• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

C. Faktor-Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Mengelola

2. Faktor Penghambat

a. Fasilitas sarana dan prasarana yang kurang memadai

Secara kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana di tempat wisata Situs Wadu Pa’a belum memadai, masih terbatas fasilitas penting seperti penginapan, toilet, kamar ganti, tempat istirahat, toko dan mushollah. Sebagaimana yang di katakan oleh kabid informasi kebudayaan berikut:

“….Seharusnya di setiap tempat wisata memiliki sarana dan prasarana yang memadai, memang dulu kami sudah membangun tempat isterahat,WC dan keperluan pengunjung cagar budaya Situs Wadu Pa’a akan tetapi kurangnya kesadaran pengunjung untuk merawat dan menjaga sarana dan prasara yang kami sediakan, sarana dan prasarana yang ada di cagar budaya Situs Wadu Pa’a kini sudah hancur oleh tangan jahil pengunjung, maka kami akan mengusahakan perbikannya lagi agar pengunjung merasa nyaman…” (Hasil wawancara penulis dengan M.F tanggal 13 april 2015).

Berdasarkan hasil pernyataan informan di atas maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa dulu ada sarana dan prasarana yang di sediakan oleh dinas kebudayaan dan pariwisata, akan tetapi kurangnya kesadaran pengunjung untuk merawat sarana dan prasarana yang di sediakan sehingga sarana dan prasarana kini telah rusak.

Senada yang di katakan juru kunci cagar budaya berikut ini:

“….dulunya di sekitar cagar budaya banyak tempat-tempat yang di sedeiakan untuk pengunjung untuk beristerahat, akan tetapi kurangnnya perawatan masyarakat untuk menjaga sarana dan prasarana sehingga

sarana dan prasarana di sekitar cagar budaya kini telah rusak parah…”

(Hasil wawancara penulis dengan S.J tanggal 25 april 2015).

Dari hasil wawancara informan di atas maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa sarana dan prasarana yang di sediakan tidak terawat dengan baik oleh pengunjung sehingga sarana dan prasarana kini telah mengalami kerusakan.

Begitupun yang di katakana oleh pengunjung di bawah ini terkait sarana dan prasana sebagai berikut:

“….kami sebagai pengunjung hanya menikamti saja pemandangan alamnya tampa melihat sarana dan prasara yang di sediakan untuk kami, selagi di sekitar tempat cagar budaya aman bagi kami maka kamipun akan merasa nyaman…” (Hasil wawancara penulis dengan F.R tanggal 26 april 2015).

Dari hasil observasi dan wawancara informan di atas maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa pengunjung hanya menikmati pemandangan alam tampa memikirkan sarana dan prasarana yang di sediakan untuk mereka.

b. Sistem promosi yang kurang baik

Saat ini tempat wisata Situs Wadu Pa’a belum terlalu banyak yang tahu, karena promisi untuk wisata Situs Wadu Pa’a kurang baik, tidak ada situs resmi dari pemerintah atau pengelolaan atau sabagainya. Sebagaimana yang dikatakan oleh Kabid Kebudayaan berikut:

“….Kami membenarkan bahwa masih banyak yang kurang tahu letak keberadaan cagar budaya situs wadu Pa’a, kami selaku pihak pemerintah yang bergerak di bidang kebudayaan dan pariwisata baru-baru ini mempromosikan tempat wisata yang ada di Kabupaten Bima, kebetulan sekarang masih momen tambora menyapa dunia, pastinya pihak-pihak pemerintah akan hadir di acara tambora menyapa dunia ini dan di sinilah kami akan memanfaatkan waktu untuk mempromosikan tempat wisata yang ada di Kabupaten Bima termaksud cagar budaya situs wadu Pa’a….”

(Hasil wawancara penulis dengan K.H tanggal 13 april 2015).

Berdasarkan hasil pernyataan informan di atas maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa sistem informasi dan promosi Situs Wadu Pa’a masih kurang,sehingga masih banyak yang kurang tahu keberadaan situs Wadu Pa’a. Maka dari itu, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata baru-baru ini mempromosikan tempat wisata cagar budaya Situs Wadu Pa’a agar banyak wisatawan yang mau berkunjung ke situs Wadu Pa’a.

Senada dengan Kabid Informasi Kebudayaan menyatakan bahwa:

“….di perlukan informasi untuk mengekspos sesuatu tempat, maka kami akui memang sistem informasi yang kami buat sangatlah lemah untuk mempublikasikan tempat wisata cagar budaya situs Wadu Pa’a, maka kami akan mengupayakan memplikasikan dan mempromosikan cagar budaya Situs Wadu Pa’a dunia maya atau internet….” (Hasil wawancara penulis dengan M.F tanggal 13 april 2015).

