduan langkah selanjutnya. Oleh karena itu, perencanaan tersebut sudah mencapai permulaan perkerjaan yang baik dari suatu proses pencapaian tujuan organisasi.

(28)

2. Pengorganisasian (Organizing)

Pengorganisasian merupakan pengelompokan kegiatan-kegiatan penyediaan keperluan, wewenagn untuk melaksanakan kegiatannya. Dalam pengorganisasian di tentukan adanya kerja sama antara kelompok untuk mencapai suatu tujuan secara efektif dan efisien. Untui mencapai tujuan tersebut maka perlu di pilih orang yang memiliki kemampuan dan kopetensi dalam melaksanakan tugas. Oleh karena itu perlu memilih dan menentukan orang yang akan di percaya atau di posisikan dalam dalam posisi tersebut.

3. Pelaksanaan (Actuating)

Pelaksanaan adalah usaha mengerakan anggota kelompok sedemikian rupa sehingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mengapai sasaran. Pada dasarnya pelaksanaa suatu perencanaan atau program yang telah di tetapkan oleh pemerintah harus sejalan dengan kondisi yang ada, baik itu di lapangan maupun di luar lapangan. Yang mana dalam kegiatannya melibatkan beberapa unsur di sertai dengan usaha-usaha dan di dukung oleh alat-alat penunjang.

4. Evaluasi (Evaluating)

Evaluasi merupakan suatu kegiatan untuki melakukan penilaian atas suatu keadaan peristiwa atau kegiatan yang sedang di amati, dengan kegiatan tersebut di dasarkan pada keterangan data, atau fakta serta berpedoman kepada criteria dan tolak ukur (standar) pengukuran dan penilaian tertentu yang telah ditetapkan.

(29)

E. Konsep Pariwisata

Menurut Idris Abdurachman (1998:71) objek wisata adalah segala objek yang dapat menimbulkan daya tarik bagi para wisatawan untuk dapat mengunjunginya. Ada beberapa hal yang berhubungan dengan objek wisata, diantaranya:

a. Wisatawan

Wisatawan menurut Yoeti (1995:21) diartikan sebagai seorang, tampa membedakan ras, kelamin, bahasa dan agama, yang memasuki wilayah suatu negara yang mengadakan perjanjian yang lain dari pada Negara dimana orang itu biasanya tinggal dan berada di situ kurang dari 24 jam dan tidak lebih dari 6 bulan, dalam rangka waktu 12 bulan berturut-turut, untuk tujuan non-imingran yang legal, seperti perjalanan wisata, rekreasi, olahraga, kesehatan, alasan keluarga, studi, ibadah keagamaan atau urusan usaha (business).

Adapun perjalanan dapat di golongkan kedalam klafisikasi berikut ini:

1. Pesiar (leisure), seperti untuk keperluan rekreasi, liburan, kesehatan, studi, keagamaan dan olah raga.

2. Hubungan dagang (business), keluarga, konferensi dan misi.

3. Pelancong (excursionist), yaitu pengunjung yang sementara yang tinggal kurang dari 24 jam di negara yang di kunjunginya (termaksud pelancong dengan kapal pesiar)

b. Aktraksi Wisata

Aktraksi wisata biasanya berwujud pariwisata, kejadian, baik secara periodic, ataupun sekali saja, baik yang bersifat tradisional, maupun yang telah di

(30)

lembagakan dalam kehidupan masyarakat modern, kesemuanya itu mempunyai daya tarik yang positif kepada para wisatawan untuk mengunjungi, menyaksikan dan menikmati, sehingga memberikan kepuasan maksimal bagi motif-motif parawisatawan yang telah bergerak untuk mengunjunginya.

c. Daya tarik Wisata

Selain ada objek dan aktraksi wisata, suatu daerahh tujuan wisata juga harus mempunyai daya tarik. Suatu daya tarik wisata harus mempunyai tiga syarat, yaitu:

1. Ada sesuatu yang dapat di lihat (something to see) 2. Ada sesuatu yang dapat di kerjakan (something to do) 3. Ada sesuatu yang dapat di beli (something to buy)

Ketiga syarat ini merupakan unsure-unsur untuk mempublikasikan pariwisata. Seorang wisatawan yang datang ke suatu daya tarik wisata dengan tujuan untuk meperoleh manfaat dan kepuasan. Manfaat dan kepuasan tersebut dapat di peroleh apa bila suatu daya tarik wisata mempunyai daya tarik.

d. Pelayanan Wisata

Salah Wahad (1997:74-77), menyebutkan bahwa pelayanan dalam wisata adalah faktor utama dalam pengembangan dan pengelolaan pariwisata.

Salah satu faktor yang menetukan dalam pelayanan adalah kesiapan sarana dan prasarana kepariwistaan meliputi:

1. Prasarana wisata

Prasarana wisata (infrastructures) adalah semua fasilitas yang memungkinkan proses perekonomian berjalan dengan lancer sehingga

(31)

memudahkan manusia untuk dapat memenuhi kebutuhannya. Menurut Salah Wahad dalam bukunya tourism management sebagai prasarana menjadi tiga kelompok, yaitu:

a. Prasarana umum meliputi:

1. Sistem penyediaan air bersih 2. Kelistrikan

3. Jalu-jalur lintas

4. Sitem pembangunan limbah 5. System komunikasi

Prasarana itu ini menyangkut kebutuhan orang banyak (umum) yang pengadaanya bertujuan untuk membantu kelancaran roda perekonomian.

