• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1 Sistem Saluran Tataniaga Wortel

6.1.1 Pola Saluran Tataniaga

6.1.1.3 Fungsi Fasilitas pada Saluran Tataniaga

Fungsi fasilitas dapat berupa fungsi standarisasi dan grading, fungsi penanggungan resiko, fungsi pembiayaan dan fungsi informasi pasar. Petani pada saluran tataniaga I melakukan fungsi fasilitas berupa penanggungan risiko dan pembiayaan. Fungsi pengangungan risiko terjadi apabila petani melakukan penjualan dengan sistem borongan kepada PPK yaitu adanya kemungkinan wortel yang diborong sebenarnya berjumlah jauh lebih besar dari estimasi PPK.Selain itu fungsi penanggungan risiko berupa penerimaan kemungkinan kerugian pemasaran

wortel yang terdiri dari risiko fisik dan risiko harga. Fungsi pembiayaan berupa penyediaan biaya berupa modal dalam kegiatan usahatani wortel.

Fungsi fasilitas yang dilakukan PPK antara lain fungsi pembiayaan, risiko, informasi pasar serta fungsi grading dan sortasi. Fungsi pembiayaan yang dilakukan oleh PPK yaitu penyediaan modal usaha yang dapat digunakan untuk berbagai aspek tataniaga seperti digunakan untuk membeli wortel yang dihasilkan petani, membayar sewa mobil, dan tenaga kerja pemborong. Fungsi penaggungan risiko yang dialami PPK yaitu tidak tersedianya wortel di Kecamatan Pacet sehingga PPK harus memenuhi permintaan dengan memasok dari daerah yang lebih jauh sehingga biaya yang akan dikeluarkan akan semakin besar. Risiko akibat perubahan harga yang terjadi dipasaran termasuk ke dalam risiko yang dialami PPK. Fungsi sortasi dan grading juga dilakukan oleh PPK. Fungsi ini dilakukan guna untuk memisahkan komoditas sesuai dengan pasar tujuan.

Fungsi fasilitas yang dilakukan oleh pedagang besar yaitu dapat berupa fungsi pembiayaan, risiko, dan informasi pasar. Fungsi pembiayaan seperti pembiayaan atas pengangkutan wortel dari PPK ke pedagang besar ditanggung oleh pedagang besar. Fungsi risiko dapat terjadi dari perubahan harga yang sewaktu-waktu dapat berubah dengan cepat akibat tingginya supply. Fungsi informasi pasar dapat dilakukan dengan pengetahuan mengenai ketersedian pasokan wortel di pasar dan dapat menjadi informan untuk lembaga tataniaga lainnya.

Pedagang pengecer juga melakukan fungsi fasilitas seperti pembiayaan, risiko serta informasi pasar. Fungsi pembiayaan dapat berupa pembiayaan atas kegiatan operasional dalam melakukan sistem jual beli termasuk sewa tempat dan retribusi. Risiko yang ditanggung pedagang pengecer yaitu penyusutan bobot dan kerusakan wortel jika semakin lama tidak dibeli konsumen. Informasi pasar yang dimiliki pedagang pengecer berupa informasi harga dan jumlah pasokan.

6.1.2 Pola Saluran Tataniaga II

Saluran tataniaga II merupakan saluran tataniaga yang terdiri dari petani – pedagang besar – pedagang pengecer – konsumen akhir. Berbeda dengan saluran tataniaga I, saluran tataniaga II tidak melibatkan lembaga tataniaga pedagang pengumpul kebun sebagai pedagang perantara antara petani dengan pedagang

besar. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa dari 20 petani yang menjadi responden menjual wortel yang dihasilkannya kepada pedagang besar sebanyak 5 orang (25 persen). Petani yang menjual wortel ke pedagang besar merupakan petani yang sudah berlangganan dan produksi wortelnya dalam jumlah besar yaitu lebih dari 5 kuintal. Pedagang besar umumnya membeli wortel dengan sistem timbang, yakni pedagang besar membayar sesuai dengan kuantitas wortel yang dibeli.

