• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT BATAK TOBA DI DESA

3.2 Fungsi Andung bagi Masyarakat

3.2.2 Fungsi Komunikasi

Dalam teks syair andung diatas terlihat bahwa andung merupakan pengungkapan emosional Ruth (pangandung) dengan andung sebagai perasaan sedih atas kepergian sang ayah, serta andung sebagai perasaan kecewa dan marah karena pangandung dengan yang meninggal dunia masih memiliki perjanjian atau kesepakatan semasa hidupnya yang belum sempat dipenuhi yaitu pergi ke Jakarta atau kerumah pangandung.

3.2.2 Fungsi Komunikasi

Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, dan gagasan) dari satu pihak kepada pihak yang lain. Andung dapat dijadikan sebagai media komunikasi searah yang terjadi dalam upacara adat namonding. Maksudnya adalah pesan ataupun informasi diberikan oleh

pangandung melalui andung yang disajikan kepada khalayak dan juga jasad, dan khalayak yang mendengarkan tidak memiliki wewenang untuk memberikan tanggapan maupun pertanyaan kepada pangandung.

Teks syair andung berikut ini merupakan gambaran komunikasi antara pangandung dengan jasad dan juga khalayak yang mendengarkan (andung oleh Ewis Melona Sinaga pada upacara adat namonding ayahanda Op. Jeremia Sinaga)

...

dang hurippu ikkon songoni da bapa (tak kusangka akan seperti ini pak) hape itinggalhon ho au bapakku (dan kau meninggalkan aku bapakku) idokkon bapa sehat do au boru (bapak bilang bapak sehat) ale dang tenang perasaanku (namun tak tenang hatiku) hubuat ma cutikku da bapa (dan aku cuti kerja pak)

ro au hubereng ngagale-gale bapa ijabu

(aku datang, dan kulihat bapak sudah lemas dirumah) nga loja itokku bang Jeremia lao mangurus ho da bapakku

(sudah lelah ito(pangilan kepada saudara laki-laki) Jeremia mengurus bapak)

bapakku (pak)

molo tung adong pe salakku da bapakku (kalau aku banyak salah sama bapak) maafhon ma au bapakku

(maafkanlah aku pak) asa sehat hami bapakku (supaya sehat kami pak)

dang sonang dope hubaen ho da bapakku (belum bahagia bapak kubuat)

itinggalhon ho ma au (bapak tinggalkan aku) ...

Teks syair andung diatas menunjukkan komunikasi antara pangandung dengan jasad yang ditangisinya, yaitu pada bagian pangandung meminta maaf kepada sang ayah atas kesalahanan pangandung pada masa hidup jasad yang ditangisinya. Melalui teks andung tersebut juga, khalayak memperoleh informasi bahwa sebelumnya jasad sudah dibawa berobat namun pada ahirnya harus meninggal juga. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa andung merupakan media komunikasi.

3.2.3 Fungsi Reaksi Jasmani

Fungsi reaksi jasmani andung merupakan reaksi yang dirasakan oleh pangandung serta khalayak yang mendengarkan sajian andung, melalui teks yang terkandung, maupun melodi yang digunakan dalam andung. Pada saat penyajian andung, khalayak yang mendengarkan bisa saja ikut menangis, hal tersebut merupakan reaksi khalayak karena menghayati dan meresapi emosional yang sedang diungkapkan oleh pangandung. Dengan demikian, khalayak dapat merasakan perasaan sedih, marah, serta kecewa yang dirasakan oleh pangandung tersebut.