Kebutuhn pokok pola hidup modern, meliputi: rumah sakit, apotek, bank, pusat- pusat pembelanjaan, salon, kantor-kantor pemerintahan, dan pompa bensin.

Prasarana ini merupakan prasarana yang menyangkut kebutuhan orang banyak.

b. Prasarana wisatawan

Prasarana yang diperuntukan bagi wisatawan, misalnya:

1. Tempat penginapan wisatawan seperti hotel, montel, pension, rumah susun, kamar keluarga yang di sewakan, bangunan wisata social desa wisata, tempat perkemahan, pondok remaja dan sebagainya.

2. Tempat informasi wisatawan, seperti agen perjalanan dan biro perjalanan umum, penyewaan kendaraan dan tour operator local

(32)

3. Kantor informasi dan promosi, kantor penerangan wisata di pintu-pintu masuk suatu Negara, kota atau daerah tertentu. Di Indonesia di kenal dengan tourist informations service (TIC).

4. Tempat-Tempat Rekreasi dan sport, meliputi fasilitas sport,fasilitas perlengkapan sport darat, air dan lain-lain.

5. Sarana transportasi penunjang, seperti kapal udara, laut, sungai, kapal api, dan alat transportasi darat lainnya.

2. Sarana wisata

Sarana wisata adalah pemberian pelayanan kepada pariwisata, baik secara langsung atau tidak langsung dan hidup serta kehidupannya banyak bergantung pada kedatangan wisatawan.

Adapun sarana wisata terbagi atas tiga yaitu :

a. Sarana pokok wisata adalah perusahaan yang kehidupannya bergantung pada arus kedatangan orang yang melakukan perjalanan. Yang termaksud dalam kelompok ini adalah :

1. Travel agent dan tour operator

2. Perusahaan-perusahaan angkutan wisata 3. Hotel dan jenis akomodasi lainnya.

4. Bar dan restoran serta rumah makan lainnya.

5. Objek wisata dan aktraksi wisata lainnya

b. Sarana pelengkap wisata adalahtempat yang menyediakan fasilitas rekreasi yang fungsinya melengkapi sarana pokok kepariwisataan dan

(33)

membuat para wisatawan dapat lebih lama tinggal pada suatu daya tarik wisata. Yang termaksud dalam kelompok ini adalah:

1. Sarana olahraga, seperti : lapangan golf, kolam renang, permainan bowling, daerah pemburuan, berlayar dan berselancar.

2. Sarana ketangkasan, seperti : permainan bola sodok (bilyard, jackpot,amusement) lainnya.

c. Sarana penunjang wisata adalah pihak-pihak yang menunjang sarana pelengkap dan sarana pokok. Berfungsi tidak hanya membuat wisatawan lebih lama tinggal pada suatu daya tarik wisata, tetapi fungsi yang lebih penting adalah agar wisatawan lebih banyak mengeluarkan uangnya ditempat yang di kunjunginya. Yang termaksud dalam kelompok ini, seperti Ningt Club, Steam Baths, Casinos.

F. Kerangka Pikir

Dari rangkaian konsep di atas maka yang di maksud dengan peran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dalam mengelola cagar budaya situs Wadu Pa’a, yang dimana Dinas Kebudayaan dan Pariwisata berperan dalam melakukan pengelolaan cagar budaya situs Wadu Pa’a. bentuk peran yang di maksud meliputi : Perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan objek wisata dengan baik. Apa bila semua berjalan dengan baik maka pengelolaan akan berjalan maksimal.

Terlepas dari semua itu masih ada kendala faktor-faktor yang mempengaruhi dan faktor-faktor penghambat yang mempengaruhi berjalannya pengelolaan cagar budaya situs Wadu Pa’a. Untuk mengetahuai kerangka pikir dalam penelitian ini dapat di lihat dalam bagang berikut ini:

(34)

Bagan Kerangka Pikir

G. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini berangkat dari latar belakang masalah kemudian dirumuskan dalam rumusan masalah dan dikaji berdasarkan teori dalam tinjauan pustaka. Adapun fokus penelitian ini adalah:

1. Perlindungan 2. Pengembangan 3. Pemanfaatan

Dan faktor-faktor pendukung dan penghambat peran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dalam mengelola cagar budaya Situs Wadu Pa’a di Kecamatan Soromandi Kabupaten Bima.

Peran Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Dalam Mengelola Cagar Budaya Situs Wadu Pa’a Di

Kecematan Soromandi Kabupaten Bima

UU Nomor 11 tahun 2010

1.Perlindungan 2.Pengembangan 3.Pemanfaatan

Terkelolanya Dengan Baik Situs Wadu Pa’a

Faktor Penghambat 1. Fasilitas sarana

dan prasarana yang kurang memadai

2. Sistem promosi yang kurang baik Faktor Pendukung

1. Lingkungan yang 2. Sikap masyarakatbaik di sekitar situs Wadu Pa’a

(35)

H. Deskriptif Fokus Penelitian

1. Cagar budaya adalah suatu bangunan atau peninggalan sejarah masa lampau yang memiliki nilai seni dan gaya tarik tersendiri yang harus di kelola agar terjaga kelestariannya.

2. Peran pemerintah dalam hal ini Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bima dalam mengelola cagar budaya satus Wadu Pa’a agar mampu memberikan gaya tarik bagi parawisata.