Pedagang besar dalam tataniaga wortel mendistribusikan wortel ke Pasar lokal dan juga ke Supermarket. Perbedaanya terletak pada wortel yang didistribusikan dimana pedagang besar yang mendistribusikan wortel ke supermarket melakukan grading terlebih dahulu sedangkan pedagang besar yang menjual ke lokal (Pasar Family, Pasar Ciracas, Pasar Pondok Bambu, dan lain- lain) tidak melakukan grading dan sortasi. Pedagang besar yang menjual hasil wortel ke supermarket adalah CV Agro Segar yang didirikan dan dimiliki oleh Bpk Santoso. Guna memenuhi permintaan wortel yang berkualitas, CV Agro Segar melakukan penyortiran ketat pada wortel yang dibeli dari petani-petani yang telah bekerjasama dengan perusahaan. CV Agro Segar menjual wortel ke supermarket dan restoran di wilayah Jakarta dan sekitarnya, salah satu supermarket yang membeli wortel adalah Giant, sedangkan restoran-restoran Jepang dan Korea di wilayah Jakarta diantaranya Tobak dan Hyang Su. Wortel yang didistribusikan untuk konsumen restoran, CV Agro Segar mengemasnya dalam satu paket bersama komoditi lain seperti daun bawang, lobak, tomat, selada, brokoli dan lain sebagainya. Kapasitas pengiriman wortel ke supermarket tidak terlalu banyak yaitu kurang dari dua kuintal setiap kali pengiriman dalam sehari, hal ini karena perusahaan tidak hanya mengirim komoditi wortel saja. Sistem pembayaran yang dilakukannya pun menggunakan pembayaran sebagian, yaitu produk yang diterima pihak supermarket baru akan dibayarkan pada pengiriman selanjutnya dengan mempertimbangkan kualitas produk. Dalam hal ini pihak supermarket melakukan penyortiran kembali sebelum di jual kembali ke konsumen akhir.

6.1.2.1 Fungsi Pertukaran pada Saluran Tataniaga II

Pada saluan tataniaga II, terdapat tiga lembaga yang terlibat dan melakukan fungsi pertukaran yaitu petani, pedagang besar dan pedagang pengecer. Petani melakukan fungsi pertukaran berupa fungsi penjualan kepada pedagang besar. Dalam fungsi ini penjualan dilakukan kepada pedagang besar dengan sistem timbang. Petani memanen wortelnya kemudian dicuci dan dibersihkan untuk kemudian dibawa ke tempat pedagang besar untuk ditimbang.

Pedagang besar juga melakukan fungsi pertukaran yakni berupa penjualan dan pembelian. Pedagang besar membeli komoditi wortel dari petani kemudian menjualkan ke pedagang pengecer. Umumnya pedagang besar telah memiliki tujuan pasar supermarket, restoran, dan pasar-pasar di daerah Ibu kota.

Fungsi pertukaran selanjutnya dilakukan pedagang pengecer. Fungsi pertukaran yang dilakukan sama halnya dengan fungsi pertukaran yang dilakukan pedagang besar. Dalam hal ini, pedagang pengecer membeli wortel dari pedagang besar dan menjualnya ke konsumen akhir.

6.1.2.2 Fungsi Fisik pada Saluran Tataniaga II

Pada saluran tataniaga II, semua lembaga tataniaga melakukan fungsi fisik. Petani melakukan fungsi fisik berupa pengangkutan termasuk pencucian. Dalam saluran tataniaga ini, petani melakukan fungsi fisik sebelum melakukan penjualan kepada pedagang besar. pengangkutan biasa dilakukan menggunakan motor. Pencucian di lakukan di rumah petani.