Lirik andung berikut ini merupakan contoh reaksi jasmani yang dirasakan pangandung dan khalayak,

(andung oleh Ewis Melona Sinaga pada upacara adat namonding ayahanda Op. Jeremia Sinaga)

bapa (bapak) bapakku (bapakku)

hubuat do cutikku bapakku (kuurus cutiku bapakku)

lao hami dohot ito si jery bapakku (pergi aku dengan ito Jery pak) iboan hami doho bapakku (sudah kami bawa bapak)

huboan hami doho bapakku (sudah kami bawa bapak)

huboan hami doho hu puskesmas (sudah kami bawa bapak ke puskesmas) huboan hami doho tujabuni namboru si Yuni

(sudah kami bawa bapak ke rumah namboru(panggilan kepada sudara ayah) Yuni)

ngalumayan bapa, ngalumayan da bapa, ngalumayan (sudah mendingan)

lao ma au muse karejo (lalu aku pergi kerja)

naikkon malum do inna bapa (harus sembuh bapak)

marlojong au bapa mangalului surat bpjs (lalu aku pergi untuk mengurus surat bpjs) asalma sehat ho bapakku inna rohakku do bapa (asal bapak sembuh)

marlojong au bapa (pergi aku pak)

hape lak lao maho bapakku (padahal bapak pergi) itinggalhon ho au (bapak tinggalkan aku)

hape idokkon ho ikkon sehat do ho bapakku (padahal bapak bilang bapak harus sembuh) dang tinggalhononmu nimmu au bapa (bapak janji gak akan meninggalkan aku) hape itinggalhon ho do au bapakku (padahal bapak tinggalkan aku) dang tardokkon au be manang aha

(sudah tidak tahu lagi pak, mau bilang apa) haccit nai bapakku

(sungguh sakit pak) haccit nai...

(sungguh sakit)...

Dalam teks syair andung diatas pangandung mengungkapkan perjuangannya ketika sang ayah masih sakit. Yaitu cuti kerja, membawa berobat, mengurus bpjs, semua diungkapkan dalam andung sehingga khalayak mengetahui proses demi proses yang terjadi. Pangandung mengucapkan kata dengan pengulangan sehingga mempertegas kesedihan yang mendalam yang sedang dirasakannya pada saat mangandung. Dengan kalimat demi kalimat yang terucap spontan membuat khalayak merasakan kesedihan yang mendalam melalui sajian andung tersebut.

Khalayak yang mendengarkan ikut menagis pula sebagai reaksi jasmani yang diperoleh melalui andung yang disajikan. Dan kata haccit nai bapakku, haccit nai (sungguh sakit pak, sungguh sakit), merupakan kalimat

yang sangat menyentuh hati khalayak, karena memiliki arti yang mendalam, yaitu bentuk ketidaksiapan pangandung ditinggalkan oleh sang ayah.

3.2.4 Fungsi yang Berkaitan dengan Norma Sosial

Andung berfungsi sebagai media pengajaran akan norma-norma atau pembelajaran bagi masyarakat melalui teks yang disampaikan oleh pangandung. Pembelajaran (poda) disampaikan secara tidak langsung oleh pangandung, dimana khalayak yang mendengarkan harus mengartikan dan menerapkan sendiri pesan apa yang akan diambil dari sajian andung yang didengarkan.

Khalayak yang mendengarkan andung perlu mengetahui tentang masa hidup yang meninggal dunia, kebaikan-kebaikan yang meninggal dunia semasa hidupnya, sehingga dengan demikian khalayak akan memperoleh pembelajaran (poda) melalui pesan yang disampaikan pangandung lewat teks yang disajikannya.

Informasi yang diperoleh khalayak yang menjadi suatu pembelajaran bagi masyarakat terdapat pada lirik andung yang disajikan dengan bahasa yang puitis, seperti pada contoh berikut ini.

(andung Ruth Ananta Sinaga pada upacara adat namonding Op.Jeremia Sinaga)

...

lakso asi do roham mamereng hami bapa (tidakkah ayah kasihan pada kami)

sehat ma amang inna do bapa

(padahal sehatlah ya amang (panggilang kepada mertua laki-laki) kata menantumu pak)

hape ngalao be ho bapakku (padahal bapak sudah pergi) nga lao be ho bapa

(bapak sudah pergi)

nga ibaen hami nasa tolap nami bapakku (sudah kami lakukan semampu kami pak)

hape dang adong dope nadenggan hubaen hami bapa hasianku

(padahal belum ada hal membanggakan yang kami raih bapakku sayang) sonang maho dilambungni Tuhan i bapa

(bahagialah pak bersama Bapa disorga) sonang ma ho bapakku

(bahagialah pak)

mauliatema bapa ditangianghon hodo hami diujungni ngolumi (terimakasih pak, sudah mendoakan kami pada ahir hidupmu) itangiangkon hodo hami sude pinomparmon asa ipasu-pasu Tuhan

(bapak doakannya kami semua keturunanmu supaya diberkati oleh Tuhan) itangianghon hodo hamisude gellengmon

(bapak doakannya kami semua anak-anakmu) sai sonang maho bapa dilambungni Tuhan i (semoga bapak tenang bersama Bapa disorga)

...