3. Pelindungan adalah upaya mencegah dan menanggulangi dari kerusakan, kehancuran, dan kemusnahan dengan cara penyelamatan, pengamanan, zonasi, pemeliharaan, dan pemugaran cagar budaya.

4. Pengembangan adalah peningkatan potensi nilai, informasi, dan promosi cagar budaya serta pemanfaatannya melalui penelitian, revitalisasi dan adaptasi secara berkelanjutan serta tidak bertentangan dengan tujuan pelestarian.

5. Pemanfaatan adalah pendayagunaan cagar budaya untuk kepentingan sebesar-besarnya kesejahtraan rakyat dengan tetap mempertahankan kelestariannya. (Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010, Tentang ketentuan Umum pasal 1 ayat 23, 29, 33)

6. Faktor pendukung dan penghambat:

Faktor pendukung

a. Lingkungan yang baik adalah kondisi tempat wisata yang nyaman dan pemandangan alam yang eksotis.

(36)

b. Sikap masyarakat yang baik yaitu keramahan masyarakat menerima wisatawan yang datang ke tempat wisata.

Faktor penghambat

a. Fasilitas sarana dan prasarana yang kurang memadai adalah terbatasnya fasiltas seperti WC,kamar ganti,tempat isterahat, mushollah dll.

b. Sistem promosi yang kurang baik adalah kurangnya informasi menganai keberadaan situs Wadu Pa’a.

(37)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini telah di laksanakan selama 2 (dua) bulan yaitu April-Mei tahun 2015 setelah seminar proposal, adapun lokasi penelitian ini yaitu dikantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bima, penentuan lokasi ini adalah didasari atas pertimbangan peneliti dengan alasan karena wilayah ini sangat tepat untuk mengambil suatu informasi, karena pengelolaan cagar situs Wadu Pa’a tidak terlaksana dengan baik.

B. Jenis dan Tipe Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif, yaitu suatu penelitian yang mendeskripsikan tentang pengelolaan cagar budaya yang terjadi di tempat kejadian.

2. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang dilakukan menggunakan analisis kualitatif, dimana pertanyaan “bagaimana” menjadi permasalahan utama untuk menjawab semua permasalahan yang diangkat dan diteliti, oleh sebab itu untuk mengambarkan atau menjeleskan sesuatu hal yang kemudian yang di klarifikasikan sehingga dapat diambil satu kesimpulan, kesimpulan tersebut dapat lebih mempermudah dalam melakukan penelitian dan pengamatan.

25

(38)

C. Sumber Data

Adapun sumber data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini yaitu:

1. Data primer, yaitu data observasi yang diperoleh dari informan berdasarkan hasil wawancara informan. Jenis data yang ingin diperoleh adalah mengenai pengelolaan cagar budaya.

2. Data sekunder, yaitu data yang dikumpulkan peneliti dari berbagai laporan- laporan atau dokumen-dokumen yang bersifat informasi tertulis yang digunakan dalam penelitian.

D. Informan Penelitian

Informan merupakan pihak yang dapat memberikan informasi tentang berbagai hal yang berkaitan dengan fokus penelitian Adapun informan yang di yakini akan dapat memberikan data atau informasi yang tepat dan akurat di dalam penelitian ini yang di anggap mengetahui tentang pengelolaan cagar budaya situs Wadu Pa’a adalah sebagai berikut:

Tabel Daftar Nama Informan Penelitian

No Status Jabatan Keterangan Umur

1 M. Firdaus S.Pd. M.Pd Kabid Informasi Kebudayaan 50

2 Khusnul Hatimah SE Kabid Kebudayaan 30

3 Sirajudin S.Pd Juru Kunci 41

4 Talib Tokoh masyarakat 50

5 Yakub M Saleh Tokoh msyarakat 60

(39)

Sarifudin Tokoh Masyarakat 34

Khairunisyah Pengunjung 28

Ansyarullah Pengunjung 25

Fahrul Rajif Pengunjung 22

Jumlah Informan 9 Orang

E. Teknik Pengumpulan Data

Data yang di himpun untuk penelitian ini lebih banyak menggunakan data primer, sedangkan data sekunder hanya di gunakan sebagai pelengkap analisis data primer tersebut. Keuntungan dari data sekunder adalah peneliti tidak terlibat dalam mengusahakan dana penelitian lapangan merekrut dan melatih wawancara, menentukan sampel dan pengumpulan data di lapangan yang banyak memakan energy dan waktu. Menggunakan teknik eksidental yaitu siapa yang ditemui saat penelitian, maka itu yang di jadikan sebagagai sampel.

1. Observasi

Observasi yang meliputi pengamatan dan pencatatan sistematik tentang gejala-gejala yang di amati . Pengumpulan data dalam penelitin ini di lakukan dengan cara observasi langsung (direct observation) dan sebagai peneliti yang menempatkan diri sebagai pengamat (rocegnized outsider) sehingga interaksi tentang peneliti dengan subjek penelitian bersifat terbatas. Melakukan observasi, peneliti mencatat apa saja yang di lihat dan mengganti dari dokumen tertulis untuk memberikan gambaran secara utuh tentang objek yang akan di teliti.

2. Wawancara

(40)

Penggunaan metode ini ditujukan untuk menggali informasi secara lebih mendalam terkait permasalahan penelitian. Terkait penelitian, peneliti menggunakan metode indept interview, di mana peneliti dan informan berhadapan langsung (face to face) untuk mendapatkan informasi secara lisan dengan tujuan mendapatkan data yang dapat menjelaskan permasalahan penelitian. Untuk mempermudah wawancara agar lebih terarah maka peneliti menyusun suatu pedoman wawancara yang berisi butir-butir pertanyaan terkait permasalahan yang akan diteliti.

3. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu data-data sekunder yang berkaitan Pengelolaan di Dinas Kebudayan Dan Pariwisata Kabupaten Bima seperti, membaca buku, literatur, dan hasil penelitian.

F. Teknik Analisis Data

Teknik peneliti menggunakan data kualitatif yakni semua bahan, keterangan, dan fakta-fakta yang tidak dapat diukur dan dihitung secara sistematis karena wujudnya adalah keterangan verbal (kalimat dan data) dengan teknik ini peneliti hanya mengumpulkan data-data, informasi-informasi, fakta-fakta, keterangan-keterangan yang bersifat kalimat dan data dari permasalahan yang peneliti anggap penting dan mendukung dalam hal pengumpulan data dari istansi yang terkait di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bima.

Menurut Creswell (1998:34), menyatakan penelitian sebagai suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terperinci dari pandangan responden, dan melakukan studi pada setuasi yang alami. Penelitian kualitatif

(41)

merupakan riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan anlisis dengan pendekatan induktif. Proses dan makna (perspektif subjek) lebih di tonjolkan dalam penelitian kualitatif. landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta dilapangan.

G. Keabsahan Data

Menurut Maleong (2005: 320) yang dimaksud pengabsahan data adalah bahwa setiap keadaan harus memenuhi:

1. Mendemostrasikan nilai yang benar,

2. Menyediakan dasar agar hal itu dapat diterapkan, dan

3. Memperoleh keputusan luar yang dapat dibuat tentang konsistensi dari prosedurnya dan kenetralan dari temuan dan keputusan-keputusannya.

Keabsahan data yang dipakai dalam penulisan skripsi ini adalah trigulasi, trigulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Menurut Densin dalam Maleong (2005: 330) membedakan empat macam triangulasi yaitu:

1. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber yaitu membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif.

2. Triangulasi Metode

Triangulasi metode menurut Patton dalam Maleong (2005: 331) terdapat dua strategi yaitu: (1) pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian

(42)

beberapa teknik pengumpulan data, dan (2) pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama.

3. Triangulasi Penyidikan

Triangulasi dengan penyidik ialah dengn jalan memanfaatka peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data.

4. Triangulasi Teori

Triangulasi dengan teori menurut Lincoln dan Guba dalam Maleong (2005: 331), berdasarkan anggapan bahwa fakta tidak dapat diperiksa derajat kepercayaannya dengan satu atau lebih teori.

(43)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrisi Objek Penelitian

1. Gambaran Umum Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bima Pemerintah Kabupaten Bima memiliki dinas-dinas yang menunjang penyelengaraan pemerintahan. Salah satunya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar). Disbudpar merupakan unsur pelaksanaan pemerintahan daerah.

Disbudpar dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada dibawah dan tanggung jawab kepada Bupati melalui Sekertaris Daerah. Dinas ini menjalankan tugas sesuai dengan asas ekonomi dan melaksanakan tugas pembantuan yang diserahkan kepada pemerintah daerah, Disbudpar memiliki visi dan misi yang diselaraskan dengan visi misi Kabupaten Bima dalam rangka keterpaduan dalam melaksanakan tugas-tugas pemerintahan, pembangunan, pengembangan dan kemasyarakatan Kabupaten Bima.

a. Tugas Dan Fungsi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bima Untuk mendukung telaksananya tugas-tugas dalam bidang kebudayaan dan pariwisata di bentuk struktur organisasi. Struktur Organisasi Disbudpar Kabupaten Bima terdiri atas

1. Kepala dinas 2. Sekertaris

a. Sub bagiaan Umum dan kepegawaian.

b. bagian Program dan pelaporan.

c. Sub bagian keuangan.

31

(44)

3. Bidang kebudayaan

a. Seksi kebudayaan kesenian dan perfilman b. Seksi sejarah dan kepurbakalaan

c. Seksi informasi kebudayaan BP 4. Bidang pengembangan kepariwisataan

a. Seksi objek dan daya tarik wisata b. Sistem informasi kepariwisataan

c. Seksi kemitraan promosi dan pemasaran

5. Bidang kepegawaian dan pengendalian kepariwisataan a. Seksi standarisasi usaha jasa pariwisata

b. Seksi pengawasan dan pengembangan

c. Seksi pengembangan sumberdaya kepariwisataan b. Bidang Kebudayaan Mempunyai Tugas:

1. Mengumpulkan, mengolah data dan informasi, menginfentarisir permasalahan serta melaksanakan pemecahan permasalahan yang berkaitan dengan tugas-tugas pengembangan budaya;

2. Merencanakan melaksanakan mengendalikan, mengevaluasi dan melaporkan kegiatan bidang kebudayaan;

3. Menyiapkan bahan kebijakan, bimbingan dan pembinaan serta petunjuk tekhnis di bidang kebudayaan;

4. Melaksanakan analisis dan pengembangan tugas dan fungsi kebudayaan- kebudayaan;

5. Melaksanakan tugas lain sesuai bidang tugas yang diberikan oleh atasan.

(45)