Pedagang besar dalam saluran tataniaga melakukan berbagai fungsi fisik seperti pengangkutan, penyimpanan, dan pengemasan. Fungsi pengangkutan dilakukan dari tempat pedagang besar ke tempat pedagang pengecer. Fungsi penyimpanan terkadang dilakukan khusus untuk tujuan pasar tradisional, sedangkan untuk supermarket dan restoran pedagang pengecer selalu memberikan komoditas yang segar untuk mengurang risiko pengembalian oleh pihak pedagang pengecer. Fungsi pengemasan dilakukan dengan berbagai jenis sesuai dengan tujuan pasar. Bagi pasar tradisional umumnya pengemasan dilakukan menggunakan karung sedangkan untuk restoran dilakukan menggunakan plastik wrapping dalam satuan sepuluh kilogram dan untuk ke supermarket di-wrapping dan diberi alas menggunakan spons dan dibungkus dengan satuan bervariasi

sesuai dengan timbangan tetapi kurang dari satu kilogram (lima sampai tujuh batang wortel).

Pedagang pengecer melakukan fungsi fisik berupa pengangkutan dan penyimpanan. Fungsi pengangkutan dilakukan pedagang pengecer baik di pasar tradisional maupun di supermarket dan restoran. Pedagang pengecer di pasar melakukan pengangkutan dari mobil ke loss/kios tempat mereka berjualan sedangkan pedagang pengecer supermarket atau restoran melakukan pengangkutan dari mobil pengantar ke dalam gudangnya.

6.1.2.3 Fungsi Fasilitas pada Saluran Tataniaga II

Fungsi fasilitas dapat berupa fungsi standarisasi dan grading, fungsi penanggungan resiko, fungsi pembiayaan dan fungsi informasi pasar. Petani pada saluran tataniaga II melakukan fungsi fasilitas berupa penanggungan risiko dan pembiayaan. Fungsi pengangungan risiko berupa penerimaan kemungkinan kerugian pemasaran wortel yang terdiri dari risiko fisik dan risiko harga. Fungsi pembiayaan berupa penyediaan biaya berupa modal dalam kegiatan usahatani wortel dan juga biaya pengangkutan ke pedagang besar. Selain itu terkadang petani juga mengeluarkan biaya lebih untuk menyewa tenaga kerja sewaktu-waktu jika jumlah panen banyak.

Fungsi fasilitas yang dilakukan oleh pedagang besar yaitu dapat berupa fungsi pembiayaan, risiko, dan informasi pasar. Fungsi pembiayaan seperti pembiayaan atas pengangkutan dan pengemasan oleh pedagang besar. Fungsi risiko dapat terjadi dari aktivitas pengembalian wortel karena mudah rusak. Fungsi informasi pasar dapat dilakukan dengan pengetahuan mengenai ketersedian pasokan wortel di pasar dan dapat menjadi informan untuk lembaga tataniaga lainnya.

Pedagang pengecer juga melakukan fungsi fasilitas seperti pembiayaan, risiko serta informasi pasar. Fungsi pembiayaan dapat berupa pembiayaan atas kegiatan operasional dalam melakukan sistem jual beli termasuk sewa tempat dan retribusi. Risiko yang ditanggung pedagang pengecer yaitu penyusutan bobot dan kerusakan wortel jika semakin lama tidak dibeli konsumen. Informasi pasar yang dimiliki pedagang pengecer berupa informasi harga dan jumlah pasokan. Pedagang pengecer seperti restoran juga melakukan fungsi pengolahaan.

