• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT BATAK TOBA DI DESA

2.2.5 Bahasa

Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan untuk mengungkapkan maksud dan tujuan tertentu. Dialek Batak Toba adalah dialek yang digunakan oleh masyarakat di Desa Lingga Raja II untuk berkomunikasi sehari-hari termasuk dalam konteks kegiatan upacara adat, seperti perkawinan, kematian, seni (nyanyian, Andung), cerita rakyat (legenda), dan silsilah atau jenjang tutur dalam keluarga.

Ada perbedaan yang tegas dalam hal penggunaan bahasa atau dialek Batak Toba dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Lingga Raja II.

Pertama, bahwa bahasa yang dipraktekkan dalam percakapan sehari-hari di antara anggota masyarakat adalah dialek yang mudah dipahami. Berbeda dengan dialek yang digunakan dalam percakapan sehari-hari, pilihan kosa kata untuk kegiatan mangandung pada masyarakat tersebut adalah pilihan kosa kata yang tertentu dan jarang digunakan untuk percakapan sehari-hari di masyarakat. perlu dipahami bahwa dalam hal Bahasa Batak Toba ada beberapa kosa kata yang berbeda dengan arti yang sama.

Berikut adalah daftar beberapa kosa kata yang sangat umum digunakan pada saat seseorang mangandung, yaitu:

No Kosa kata biasa Kosa kata untuk

7 Pardompakan pardompakan Dahi

8 Obut jambulan Rambut

9 Rungkung rungkung Leher

10 Andora Andora Dada

11 Abara tanggurung Bahu

12 Butuha Siubeon Perut

13 Daging Daging Punggung

14 Tarontok Tarontok Jantung

15 Tangis mangangguki Menangis

16 Boru sinuan beu anak perempuan

17 Anak sinuan tunas anak laki-laki

18 boru-boru Borua Perempuan

19 Bawa Ndalahi laki-laki

20 Bapa Among Ayah

21 Omak Inong Ibu

22 Tangga Balatuk pijakan/tangga

23 Kuburan Udean Kuburan

24 Balakkang Pudi Belakang

25 Amak Rere Tikar

26 Manjalo Pangido Minta

27 Mayat Bangke Mayat

28 Naik Nangkok Naik

29 Kandungan Bortian Kandungan

30 Natorop Sisolhot Kerabat

31 Busisaon Busisaon Bimbang

32 Marhusor Marhusor Bergerak

33 naso panagaman naso panagaman tidak disangka

34 Tona Tona Pesan

35 Kirim Tongos Kirim

36 Manesa mangapus Menghapus

37 Bereng Ida Lihat

38 Rame Torop Ramai

39 Lao Borhat pergi/berangkat

40 Kuburan Siudeon Kuburan

41 Tinggal Tading Tinggal

42 Cerita turi-turian Cerita

43 Mate monding /marujung ngolu Meninggal

44 holi-holi saring-saring tulang- tulang

45 Paitte Paima Tunggu

46 Satokkin Sallakka Sebentar

47 Tudia Hudia Kemana

48 Martona martading hata Berpesan

49 tega nai pulut niroha Teganya

50 Sugari aut sura Seandainya

51 dang sanggup dang tolap tidak sanggup

52 daong / dang Datung Tidak

53 Manutupi mangholipi menutup-nutupi

54 Hutiop Hupeop kuingat/kepegang

55 dang tarulangi dang haulahan tidak terulang

56 Tibu Gira lebih awal/cepat

57 Pambahenan pangalaho Perbuatan

58 dang dibalas dang maralus tidak dijawab

59 Cincin Tittin Cincin

60 Kalung horung-horung Kalung

Untuk pengucapan anggota tubuh, (seperti simanjujung,simalolong, sipareon dll) kepada orang yang lebih tua dari umur yang mengucapkan harus menggunakan kata yang digunakan dalam andung karena dianggap lebih sopan.

Selain dialek dengan masyarakat, orang Batak juga menggunakan bahasa Batak untuk merumpasa atau jenis pantun yang berisi nasehat dan doa bagi pendengar.