Dari teks syair andung tersebut, khalayak memperoleh pembelajaran bahwa menjadi anak haruslah memberikan yang terbaik kepada orang tuanya, serta harus mampu membuat orang tua bangga, sehingga ketika orang tua meninggal, tidak menjadi penyesalan bagi anak tersebut. Selain itu menjadi orang tua harus merawat dan membesarkan anak, dan mendoakan seluruh anaknya, sehingga ketika meninggal dunia, anak-anak akan selalu mengingat kebaikan serta doa orang tuanya tersebut.

Khalayak juga memperoleh pelajaran bahwa ketika orang yang disayang meninggal dunia, harus tetap ikhlas dan melepaskan kepergian yang meninggal tersebut, serta mendoakannya supaya diberikan ketenangan jiwa oleh yang Maha Kuasa.

3.3 Konteks Penyajian Andung

Ada empat jenis konteks upacara namonding, di mana andung disajikan, antara lain:

a. Nahadearanna (meninggal muda)

Nahadearanna merupakan sebutan terhadap yang meninggal dunia apabila yang meninggal tersebut masih anak-anak, remaja maupun dewasa namun belum menikah. Disebut nahadearanna artinya yang meninggal dunia belum memiliki tanggung jawab sehingga dianggap belum mengerti aturan (ruhut) dan belum termasuk kedalam hukum adat. Andung yang

disajikan berisi tentang putusnya hubungan tali kekeluargaan dan kenangan indah masa hidupnya saja. tidak ada cerita tentang kharisma, karena dianggap belum ada nasehat atau tanggung jawab yang dilakukannya.

b. Tanggung

Tanggung merupakan sebutan kepada mayat yang baru saja melangsungkan pernikahan, memiliki anak yang msih remaja, atau sudah memiliki anak dewasa namun belum ada yang menikah. Disebutkan tanggung karena dianggap sudah memiliki tanggung jawab, mengerti aturan adat (ruhut) namun meninggal dunia tanpa menunggu anak-anaknya berhasil. Berhasil dalam arti menikah. Andung yang disajikan merupakan andung yang sangat menyentuh hati para pendengar karena diibaratkan seperti menanam padi dan merawatnya namun tidak memanennya.

c. Sari Matua

Sari matua merupakan sebutan kepada mayat yang sudah memiliki cucu namun masih memiliki tanggung jawab. Tanggung jawab yang dimaksud adalah belum menikah. Artinya masih ada dintara anak-anaknya yang belum menikah. Walaupun cucunya sudah menikah dan memiliki anak, mayat tidak dapat disebut sebagai saur matua apabila masih ada anaknya yang belum menikah.s Andung yang disajikan biasanya menceritakan tentang kharisma yang meninggal dunia namun masih berisi

sedikit penyesalan keinginan penagandung yang berharap mayat tersebut hidup lebih lama untuk melihat anak-anaknya dan cucunya menikah.

d. Saur Matua

Saur matua merupakan kharisma tertinggi dalam kematian adat batak. Disebut saur matua ketika mayat yang meninggal dunia sudah marnini-marnono (melihat cucunya memiliki anak, baik cucu perempuan maupun cucu laki-laki). Hal ini dianggap berhasil dalam hidupnya, maka andung yang di sajikan biasanya hanya sekedar dan berisikan kharisma yang meninggal dunia dengan harapan pangandung bisa merasakan hal yang sama yaitu; memiliki umur yang panjang sehingga bisa melihat cicitnya dimasa mendatang.