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana tersebut di atas, bidang kebudayaan mempunyai fungsi:

a. Penyelenggaraan kebijakan teknis bidang kebudayaan, kesenian dan perfilman;

b. Penyelenggaraan kebijakan teknis bidang sejarah, tradisi dan kepurbakalaan;

c. Penyelenggaraan kebijakan teknis bidang informasi kebudayaan, bimbingan dan penyuluhan.

c. Seksi Kebudayaan, Kesenian dan Perfilman mempunyai tugas :

1. Menyusun, mengolah data dan informasi, menginfentarisir permasalahan serta melaksanakan pemecahan permasalahan yang berkaitan dengan kebudayaan, kesenian dan perfilman;

2. Merencanakan, melaksanakan, mengendalikan, mengevaluasi dan melaporkan kegiatan seksi kebudayaan, kesenian dan perfilman;

3. Melaksanakan perencanaan teknis, membina, mengelola, melestarikan dan mengembangkan kebudayaan, kesenian dan perfilman;

4. Melaksanakan analisis dan pengembangan tugas dan fungsi seksi kebudayaan, kesenian dan perfilman;

5. Melkasanakan tugas lain sesuai bidang tugas yang diberikan oleh atasan.

d. Seksi Sejarah, Tradisi dan Kepurbakalaan, mempunyai tugas :

1. Menyusun, mengolah data dan informasi, menginfentarisir permasalahan serta melaksanakan pemecahan permasalahan yang berkaitan dengan Sejarah, Tradisi dan Kepurbakalaan;

(46)

2. Merencanakan, melaksanakan, mengendalikan, mengevaluasi dan melaporkan kegiatan seksi Sejarah, Tradisi dan Kepurbakalaan;

3. Melaksanakan perencanaan teknis, membina, mengelola, melestarikan dan mengembangkan Sejarah, Tradisi dan Kepurbakalaan;

4. Melaksanakan analisis dan pengembangan tugas dan fungsi seksi Sejarah, Tradisi dan Kepurbakalaan;

5. Melakasanakan tugas lain sesuai bidang tugas yang diberikan oleh atasan.

e. Seksi Informasi, Kebudyaan, Bimbingan dan Penyuluhan, mempunyai tugas :

1. Menyusun, mengolah data dan informasi, menginfentarisir permasalahan serta melaksanakan pemecahan permasalahan yang berkaitan dengan informasi, kebudayaan, bimbingan dan penyuluhan;

2. Merencanakan, melaksanakan, mengendalikan, mengevaluasi dan melaporkan kegiatan seksi informasi, kebudayaan, bimbingan dan penyuluhan;

3. Melaksanakan perencanaan teknis, membina, mengelola, melestarikan dan mengembangkan informasi, kebudayaan, bimbingan dan penyuluhan;

4. Melaksanakan analisis dan pengembangan tugas dan fungsi seksi informasi, kebudayaan, bimbingan dan penyuluhan;

5. Melakasanakan tugas lain sesuai bidang tugas yang diberikan oleh atasan.

(47)

f. Visi dan Misi Dinas Kebudayan Dan Pariwisata Kabupaten Bima 1. Visi

Disbudpar Kabupaten Bima memiliki visi yaitu: terwujudnya lembaga terdepan dan mewujudkan pelestarian budaya lokal yang lebih maju.

2. Misi

Sedangakan misi Disbudpar Kabupaten Bima yaitu sebagai berikut:

a. Meningkatkan sarana dan prasarana pendukung.

b. Meningkatkan pemberdayaan dan peelestarian daerah.

c. Meningkatkan dan mengembangkan kepariwisataan dan investor.

Peraturan daerah Nomor 10 tahun 2009 tentang pembentukan organisasi dan tata kerja dinas daerah Kabupaten Bima. Untuk menyelenggarakan tugasnya.

Dinas Disbudpar mempunyai beberapa fungsi:

a. Perumusan kebijakan teknis kebudayaan dan pariwisata sesuai dengan kebijakan yang di tetapkan oleh bupati.

b. Pengkordinasian, pengendalian dan pengawasan serta evaluasi pelaksanaan tugas kebudayaan dan pariwisata.

c. Melaksanakan tugas teknik operasional di bidang kebudayaan dan pariwisata dalam pengkordinasian hubungan lembaga, informasi daerah yangmeliputi promosi daerah, pemberdayaan kebudayaan dan pariwisata yang meliputi objek, sarana dan bina masyarakat wisata, rekreasi danhiburan umum, akomodasi dan rumah makan serta seni budaya yang mencakup kesenian, sejarah dan nilai tradisonal serta kepemusiuman dan kepurbakalaan.

(48)

d. Penyelenggaraan dan pelayanan teknis administrative ketatausahaan yang meliputi urusan rencana dan pelaporan, kepegawaian, keuangan dan urusan umum.

e. Melaksanakan pengalian potensi budaya dan pariwisata sebagai komoditi penunjang Pendapatan Asli Daerah (PAD).

f. Pelaksanaan pembinaan terhadap Sumber Daya Manusia (SDM).

g. Pelaksanaan promosi daerah dan pengembangan seni budaya dan pariwisata.

g. Tujuan Dan Sasaran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bima 1. Tujuan

a. Peningkatan kualitas pelayanan

b. Meningkatkan pembinaan teknis kualitas dan kuantitas budaya, seni, sejarah dan purbakala

c. Melestarikan dan merevitalisasi warisan budaya serta sejarah kepurbakalaan demi memperkokoh jati diri bangsa sehingga terjalin lintas budaya antar daerah

d. Melestarikan dan merevitalisasi Obyek–obyek wisata sebagai Daya Tarik Obyek Wisata

e. Meningkatkan pembinaan teknis daya tarik obyek wisata

f. Melaksanakan pemasaran produk pariwisata demi meningkatkan pertumbuhan, pemerataan ekonomi, pemberdayaan ekonomi lokal melalui produk pariwisata dan budaya dan meningkatkan pendapatan Asli Daerah.