6.1.3 Pola Saluran Tataniaga III

Pola saluran tataniaga III melibatkan dua lembaga tataniaga yaitu petani dan pedagang pengecer. Jenis saluran tataniaga ini hanya dilakukan oleh dua orang petani dari seluruh petani responden. Petani yang menggunakan saluran ini umumnya memiliki kendaraan sendiri yang digunakan untuk melakukan distribusi ke pedagang pengecer. Selain itu petani yang menggunakan saluran ini umumnya memiliki hubungan kekerabatan dengan pedagang pengecer. Dua petani yang menggunakan saluran ini masing-masing berasal dari Desa Sukatani dan Desa Cipendawa. Dua petani responden ini mendistribusikan wortel ke pedagang pengecer yang terletak di Pasar TU Bogor. Pendistribusian dilakukan sendiri oleh petani pada sore hari untuk kemudian diterima dan disortasi oleh pedagang pengecer sebelum dijual ke konsumen. Komoditas sayur yang dibawa petani tidak hanya terdiri dari satu macam komoditas saja, melainkan terdiri dari beberapa macam sayuran seperti tomat, brokoli, kol, lobak, daun bawang dan termasuk juga wortel.

Pola saluran ini merupakan saluran terpendek dibanding dengan saluran- saluran lainnya. Alasan petani memilih menggunakan saluran tataniaga ini adalah karena keuntungan yang didapat lebih besar dibandingkan jika menjual melalui pedagang perantara seperti pedagang pengumpul kebun atau melalui pedagang besar. Saluran tataniaga ini dapat dilakukan oleh petani jika hasil panen yang dihasilkan memilki harga yang tinggi dan baik untuk setiap komoditas yang ditanam, dalam hal ini sampai dengan pengambilan sampel harga untuk komoditas wortel dipasar sedang stabil. Informasi pasar sampai ke petani dari pedagang pengecer. Pembayaran dilakukan pada pengiriman selanjutnya. Hal ini karena sudah terjalinnya saling percaya antara kedua belah pihak ditambah lagi dengan hubungan kekerabatan yang cukup erat. Contohnya salah satu petani responden mendistribusikan hasil panen kepada adik kandungnya di pasar di pasar TU Bogor selaku pedagang pengecer.

6.1.3.1 Fungsi Pertukaran pada Saluran Tataniaga III

Terdapat dua lembaga yang terlibat dan melakukan fungsi pertukaran yaitu petani dan pedagang pengecer. Fungsi pertukaran yang dilakukan petani dalam saluran tataniaga III berupa fungsi penjualan langsung kepada pedagang pengecer.

Petani dalam saluran tataniaga melakukan penjualan tanpa melalui perantara lain. Petani memanen kemudian menimbang sendiri kemudian membawa langsung ke pasar tujuan di Bogor.

Fungsi pertukaran selanjutnya dilakukan pedagang pengecer. Fungsi pertukaran yang dilakukan bebrupa fungsi penjualan dan pembelian. Fungsi pembelian dilakukan terkait dengan aktivitas pembelian sejumlah wortel dari petani dan fungsi penjualan terkait dengan aktivitas penjualan wortel kepada konsumen akhir.

6.1.3.2 Fungsi Fisik pada Saluran Tataniaga III

Semua lembaga tataniaga melakukan fungsi fisik pada saluran tataniaga III. Petani melakukan fungsi fisik berupa pengangkutan termasuk pencucian serta pengemasan meskipun hanya pengemasan menggunakan karung atau plastik bening. Dalam saluran tataniaga ini, petani melakukan fungsi fisik sebelum melakukan penjualan kepada pedagang pedagang pengecer. pengangkutan biasa dilakukan menggunakan mobil pick-up. Pencucian dilakukan di tempat petani untuk selanjutnya kemas menggunakan karung dan dikirim ke pasar tujuan (Pasar TU Bogor).

Pedagang pengecer melakukan fungsi fisik berupa pengangkutan dan penyimpanan. Fungsi pengangkutan dilakukan pedagang pengecer dengan melakukan pengangkutan dari mobil ke tempat penjualan (loss/kios) tempat mereka berjualan sedangkan penyimpanan dilakukan jika masih adanya sisa wortel yang tidak terjual sehingga harus disimpan untuk dijual pada hari berikutnya.