3.4 Jenis-Jenis Andung yang Dilarang Dilakukan di Desa Lingga Raja II

Ada tiga jenis andung yang tidak diharapkan atau dilarang dilakukan dalam upacara adat namonding yaitu:

 Andung margait-gait (bermain-main)

Andung margait-gait (bermain-main) adalah andung yang dilakukan tidak benar-benar dari hati namun dilakukan untuk menutupi hal buruk yang dilakukan oleh yang meninggal dunia semasa hidupnya. Contoh: ketika yang meninggal merupakan suami seorang istri yang pada masa hidupnya sering melakukan kekerasan terhadap istri maupun anak-anaknya dan sering

mabuk-mabukan dan menghambur-hamburkan uang hasil ladang bersama, namun ketika meninggal dunia si istri mangandung dengan kata-kata yang menjelaskan bahwa sang suami merupakan imam yang baik dalam hidupnya. bagi pendengar andung yang mengetahui hal tersebut akan menganggap bahwa andung tersebut main-main.

Tidak jarang khalayak menganggap andung tersebut hanya formalitas saja, untuk menunjukkan kepada khalayak bahwa pelaku andung tersebut merasakan kesedihan yang mendalam sepeninggal yang meninggal dunia. Namun hal tersebut tentu saja tidak dilarang oleh siapapun. Hanya saja pendengar yang mengetahui kehidupan mereka hanya akan diam dan mendengarkan tanpa tersentuh hatinya.

 Andung sekedar formalitas

Andung sekedar formalitas merupakan andung yang dilakukan dengan alasan tertentu seperti, ketika seseorang keluarga dekat yang sering bersama atau sahabat yang meninggal dunia tidak bisa mangandung, namun karena kedekatannya dengan orang yang meninggal dunia, dia merasa tidak baik kalau tidak mangandung, atau merasa malu kalau tidak mangandung maka dia mangandung hanya sekedar saja atau bisa dikatakan bahwa andung yang disajikannya hanya formalitas.

Namun bukan berarti keluarga atau sahabat yang melakukan andung sekedar formalitas tersebut tidak bersedih sepeninggal orang yang meninggal dunia. Hanya saja tidak mengerti mengungkapkannya dengan kata-kata yang puitis seperti sajian andung pada umumnya.

 Andung yang terpendam

Andung yang terpendam merupakan andung yang tidak diungkapkan oleh penyaji karena susah untuk diungkapkan. hal ini biasanya terjadi kepada istri/suami, orang tua atau anak orang yang meninggal dunia. hal ini merupakan hal yang dianggap berbahaya karena akan berdampak kehari-hari selanjutnya. Menurut pengamatan lapangan, pelaku andung yang terpendam biasanya tidak menangis, dan hanya diam menunduk dan tidak berbicara. Perasaanya akan begitu sesak karena banyak yang ingin diluapkan namun tidak bisa diungkapkan. Khalayak jarang memperhatikan hal ini, karena menganggap baik-baik saja. namun kebenaranya andung yang terpendam akan menguras tenaga dan fikiran pelakunya bahkan setelah yang meninggal dikuburkan.

Namun keluarga dekat yang menyadari andung yang terpendam tersebut akan menyuruh pelaku untuk mangandung dengan alasan untuk menghindarkan hal berbahaya tersebut. Dikatakan berbahaya karena pelakunya biasanya akan kehilangan fokus, sering melamun bahkan tidak jarang sampai kesurupan. Dampaknya bukan hanya beberapa hari setelah kejadian, manun bisa sampai beberapa bulan setelah kejadian.

