• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV TRANSKRIPSI DAN ANALISIS STRUKTUR MELODI

4.5 Formula Melodik (melodic formulas)

Formula melodi terdiri atas frasa, bentuk, dan motif. Frasa merupakan bagian terkecil dari melodi. Bentuk merupakan pola melodi yang terbentuk dari gabungan beberapa frasa yang terjalin menjadi satu.

Motif adalah ide melodi yang digunakan sebagai dasar pembentukan melodi. Berikut ini merupakan istilah yang gunakan untuk menganalisis bentuk, yang dikemukakan oleh William P. Malm:

a. Repetatif adalah bentuk melodi yang diulang-ulang

b. Iretatif adalah bentuk melodi yang menggunakan formula melodi yang kecil dengan kecenderungan pengulangan dalam keseluruhan melodi.

c. Strofich adalah bentuk melodi yang diulang namun dengan teks yang berbeda.

Pada andung, penulis menyimpulkan berdasarkan kutipan diatas bahwa bentuk melodi andung ini adalah Strofhic dan Reverting dimana pada andung disajikan dengan melodi yang sama dengan teks yang berbeda dan cenderung memiliki variasi melodi sebelum kembali lagi kemelodi awal.

Setelah ditranskripsikan, jumlah frasa dalam andung ini adalah 27 frasa. dan memiliki 5 bentuk saja namun setiap bentuk memiliki perbedaan yang disebut dengan variasi. yaitu:

1. Statis (dua frasa)

Frasa pertama dalam analisis andung adalah detik 1-4

Selain itu, pada detik 12-13 terjadi pengulangan, namun menggunakan nada yang lebih rendah sebanyak 1 nada dari sebelumnya. seperti gambar berikut ini:

2. Pendulous (8 frasa)

Frasa kedua adalah frasa yang berbentuk melengkung seperti pada detik 4-6, seperti pada gambar berikut ini:

Kemudian pada detik ke 15-16 terjadi pengulangan namun menggunakan nada yang lebih sedikit jumlahnya dari sebelumnya. Seperti pada gambar berikut ini

Pada detik 28 terjadi pengulangan namun hanya menggunakan 3 nada saja, seperti pada gambar berikut ini:

Kemudian pada detik 33-34 terjadi pengulangan dengan frasa yang sama, seperti pada gambar berikut ini:

Padadetik 46-47 terjadi pengulangan dengan frasa yang sama. Lihat gambar dibawah:

pada detik 64 terjadi pengulangan frasa pendulous, namun dengan menggunakan empat nada saja, yaitu:

Pada detik 85-90 terjadi pengulangan dengan frasa yang sama. Lihat gambar berikut:

Pada detik 156 merupakan frasa terahir dalam frasa pendulous, yaitu seperti pada gambar berikut:

3. Statis, Pendulous (delapan frasa)

Berikut merupakan frasa yang menggabungkan antara frasa pertama dengan frasa kedua seperti pada detik 8-10, seperti pada gambar berikut:

Kemudian pada detik selanjutnya yaitu pada detik 50-53 terjadi pengulangan frasa namun dengan nada yang berbeda, seperti pada gambar berikut ini

Dan pada detik 56-60 terjadi pengulangan namun namun pada statis hanya menggunakan satu nada saja dan frasa pendulous menggunakan tiga nada saja, lihat gambar berikut:

Pada detik 77-83 terjadi pengulangan seperti gambar berikut:

Pada detik 95-97 terjadi pengulangan dengan menggunakan statis pendulous. Lihat gambar berikut

Pada detik 108-111 terjadi pengulangan namun memiliki variasi pada ahir detik 107 sampai ahir 108, seperti pada gambar berikut ini:

Pada detik 113-116 terjadi pengulangan, seperti pada gambar berikut ini:

Pada detik 120-124 terjadi pengulangan seperti pada gambar berikut ini:

4. Teracced Pendulous (delapan frasa)

Pada detik 18-25 merupakan frasa teracced pendulous. Lihat gambar berikut:

Pada detik 30-32 terjadi pengulangan seperti pada gambar berikut:

Kemudian pada detik 42-44 terjadi pengulangan namun dengan durasi yang lebih panjang dari sebelumnya. Lihat pada gambar berikut ini:

Kemudian pada frasa102- 104 kembali terjadi pengulangan, seperti pada gambar berikut ini:

Pada detik ke 127-131 merupakan frasa yang sama namun memiliki variasi yaitu tidak melengkung seperti sebelumya. Lihat pada gambar:

Pada detik ke 135-141 terjadi pengulangan, seperti pada gambar berikut ini:

