• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jangan Melihat Kondisi Seseorang

dari Keadaannya

Saat Ini, Karena

Semua Hanya

MINDSET

03

K

etika Warrior memenangkan games ke 5 di final NBA senin pagi, atau minggu malam waktu amerika. Saya tidak dapat untuk bisa menahan diri saya untuk tidak mengabari sahabat saya. Dia adalah sahabat saya selagi kuliah dulu. Karir nya hingga kini masih di dunia kampus. Namun sekarang dia sudah menjadi guru besar di NYU New York University.

Kami berdua adalah sahabat di kampus yang tidak terasa sudah 30 tahun perkenalan kami dan selama ini hubungan melalui telephon, sms, BBM, line masih berjalan.

Saya text dia tentang kemenangan klub basket bay area Golden State Warrior tersebut dengan perkataan, at last..our team only 1 step away from NBA championship ring. Don’t ever under estimated the power of looser!!!

Kami tahu sejak tahun 1977 klub favorit kami tidak pernah masuk final NBA boro-boro jadi juara. Bahkan kalau nonton langsung di stadion saja sepi. Namun kami berdua termasuk penggemar fanatic, jadi tetap saja kami menonton, walau peluang kalahnya besar.

“Being a looser” menjadi pecundang sekian lama rupanya sampai juga di titik dimana peluang juara tiba-tiba hadir. Kekompakan team di bawah stepan curry sekarang ini, bener-bener jaw droping, mengagumkan.

Tapi point saya menyapa professor Jhon Barg bukan hanya mengucapkan selamat, namun juga kekangenan saya kalau mengingat masa-masa ngak pernah mikir di kampus dulu. Keisengan dalam survey, banyaknya ciptaan-ciptaan kami dalam melakukan studi aplikasi psikologi itu yang saya kangeni, saat ini.

Maka walau sekarang dia sudah pindah kota ke New York dan jadi guru besar kampus ternama tersebut tetap saja saya bertanya, what’s up bro? what you’ve been up to? Ngapin aja? Dalam text message saya ke hape personalnya. Di Jakarta senin jam 10 malam, di NY jam 10 pagi senin pagi.

Maka ketika telephon gengam saya berdering dengan tulisan “call”..saya tahu ini long distance call.

Hei man..how are you doin? Maka basa basi chit chat di mulai. Dia bertanya kabar keluarga dan saya tidak menyia-nyiakan telefon jarak jauh tersebut dengan pertanyaan curiuos saya.

Hei Jhon, any new experiement that you made lately?

Well yea, you know what.. its very interesting reseach that we just did. Katanya memulai menjelaskan

Saya tahu dari pemilihan kata” just did” artinya sudah selesai dilakukan. You finish with the summary report jhon?

Pretty much done!! You know what we have been up to?

Well off course not?! Saya ketawa bagaimana saya tahu orang bicara sama dia saja terakhir 5 tahun yang lalu.

Tell you what, katanya lagi..you know why a lot of billionair living in silicon valley?living In bay area? Dia bertanya mengapa begitu banyak billionaire tinggal di silicon valley dan bay area. Bay area adalah wilayah teluk yang di apit masuk oleh golden gate bridge yang melingkupi area Okland, san fransisco, san mateo, san jose di mana silicon valley salah satunya dekat berada disana.

Prof Jhon Barg melanjutkan kalimatnya..google headoffice, apple head office, Tesla Elon Musk there, 60% venture capital & start up company is there and they are making billion and billion dollar. They are very creative in making a new things. They are the real GAME CHANGERS. Merekalah yang “merubah permainan” dunia.

Mendengar kalimat tersebut saya sedikit berfikir, iya juga ya..mengapa mereka ngumpul disana ya? Apa yang membuat mereka kreatif?

Well, frankly speaking..i don’t know jhon, saya menyerah ngak tahu jawabbnya apa.

Ok then, I tell you..after we do a lot of test and simulation, a lot of survey and reseach data. A lot of questionnaire that we gave to all people there the answer is….dia naruh jeda seperti hendak mengumumkan pemenang Oscar.

What?! I don’t understand..what tempareture has anything to do with money in silicon valley? Itu komentar reflect saya.