3.5 Makna Penyajian Andung Bagi Masyarakat

Lazimnya andung disajikan di depan mayat dalam upacara adat namonding tersebut dilakukan secara spontanitas sehingga membutuhkan kreatifitas dalam merangkai teks yang berbeda dengan bahasa yang

digunakan sehari-hari. Teks andung memiliki makna tertentu yang disampaikan pangandung kepada jasad maupun khalayak. Makna yang terkandung dalam sajian andung merupakan makna tersirat dan juga tersurat, atau makna konotatif dan denotatif. Seperti pada teks syair andung berikut ini

(andung dari sosial media) ueee...

mual natio doho nian naujui (dulu kau adalah air yang bersih) sipaulak hosa loja doho

(penyembuh lelah)

uli nang pangeolni sirumondang nabolon i (begitu indah pohon besar yang bergoyang) palambok pusu-pusu i

(menenangkan hati)

manatap ma au sian dolok natimbo (aku memandang dari bukit yang tinggi) lao marnida haulionni luat mi

(untuk melihat keindahanmu) hape nuaeng da oppung (dan sekarang)

nungga be marsik (sudah kering)

magulang (berguling)

jala masursur be inong (dan longsor)

...

Teks syair andung diatas akan dijabarkan dalam tabel dibawah ini Tabel makna konotatif pada andung

3 Sipaulak hosa loja do ho Penyembuh lelah

Sipaulak (pengembali), hosa (napas), loja

(lelah), do ho (kau),

5 Palambok pusu-pusu i Menenangkan hati

keindahan air tersebut

7 Lao marnida haulion ni luat mi

menggambarkan

keindahan tempat yang dimaksud yaitu Danau Toba

8 Hape nuaeng da ompung Dan sekarang Hape (padahal), nuaeng (sekarang), da ompung (panggilan kepada kakek/nenek, tapi disebutkan juga

kepada (yang

dianggap) pemilik

Danau Toba)

menggabarkan keadaan Danau Toba saat ini 9 Nungnga be marsik Sudah kering Nungnga (sudah), be

marsik (kering), kata

kiasan yang

menggambarkan bahwa Danau toba tidak seindah dulu

10 Magulang Berguling Magulang (jatuh/

berguling) yang menggambarkan bahwa

keadaan Danau Toba yang semakin jatuh atau tak terjaga (kebersihan dan keindahan)

11 Jala masursur be da inong Dan longsor Jala (dan), masursur (longsor), be da inong ( ibu/ mengungkapkan kesedihan kepada ibu), merupakan gambaran Danau Toba yang sering mengalami longsor.

Pada teks syair andung diatas merupakan andung yang menggunakan makna konotatif yaitu makna yang tersirat. Kata demi kata dalam kalimat merupakan kata kiasan yang mampu menarik perhatian para pendengar andung, dan mengajak pendengar untuk mengartikan sendiri apa arti kalimat yang diucapkan, karena berbeda dengan kata yang digunakan sehari-hari. Kata kiasan memberikan keindahan dan penekanan akan hal yang ingin disampaikan.

(andung oleh Ewis Melona Sinaga pada upacara adat namonding Op.

nga ibaen hami nasa tolap nami bapakku (sudah kami lakukan semampu kami pak)

hape dang adong dope nadenggan hubaen hami bapa hasianku

(padahal belum ada hal membanggakan yang kami raih bapakku sayang) ...

Teks syair diatas akan dijabarkan dalam tabel berikut ini Tabel makna denotatif andung

2 nga lao be ho bapa bapak sudah

belum ada hal yang baik

atau yang

membanggakan yang sudah dilakukan selama hidup sang ayah semasa hidupnya

Dalam teks syair andung diatas mengandung makna yang sebenarnya, tanpa menggunakan kata kiasan. Pangandung mengungkapkan keluh kesahnya dengan menggunakan kata yang biasa digunakan sehari hari. Hal tersebut bisa saja terjadi dilapangan. Mangandung dengan menggunakan kata kiasan atau mangandung tanpa kata kiasan sama-sama bertujuan untuk meperoleh kelegaan.

Penyajian andung dalam upacara adat namonding dilakukan ditempat kejadian atau dirumah duka. Dimana pangandung akan duduk di samping mayat yang ditangisinya sambil meletakkan tangan ketubuh mayat dan sesekali mengusapnya dengan tujuan kharisma yang ada pada diri orang yang meninggal semasa hidupnya akan menular kepada pangandung tersebut. Hal tersebut juga dilakukan untuk memperagakan kalimat yang disampaikan dalam andung.