(49)

2. Sasaran

Yang akan dicapai dalam mencapai Tujuan :

a. Meningkatkan sikap, mental pola pikir dan kualitas aparatur dalam melayani masyarakat

b. Meningkatkan mutu pembangunan sarana dan prasarana pariwisata (obyek Pariwisata)

c. Meningkatkan koordinasi pengembangan pemasaran pariwisata

d. Tersusunnya program dan data yang valid bagi pembangunan Obyek Daya Tarik Wisata (ODTW)

e. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam melestarikan seni budaya dan aset-aset kepurbakalaan.

B. Peran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Dalam Megelola Cagar Budaya Situs Wadu Pa’a Di Kecamatan Soromandi Kabupaten Bima

Wadu Pa’a merupakan sebuah situs peninggalan sejarah yang dijadikan tempat wisata tepatnya berada di Kecamatan Soromandi Kabupaten Bima. Situs Wadu Pa’a memiliki nilai keindahan tersendiri dengan letaknya yang sangat stategis berada di garis pantai, di tambah udaranya yang lebih sejuk, lingkungannya yang asri dan nyaman. Dengan kondisi yang memungkinkan banyak menarik banyak pengunjung, sehingga di perlukan pengelolaan dengan baik oleh pihak organisasi maupun lembaga, baik pemerintah maupun non pemerintah agar objek wisata ini dapat kita nikmati dalam jangka panjang.

Adapun beberapa hal dalam pengelolaan objek wisata yaitu sebagai berikut:

(50)

1. Perlindungan

Perlindungan warisan budaya dilakukan dengan memperhatikan prinsip kemanfaatan, keamanan, keterawatan,keaslian, keberlanjutan dan nilai-nilai yang melekat padanya dan diarahkan untuk memacu pengembangan ekonomi yang hasilnya digunakan untuk pemeliharaan warisan dan peningkatan kesejahteraan rakyat. Keterlibatan masyarakat mulai mendapat perhatian, dengan diberikesempatan untuk terlibat dalam pengembangan dan pengelolaan cagar budaya seperti pernyataan oleh kabid informasi kebudayaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bima sebagai berikut:

Hasil wawancara dengan kabid informasi kebudayaan yaitu:

“….Kami mengupayakan perbaikan dan perlindungan dengan melibatkan masyarakat di sekitas tempat wisata cagar budaya situs Wadu Pa’a, dengan membuat drainase atau talud agar air hujan turun langsung ke laut dan tidak mengenai situs Wadu Pa’a, karena mengingat Situs Wadu Pa’a sekarang telah mengalami kerusakan yang cukup serius. Dan kami telah meminta bantuan pemerintahan pusat agar menyuplai dana untuk melestarikan kembali wisata cagar budaya situs Wadu Pa’a, agar wisata Situs Wadu Pa’a makin banyak di minati oleh banyak wisatawan lagi…”(wawancara penulis dengan M.F tanggal 13 april 2015)

Berdasar hasil wawancara penulis dengan informan diatas dapat di ambil kesimpulan bahwa adanya upaya perlindungan yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bima dengan melibatkan masyarakat sekitar tempat wisata cagar budaya situs Wadu Pa’a, walau dengan dana yang terbatas tapi masih ada upaya untuk melestarikan kembali cagar budaya situs Wadu Pa’a.

Senada dengan yang di kemukakan oleh kabid kebudayaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bima sebagai berikut yaitu:

(51)

“…Sebagai pemerintah yang bertanggung jawab bertugas untuk melestarikan kebudayaan kami melakukan kordinasi dan komunikasi terhadap masyarakat agar berkerjasama dengan kami, karena cagar budaya Situs Wadu Pa’a merupakan warisan budaya yang memiliki nilai luhur yang harus di jaga kelestariannya, akan tetapi masih terkendala dana untuk memperbaiki fasilitas yang ada, selain melakukan kordinasi dan komunikasi dengan masyarakat kami juga mengupayakan kordinasi dan komunikasi kepada pemerintahan pusat, untuk itu selagi pemerintah pusat sekarang hadir di acara tambora menyapa dunia maka kami berupaya semaksimal mungkin untuk mengajak pemerintah pusat untuk melihat keindahan alam Kabupaten Bima termaksud Situs Wadu Pa’a yang terletak di Kecamatan Soromandi….”(Hasil wawancara penulis dengan K.H tanggal 13 april 2015)

Dari hasil wawancara penulis dengan informan diatas dapat di analisis bahwa sejauh ini Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bima telah aktif melakukan kordinasi dan komunikasi dengan masyarakat dan pemerintah pusat untuk meminta bantuan melestarikan dan melindungi situs Wadu Pa’a.