Pada detik ke 143-147 terjadi pengulangan seperti pada gambarberikut ini:

Kemudian pada detik 150-154 terjadi pengulangan, seperti pada gambar dibawah ini

5. Teraccced Pendulous, Statis (satu frasa)

Pada detik 68-75 merupakan frasa turun naik lalu melengkung, Lihat pada gambar berikut ini

4.6 Kontur (Contour)

Kontur merupakan alur melodi yang biasanya ditandai dengan cara menarik garis. Malm mengemukakan bahwa ada beberapa jenis kontur (Jhonson 2000:76) yaitu:

a. Pendulous adalah garis melodi yang sifatnya melengkung, dari nada (a) yang terrendah ke nada tertinggi lalu kembali terrendah, atau dari nada (b) yang tertinggi ke nada yang terrendah lalu kembali lagi tertinggi ke nada seperti pada gambar berikut ini

b. Teracced, adalah garis melodi yang sifatnya berjenjang seperti anak tangga yang lebih rendah ke nada yang lebih tinggi kemudian sejajar, seperti pada gambar berikut ini

c. Statis adalah garis melodi yang sifatnya tetap atau gerakan-gerakan intervalnya terbatas, seperti pada gambar berikut ini

Dari jenis-jenis kontur yang dijelaskan diatas, maka kontur andung adalah:

statis seperti contoh berikut ini:

detik 1-4

pendulous seperti gambar berikut ini detik 4-6

Teracced (berjenjang) seperti pada contoh detik 50-52

4.7 Analisis Ritem

o Tempo : free

o Durasi Nyanyian : 2 menit 50 detik

o Meter : free meter

Andung tidak memiliki tempo atau Free karena dalam penyajiannya tidak ada iringingan musik dan tidak mempunyai aturan melodi apapun dalam penyajiannya. Durasi andung ini adalah 2 menit 50 detik, namun sebenarnya dalam penyajian andung tidak ada batasan durasi. Andung tersebut diberhentikan oleh khalayak karena sudah mengarah kepada keluhan yang dianggap bentuk keputusasaan yaitu pada ujung penyajian andung liriknya adalah hudia ma au baenonmu da amang yang artinya kemanalah aku setelah kepergianmu.

4.8 Analisis Penyajian Andung

Apakah Ada Larangan untuk Mangandung?

Dewasa ini penyajian andung semakin jarang terdengar, sehingga menjadi pertanyaan bagi penulis: apakah semakin jarang terdengar karena

pangandung diberhentikan saat mangandung oleh penatua gereja. Dari pengamatan ini, muncul pemikiran penulis bahwa andung memang dilarang oleh gereja. Larangan oleh gereja di sini maksudnya adalah memiliki aturan yang tertulis atau aturan yang titerapkan kepada seluruh penatua serta jemaat yang terdaftar dalam gereja yang dimaksud. di Namun setelah melakukan wawancara dengan M. Sinaga9, mengatakan bahwa andung tidak dilarang oleh pihak manapun, termasuk pihak gereja.

Andung diberhentikan ketika kata-kata yang diungkapkan sudah mengarah ke keputusasaan yang dianggap akan menyiksa diri sendiri. Contohnya ketika kata-kata yang disajikan dalam andung merupakan keluhan seperti, ise ma donganhu mamutik kopi (siapalah yang akan menemaniku memetik kopi), maka andung tersebut akan diberhentikan oleh khalayak yang melayat karena andung yang disajikan berisi keluhan dan digantikan dengan ende huria (lagu gereja) yang akan dinyanyikan bersama yang dipimpin oleh pihak gereja. lagu yang dipimpin merupakan lagu yang berisikan kepercayaan bahwa yang meninggal dunia sudah tenang dialamnya, dan akan menjadi nasehat bagi seluruh khalayak yang bernyanyi maupun mendengarkan ende tersebut.

Op Repita10 juga berpendapat yang sama dengan M. Sinaga. Beliau mengatakan bahwa tidak ada alasan bagi siapapun untuk melarang andung dilakukan termasuk pihak gereja. Karena andung adalah curahan hati

9salah seorang dari penatua gereja Katolik St. Paulus Sibabi Atas

10 wawancara bersama Op. Repitapada hari selasa17 September 2019. Op Repita

Merupakan masyarakat awam yang berdomisili di Lae Manasan yang melakukan

yang diungkapkan dengan nada dan melodi yang terucap spontan. Beliau juga mengatakan bahwa andung harus dilakukan supaya tidak ada lagi beban dalam pikirian “... ba, ikkon mangandung do iba asa lubbang pikkiran niba da... (...ya, aku harus melakukan andung supaya lega hatiku...) ” setelah jasad dikuburkan. Andung memang sering diberhentikan oleh penatua gereja namun beliau menegaskan bahwa itu bukanlah bentuk larangan dari gereja, namun perorangan yang kebetulan bertugas sebagai penatua gereja. Oleh karnanya andung akan digantikan dengan lagu gereja. Beliau mengatakan dengan lagu gereja tersebut pangandung tidak lagi mangandung sendirian namun bersama-sama dengan khalayak.

