• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fokus Sumber Daya Manusia

Dalam dokumen rpjpd ngawi 2005 2025 (Halaman 60-73)

PPLS 08 GREMAKERTASUSILA 09 + NON GREMAKERTASUSILA '10

8. Urusan Transmigrasi

2.4. ASPEK DAYA SAING DAERAH

2.4.4. Fokus Sumber Daya Manusia

Fokus Sumber Daya Manusia diukur dengan IKK : Rasio Ketergantungan, dan rasio lulusan S-1,S-2, dan S-3 terhadap total penduduk.

Tabel 2.55

Fokus sumberdaya Manusia

No Indikator TAHUN

2007 2008 2009 2010 2011

1 Rasio Ketergantungan 48,3 48,3 48,3 47,44 47,44

2 Rasio lulusan S-1,S-2 dan S-3

terhadap total penduduk 29,5 29,5 29,5 164,3 164,1

Hasil analisis gambaran umum kondisi daerah Kabupaten Ngawi terkait dengan capaian kinerja penyelenggaraan urusan pemerintahan dapat dirangkum dalam tabel 2.56 sebagai berikut :

R P J P D K a b . N g a w i T a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5 B A B I I - 4 4

Tabel 2.52

Hasil Analisis Gambaran Umum Kondisi Daerah Terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah

R P J P D K a b . N g a w i T a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5 B A B I I I - 1

BAB III

ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS 3.1. PERMASALAHAN PEMBANGUNAN DAERAH

Permasalahan pembangunan daerah merupakan “gap expectation” antara kinerja

pembangunan yang dicapai saat ini dengan yang direncanakan serta antara apa yang ingin dicapai dimasa datang dengan kondisi riil saat perencanaan sedang dibuat. Permasalahan pembanguan diperoleh dari hasil analisis gambaran umum daerah dan analisis capaian kinerja daerah.

Potensi permasalahan pembangunan daerah pada umumnya timbul dari kekuatan yang belum didayagunakan secara optimal dan kelemahan yang tidak diatasi untuk menggapai peluang dan meminimalisasi hambatan. Untuk mengefektifkan sistem perencanaan pembangunan daerah dan bagaimana visi/misi daerah dibuat dengan sebaik-baiknya, dibutuhkan pengetahuan yang mendalam tentang kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan yang dihadapi.

Tujuan dari perumusan permasalahan pembangunan daerah adalah untuk mengidentifikasi berbagai faktor yang mempengaruhi keberhasilan/kegagalan kinerja pembangunan daerah dimasa lalu, khususnya yang berhubungan dengan kemampuan manajemen pemerintahan dalam memberdayakan kewenangan yang dimilikinya. Selanjutnya, identifikasi permasalahan pembangunan dilakukan terhadap seluruh bidang urusan penyelenggaraan pemerintahan daerah secara terpisah atau sekaligus terhadap beberapa urusan. Hal ini bertujuan agar dapat dipetakan berbagai permasalahan yang terkait dengan urusan yang menjadi kewenangan dan tanggungjawab penyelenggaraan pemerintahan daerah.

Tidak semua permasalahan tiap urusan dijadikan sasaran pokok selama 20 (dua puluh) tahun ke depan, mengingat keterbatasan pendanaan, isu strategis yang muncul, fokus kepada agenda paling strategis, dan hubungannya dengan agenda-agenda pembangunan yang telah berhasil dicapai di periode sebelumnya. Dengan pendekatan manajemen strategis, permasalahan pada urusan atau gabungan urusan yang akan dijadikan sebagai dasar penentuan sasaran pokok adalah permasalahan-permasalahan yang memiliki dampak paling tinggi terhadap pembangunan dan kriteria-kriteria lain yang sesuai peraturan perundang-undangan.

R P J P D K a b . N g a w i T a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5 B A B I I I - 2

Untuk mendapatkan gambaran awal bagaimana permasalahan daerah dipecahkan, tiap-tiap permasalahan juga diidentifikasi faktor-faktor penentu keberhasilannya dimasa datang. Faktor-faktor penentu keberhasilan adalah faktor kritis, hasil kinerja, dan faktor-faktor lainnya yang memiliki daya ungkit yang tinggi dalam memecahkan permasalahan pembangunan atau dalam mewujudkan keberhasilan penyelenggaraan urusan pemerintahan.

Kecenderungan dinamika perubahan kondisi geografis morfologis karena semakin pesatnya akselerasi pembangunan wilayah mereduksi standar lingkungan yang sehat dan disisi lain tenaga kerja profesional cenderung meningkat dan tidak sebanding dengan kebutuhan pembangunan/industri dan terbatasnya kemampuan pemerintah daerah untuk konsisten dalam penerapan tata ruang wilayah.