Senada dengan juru kunci Situs Wadu Pa’a mengungkapkan hal yang sama seperti pernyataanya sebagai berikut:

Hasil wawancara penulis dengan juru kunci yaitu:

“….Saya sebagai pegawai negeri yang di tugaskan untuk menjadi juru kunci situs Wadu Pa’a, mengajak masyrakat di sekitar Situs Wadu Pa’a untuk ikut berpartisipasi mengelola dan melindungi lingkungan sekitar wisata cagar budaya Situs Wadu Pa’a akan tetapi terkendala dana yang di keluarkan pemerintah masih kurang, sehingga upaya perlingan Situs Wadu Pa’a masih kurang baik, bahan yang di butuhkan seperti semen,batu, pasir dan lain-lain masih belum cukup, karena untuk membuat talut di butuhkan alat dan bahan yang cukup agar cagar Situs Wadu Pa’a tidak terkikis terkena air hujan yang turun dari gunung….”(Hasil wawancara penulis dengan S.J tanggal 25 april 2015).

Dari hasil observasi penulis dengan informan diatas dapat di simpulkan bahwa adanya partisipasi mayarakat melindungi dan melestarikan cagar budaya situs Wadu Pa’a, walau dengan dana seadanya akan tetapi ada upaya untuk menghindari terjadinya kerusakan cagar budaya situs Wadu Pa’a.

(52)

Fakta yang sama diugkap oleh salah satu tokoh masyarakat sekitar Wadu Pa’a yang menyatakan bahwa:

“….Kami sebagai warga masyarakat di sekitar wisata cagar budaya Wadu Pa’a hanya bisa membantu melindungi cagar budaya Situs Wadu Pa’a dengan tenaga yang kami miliki, kami senang berkerja sama dengan pemerintah karena cagar budaya Situs Wadu Pa’a merupakan peninggalan sejarah yang harus di lindungi untuk kepentingan bersama….”( Hasil wawancara penulis dengan T tanggal 26 april 2015).

Dari hasil observasi dan wawancara penulis dengan informan diatas dapat di simpulkan bahwa adanya partisipasi masyarakat setempat dalam melindungi cagar budaya situs Wadu Pa’a. Berikut juga hasil wawancara masyarakat sekitar cagar budaya mengatakan bahwa:

Hasil wawancara dengan tokoh masyarakat yaitu:

“….Sebagai tokoh masyarakat di sekitar cagar budaya Situs Wadu Pa’a kami sangat antusias terhadap pemerintah yang mengupayakan kebugaran kembali situs wadu pa’a, kami melibatkan diri untuk memperbaiki dan melindungi cagar budaya situs Wadu Pa’a, karena Situs Wadu Pa’a merupakan bagian dari kami, sudah menjadi keharusan bersama untuk bertanggung jawab melindunginya dari kerusakan….”( Hasil wawancara penulis dengan Y tanggal 26 april 2015).

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara penulis dengan informan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa, mayarakat menganggap diri bahwa cagar budaya Situs Wadu Pa’a merupakan bagian dari mereka dan sudah menjadi keharusan bagi setiap generasi untuk melindunginya.

Dan berikut hasil wawancara penulis dengan pengunjung Situs Wadu Pa’a terkait perlindungan dan adanya partisipasi masyarakat melindungi cagar budaya Situs Wadu Pa’a mengatakan bahwa:

(53)

Hasil wawancara dengan pengunjung yaitu:

“….Sejauh ini saya kurang tahu tentang kerja sama masyarakat dengan pemerintah untuk melindungi cagar budaya situs Wadu Pa’a, akan tetapi di sana saya melihat drainase atau talut yang di buat di atas situs Wadu Pa’a, tapi baguslah kalau memang ada kerja sama yang terjalin oleh pemerintah dan masyarakat demi melindungi cagar budaya situs Wadu Pa’a….”( Hasil wawancara penulis dengan FR tanggal 26 april 2015).

Dari hasil observasi dan wawancara penulis dengan informan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pengunjung tidak terlalu tahu tentang kerja sama yang terjalin antara masyarakat dan pemerintah akan tetapi cukup bagus apa bila keduanya berkerja sama.

Hasil wawancara dengan pengunjung yaitu:

“….Perlu diketahuan pemerintah seharusnya melakukan perlindungan ekstra terhadap situs Wadu Pa’a, karena Wadu Pa’a bukan hanya tempat untuk berwisata, akan tetapi Situs Wadu Pa’a memliki nilai sejarah peninggalan masa lampau, ini bukti sejarah bahwa leluhur kita pernah mempercayai animisme dan dinamisme, maka dari itu kita harus menjaga bersama peninggalan bersejarah Situs Wadu Pa’a ini….”(Hasil wawancara penulis dengan K tanggal 26 april 2015).

Dari hasil wawancara penulis dengan informan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pengunjung meminta kepada pemerintah agar lebih memperhatikan dengan baik kondisi cagar budaya situs Wadu Pa’a.

Merangkum dari semua hasil wawancara penulis dengan informan di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa pernyataan pemerintah dalam hal ini Dinas Kebudayaan dan Pariwisata sesuai dengan kenyataan yang dapatkan penulis dari tokoh masyarakat dan pengunjung cagar budaya situs Wadu Pa’a, komunikasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dengan masyarakat sangatlah efektif. Akan tetapi masih banyak kekurangan yang di hadapi untuk mengupayakan perlindungan, maka dari itu Dinas Kebudayaan dan Pariwisata telah

(54)

mengupayakan komunikasi lanjutan terhadap pemerintahan pusat terkait perlindungan cagar budaya situs Wadu Pa’a. Dengan demikian pemerintah dalam hal ini Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bima telah menjalankan perannya dalam hal perlindungan cagar budaya situs Wadu Pa’a.