Namun berbeda dengan pendapat M. Sinaga dan op Repita, op Imel Tamba11 berpendapat bahwa dewasa ini andung digantikan dengan ende karna andung merupakan bentuk keputusasaan. Sehingga andung dilarang dilakukan, karena tertulis dalam Alkitab bahwa Yesus melarang putri-putri untuk menangisinya (lukas 23:26) dengan demikian beliau menyimpulkan bahwa tidak perlu melakukan andung. Namun beliau juga menjelaskan bahwa pihak gereja tidak melarang andung tersebut dilakukan.

Andung yang disajikan dalam upacara adat namonding di Desa Lingga Raja II Kecamatan Pegagan Hilir Kabupaten Dairi merupakan

11 wawancara bersama Op. Imel Tamba pada hari minggu 15 September 2019. Op.

andung yang mengutamakan teks maupun kata-kata dari pada struktur melodi. Terbukti ketika mangandung teks maupun kata-kata akan dirangkai sedemikian rupa, sehingga pangandung meresapi setiap kalimat yang terucap spontan. Namun demikian, struktur melodi menjadi pendukung setiap kalimat sehingga akan semakin terdengar menyentuh hati para pendengar maupun pangandung itu sendiri.

Tentu saja melodi andung dapat mempengaruhi pendengar untuk ikut serta meresapi setiap kalimat yang disajikan oleh pangandung. Suara yang merdu dapat memberi dampak positif terhadap pendengar terlepas dari kalimat yang disajikan oleh pangandung. Dengan demikian, tidak jarang para pendengar andung memuji pangandung yang memiliki suara merdu.

Namun suara yang merdu bukanlah suatu keharusan yang dimiliki setiap pangandung, karena ungkapan perasaan tetap menjadi hal utama yang diperhatikan dalam mangandung.

Pangandung yang berbeda akan menyajikan andung yang berbeda pula. Seperti teks maupun kalimat dan juga melodi andung. Melodi andung dalam upacara adat namonding tidak pernah sama. Melodi dan teks terucap begitu saja tanpa ada aturan didalamnya.

BAB V

KESIMPULAN DAN PUNUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian-uraian yang telah dikemukakan dalam setiap bab pada tulisan sebelumnya, maka penulis memperoleh suatu kesimpulan bahwa Andung adalah ratapan yang disajikan dalam bentuk melodi/nyanyian yang disajikan oleh pelaku andung (yang disebut dengan pangandung). Andung pada upacara adat namonding merupakan tradisi lisan yang diwariskan secara turun temurun dari genersi ke generasi.

Tradisi andung merupakan tradisi yang akan tetap eksis ditengah masyarakat karena memiliki nilai positif dalam penyajiannya.

Teks andung disajikan secara spontan (improvisasi) dan biasanya selalu dalam konteks. Maksudnya, teks maupun melodi andung tersebut disajikan dimana andung tersebut sedang terjadi. Teks andung menceritakan tentang hubungan emosional antara penyaji dengan orang yang ditangisinya. Teks tersebut bisa berisi tentang kisah hidup orang yang ditangisinya, seperti kebaikan-kebaikan yang meninggal dunia semasa hidupnya, pengalaman pangandung dengan yang ditangisinya.

Fungsi andung bagi masyarakat merupakan ekspresi emosional dan media komunikasi antara pangandung dengan khalayak yang mendengarkan. Andung merupakan suatu pembelajaran bagi pendengar andung, terutama ketika yang meninggal dunia merupakan orang yang

terpandang (sangap) dalam arti pemberi nasehat (silehon poda), menjunjung tinggi adat-istiadat (paradat) dan juga pengorban (melakukan sesuatu untuk kepentingan bersama). Apabila Pangandung menyajikan andung dengan baik maka pendengar andung akan terinspirasi akan kebaikan yang meninggal dunia semasa hidupnya. Sehingga dengan demikian apabila pangandung tersebut mangandung semalaman bukanlah hal yang salah sehingga dilarang untuk dilakukan. Dengan melakukan andung, penyaji akan meluapkan seluruh keluh kesah dan kisah yang sekiranya perlu di ungkapkan, sehingga dengan demikian perasaan pangandung akan tersampaikan lewat sajian andung.