Kualitas pembangunan manusia yang rendah seperti ditunjukkan posisi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Ngawi menunjukkan gambaran beban yang semakin berat dalam menghadapi persaingan global. Dari komposisi demografi Kabupaten Ngawi sudah merasakan dampak lain dari menigkatnya mutu kesehatan dalam bentuk menurunnya kematian bayi dan balita dibarengi dengan meningkatnya tingkat harapan hidup. Meski angka pengangguran terbuka relatif rendah akan tetapi terdapat kecenderungan untuk meningkat terutama akibat dampak krisis moneter dan perubahan harga-harga yang terjadi dalam tiga tahun terkhir yang mengakibatkan korporasi perlu mengkalkulasi ulang struktur biaya produksi perusahaan.

Pada aspek pendidikan, indikator melek huruf, serta capaian tingkat pendidikan di Kabupaten Ngawi juga masih memerlukan optimalisasi. Hal ini harus segera ditingkatkan secara konsisten karena arah Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Ngawi Tahun 2005-2025 menyangkut mutu SDM yang penting dalam menjalankan pembangunan. Sementara penyediaan lapangan kerja untuk klasifikasi lulusan pendidikan tinggi masih perlu ditingkatkan. Fakta menunjukkan bahwa tingkat pengeluaran riil perkapita untuk Kabupaten Ngawi nilainya masih rendah, sehingga menggambarkan bahwa tingkat hidup masyarakat Kabupaten Ngawi masih belum jauh dari tingkat kemiskinan.

R P J P D K a b . N g a w i T a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5 B A B I I I - 3

Kemampuan teknis, skill, teknologi dan profesionalitas yang masih rendah dimiliki oleh daerah menyebabkannya tidak mudah untuk mengontrol, merencanakan dan mengawasi secara optimal seluruh kegiatan eksporasi dan eksploitasi sumber daya alam sehingga terjadi berbagai aktifitas illegal di lapangan kehutananan, pertambangan dan perikanan.

Ketersediaan data dan informasi serta mutu perangkat teknologi informasinya yang masih ketinggalan menyebabkan sulitnya mengidentifikasi SDA yang dimiliki. Dampaknya adalah setiap kebijakan dan tindakan menjadi selalu terlambat. Walaupun pendapatan perkapita terlihat terus meningkat serta tingkat pengangguran terbuka cenderung terus menurun, namun terdapat kecenderungan penyerapan tenaga kerja yang sangat lambat, sementara angkatan kerja pada periode yang sama tumbuh dengan pesat. Gairah sektor industri terindikasikan menurun yang terlihat dari menurunnya jumlah unit industri serta lambatnya pertumbuhan produksi.

Belum terbentuknya kawasan sentra industri dan perdagangan yang berbasis sumber daya dan kearifan lokal yang mampu bersaing di tataran regional, nasional, bahkan global. Perkembangan koperasi disemua sektor ekonomi pun terlihat semakin menurun. Hal ini dapat menjadi gambaran pola perkembangan kegiatan ekonomi masyarakat dalam bentuk UKM yang juga cenderung menurun. Padahal perkembangan UKM sebagai sarana otomatis pemerataan distribusi aset dan kesejahteraan bagi rakyat. Masih lemahnya struktur dan kapasitas kelembagaan ekonomi masyarakat sehingga motivasi kewirausahaan dan tingkat partisipasi dalam gerak roda perekonomian sangat rendah.

Sektor pertanian diharapkan berperan besar namun produksi dan penyerapan terhadap tenaga kerjanya tumbuh lambat. Lambatnya perkembangan sektor pertanian dan UKM yang terdesak sektor industri membawa dampak pada lambatnya penyerapan tenaga kerja. Perlambatan ini juga mempengaruhi tingkat perekonomian masyarakat. Jumlah penduduk miskin relatif masih tinggi dan perkembangannya cukup fluktuatif. Penurunan serupa juga dialami pada besarnya Dana Perimbangan dibanding periode sebelumnya. Belum mapannya sarana-prasarana perekonomian bagi setiap kegiatan ekonomi baik produksi, distribusi maupun konsumsi yang dapat menjamin terselenggaranya mobilitas yang cepat, lancar, layak dan optimal.

R P J P D K a b . N g a w i T a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5 B A B I I I - 4

Penggunaan batubara sebagai bahan bakar alternatif setelah minyak bumi perlu dipikirkan agar pengelolaannya jangan membahayakan masa depan dan hasilnya benar-benar dapat dinikmati oleh masyarakat.