Contoh umpasa:

 Manat unang tartuktuk, dadap unang tarrobung

Artinya: berhati-hatilah dalam melakukan apa saja, sebelum bertindak perhatikan sekitar sehingga tidak akan berakibat buruk untuk selanjutnya

 Mata guru roha sisean

Artinya: setiap yang terjadi walaupun bukan terjadi pada diri kita haruslah dijadikan pelajaran sehingga akan lebih baik kedepannya.

 Balintang ma pagabe tumandangkon sitandoan Arinta ma gabe molo olo hita marsipaolo oloan

Artinya: keberhasilan akan kita raih apabila kita seia sekata.

BAB III

ANDUNG DALAM UPACARA ADAT NAMONDING DI DESA LINGGA RAJA II

Dalam bab ini penulis akan mendeskripsikan tentang andung dalam upacara adat namonding di Desa Lingga Raja II Kecamatan Pegagan Hilir Kabupaten Dairi. Penjelasan tersebut meliputi pengertian andung, fungsi andung bagi masyarakat, konteks penyajian andung, jenis-jenis andung yang tidak diharapakan (dilarang), dan makna penyajian andung bagi masyarakat.

3.1 Pengertian Andung

Andung merupakan ratapan yang disajikan dalam bentuk melodi yang disajikan oleh biasanya seorang penyaji yang disebut sebagai

„pangandung‟. Sebagai sebuah ratapan yang dinyanyikan, andung lazim menceritakan atau berkisah tentang hubungan emosional pangandung dengan jasad manusia (mayat), tetapi bisa saja berkisah tentang nasib diri sendiri atau terkait perpisahan dengan orang yang dikasihinya.

Teks yang digunakan di dalam andung biasanya merupakan kata-kata yang puitis. Kepuitisan tekstual andung bahkan mampu menghipnotis khalayak pendengar untuk merasakan perasaan emosional yang sedang diluapkan si pangandung. Dengan demikian, orang yang mendengarkan

andung akan terinformasi tentang apa yang sedang diratapi atau yang ditangisi oleh si pangandung.

Lebih jauh M. Sinaga9 menjelaskan bahwa andung merupakan perasaan. „Perasaan‟ di dalam bahasa lokal (Batak Toba) disebut juga dengan panghilalaon/parniaean. Andung adalah wujud gambaran laoin atau bentuk ekspresi isi hati si penyaji yang terkadang tidak bisa diungkapkan hanya dengan untaian kata-kata saja, sehingga harus dicurahkan dalam bentuk kata-kata yang menggunakan melodi. Andung dapat mewakilkan perasaan pangandung terhadap jasad yang ditangisinya, mewakilkan melalui kata-kata bahkan tanpa kata-kata. Maksudnya saat mangandung, pangandung sering kali mengeluarkan tangisan yang bernada dengan mengunakan satu kata saja seperti panggilan pangandung terhadap orang yang meninggal dunia, namun dapat mengundang simpati khalayak terhadap apa yang sedang diandungkan.

Andung sebagai perasaan bisa saja berisi tentang perasaan sedih yang dimiliki pangandung sepeninggal orang yang meninggal dunia.

Perasaan sedih dapat terlihat dari ekspresi pangandung yang merasa kehilangan sosok yang meninggal dunia. Misalnya ketika yang meninggal dunia adalah orang tua pangandung, dan pangandung merasa belum ada hal yang membanggakan yang dilakukan untuk menyenangkan hati orang

9 Wawancara dengan Mardon Sinaga pada hari senin tanggal 16 September 2019. M. Sinaga merupakan narasumber yang berdomisili di Desa Lingga Raja II yang merupakan penatua adat dan juga pengurus gereja

tuanya semasa hidupnya, maka pangandung akan mangandung dengan perasaan sedih karena belum siap atas kepergian orang tuanya.

Andung juga bisa berisi perasaan bahagia atas apa yang pernah dilakukan bersama yang meninggal dunia semasa hidupnya. Biasanya andung yang disajikan adalah kenangan yang tidak dapat dilupakan oleh pangandung, seperti kenangan yang lucu, konyol yang dilakukan oleh pangandung bersama-sama dengan orang yang meninggal dunia semasa hidupnya. Perasaan bahagia juga dapat dikarenakan segala tanggung jawab yang meninggal dunia semasa hidupnya sudah terpenuhi. Misalnya ketika pangandung baru saja melangsungkan pernikahan, dan selang beberapa waktu orang tua pangandung meninggal dunia, maka pangandung bisa menyertakan perasaan bahagia dalam untaian andungnya karena orang tuanya dianggap menyelesaikan tanggung jawab sebelum meninggal dunia, yaitu memberi berkat dalam pernikahannya.