6.1.3.3 Fungsi Fasilitas pada Saluran Tataniaga III

Fungsi fasilitas terdiri dari fungsi sortasi dan grading, fungsi penanggungan resiko, fungsi pembiayaan dan fungsi informasi pasar. Petani pada saluran tataniaga III melakukan fungsi fasilitas berupa penanggungan risiko, sortasi/grading, pembiayaan dan informasi pasar. Fungsi pengangungan risiko dapat berasal dari kerugian pemasaran wortel yang terdiri dari risiko fisik dan risiko harga. Fungsi pembiayaan berupa penyediaan biaya berupa modal dalam kegiatan usahatani wortel dan juga biaya pengangkutan ke pasar tempat pedagang

pengecer dan biaya lebih untuk menyewa tenaga kerja sewaktu-waktu jika jumlah panen banyak. Fungsi sortasi grading dilakukan dengan memisahkan wortel berdasarkan ukuran panjang dan diameter sehingga terdapat dua jenis wortel yang dikirim yaitu wortel dengan ukuran besar dan wotel dengan ukuran kecil. Selain itu fungsi informasi pasar turut penting pada petani saluran III, karena petani langsung menjual wortelnya kepada pedagang pengecer.

Pedagang pengecer juga melakukan fungsi fasilitas seperti pembiayaan, risiko serta informasi pasar. Fungsi pembiayaan dapat berupa pembiayaan atas kegiatan operasional dalam melakukan sistem jual beli termasuk sewa tempat dan retribusi. Risiko yang ditanggung pedagang pengecer yaitu penyusutan bobot dan kerusakan wortel jika semakin lama tidak dibeli konsumen. Informasi pasar yang dimiliki pedagang pengecer berupa informasi harga dan jumlah pasokan.

6.1.4 Pola Saluran Tataniaga IV

Terdapat empat lembaga tataniaga yang terlibat dalam saluran tataniaga IV antara lain petani, PPK (pedagang pengumpul kebun), STA (Sub Terminal Agribisnis), dan pedagang pengecer. Saluran tataniaga IV hampir sama halnya dengan saluran tataniaga I, perbedaannya terletak di saluran tataniaga IV terdapat STA yang berperan sebagai lembaga penampungan komoditas agribisnis dari beberapa mitra yang telah terdaftar sebagai anggota. STA dalam hal ini berperan hampir sama dengan fungsi yang dilakukan oleh pedagang besar.

Petani awalnya menjual ke pedagang pengumpul kebun sama halnya dengan saluran tataniaga I dimana PPK mendatangi petani yang wortelnya siap untuk dipanen dan kemudian dibawa ke STA. Alasan petani menjual keseluruhan hasil panennya melalui PPK adalah karena petani tidak perlu memasarkan sendiri hasil panennya, sehingga dapat menghemat biaya pengangkutan. Wortel yang dijual petani melalui PPK kemudian diangkut oleh PPK dan siap dikirim ke pihak lembaga pemasaran berikutnya. Jika wortel yang dibawa PPK mengalami kerusakan atau tidak laku dijual bukan menjadi tanggungjawab petani melainkan tanggung jawab PPK. Wortel yang terkumpul di PPK kemudian dipasarkan melalui Sub Terminal Agribisnis (STA) Cigombong, dan wortel yang dipasarkan melalui STA Cigombong oleh PPK dapat mencapai rata-rata 1,5 ton. Komoditi wortel yang terkumpul di STA kemudian dipasarkan ke pasar lokal yaitu, pasar

Cipanas, pasar TU bogor, dan pasar Induk Kramatjati Jakarta. Selain itu STA juga memasarkan wortel dengan kualitas super ke pasar modern (supermarket), salah satu contoh supermarket yang menjadi tujuan yaitu Giant di wilayah Jakarta. Masing-masing pengiriman wortel ke pasar lokal dan modern tersebut dapat mencapai 4-8 ton dan 400-1000 kilogram suntuk satu kali pengiriman. Pengiriman untuk pasar lokal dilakukan rutin setiap hari dua kali pengiriman, sedangkan untuk pasar modern dilakukan tiga kali dalam seminggu yaitu setiap hari Selasa, Jumat dan Minggu. Dari pedagang pengecer kemudian wortel dapat sampai ke tangan konsumen akhir.