Dalam penyajian andung, tidak ada syarat atau ketentuan yang harus dipenuhi. Andung bisa disajikan oleh siapa saja, dengan durasi yang tidak ditentukan, tergantung kebutuhan penyaji. Dari pengamatan lapangan, penulis melihat sebanyak tiga kali pangandung diberhentikan saat mangandung oleh pihak gereja, sehingga penulis beranggapan bahwa andung dilarang dilakukan oleh instusi agama (gereja). Namun setelah melakukan penelitian, terbukti bahwa gereja tidak melarang andung dilakukan. Bahkan M. Sinaga dan Op. Imel Tamba (informan) yang merupakan penatua gereja mengatakan bahwa tidak ada alasan bagi siapapun untuk melarang andung tersebut disajikan termasuk pihak gereja.

Pangandung diberhentikan apabila andung yang disajikan menggunakan kalimat keputusasaan, keluhan yang dianggap bukan andung yang sesungguhnya.

Makna andung bagi masyarakat adalah mampu berbagi cerita melalui andung yang disajikan, sehingga mengurangi beban fikiran pangandung. Andung merupakan solusi penting bagi mereka yang memiliki penyakit fikiran, akibat sepeninggal orang yang dikasihi. Karna dengan sajian andung, penderita penyakit fikiran dapat berbagi cerita kepada khalayak yang mendengarkan sajian andung, sehingga memperoleh kelegaan (dalam bahasa Toba disebut asa sombu). Sehingga pelaku andung tidak lagi memendam beban fikiran yang mampu menyebabkan berbagai penyakit seperti sakit kepala, stress bahkan depresi.

Struktur melodi andung adalah menggunakan nada yang yang diulang-ulang dengan menggunakan teks yang berbeda, dan dalam setiap pengulangan memiliki variasi yang membedakan antara pengulangan pertama dengan yang kedua, dan yang ketiga serta seterusnya. Frasa yang terdapat dalam sajian andung adalah statis, pendulous, dan teracced.

5.2 Saran

Dari pembahasan dan kesimpulan yang sudah penulis uraikan sebelumnya, ada saran bagi pembaca mengingat semakin berkembangnya zaman sehingga penyajian andung pada upacara adat namonding semakin jarang dilakukan. Khususnya masyarakat Batak Toba yang tinggal di Desa Lingga Raja II Kecamatan Pegagan Hilir Kabupaten Dairi supaya tetap mencintai budaya dan tradisi yang ada, serta memberikan perhatian penuh

baik itu seni musik, tari, vokal, terutama andung. Sehingga kedepannya andung semakin berkembang dan tetap hidup ditengah-tengah masyarakat, sebagai obat yang mampu menyembuhkan penyakit fikiran, seperti sakit kepala, stress bahkan depresi, seperti yang telah dibahas dalam bab sebelumnya.

Masyarakat diharapkan mengenal andung, memahami andung, serta melakukan andung, sehingga generasi muda terutama anak-anak tetap mengenal andung dari usia dini. Sehingga andung akan semakin eksis ditengah masyarakat sebagai kekayaan budaya yang tidak akan punah sampai selamanya. Tradisi yang sudah mulai punah akibat perkembangan jaman harus dijaga dan dilestarikan supaya generasi berikutnya tetap merasakan dan melakukan tradisi budaya itu sendiri terutama tradisi andung.

Pemerintah diharapkan mampu menjaga serta melestarikan setiap kekayaan budaya yang ada di daerah, terutama pemerintah Kabupaten Dairi khususnya kesenian, dengan cara memberikan wadah kepada generasi muda untuk menuangkan bakat yang dimiliki. Baik dengan mengadakan vestifal lomba, atau dengan cara pertunjukan budaya, yang mampu memberikan wadah bagi para generasi muda untuk berlatih sehingga generasi muda semakin bersemangat untuk melestarikan budaya.

Generasi muda diharapkan mampu mengimbangi budaya luar yang semakin merajalela dengan mencintai budaya tradisi yang ada, dengan cara mengenal, mengerti serta melakukan tradisi budaya terutama tradisi

andung. Sehingga kedepannya tradisi andung semakin diminati oleh setiap orang, baik muda maupun tua sebagai kekayaan budaya dan sebagai obat fikiran.