Dari hasil wawancara informan di atas maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa sejauh ini sistem informasi belum sepenuhnnya di buat oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, akan tetapi ke depannya ada inisiatif untuk meningkatkan sistem informasi dan promosi.

Dan begitu pula yang di katakana oleh pengunjung wisata berikut ini:

“….Memang masih belum terlalu banyak yang tahu letak cagar budaya situs Wadu Pa’a, itu dikarenakan kurangnya sitem inforomasi dan komunikasi untuk mempublikasikan wisata cagar budaya tersebut, maka dari itu di perlukan pengembangan informasi agar Situs Wadu Pa’a bisa di tahu oleh masyarakat luas….” (Hasil wawancara penulis dengan F.R tanggal 26 april 2015).

Dari hasil observasi dan wawancara penulis dengan informan di atas maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa diperlukan sistem informasi dan komunikasi untuk mempublikasikan agar masyarakat luas bisa tahu letak dan posisi cagar budaya situs Wadu Pa’a

Merangkum dari semua hasil wawancara penulis bahwa pengelolaan cagar budaya Situs Wadu Pa’a masih kurang baik walaupun keadaan Situs Wadu Pa’a masih terbilang alami tapi harus ada faktor pendukung agar Situs Wadu Pa’a kedepannya lebih baik lagi dengan mengembangkan sistem informasi dan komunikasi untuk mempromosikan Situs Wadu Pa’a agar dapat menarik pengunjung lebih banyak lagi.

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai peran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dalam mengelola cara budaya Situs Wadu Pa’a di Kecamatan Soromandi Kabupaten Bima, maka dapat di simpulkan sebagai berikut:

1. Peran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dalam mengelola cagar budaya Situs Wadu Pa’a di Kecamatan Soromandi Kabupaten Bima adalah a. Perlindungan berupa pembuatan talut atau drainase di sekitar cagar budaya Situs Wadu Pa’a dengan dana yang terbatas b. Pengembangan yaitu peningkatan fasilitas sarana dan prasarana wisata cagar budaya Situs Wadu Pa’a c. Pemanfaatan adanya peluang terbuka yang di berikan ke masyarakat untuk berpartisipasi mematok tarif masuk dan menyediakan tempat parkir.

2. Faktor pendukung yaitu a.Lingkungan sekitar Situs Wadu Pa’a yang baik yaitu Situs Wadu Pa’a memiliki lingkungan yang cukup asri dan nyaman, berangin sejuk, udaranya segar belum terjamah polusi, tidak terganggun kebisingan kendaraan yang berlalu-lalang. b.Sikap masyarakat di sekitar, Hal ini paling penting dalam setiap tempat wisata, dikarenakan apa bila disekitar tempat wisata masyarakatnya ramah dan baik maka akan makin banyak pengunjung yang berninat untuk datang ke situs wadu Pa’a, sebaliknya apa bila masyarakat tidak ramah dan tidak baik maka wistawan tidak akan betah dan tidak akan nyaman.

57

3. Faktor Penghambat yaitu a. Fasilitas sarana dan prasarana yang kurang memadai seperti penginapan, toilet, kamar ganti, tempat isterahat, toko dan mushollah . Sistem promosi yang kurang baik, Saat ini tempat wisata Situs Wadu Pa’a belum terlalu banyak yang tahu, karena promisi untuk wisata Situs Wadu Pa’a kurang baik, tidak ada situs resmi dari pemerintah atau pengelolaan atau sabagainya.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas dan menganalisa hasil pembahasan pada bab sebelumnya, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut :

1. Pemerintah dalam hal ini pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dalam melaksanakan pengelolaan cagar budaya Situs Wadu Pa’a harus sungguh-sungguh melaksanakan tugas yang telah menjadi tanggung jawabnya dalam melakukan perlindungan terhadap cagar budaya situs wadu Pa’a.

2. Diperlukan kerja nyata dengan melakukan kordinasi dan komunikasi dengan dinas-dinas yang lain untuk mengadakan sarana dan prasarana fasilitas pendukung untuk mengembangkan pariwisata cagar budaya situs wadu Pa’a.

3. Di perlukan pelatihan khusus bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam melindung, mengembangkan, dan memanfaat cagar budaya Situs Wadu Pa’a dengan aturan dan jaminan keamanan bagi pengunjung.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurachman, Idris, 1998. Visions For Global Toursm Industri – creating and Sustaining Compertitive Strategies. Bandung: Rajawali Press

Adisasmita, Raharjo., 2011. Manajemen peerintahan daerah, Yogyakarta: Graha ilmu.