Yes true..it is the fact! Kata Jhon bukan menjawab pertanyaan saya malah menekankan kebenaran datanya.

Tell me like 5 grade student jhon!!

Dia menjelaskan teorinya, dalam ruangan bersuhu 22-23 derajat celcius ternyata otak manusia bekerja dengan maksimum dan sangat kreatif. Jika kondisi suhu lebih dingin di bawah 20 derajat suasana terlalu dingin akan menurunkan kretifitas dan produktifitas sampai 10-15%. Suhu di atas 26-30 derajat celcius demikian juga, akan menurunkan hingga 20% kreatifitas dan produktifitas.

Dan ternyata suhu di bay area, di silicon valley, di San Francisco itu stabil, 70% weather condition di bay area dalam 1 tahun bersuhu rata-rata 22-23 derajat celcius. Kerena itu mereka sangat kreatif dan produktif. Jhon menjelaskan beberapa studinya lagi namun pikiran saya keburu melayang kesana kemari berkisar di suhu 22 derajat tersebut.

Saya masih geleng-geleng kepala setengah tidak percaya namun saya tahu sekali Jhon kalau melakukan study datanya sangat valid, dia teliti sekali. Bahkan saya ingat dulu di kampus, hampir tiap minggu kami mengadakan survey, studi, research data. Cari responden buat sebarang test kami buat yangterkadang tidak ada hubungan nya dengan tugas kampus di bidang aplikasi psikologi ini.

Misalnya kami melakukan experiment yang dinamakan “spotlight effect”. Ini adalah sebuah experiement tentang pendapat orang akan diri nya sendiri yang sering berlebihan.

Dalam experiment tersebut kami menggunakan beberapa responden sukarelawan. Waktu itu kami suruh mereka menggunakan pakaian yang menurut mereka sendiri pakaian yang paling jelek buat mereka. Paling norak, salah costume di sebuah acara.

Lalu relawan tersebut kami suruh masuk dan mingle bergabung dengan para tamu yang kebetulan di kampus kala itu ada event. Setelah 30 menit hingga 1 jam, relawantersebut kami tanya satu persatu. Dari puluhan relawan kami tanyakan hal yang sama. “Berapa orang yang memperhatikan anda, dan melihat anda aneh.”.

Relawan menjawab 50%, ada yang 60%, ada yang 70% orang menatap mereka dan memandang diri mereka aneh. Jadi setelah di hitung rata-rata 58% menganggap mereka di lihat aneh oleh orang sekitar.

Setelah relawan selesai di tanya, maka kami bertanya pada mereka yang ada di event tersebut. Pertanyaanya..”apakah anda melihat orang yang berbaju aneh tadi? Yang warna kuning? Yang pakai kimono? Yang pakai rok tahun 70 an, yang pakai celana cut bray..dan banyak hal yang kami tanya sesuai dengan busana relawan”.

Hasilnya, responden memberi jawaban ke kami, hanya 15% saja yang memperhatikan atau melihat kejanggalan atau salah kostum atau keanehan tersebut dan “they don’t mind” dan mereka biasa-biasa saja ngak keberatan, ngak masalah.

Ini yang di sebut dalam aplikasi psikologi sebagai “spotlight effek”. Manusia sering merasa banyak yang memperhatikan mereka dan merasa di spotlight jadi serba salah, salah tingkah. Ternyata sebaliknya- hanya 15% saja kok yang memperhatikan dan mereka “ngak masalah”.

Experiment kampus tersebut dulu sering kami lakukan sesuka-sukanya. Jadi sekarang kalau Jhon melakukan survey saya tahu data itu valid, 6 tahun kami bareng dahulu ratusan experiment yang kami lakukan. Apa lagi dia guru besar sekarang. Ribuan barangkali yang telah dilakukannya

Pastinya, kabar tentang “suhu”dari Jhon belum di publikasi. Ini berita baru dan hangat. Baru kemarin. Namun saya dapat pastikan sekarang apa yang akan saya lakukan. Saya akan set suhu di ruang kantor dan ruang kerja karyawan saya serta teman-teman bisnis lainnya, di suhu ruangan 22-23 derajat celcius. # may the peace be upon us

dalam ruangan bersuhu