Data perkembangan keperluan dan penyediaan benih di Kabupaten Ngawi menunjukkan bahwa persediaan benih yang ada di Kabupaten Ngawi masih belum mencukupi, sehingga untuk mencukupinya masih sangat tergantung dari luar.

Penggunaan Varietas Unggul dan benih bersertifikat masih terbatas. Hal ini disebabkan rendahnya pemahaman petani mengenai pentingnya benih bersertifikat. Penggunaan pupuk oleh petani belum memperhatikan tepat waktu, tepat dosis, dan tepat jenis.

Pada tanaman pangan, kehilangan hasil dalam menangani pasca panen masih cukup tinggi dari produksi yang dihasilkan. Hal ini antara lain disebabkan oleh terbatasnya kemampuan petani dalam penyediaan alat pasca panen sendiri. Organisme pengganggu tanaman (OPT), kekeringan dan kebanjiran juga merupakan salah satu penyebab kehilangan hasil. Hal ini disebabkan karena masih terbatasnya sarana-prasarana dan akses petani bagi pengembangan sektor pertanian daerah, misalnya lantai jemur, gudang penyimpanan, kios saprodi, jalan usahatani, peralatan, mesin-mesin pertanian, dan sumber pembiayaan, serta masih rendahnya kuantitas dan kualitas petugas/aparat dalam mendukung program pembangunan pertanian, seperti masih kurangnya tenaga penyuluh yang berperan penting bagi keberhasilan sektor pertanian.

Pertumbuhan dan perkembangan suatu wilayah dilatarbelakangi oleh berbagai aspek kehidupan seperti perkembangan penduduk, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, dinamika kegiatan ekonomi, perkembangan/perluasan jaringan komunikasi-transportasi dan sebagainya. Faktor-faktor tersebut akan membawa perubahan terhadap bentuk keruangan di wilayah yang bersangkutan, baik secara fisik maupun non fisik, sebagai wadah kegiatan manusia di dalamnya.

Perkembangan penduduk di Kabupaten Ngawi mulai dari tahun 2003-2007 menunjukkan peningkatan dengan pertambahan rata-rata mencapai 3.393 jiwa setiap tahunnya, berdasarkan tren perkembangan penduduk akan terus meningkat dari tahun ke tahun. Pertambahan penduduk tersebut akan membawa pengaruh terhadap ketersediaan ruang dan perkembangan fisik wilayah.

R P J P D K a b . N g a w i T a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5 B A B I I I - 5

Perkembangan fisik wilayah merupakan wujud dari implementasi dari Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Ngawi yang sudah ditetapkan dalam Perda No 10 Tahun 2011 tentang RTRW Kab. Ngawi Tahun 2010-2030. Dimana didalam RTRW tersebut memuat rencana perkembangan fisik wilayah yang merupakan hasil dari pengkajian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi baik faktor internal maupun eksternal yang dijabarkan dalam rencana struktur dan pola ruang.

Dominasi fungsi kawasan adalah pertanian dengan penetapan luas lahan pertanian pangan berkelanjutan seluas 41.523 ha dengan 47,15% penduduk merupakan petani, maka potensi terbesar Kabupaten Ngawi adalah pada aspek pertanian, terutama pertanian tanaman pangan. Berdasarkan hal tersebut maka tujuan penyelenggaraan penataan ruang yang teruang dan RTRW Kabupaten Ngawi adalah Terwujudnya ruang wilayah Kabupaten Ngawi sebagai lumbung pertanian Jawa – Bali yang didukung oleh industri dan perdagangan.

 Rencana Struktur Ruang Wilayah

Perkembangan struktur ruang wilayah Kabupaten Ngawi dirinci dalam hirarki pelayanan perkotaan dan jaringan prasarana wilayah. Penetapan sistem perkotaan di Kabupaten Ngawi memiliki pola yang cukup kompleks karena wilayah Kabupaten Ngawi saling berkaitan dan pengembangan perkotaan ibukota kecamatan yang berkaitan dengan pusat perdesaan.

Kajian terhadap sistem struktur perkotaan ini meliputi : rencana sistem perkotaan, rencana fungsi perkotaan, dan pengembangan fasilitas kawasan perkotaan. Struktur ini akan menggambarkan keterkaitan antar kawasan perkotaan dan perkotaan dengan perdesaan secara keseluruhan.

Adapun Rencana Hierarki Sistem Perkotaan di Kabupaten Ngawi adalah sebagai berikut:

 Penetapan PKL adalah Perkotaan Ngawi;

 Penetapan PKLp adalah Perkotaan Karangjati, Widodaren dan Ngrambe; serta

 Penetapan PPK adalah ibukota kecamatan di Kabupaten Ngawi lain yang tidak termasuk diatas, antara lain Kecamatan Karanganyar, Pitu, Kresman, Bringin, Padas, Pangkur, Kwadungan, Geneng, Gerih, Kendal, Jogorogo, Sine, Kedunggalar, Mantingan.