Andung dapat disajikan kapan saja selama jasad belum dikuburkan.

Sehingga ketika jasad dikuburkan tidak ada lagi beban fikiran yang dimiliki pangandung sehingga pangandung merasa lega (dalam istilah Batak Toba

disebut unang sukkot). Andung boleh disajikan dipagi hari, siang hari, sore hari dan malam hari. Tidak ada yang melarang andung dilakukan bahkan ketika tengah malam sekalipun, selama isi teks maupun kalimat andung tersebut berisi tentang curahan hati pangandung. khalayak yang melayat akan mendengarkan andung tersebut sampai benar-benar puas.

Tidak ada aturan atau syarat dalam mangandung. Termasuk jumlah pangandung dan durasi mangandung. Melakukan andung secara bersamaan bukanlah hal yang salah, apabila pangandung menyajikannya dengan pelan dan tidak berteriak, dengan demikian tidak seorang pun yang bisa melarang hal tersebut dilakukan. Namun ketika pangandung mulai histeris, maka penatua adat akan mendekati pangandung lainnya untuk berhenti sejenak sehingga khalayak bisa mendengarkan isi andung yang disajikan sampai saatnya pangandung yang histeris berhenti mengandung atau dihentikan.

Andung dapat disajikan beberapa kali oleh pangandung yang sama namun diwaktu yang berbeda. Contohnya ketika sarapan dipagi hari, istri yang meninggal dunia mengingat masa-masa ketika mereka sarapan bersama, bisa saja si istri langsung mangandung dan mengungkapkan curahan hatinya pada sang suami melalui andung yang disajikan. Demikian juga ketika disiang ataupun sore hari, ketika sang istri mengingat kembali kenangan bersama sang suami, biasanya akan mangandung lagi untuk meluapkan seluruh isi hatinya, dengan demikian kapan pun dia mangandung tidak ada yang melarang selama kalimat atau kata yang di sajikan dalam andung bukan tentang keputusasaan dan keluhan.

3.6 Struktur Melodi Andung

Penulis menggunakan aplikasi perfect piano untuk menentukan nada dasar pada andung. Maka nada dasar yang digunakan dalam transkripsi andung pada upacara adat namonding ini adalah nada G.

Berdasarkan tangga nada yang telah dianalisa dan dituliskan dalam transkripsi andung, penulis melihat bahwa nada yang digunakan merupakan nada G-A-B-C-D-E dengan nada terrendah merupakan nada A dan nada tertingginya merupakan nada E. Nada yang paling sering digunakan adalah nada C kemudian nada B, selanjutnya nada D, dan nada A, dan terahir adalah nada E.

Pada andung, penulis menyimpulkan bahwa bentuk melodi andung ini adalah Strofhic dan Reverting dimana pada andung disajikan dengan melodi yang sama dengan teks yang berbeda dan cenderung memiliki variasi melodi sebelum kembali lagi kemelodi awal. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bab IV.

BAB IV

TRANSKRIPSI DAN ANALISIS STRUKTUR MELODI ANDUNG PADA UPACARA ADAT NAMONDING

Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai tangga nada, nada dasar, wilayah nada, jumlah nada, formula melodik, kontur, anaisis ritem, dan juga bentuk yang terdapat dalam sajian andung yang diteliti. Selanjutnya akan dibahas pula analisis penyajian andung . Transkripsi akan dituliskan dalam lampiran.

4. 1 Tangga Nada (scale)

Nettel (1964:145) mengemukakan cara mendeskripsikan tangga nada dengan menuliskan nada yang dipakai dalam lagu. Tangga nada dalam notasi barat merupakan kumpulan nada yang disusun sedemikian rupa berdasarkan aturan yang ada sehingga membentuk suatu karakter tertentu.

Dalam mentranskripsikan andung, penulis menuliskan urutan-urutan nada mulai dari nada yang terrendah hingga nada yang tertinggi.

Berdasarkan tangga nada yang telah dianalisa dan dituliskan dalam transkripsi andung, penulis melihat bahwa nada yang digunakan merupakan nada G-A-B-C-D-E dengan nada terrendah merupakan nada A dan nada tertingginya merupakan nada E.