Andung juga dapat berisi rasa kecewa atas kepergian yang meninggal dunia. Kecewa dalam sajian andung bisa saja karena pangandung dan yang meninggal dunia semasa hidupnya memiliki suatu rencana yang tidak terkabul akibat kepergian yang meninggal dunia.

Misalnya ketika orang yang meninggal dunia semasa hidupnya memiliki janji memberikan hadiah kepada pangandung, namun meninggal sebelum hadiah tersebut diberikan, maka pangandung akan menyertakan perasaan kecewa dalam andung yang disajikannya untuk memperoleh kelegaan.

Andung bisa juga berisi perasaan takut akan apa yang akan terjadi kedepannya tanpa kehadiran yang meninggal dunia. Contohnya ketika orang yang meninggal dunia masih memiliki tanggungan, seperti anak yang masih kecil dan masih bersekolah, atau masalah utang piutang yang belum terselesaikan selama hidupnya, biasanya istri/suami yang meninggal dunia akan meluapkan ketakutannya melalui sajian andung.

Andung juga bisa berisi perasaan marah karena alasan tertentu, seperti karena tidak memberikan pesan (tona) kepada pangandung atau bisa juga karena masih memiliki kesepakatan yang belum diwujudkan.

Contohnya adalah ketika keluarga yang berduka memiliki rencana yang melibatkan banyak orang, seperti acara pernikahan yang akan berlangsung dalam waktu dekat, namun terbengkalai karena kepergian orang yang meninggal dunia.

3.2 Fungsi Andung Bagi Mayarakat

Konsep fungsi dalam tulisan ini adalah dampak dari suatu peristiwa, kegiatan, kejadian, bagi atau terhadap pelaku maupun orang lain. Andung dilakukan untuk memperoleh suatu tujuan, dimana tujuan tersebut akan memberi dampak bagi pelaku andung maupun khalayak yang mendengarkan andung. Ada empat fungsi andung yang sesuai dengan pendekatan Alan P. Meriam dalam 10 fungsi musik yaitu :

3.2.1 Fungsi Pengungkapan Emosional

Menangis merupakan respon fisik yang diperoleh melalui emosi yang sedang dirasakan oleh pelakunya. Dalam masyarakat Batak Toba tangisan atau ratapan dalam upacara adat namonding diungkapkan melalui sajian andung yang memiliki tujuan sebagai suatu ekspresi dukacita yang sudah terbentuk untuk memenuhi kebutuhan adat untuk memperingati dan menghormati orang yang meninggal dunia (serta roh/tondi orang jasad dan tondi nenek moyang yang duluan meninggal) (Hodges 2006:13).

Selain untuk memenuhi kebutuhan adat, andung juga memiliki dampak positif bagi pelakunya, yaitu untuk meluapkan beban pikiran yang dimiliki pangandung akibat kepergian orang yang meninggal dunia melalui sajian andung. Menurut ilmu sikologi10 ketika seseorang memiliki masalah hal tersebut dapat memicu datangnya berbagai penyakit kedalam tubuh, seperti stres, gangguan tidur, gangguan pencernaan bahkan depresi yang disebut dengan gangguan psikomatis, maka untuk menghindari penyakit-penyakit tersebut orang Batak Toba selalu melampiaskannya lewat andung.

Dengan kata lain, melakukan andung mampu meluapkan seluruh beban pikiran yang dimiliki oleh pelakunya dengan cara mengungkapkan apa saja yang mengganjal dalam hati maupun pikiran pelakunya, dan aktivitas tersebut dapat meminimalisir ketegangan fikiran dan menghindari perasaan depresi.

10 Baca alodokter blogspot „Gangguan Psikomatis, Ketika Pikiran Menyebabkan Penyakit‟ yang di upload pada 6 oktobr 2015

Ungkapan emosional dapat dilihat pada teks syair andung berikut ini: (andung Ruth Ananta Sinaga pada upacara adat namonding Op Jeremia Sinaga)

o bapakku (o ayah)

dang huboto mandokkon manang aha be bapa...

