• Tidak ada hasil yang ditemukan

Forgive Itu Ada Kata GIVE di

MINDSET

03

P

anama papers menjadi hal baru bagi banyak masyarakat. Ini pembelajaran yang menarik. Satu bangsa di “edukasi” . bagi saya ini merupakan berkah. Bahwa kalau bangsa Indonesia terus di beri pelajaran seperti ini, bangsa ini bisa menjadi bangsa besar.

Wacana menjadi meluas, Karena menurut saya kalau kita hanya berkutat di produksi, jualan, dalam skala mikro terus menerus Negara kita hanya berbasis “survival” hanya penyambung hidup dasar. Dan tanpa turun tangan pemerintah di sector UKM ini sulit juga sector mikro ini akan berkembang pesat dan menjadi besar. Dan catatan saya saat ini belum ada gerakan fundamental di level ini oleh pemerintah.

Selanjutnya, untuk meningkat menjadi bisnis menengah dan besar pengusaha mulai mendapatkan hal yang baru. Dari “you” corporation atau perusahaan berpusat kepada pendiri atau owner. Menjadi perpusat kepada system. Ini sulit . ego owner atau pemilik bermain.

Mempercayai orang diluar dirinya ngak gampang. Skala bisnis meningkat kemudian mulai melakukan pinjaman atau kemitraan dimana kepemilikan di bagi supaya struktur permodalan meningkat. Google dari perusahaan kecil menjadi besar sudah 8 kali melakukan “right issue”, alias 8 kali menyetoran modal dan menambahan mitra baru. Pemilik dan pendirinya mendadak memiliki saham minoritas.

Banyak pebisnis ngak bisa memandang hal ini. Lalu sampai lah pemanfaatan off shore banking.

Disini kacamata baru tercipta. Untuk apa sih sebenarnya off shore banking tersebut? Niatnya macem-macem, mulai dari menghindar pajak, menyimpan di tempat aman, lincahnya maneuver bisnis dengan cepat berpindah antar Negara, dan banyak lagi manfaatnya.

Ingat , 3 hal yang saya sebutkan tadi sebenarnya ada gegeduknya, yaitu swiss bank. 50% lebih uang “versi offshore” ini ya ada di swiss bank. Kenapa ngak di permasalahkan yang di swiss bank ini? Sebenarnya di permasalahkan juga hanya kita biasa kagetan dengan hal baru.

Lalu ada wacana akan membawa uang tersebut balik ketanah air. Dari lebih 50 ribu nama orang Indonesia diluar. Panama papers hanya 2000an, british virgin island, Labuan, swiss bank 20 kali lebih besar dari panama papers.

Yang penyelengara lakukan adalah dengan tax amnesty. Pemerintah mengusul DPR rapat, media meng ekspose. Sempurna!.

Saya bagaimana melihatnya?. Saya hanya geleng-gelang saja. Niat baik dengan insentif pengampuan pajak tersebut bagi saya tidak akan berhasil, ngak jalan. Apa lagi sekarang strategi pajak menggunakan cara repressive disinsentif seperti pajak kalau tidak di bayar akan di penjara, di sita asset dan hal yang menakutkan lainnya.

Ini menambah niat orang menjadi ke offshore, kirim uang keluar. Duit yang di indonesia hanya duit buat kebutuhan opex saja, operational expenditure saja.

Agar faham para sahabat saya beri ilustrasi , ketika 2 bulan lalu saya bertemu dengan pak gubernur Bali pak Mangku Pastika untuk proyek di nusa penida maka ada kalimat menarik dari dirinya.

Mas, saya izinkan bisnis di kerjakan di proyek anda. Tidak ada hal yang melanggar peraturan daerah dan aturan banjar yang mas langgar. Study 2 tahun dan perizinan sudah urut dikerjakan selama ini. Saya kalau memang sudah lengkap semua ya saya teken mas. Itu prosedur tapi boleh kah saya titip pesan yang ini mungkin bisa membuat saya tidak meneken izin nya mas kalau anda tidak turuti.

Mendengar kalimat itu di luncurkan saya langsung merubah posisi duduk saya, sedikit maju karena dalam hati saya, walah apa lagi nih!

Begini mas, saya ini jabatan kedua gubernur. Memperhatikan baru akhir-akhir ini. Bahwa pemilik bisnis di bali 70% bukan orang bali. Jadi keuntungan di tarik keluar bali. Hanya disisakan uang beredar di bali uang operational saja.

Ketika kalimat itu terucap saya faham maksudnya. Capex capital ekspediture di tarik keluar bali, yang di masukan hanya uang operasional.

Jadi kalau salas 1000, biaya opersional 50% seperti gajih, pembelian barang dan lain sebagainya maka uang depresiasi, income after tax lainya di bawa keluar bali. Ya karena pemiliknya bukan orang bali.

Beliau melanjutkan, bayangkan mas, aklau setengahnya saja balik ke bali lagi, maka dalam 10 tahun terakhir ini, saya jamin 5 tahun kedepan bisnis bali sama dengan Singapore!

Saya mengangguk setuju, dan kalimat lanjut darinya sudah saya duga, jadi mas, anda yang separuh bali ya saya minta uang yang di hasilkan di bali balik ke bali. Bagaimana? Saya ngak minta tertulis, saya minja janji oral saja. Saya teken segera izin nya.

Saya ngak panjang pikir, saya mengangguk dan menulurkan tangan saya di hadapanya. Saya janji pak, janji adat bali, pasti saya tetapi. Dia menjabat tangan saya dan menekan izin .

Itu kira-kira sama manfaat kalau uang offshore balik ketanah air. Sangat dahsyat pengaruhnya.

Tapi apakah pendekatan adat bisa dilakukan di skala nasional? Bangsa Indonesia ini bermartabat dan beradab. Janji adalah janji tapi di kalangan politikus dan pebisnis licik, janji tidak bisa di pegang. Mereka sangat ikut angin. Angina-anginan!. Penyelesaian secara adat hanya bisa buat mereka yang bermartabat. Bagi pejabat, Tuhan saja di langgar. Sumpah jabatan mereka itu “atas nama Allah”. Itu saja di lawan, apa lagi adat. Lupakan lah. Tapi orang yang taat adat, Tuhan pasti lebih di taati lagi. Jadi solusi apa yang bisa dilakukan untuk offshore kembali ketanah air? Di tunggu strategi pemerintahnya. # may peace be upon us

Lupakan lah. Tapi orang yang