• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ingat RASA Lupa NAMA…

MINDSET

03

M

endapat kenalan baru yang merupakan orang-orang politik adalah pengalaman baru bagi saya. selama berbisnis dan perjalanan hidup saya, politik adalah hal yang saya belum pernah jumpai, bahkan sekedar beririsan sedikit sekali.

Sehingga berbicara dengan 2 ketum partai di salah satu acara ulang tahun mitra usaha saya yang kebetukan dia orang partai minggu lalu adalah pengalaman baru.

Beberapa diskusi adalah tentang tax amnesty. Pengampunan pajak yang sekarang sedang di bahas oleh DPR, yang kebetulan juga hadir dalam lingkar meja makan saya banyak anggota dewan. Di bangku saya, saya menjadi pendengar yang baik, mendengar komentar saling saut sana sini.

Namun kesimpulan saya, ucapan mereka sama dengan apa yang ada di media social beredar. Mau itu pendapat individual masyarakat awam,atau pendapat pakar ekonomi yang makan sekolah, atau pendapat angota dewan plus para elit politisi sekalipun. Sisi pandang nya sama. Jika dana besar tersebut kalau masuk kembali ketanah air Indonesia kita akan di untungkan.

Kalau di otak saya sih tetap percaya satu hal, ngak bakalan masuk itu duit yang jumlahnya 3 kali jumlah uang di seluruh bank nasional di Indonesia. Mengapa mereka merasa bahwa dengan tax amesty itu duit datang dan balik lagi ke tanah air?

Dalam dunia psikologi, ada istilah kita harus pandai “ me-manage expectation” mengendalikan harapan. Tanpa kita memahami harapan dari pemegang uang maka tidak akan cara tax amnesty bisa jalan. Pengampunan pajak bisa efektif karena tidak semua orang yang meletakan uangnya di offshore adalah pengemplang pajak.

Kalau semua melihatnya alas an mereka adalah menghindari pajak maka hal ini akan membuat salah faham dalam “me-manage expection” .

Dalam diskusi tersebut, karena saya orangnya observer ya saya diam saja. Hanya mencatat dalam hati dan memperhatikan. Saya tahu diskusi akan menjadi datar karena, data sama, data dari media. Kemudian pemahaman

keilmuan juga ngak dalam banget, kebanyakan hanya pakai “common sense” logika dasar pikiran. Kalau pun mereka yang berilmu hanya ilmu akademik, text book kampus.

Jadi “muscle momory” sebenarnya tidak mereka miliki. Sahabat semua, mendadak saya menulis kata baru hari ini, “muscle memory” dan banyak yang tanya mungkin, mahluk apa lagi ini.

Saya jelaskan sederhana, seorang atlet, misalnya atlet lompat indah menara dalam kolam renang. Divers Itu telah mengulang setiap gerakan ribuan kali, hanya untuk sebuah “routine” selama 2 detik. Pengulangan gerak akan membuat setiap ototnya merekam gerakan tersebut dan di saat turnamen dia tidak berfikir. Semuanya otomatis.

Sama seperti kita yang suka membaca, maka data base otak kita banyak memorynya namun jika kita tidak pernah mengerjakan satu kalipun pelajaran yang di baca. Maka muscle memory kita tidak ada data sama sekali. Jangan harap semua pelajaran itu akan jalan. Keputusan anda sama saja sama rookie, seseroang yang baru memulainya.

Katakan anda membaca buku ekonomi, selama 6 tahun sehingga anda jadi doctor ilmu ekonomi. Disuruh pegang satu perusahaan, bubar itu perusahaan dalam hitungan bulan. Teori anda banyak, ide anda banyak, contoh anda banyak, namun muscle memory anda sedikit. Gerakan bisnis anda ya kaku , ya aneh, ya ngak lincah.

Muscle memory hanya ada di mereka yang “melakukan”, yang bergerak, namanya juga “muscle”, jaringan otot. Keputusan bisnis, keputusan sebuah tindakan itu “muscle movement”. Untuk menjadi memory harus di ulang ribuan kali dalam gerakan tindakan, bukan wacana di pikiran.

Jadi di sebuah diksusi saya kemarin, dimana lingkungannya yang tidak pernah buka rekening di offshore, tidak tahu beda “rekening atas nama” atau “rekening atas unjuk”. Tidak pernah melakukan mutasi antar offshore banking, belum pernah ke wilayah yang memiliki bank offshore tidak akan memiliki “muscle memory” akan hal tersebut dan tidak akan “understand” memamahi “story behind”nya.

Jujur, saya punya di rekening offshore banking tersebut, dan saya punya alas an berbeda bukan untuk mengemplang pajak. Namun untuk heritage warisan –legacy. Saya mendesign bagaimana harta di berbagai perusahaan saya di bagi adil para ahli waris tanpa mereka bisa perdebatan karena saya memberinya trust fund, bond dan “live account”, sebaiknya hal ini saya ceritakan khusus tidak didunia terbuka seperti di sosmed ini. Kita atur kesempatan, dan pastinya nanti di Bali ada sesi ini.

Kembali ketopik pembicaraan di acara ultah sahabat. Diskusi menjadi datar karena tidak ada hal baru sehingga ketika diberi kesempatan bicara ya saya samber.

Mohon maaf saya tidak percaya tax amnesty akan efektif, insentif seperti ini tidak efektif. Satu hal yang harus bapak-bapak ingat, meletakan uang di offshore bank itu bukan dosa. Sumber pendapatanyalah yang bisa dosa. Uang korupsi, uang drug cartel, uang darah (selundupan berlian, minyak, senjata), uang human trafficking, uang transaski antar Negara, dan banyak sumber uang panas lainya yang juga memanfaatkan offshore banking. Namun uang warisan, uang simpanan, menghindar pajak antar Negara hanya bagian dari strategi keuangan, yang ini yang saya katakan bukan dosa.

Tax amnesty akan hanya mendapatkan uang yang ini (yang bukan uang panas), kalau uang panas, jangan harap balik. Jadi me manage expectation program tax amnesty baru kena di sisi bukan uang panas.

Saya punya usul yang sekali dayung dua tiga pulau terlampaui. Saya jeda sebentar bicara mata saya menatap keliling, terlihat semua orang menunggu kalimat saya berikutnya. Dalam hati: lumayan juga nih si wowiek sontoloyo dapet panggung dan mau di dengar hehe

kalau uang panas, jangan harap