(Saya tidak tahu apa yang harus saya katakan ayahku) martelepon hita tikki i bapa,

(padahal kita telfonan waktu itu)

isi do amang boru siTerris tikki i bapa.

(pada waktu itu lagi ada amangboru Terris pak)

Hudok do bapa bulan dua bolas ma ho tujakarta bapakku.

(Saya katakan bulan Desember inilah bapak ke Jakarta) Idokkon helami bapa,

(Karena kata menantumu pak)

ro manian amang tu Jakarta on inna do bapaku.

(maunya datanglah bapak mertua ke rumah kita ini begitu katanya pak) Asa hea idalani Jakartai inna do bapakku

(supaya bapak pernah datang ke Jakarta ini/ kerumah kita) malum ma sahit mi bapa asa ro ho tujakarta

(sembuhlah bapak supaya datang bapak ke Jakarta ini ido idokkon hami dohot ito si Iru dohot helami bapa (itu yang kami bilang sama ito Iru dan menantumu pak)

Husukkun ho bapakku, (Saya tanya bapak) boha ihilala ho,

(apa yang bapak rasakan)

sehat do au boru, nimmu do bapakku, (bapak sehat itu yang bapak katakan)

dang hea dipaboa ho bapakku manang aha na hassitmu,

(tidak pernah bapak kasih tahu apa pun kesakitan yang bapak derita) asal martelepon mekkel doho bapak

(tidak pernah bapak kasih tahu apa pun kesakitan yang bapak derita) ...

Dalam teks syair andung diatas terlihat bahwa andung merupakan pengungkapan emosional Ruth (pangandung) dengan andung sebagai perasaan sedih atas kepergian sang ayah, serta andung sebagai perasaan kecewa dan marah karena pangandung dengan yang meninggal dunia masih memiliki perjanjian atau kesepakatan semasa hidupnya yang belum sempat dipenuhi yaitu pergi ke Jakarta atau kerumah pangandung.

3.2.2 Fungsi Komunikasi

Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, dan gagasan) dari satu pihak kepada pihak yang lain. Andung dapat dijadikan sebagai media komunikasi searah yang terjadi dalam upacara adat namonding. Maksudnya adalah pesan ataupun informasi diberikan oleh

pangandung melalui andung yang disajikan kepada khalayak dan juga jasad, dan khalayak yang mendengarkan tidak memiliki wewenang untuk memberikan tanggapan maupun pertanyaan kepada pangandung.

Teks syair andung berikut ini merupakan gambaran komunikasi antara pangandung dengan jasad dan juga khalayak yang mendengarkan (andung oleh Ewis Melona Sinaga pada upacara adat namonding ayahanda Op. Jeremia Sinaga)

...

dang hurippu ikkon songoni da bapa (tak kusangka akan seperti ini pak) hape itinggalhon ho au bapakku (dan kau meninggalkan aku bapakku) idokkon bapa sehat do au boru (bapak bilang bapak sehat) ale dang tenang perasaanku (namun tak tenang hatiku) hubuat ma cutikku da bapa (dan aku cuti kerja pak)

ro au hubereng ngagale-gale bapa ijabu

(aku datang, dan kulihat bapak sudah lemas dirumah) nga loja itokku bang Jeremia lao mangurus ho da bapakku

(sudah lelah ito(pangilan kepada saudara laki-laki) Jeremia mengurus bapak)

bapakku (pak)

molo tung adong pe salakku da bapakku (kalau aku banyak salah sama bapak) maafhon ma au bapakku

(maafkanlah aku pak) asa sehat hami bapakku (supaya sehat kami pak)

dang sonang dope hubaen ho da bapakku (belum bahagia bapak kubuat)

itinggalhon ho ma au (bapak tinggalkan aku) ...

Teks syair andung diatas menunjukkan komunikasi antara pangandung dengan jasad yang ditangisinya, yaitu pada bagian pangandung meminta maaf kepada sang ayah atas kesalahanan pangandung pada masa hidup jasad yang ditangisinya. Melalui teks andung tersebut juga, khalayak memperoleh informasi bahwa sebelumnya jasad sudah dibawa berobat namun pada ahirnya harus meninggal juga. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa andung merupakan media komunikasi.