2. Pengembangan

Sebagian besar pemanfaatan cagar budaya di Indonesia adalah digunakan untuk kegiatan pariwisata, dan kegiatan pariwisata perlu pengembangan yang terus menerus agar memberikan manfaat bagi masyarakat. Wisatawan memegang peranan penting dalam mengembang kanpotensi kepariwisataan di suatu daerah, karena pengembang harus berpedoman kepada apa yang dicari oleh wisatawan.

Pengembangan pariwisata memerlukan pengelolaan yang dapat mengintegrasikan berbagai kepentingan.

Hasil Wawancara dengan Kabid Kebudayaan yaitu:

“….Sebagai pemerintah kami mengupayakan pengembangan secara kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana di tempat wisata situs Wadu Pa’a, karena selama ini penyediaan sarana dan prasara di Situs Wadu Pa’a ini belum memadai, masih terbatas fasilitas penting seperti penginapan, toilet, kamar ganti, tempat isterahat dan mushollah untuk pengunjung yang datang di situs Wadu Pa’a, karena di butuhkan sarana dan prasarana yang baik untuk menarik minat wisatawan untuk berkuncung ke cagar budaya situs Wadu Pa’a….”(Hasil wawancara penulis dengan K.H tanggal 13 april 2015).

Dari hasil wawancara penulis dengan informan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bima memiliki inovasi yang modern untuk mengembangkan sarana dan prasarana yang memadai demi menarik banyak pengunjung cagar budaya situs Wadu Pa’a.

(55)

Hal yang sama diungkapkan oleh Kabid Informasi Kebudayaan terkait masalah pengembangan pariwisata Situs Wadu Pa’a yaitu:

“….Ketika mau berpergian ke Situs Wadu Pa’a memang terkendala oleh jalan yang kurang baik, maka kami akan berkerja sama dengan dinas perkerjaan umum (PU) untuk membuat jalan menuju situs Wadu Pa’a, karena jalan adalah salah satu faktor pendukung yang memudahkan kita untuk berwisata, maka dari itu kami pihak pengelola harus memperhatikan apa yang di butuhkan dan yang di inginkan oleh pengunjung dalam hal ini kami harus memperhatikan akses jalan agar pengunjung tidak kesulitan untuk ke situs Wadu Pa’a….”(Hasil wawancara penulis dengan M.F tanggal 13 april 2015 ).

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara penulis dengan informan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa Dinas Kebudayaan dan Pariwisata telah berupaya untuk melakukan pengembangan mulai dari penyediaan fasilitas sarana dan prasarana sampai memperbaiki jalan guna memudahkan pengujung untuk pergi ke cagar budaya situs Wadu Pa’a.

Senada dengan pernyataan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata juru kunci cagar budaya Situs Wadu Pa’a juga mengeluarkan pendapat bahwa ada upaya yang dilakukan untuk memperbaiki sarana dan prasarana yang ada di sekitar Situs Wadu Pa’a seperti berikut yaitu:

Hasil wawancara juru kunci situs Wadu Pa’a

“….Selama saya berkerja di sini, saya selalu berupaya memperbaiki fasilitas yang rusak, seperti memperbaiki pagar, mengecat tembok, dan memperbaiki tempat untuk berteduh di sekitar situs Wadu Pa’a, saya juga selalu memberitahukan kepada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata kalau seandainya ada fasilitas yang rusak, baik itu karena ulah manusia atau karena termakan jaman karena mengalami pelapukan….”(Hasil wawancara penulis dengan S.J tanggal 25 april 2015).

Dari hasil wawancara penulis dengan informan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa sejauh ini juru kunci Situs Wadu Pa’a selalu mengkomunikasikan ke Dinas Kebudayaan dan Pariwisata kalau seandainya ada

Gambar

Tabel Daftar Nama Informan Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Pada Gambar 6a menunjukkan bahwa dalam simulasi ETAP nilai tegangan disisi sumber dari penyulang Cengkong Abang setelah dilakukan rekonfigurasi dengan penyulang

Sehingga selain koperasi yang memiliki peredaran bruto tidak tertentu, berdasarkan ketentuan tersebut maka koperasi yang memiliki peredaran bruto tertentu namun memilih untuk

Alasannya penelitian ini dilakukan di Desa Tanjung Kecamatan Koto Kampar Hulu karena wilayah di Desa ini merupakan daerah yang kurang pesat perkembangannya di

18 Abdul Rahman Shaleh, Op.. Suatu objek atau sasaran menimbulkan stimulus, selanjutnya stimulus terasebut ditangkap oleh alat indera. Proses ini berlansung secara alami dan

Melalui kegiatan presentasi kelompok, siswa dapat mengkomunikasikan hasil diskusi tentang sikap kebersamaan dalam perbedaan kegemaran di rumah dengan percaya diri..

Berdasarkan uraian tersebut kita dapat mengambil suatu kesimpulan bahwa agama adalah ajaran yang berasal dari Tuhan atau hasil renungan manusia yang terkandung dalam

Selektivitas resin penukar ion akan menentukan dapat atau tidaknya suatu ion dipisahkan dalam suatu resin penukar ion akan menentukan dapat atau tidaknya suatu ion

Oleh karena itu siswa-siswi TK Dharmawanita Persatuan Terung Kulon Krian, dan anak-anak remaja tersebut adalah anggota Karang Taruna Perumahan MCA, RW 5 desa Boro