6.1.4.1 Fungsi Pertukaran pada Saluran Tataniaga IV

Fungsi pertukaran yang dilakukan petani berupa fungsi penjualan. Fungsi penjualan yang dilakukan oleh petani adalah berupa penjualan produk wortel kepada PPK. Penjualan wortel dilakukan langsung di kebun petani setelah PPK membeli wortel sesuai kesepakatan kedua belah pihak. Pembayaran wortel oleh PPK dilakukan secara tunai.

Fungsi pertukaran juga dilakukan PPK yaitu berupa pembelian dan penjualan. Fungsi pembelian berupa pembelian atas sejumlah wortel dari petani. Hal ini sama halnya dengan fungsi penjualan yang dilakukan petani kepada PPK. Sedangkan fungsi penjualan yaitu berupa penjualan sejumlah wortel kepada lembaga tataniaga berikutnya (STA). Sistem penjualan dilakukan dengan cara PPK mengantarkan langsung wortel ke STA untuk kemudian ditimbang kembali dan dibayarkan baik secara tunai maupun dibayarkan pada jual beli berikutnya tergantung dari sistem pembayaran yang dilakukan oleh lembaga berikutnya (pedagang pengecer) setelah STA.

Setelah melakukan fungsi pembelian atas sejumlah wortel dari PPK, STA juga melakukan fungsi penjualan guna mendistribusikan wortel hingga ke konsumen akhir. Fungsi penjualan yang dilakukan oleh STA kepada pedagang pengecer dilakukan dengan cara STA mengantarkan wortel ke lokasi pedangang pengecer di Jakarta. STA tidak hanya memasrkan wortel kepada pasar lokal saja melainkan ke pasar modern juga. Sistem pembayaran yang dilakukan pada pasar lokal yaitu melalui cara tunai ataupun non tunai (pada pengiriman selanjutnya). Sedangkan sistem pembayaran pada pasar modern dilakukan sesuai dengan

kontrak yaitu setiap dua minggu dan selambat-lambatnya hingga satu bulan setelah pengiriman.

Dalam fungsi pertukaran selanjutnya, fungsi pembelian dilakukan oleh pedagang pengecer dengan membeli wortel dari STA. Pasar modern membeli wortel yang memiliki kualitas baik atau super, berbeda dengan wortel yang dibeli oleh pedagang pengecer di pasar lokal. Selanjutnya pedagang pengeceran fumgsi penjualan kepada konsumen akhir yang datang langsung ke kios atau loss pedagang pengecer dalam jumlah yang relatif sedikit.

6.1.4.2 Fungsi Fisik pada Saluran Tataniaga IV

Fungsi fisik yang dilakukan pada saluran tataniaga IV ini adalah fungsi pengangkutan, penyimpanan dan pengemasan. Lembaga pertama yang terlibat dalam saluran tataniaga IV yaitu petani. Secara keseluruhan petani pada saluran tataniaga IV tidak melakukan fungsi fisik.

PPK melakukan fungsi fisik berupa pengangkutan dan pengemasan. Fungsi pengangkutan yang dilakukan yaitu pengangkutan hasil panen wortel dari lahan petani ke tempat penampungan atau gudang miliknya. Pengangkutan dilakukan menggunakan alat transportasi berupa motor ataupun mobil pick-up yang disewa seharaga Rp 100.000,- per satu kali angkut dari lahan ke gudang PPK. PPK tidak melakukan fungsi penyimpanan karena tujuan pasar selanjutnya yaitu STA dimana letaknya yang relatif dekat dengan tempat PPK. Wortel yang telah diperoleh PPK kemudian langsung dibersihkan dengan cara pencucian. Setelah dicuci wortel pun dikemas menggunakan karung dan siap dikirim ke STA.