3.2.3 Fungsi Reaksi Jasmani

Fungsi reaksi jasmani andung merupakan reaksi yang dirasakan oleh pangandung serta khalayak yang mendengarkan sajian andung, melalui teks yang terkandung, maupun melodi yang digunakan dalam andung. Pada saat penyajian andung, khalayak yang mendengarkan bisa saja ikut menangis, hal tersebut merupakan reaksi khalayak karena menghayati dan meresapi emosional yang sedang diungkapkan oleh pangandung. Dengan demikian, khalayak dapat merasakan perasaan sedih, marah, serta kecewa yang dirasakan oleh pangandung tersebut.

Lirik andung berikut ini merupakan contoh reaksi jasmani yang dirasakan pangandung dan khalayak,

(andung oleh Ewis Melona Sinaga pada upacara adat namonding ayahanda Op. Jeremia Sinaga)

bapa (bapak) bapakku (bapakku)

hubuat do cutikku bapakku (kuurus cutiku bapakku)

lao hami dohot ito si jery bapakku (pergi aku dengan ito Jery pak) iboan hami doho bapakku (sudah kami bawa bapak)

huboan hami doho bapakku (sudah kami bawa bapak)

huboan hami doho hu puskesmas (sudah kami bawa bapak ke puskesmas) huboan hami doho tujabuni namboru si Yuni

(sudah kami bawa bapak ke rumah namboru(panggilan kepada sudara ayah) Yuni)

ngalumayan bapa, ngalumayan da bapa, ngalumayan (sudah mendingan)

lao ma au muse karejo (lalu aku pergi kerja)

naikkon malum do inna bapa (harus sembuh bapak)

marlojong au bapa mangalului surat bpjs (lalu aku pergi untuk mengurus surat bpjs) asalma sehat ho bapakku inna rohakku do bapa (asal bapak sembuh)

marlojong au bapa (pergi aku pak)

hape lak lao maho bapakku (padahal bapak pergi) itinggalhon ho au (bapak tinggalkan aku)

hape idokkon ho ikkon sehat do ho bapakku (padahal bapak bilang bapak harus sembuh) dang tinggalhononmu nimmu au bapa (bapak janji gak akan meninggalkan aku) hape itinggalhon ho do au bapakku (padahal bapak tinggalkan aku) dang tardokkon au be manang aha

(sudah tidak tahu lagi pak, mau bilang apa) haccit nai bapakku

(sungguh sakit pak) haccit nai...

(sungguh sakit)...

Dalam teks syair andung diatas pangandung mengungkapkan perjuangannya ketika sang ayah masih sakit. Yaitu cuti kerja, membawa berobat, mengurus bpjs, semua diungkapkan dalam andung sehingga khalayak mengetahui proses demi proses yang terjadi. Pangandung mengucapkan kata dengan pengulangan sehingga mempertegas kesedihan yang mendalam yang sedang dirasakannya pada saat mangandung. Dengan kalimat demi kalimat yang terucap spontan membuat khalayak merasakan kesedihan yang mendalam melalui sajian andung tersebut.

Khalayak yang mendengarkan ikut menagis pula sebagai reaksi jasmani yang diperoleh melalui andung yang disajikan. Dan kata haccit nai bapakku, haccit nai (sungguh sakit pak, sungguh sakit), merupakan kalimat

yang sangat menyentuh hati khalayak, karena memiliki arti yang mendalam, yaitu bentuk ketidaksiapan pangandung ditinggalkan oleh sang ayah.

3.2.4 Fungsi yang Berkaitan dengan Norma Sosial

Andung berfungsi sebagai media pengajaran akan norma-norma atau pembelajaran bagi masyarakat melalui teks yang disampaikan oleh pangandung. Pembelajaran (poda) disampaikan secara tidak langsung oleh pangandung, dimana khalayak yang mendengarkan harus mengartikan dan menerapkan sendiri pesan apa yang akan diambil dari sajian andung yang didengarkan.

Khalayak yang mendengarkan andung perlu mengetahui tentang masa hidup yang meninggal dunia, kebaikan-kebaikan yang meninggal dunia semasa hidupnya, sehingga dengan demikian khalayak akan memperoleh pembelajaran (poda) melalui pesan yang disampaikan pangandung lewat teks yang disajikannya.