R P J P D K a b . N g a w i T a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5 B A B I I I - 6  penetapan PPL adalah masing-masing pusat desa

Setiap kawasan perkotaan akan memiliki jangkauan pelayanan tertentu sesuai dengan sistem perkotaan masing-masing.

Tabel 3.1 Fungsi Kawasan

Perkotaan Kecamatan

dan PPK Fungsi Kawasan

Luas Wilayah

(km2)

Karangjati (PKLp)

Karangjati Pusat Perindustrian kecil dan menengah, Pertanian

240.4 Padas Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Pariwisata

Bringin Perikanan Darat, Perindustrian Pangkur Pertanian, Peternakan

Kasreman Pertanian, Peternakan

Ngawi (PKL)

Ngawi Pemerintahan, Pendidikan, Pusat dan Distribusi hasil Perindustrian, Pariwisata

289.04 Geneng Peternakan, Perikanan, Pertambangan

Paron Pendidikan, Pertanian, Peternakan, Perikanan, Perindustrian

Kwadungan Perikanan

Gerih Peternakan

Widodaren (PKLp)

Widodaren Peternakan, Perindustrian

289.04 Kedunggalar Pendidikan, Pertanian, Perikanan, Pariwisata

Pitu Produksi Pertambangan, Peternakan Mantingan Perhubungan, Pariwisata, Industri,

Pergudangan

Karangayar Perhubungan, Perkebunan, Perikanan, Peternakan

Ngrambe (PKLp)

Ngrambe

Pemasaran hasil Pertanian Perkebunan, Peternakan Perindustrian, dan sebagai Perhubungan

288.11 Jogorogo Produksi Pertanian dan Perkebunan,

Perhubungan

Kendal Perkebunan, Peternakan, Pertambangan, Pariwisata

R P J P D K a b . N g a w i T a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5 B A B I I I - 7

Perkembangan kawasan sangat dipengaruhi oleh sistem jaringan prasarana wilayah, dimana sistem jaringan prasarana wilayah merupakan koneksi antara supply dan dimand, antara produsen dan konsumen, antara kawasan produksi dan pemasaran, juga penghubung jaringan komunikasi dan teknologi informasi dalam rangka menunjang pertumbuhan dan perkembangan wilayah.

Guna menata perkembangan perkotaan Ngawi sebagai Pusat Kegiatan Lokal dan pusat pelayanan kabupaten perlu pengembangan sisten jaringan jalan yang produktif yaitu dengan pembangunan jalan lingkar (ringroad) yang meliputi ringroad selatan dan utara. Disamping itu Kabupaten Ngawi termasuk dalam pengembangan jaringan jalan bebas hambatan atau jalan tol dengan ruas Solo – Mantingan - Ngawi dan Ngawi – Kertosono.

 Rencana Pola Ruang

Rencana pola ruang wilayah terbagi dalam kawasan lindung dan budidaya dengan membagi peran berdasarkan potensi, daya dukung dan daya tampung alam serta menunjang perkembangan kawasan strategis kabupaten.

Pengembangan kawasan strategis kabupaten meliputi pengembangan kawasan strategis ekonomi berupa kawasan agropolitan Ngrambe yang meliputi kawasan NENGKENEBEJO (Geneng - Kendal – Sine – Ngrambe – Jogorogo) dengan mengembangkan potensi kawasan terutama sektor pertanian dan pariwisata.

Disamping itu juga dikembangankan kawasan strategis sosial budaya dengan pengembangan kawasan JATIPANGAWITAN (Karangjati – Padas – Ngawi –

Mantingan) dengan pengembangan sektor pariwisata dan perdagangan/jasa.

Dijinjau dari perkembangan regional, posisi Kabupaten Ngawi juga merupakan kawasan perbatasan Jawa Timur dan Jawa Tengah yang tergabung dalam pengembangan kawasan KAWISMAPAWIROGO (Karanganyar – Wonogiri –

Sragen – Magetan – Pacitan - Ngawi – Ponorogo).

Perumusan permasalahan pembangunan pada tiap penyelenggaraan urusan pemerintah daerah dilakukan dengan memperhatikan capaian indikator kinerja pembangunan tiap penyelenggaraan urusan pemerintah guna mendapatkan rumusan permasalahan pada masing-masing urusan tersebut, berikut permasalahan pembangunan daerah di Kabupaten Ngawi :

R P J P D K a b . N g a w i T a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5 B A B I I I - 8

Dalam dokumen rpjpd ngawi 2005 2025 (Halaman 60-73)