Fungsi fisik selanjutnya dilakukan STA yaitu berupa fungsi pengangkutan, penyimpanan dan pengemasan. Fungsi pengangkutan yang dilakukan yaitu pengakutan wortel dari STA ke pedagang pengecer sedangkan fungsi penyimpanan berupa penyimpanan sementara atau tidak dalam waktu yang lama (hanya maksimal satu hari) mengingat karakteristik dari komoditi wortel yang mudah busuk. Selain itu STA juga melakukan fungsi pengemasan yaitu, pengemasan kembali wortel sesuai dengan jumlah yang diminta oleh masing- masing pedagang pengecer. Untuk pasar tujuan supermarket, STA mengemas dengan wrapping. Sedangkan untuk pasar lokal STA cukup mengemas menggunakan karung.

Pedagang pengecer tidak melakukan fungsi penyimpanan dan pengemasan melainkan hanya melakukan fungsi fisik pengangkutan yaitu berupa pengangkutan dari mobil pengantar wortel. Pedagang pengecer di pasar lokal melakukan pengankutan dari mobil pengantar wortel ke loss tempatnya berjualan sedangkan untuk pedagang pasar modern (supermarket) melakukan pengangkutan dari mobil ke gudang untuk selanjutnya dijual pada etalase sayuran di supermarket tersebut.

6.1.4.3 Fungsi Fasilitas pada Saluran Tataniaga IV

Fungsi fasilitas terdiri dari fungsi standarisasi dan grading, fungsi penanggungan resiko, fungsi pembiayaan dan fungsi informasi pasar. Petani sebagai lembaga peratama dalam saluran tataniga IV melakukan fungsi fasilitas berupa penanggungan risiko. Fungsi pengangungan risiko dapat berasal dari adanya fluktuasi harga sehingga memungkin petani merugi ketika harga sedang rendah. Penangunggan risiko juga mungkin terjadi dari kegiatan penjualan dengan sistem borong jika estimasi PPK lebih rendah dari hasil panen aktualnya.

Fungsi fasilitas selanjutnya dilakukan oleh PPK yaitu berupa fungsi pembiayaan, risiko dan informasi pasar. Fungsi pembiayaan dilakukan untuk membiayai pembelian wortel dari petani dan pembiayaan termasuk pengangkutan dan pembayaran tenaga kerja sewa yang berkontribusi dalam pemanenan maupun pencucian serta pengemasan wortel. Untuk fungsi penanggungan risiko juga dilakukan, misalnya seperti penanggungan risiko akibat adanya penyusutan wortel, kerusakan fisik wortel dan penangagungan risiko akibat adanya fluktuasi harga di pasaran. Selanjutnya pada fungsi informasi pasar selalu dilakukan oleh PPK, karena mengingat bahwa PPK sangat tanggap terhadap perubahan harga dan jumlah produk yang tersedia di pasar. PPK mengakses informasi pasar melalui telepon atau perbincangan antar PPK maupun dengan lembaga tataniaga lainnya. PPK juga mengakses informasi pasar setiiap hari hal ini dikarenakan penjualan dan pembelian dilakukan setiap hari.

STA merupakan lembaga yang melakukan beberapa fungsi fasilitas yaitu fungsi penanggungan risiko, pembiayaan, informasi pasar dan sortasi/grading. Pada fungsi penanggungan risiko, risiko yang dapat ditanggung oleh STA berupa fluktuasi harga, kerusakan fisik wortel yang diterima maupun wortel yang akan

dipasarkan, risiko distribusi dan risiko pembayaran yang diterima akibat adanya keterlambatan pembayaran. Fungsi pembiayaan yang dilakukan oleh STA secara umum sama dengan lembaga lainnya yaitu pembiayaan pada aktivitas tataniaga