David, Fred R. 2004., Manajemen Strategi : Konsep. Jakarta : PT. Indeks.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan., 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta Balai: Pustaka.

Hamdin, Muclis., 2002. Bunga Rampai Pemerintahan, Watampone: Yarsi.

Hamiseno, Winarno, 1978. Dasar Pengelolaan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Harahap, dkk., 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Bandung:Balai Pustaka.

Kencana, Inu., 2002. Sistem pemerintahan Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta.

---, 2005. Manajemen Ilmu Pemerintaha, Bandung: Refika Aditama.

Koentjaraningrat.,1990. Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta: Rienika Cipta.

Lalobo, Muhadam., 2011. Memahami Ilmu Pemerintahan, Jakarta: Rajawali Pers.

Noor, Juliansyah., 2012. Metodologi Penelitian, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Meloeng, Lexy., 2012. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Pendit, Nyoman. 2006. Ilmu Pariwisata, Bandung: PT Pradnya Paramita.

Putra, Ade,dkk., 2014. Korelasi Kebudayaan dan Pendidikan: Membangun Pendidikan Berbasism Budaya Lokal, Jakarta:Yayasan Pustaka Obor Indonesia Anggota IKAPI DKI.

Rahman, 2014. Kemitraan Pemerintah Daerah Dengan Kelompok Masyarakat Dalam Pengawasan Mangrove, Universitas Muhammadiyah Makassar.

Rohanita, Pesta., 2014. Peran Pemerintah Kota Tanjung Pinang Dalam Pengolaan Kebudayaan, Skripsi Serjana, Fakultas Sospol Universitas Maritim Raja Ali Haji: Tanjungpinang

67

Sedarmayanti., 2014. Membangun dan Mengembangkan Kebudayaan dan Industri Pariwisata (Bunga Rampai Tulisan Pariwisata), Bandung: PT Refika Aditama.

Soerjono, Soekanto., 1993. Kamus Sosiologi, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Soewarno. 2003. Ekonomi Pariwisata, Sejarah Dan Pengelolaannya. Yogyakarta:

Kanisius

Terry, 2000. Manajemen Pembangunan Di Indonesia. Jakarta. GMUP

Rokhim, Wahid, Wahid., 2014. Peran Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Pemuda Dan Olah Raga Kabupaten Kulon Progo Dalam Melestarikan Cagar Budaya, Skripsi Serjana, Fakultas Sya’riah Dan Hukum Universitas Negeri Sultan Kalijaga:Yogyakarta.

Wardoyo, 1980. Prinsip Manajemen. Jakarta. PT Pradnya Paramita

Yoeti. Oka A. 1995. Tours and travel management. Jakarata PT Prandnya Paramita

Dokomen :

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1945 Tentang Pemerintah Memajukan Kebudayaan Nasional.

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Benda Cagar Budaya Internet :

Khotimah, Khusnul. Selayang Pandang Kabupaten Bima. Online.

https://pesonawisatabima.wordpress.com. Di akses tanggal 13 April 2015.

NO Nama Inisial Umur Jabatan/Pekerjaan Ket

1 M. Firdaus S.Pd. M.Pd MF 50 Kabid Informasi

Kebudayaan 13 April

2015

2 Khusnul Hatimah SE KH 30 Kabid Kebudayaan 13 April 2015

3 Sirajudin S.Pd SJ 41 Juru Kunci Wadu

Pa’a 25 April

2015

4 Talib T 50 Masyarakat 26 April

2015

5 Yakub M.Saleh Y 60 Masyarakat 26 April

2015

6 Sarifuddin S 34 Masyarakat 26 April

2015

7 Khairunisyah K 28 Pengunjung 26 April

2015

8 Ansyarullah A 25 Pengunjung 26 April

2015

9 Fahrul Rajif FR 22 Pengunjung 26 April

2015

Gambar A

Gambar B

Gambar C

kabupaten Bima pada tanggal 02 Januari 1992, anak terakhir dari delapan bersaudara, buah hati dari pasangan Abdul Rahim dan Nurmi

Penulis masuk pada jenjang pendidikan pertama di Sekolah Dasar Negeri Sarita dan selesai pada tahun 2004. Kemudian melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Bajo dan selesai pada tahun 2007.

selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Soromandi dan selesai pada tahun 2010. Dan pada tahun 2011 memperoleh kesempatan untuk melanjutkan pendidikan Strata Satu (S1) Ilmu Pemerintahan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Muhammadiyah Makassar pada tahun 2015.

Dokumen terkait