4.2 Nada Dasar (Pitch Center)

Bruno Nettle mengemukakan ada tujuh cara menentukan nada dasar (pitch center/ tonalitas) yaitu:

1. Patokan umum dalam menentukan nada dasar adalah memperhatikan nada yang sering digunakan dan nada yang jarang digunakan.

2. Terkadang nada yang memiliki harga ritmis besar bisa dianggap sebagai nada dasar meskipun nada tersebut jarang digunakan.

3. Nada yang digunakan pada akhir (awal) komposisi atau akhir (awal) bagian-bagan komposisi, bisa dianggap tonalitas komposisi tersebut

4. Nada terrendah atau nada yang persis ditengah-tengah dapat dianggap penting

5. Interval-interval yang terdapat diantara nada-nada terkadang digunakan sebagai patokan.

6. Terdapat tekanan ritmis dalam sebuah nada, juga digunakan sebagai tonalitas.

7. Jika ada gaya-gaya musik yang memiliki sistem tonal yang tidak bisa dideskripsikan dengan keenam petokan diatas cara terbaik adalah berdasarkan pengalaman, dan pengenalan akrab dengan gaya musik tersebut dapat ditentukan tonalitasnya dari musik yang diteliti.

Dari kutipan diatas, penulis melihat tidak ada yang dapat dijadikan menjadi patokan dalam menentukan nada dasar pada andung, sehingga penulis menggunakan aplikasi perfect piano untuk menentukan nada dasar pada andung. Maka nada dasar yang digunakan dalam transkripsi andung pada upacara adat namonding ini adalah nada G.

4.3 Wilayah Nada (Range)

Wilayah nada dalam sebuah komposisi musik merupakan jarak antara nada terrendah ke nada tertinggi. Untuk menentukan jarak nada terrendah ke nada tertinggi, penulis menggunakan garis paranada sehingga dapat dilihat dengan jelas susunan nada yang ada pada transkripsi andung tersebut. Hal ini dibuat untuk mempermudah penulis dalam melihat nada terrendah dan nada tertinggi dalam andung.

4.4 Jumlah Nada (Frequency of Notes)

Jumlah nada dapat dilihat dari banyaknya pemakaian nada-nada yang telah dituliskan dalam bentuk notasi. Jumlah nada yang dipakai dari nada terrendah hingga ke nada tertinggi yang digunakan dalam andung pada upacara adat namonding ini adalah sebagai berikut.

Nama Nada Jumlah Nada

A 45

B 117

C 119

D 88

E 10

Dengan demikian nada yang paling sering digunakan adalah nada C kemudian nada B, selanjutnya nada D, dan nada A, dan terahir adalah nada E. Berikut merupakan gambar nada yang sering digunakan hingga yang jarang digunakan dengan menggunakan harga not sesuai dengan urutannya.

4.5 Formula Melodik (Melodic Formulas)

Formula melodi terdiri atas frasa, bentuk, dan motif. Frasa merupakan bagian terkecil dari melodi. Bentuk merupakan pola melodi yang terbentuk dari gabungan beberapa frasa yang terjalin menjadi satu.

Motif adalah ide melodi yang digunakan sebagai dasar pembentukan melodi. Berikut ini merupakan istilah yang gunakan untuk menganalisis bentuk, yang dikemukakan oleh William P. Malm:

a. Repetatif adalah bentuk melodi yang diulang-ulang

b. Iretatif adalah bentuk melodi yang menggunakan formula melodi yang kecil dengan kecenderungan pengulangan dalam keseluruhan melodi.

c. Strofich adalah bentuk melodi yang diulang namun dengan teks yang berbeda.

Pada andung, penulis menyimpulkan berdasarkan kutipan diatas bahwa bentuk melodi andung ini adalah Strofhic dan Reverting dimana

Pada andung, penulis menyimpulkan berdasarkan kutipan diatas bahwa bentuk melodi andung ini adalah Strofhic dan Reverting dimana

Dokumen terkait