Informasi yang diperoleh khalayak yang menjadi suatu pembelajaran bagi masyarakat terdapat pada lirik andung yang disajikan dengan bahasa yang puitis, seperti pada contoh berikut ini.

(andung Ruth Ananta Sinaga pada upacara adat namonding Op.Jeremia Sinaga)

...

lakso asi do roham mamereng hami bapa (tidakkah ayah kasihan pada kami)

sehat ma amang inna do bapa

(padahal sehatlah ya amang (panggilang kepada mertua laki-laki) kata menantumu pak)

hape ngalao be ho bapakku (padahal bapak sudah pergi) nga lao be ho bapa

(bapak sudah pergi)

nga ibaen hami nasa tolap nami bapakku (sudah kami lakukan semampu kami pak)

hape dang adong dope nadenggan hubaen hami bapa hasianku

(padahal belum ada hal membanggakan yang kami raih bapakku sayang) sonang maho dilambungni Tuhan i bapa

(bahagialah pak bersama Bapa disorga) sonang ma ho bapakku

(bahagialah pak)

mauliatema bapa ditangianghon hodo hami diujungni ngolumi (terimakasih pak, sudah mendoakan kami pada ahir hidupmu) itangiangkon hodo hami sude pinomparmon asa ipasu-pasu Tuhan

(bapak doakannya kami semua keturunanmu supaya diberkati oleh Tuhan) itangianghon hodo hamisude gellengmon

(bapak doakannya kami semua anak-anakmu) sai sonang maho bapa dilambungni Tuhan i (semoga bapak tenang bersama Bapa disorga)

...

Dari teks syair andung tersebut, khalayak memperoleh pembelajaran bahwa menjadi anak haruslah memberikan yang terbaik kepada orang tuanya, serta harus mampu membuat orang tua bangga, sehingga ketika orang tua meninggal, tidak menjadi penyesalan bagi anak tersebut. Selain itu menjadi orang tua harus merawat dan membesarkan anak, dan mendoakan seluruh anaknya, sehingga ketika meninggal dunia, anak-anak akan selalu mengingat kebaikan serta doa orang tuanya tersebut.

Khalayak juga memperoleh pelajaran bahwa ketika orang yang disayang meninggal dunia, harus tetap ikhlas dan melepaskan kepergian yang meninggal tersebut, serta mendoakannya supaya diberikan ketenangan jiwa oleh yang Maha Kuasa.

3.3 Konteks Penyajian Andung

Ada empat jenis konteks upacara namonding, di mana andung disajikan, antara lain:

a. Nahadearanna (meninggal muda)

Nahadearanna merupakan sebutan terhadap yang meninggal dunia apabila yang meninggal tersebut masih anak-anak, remaja maupun dewasa namun belum menikah. Disebut nahadearanna artinya yang meninggal dunia belum memiliki tanggung jawab sehingga dianggap belum mengerti aturan (ruhut) dan belum termasuk kedalam hukum adat. Andung yang

disajikan berisi tentang putusnya hubungan tali kekeluargaan dan kenangan indah masa hidupnya saja. tidak ada cerita tentang kharisma, karena dianggap belum ada nasehat atau tanggung jawab yang dilakukannya.

b. Tanggung

Tanggung merupakan sebutan kepada mayat yang baru saja melangsungkan pernikahan, memiliki anak yang msih remaja, atau sudah memiliki anak dewasa namun belum ada yang menikah. Disebutkan tanggung karena dianggap sudah memiliki tanggung jawab, mengerti aturan adat (ruhut) namun meninggal dunia tanpa menunggu anak-anaknya berhasil. Berhasil dalam arti menikah. Andung yang disajikan merupakan andung yang sangat menyentuh hati para pendengar karena diibaratkan seperti menanam padi dan merawatnya namun tidak memanennya.