Penatua gereja maupun masyarakat yang memahami andung diharapkan tidak hanya memberhentikan penyajian andung ketika dianggap ngawur atau melenceng (kata-kata yang digunakan merupakan bentuk keputusasaan). Namun mengajari dan memperbaiki dengan cara memberitahu apa saja yang seharusnya diungkapkan dalam menyajikan andung, dan apa saja yang tidak boleh diungkapkan dalam menyajikan andung. Sehingga pelaku andung akan merasakan kelegaan saat melakukan andung karena seluruh beban fikiran tersampaikan hingga selesai melakukan andung atau berhenti mangandung tanpa harus diberhentikan oleh masyarakat maupun penatua gereja.

Akhir kata, semoga tulisan ini bermanfaat bagi pembaca, khususnya masyarakat Batak Toba yang berdomisili di Desa Lingga Raja II Kecamatan Pegagan Hilir Kabupaten Dairi, serta mahasiswa-mahasiswi Etnomusikologi, dan bagi Departemen Etnomusikologi Universitas Sumatera Utara. serta seluruh pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Bakar, Abdul Latiff Abu. 2006. Aplikasi Teori Semiotika dalam Seni Pertunjukan.

Bungin, Burhan, 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.

Koentjaraningrat. 2002. Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta : PT.Rineka Cipta.

Koentjaraningrat (ed), 1980. Metode-metode Penelitian Masyarakat.

Jakarta:Gramedia.

Malm,William P., 1977. Music Cultures of the Pacific, Near East, and Asia. New Jersey: Prentice Hall, Englewood Cliffs; serta terJemahannya dalam bahasaIndonesia, William P. Malm, 1993, Kebudayaan Musik Pasiflk,

Merriam, Alan P., 1964. The Anthropology of Music. Chicago Nortwestern University.

Nettl, Bruno. 1964. Theory and Method in Ethnomusicology. New York : The Free Press of Glencoe. Timur Tengah,dan Asia, dialih bahasakan oleh Muhammad Takari, Medan: Universitas SumateraUtara Press

Poerwadarminta, W.J.S. 1991. “Kamus Umum Bahasa Indonesia”. Jakarta: Balai Pustaka_____. 1991 Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua. Jakarta: Balai

Pustaka

Keraf, Gorys.1991. Tata Bahasa Rajukan Bahasa Indonesia. Jakarta PT Grasindo Takari Muhammad dkk. 2008. Masyarakat Kesenian Diindonesia. Medan Studia

Kaltura, Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara

J. Moleong, Lexy.2000. Metode Penelitian Kualitatif. Remaja Rodakskarya;

Bandung. 167 hlm

Koentjaraningrat. (1983). Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta.

Dairi. (2018). Kabupaten Dairi dalam Angka 2018. Dairi: Badan Pusat Statistik Kabupaten Dairi

DAFTAR WEBSITE

https://www.academia.edu/11868099/religi_Suku_Batak (November 2019) http://anak-anaktangga.blogspot.com/2015/12/Sistem-kepercaan-suku-batak-toba.html?m=1November 2019)

https://www.sejarah-negara.com/sistem-kekerabatan-suku-batak/#(November 2019)

https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/bahas/article/view/10282/9220(Novem ber 2019)

https://solup.blogspot.com/2017/01/mitologi-batak-langit-7-lapis-dan-para.html?m=1(Desember 2019)

https://g.co/kgs/fHTvgu(Desember 2019)

https://www.alodokter.com/gangguan-psikomatis-ketika-pikiran-menyebabkan-penyakit-fisik(Desember 2019)

http://gema-budaya.blogspot.com/2012/06/mengenal-tradisi-margondang-dan-tari.html(Desember 2019)

Daftar Informan

1. Nama : Mardon Sinaga Nama panggilan : Op Kristina Sinaga

Umur : 56 tahun

Pekerjaan : Petani

Keterangan : Parsinabul, Pengurus gereja Katolik st. Paulus

2. Nama : Romianna Sihotang Nama panggilan : Op Wanjen Sihotang

Umur : 90 tahun

Pekerjaan : Petani

Keterangan : Masyarakat yang memahami Andung

3. Nama : -

Nama panggilan : Op Repita Sinaga

Umur : 46 tahun

Pekerjaan : Petani

Keterangan : Masyarakat awam

4. Nama : -

Nama panggilan : Op Imel Tamba

Umur : 58 tahun

Pekerjaan : Petani

Keterangan : Pengurus Gereja HKBP Dalan Nauli

5. Nama : -

Nama panggilan : Op. yanes Lumban Gaol Pekerjaan : Petani

Keterangan : Kepala Lorong

Dokumen terkait