c. Sari Matua

Sari matua merupakan sebutan kepada mayat yang sudah memiliki cucu namun masih memiliki tanggung jawab. Tanggung jawab yang dimaksud adalah belum menikah. Artinya masih ada dintara anak-anaknya yang belum menikah. Walaupun cucunya sudah menikah dan memiliki anak, mayat tidak dapat disebut sebagai saur matua apabila masih ada anaknya yang belum menikah.s Andung yang disajikan biasanya menceritakan tentang kharisma yang meninggal dunia namun masih berisi

sedikit penyesalan keinginan penagandung yang berharap mayat tersebut hidup lebih lama untuk melihat anak-anaknya dan cucunya menikah.

d. Saur Matua

Saur matua merupakan kharisma tertinggi dalam kematian adat batak. Disebut saur matua ketika mayat yang meninggal dunia sudah marnini-marnono (melihat cucunya memiliki anak, baik cucu perempuan maupun cucu laki-laki). Hal ini dianggap berhasil dalam hidupnya, maka andung yang di sajikan biasanya hanya sekedar dan berisikan kharisma yang meninggal dunia dengan harapan pangandung bisa merasakan hal yang sama yaitu; memiliki umur yang panjang sehingga bisa melihat cicitnya dimasa mendatang.

3.4 Jenis-Jenis Andung yang Dilarang Dilakukan di Desa Lingga Raja II

Ada tiga jenis andung yang tidak diharapkan atau dilarang dilakukan dalam upacara adat namonding yaitu:

 Andung margait-gait (bermain-main)

Andung margait-gait (bermain-main) adalah andung yang dilakukan tidak benar-benar dari hati namun dilakukan untuk menutupi hal buruk yang dilakukan oleh yang meninggal dunia semasa hidupnya. Contoh: ketika yang meninggal merupakan suami seorang istri yang pada masa hidupnya sering melakukan kekerasan terhadap istri maupun anak-anaknya dan sering

mabuk-mabukan dan menghambur-hamburkan uang hasil ladang bersama, namun ketika meninggal dunia si istri mangandung dengan kata-kata yang menjelaskan bahwa sang suami merupakan imam yang baik dalam hidupnya. bagi pendengar andung yang mengetahui hal tersebut akan menganggap bahwa andung tersebut main-main.

Tidak jarang khalayak menganggap andung tersebut hanya formalitas saja, untuk menunjukkan kepada khalayak bahwa pelaku andung tersebut merasakan kesedihan yang mendalam sepeninggal yang meninggal dunia. Namun hal tersebut tentu saja tidak dilarang oleh siapapun. Hanya saja pendengar yang mengetahui kehidupan mereka hanya akan diam dan mendengarkan tanpa tersentuh hatinya.

 Andung sekedar formalitas

Andung sekedar formalitas merupakan andung yang dilakukan dengan alasan tertentu seperti, ketika seseorang keluarga dekat yang sering bersama atau sahabat yang meninggal dunia tidak bisa mangandung, namun karena kedekatannya dengan orang yang meninggal dunia, dia merasa tidak baik kalau tidak mangandung, atau merasa malu kalau tidak mangandung maka dia mangandung hanya sekedar saja atau bisa dikatakan bahwa andung yang disajikannya hanya formalitas.

Namun bukan berarti keluarga atau sahabat yang melakukan andung sekedar formalitas tersebut tidak bersedih sepeninggal orang yang meninggal dunia. Hanya saja tidak mengerti mengungkapkannya dengan kata-kata yang puitis seperti sajian andung pada umumnya.

 Andung yang terpendam

Andung yang terpendam merupakan andung yang tidak diungkapkan oleh penyaji karena susah untuk diungkapkan. hal ini biasanya terjadi kepada istri/suami, orang tua atau anak orang yang meninggal dunia. hal ini merupakan hal yang dianggap berbahaya karena akan berdampak kehari-hari selanjutnya. Menurut pengamatan lapangan, pelaku andung yang terpendam biasanya tidak menangis, dan hanya diam menunduk dan tidak

Andung yang terpendam merupakan andung yang tidak diungkapkan oleh penyaji karena susah untuk diungkapkan. hal ini biasanya terjadi kepada istri/suami, orang tua atau anak orang yang meninggal dunia. hal ini merupakan hal yang dianggap berbahaya karena akan berdampak kehari-hari selanjutnya. Menurut pengamatan lapangan, pelaku andung yang terpendam biasanya tidak menangis, dan hanya diam menunduk dan tidak

Dokumen terkait