• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perilaku Pasar pada Saluran Tataniaga I 1 Praktek Pembelian dan Penjualan

HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1 Sistem Saluran Tataniaga Wortel

6.3.1 Perilaku Pasar pada Saluran Tataniaga I 1 Praktek Pembelian dan Penjualan

a. Praktek Pembelian dan Penjualan di Tingkat Petani

Petani wortel di Kecamatan Pacet hanya melakukan praktek penjualan saja. Petani pada saluran tataniaga I menjual hasil panennya kepada PPK. Praktek

penjualan yang terjadi pada umumnya terjadi dengan sistem borongan sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya. Sistem pembayarannya pun dilakukan secara tunai setelah pemborong melakukan panen. Pada saluran tataniaga I secara umum tidak mengeluarkan biaya tataniaga karena biaya ditanggung oleh pemborong (PPK), biaya yang dikeluarkan melainkan hanya biaya produksi.

b. Praktek Pembelian dan Penjualan di Pedagang Pengumpul Kebun PPK pada saluran tataniaga I membeli wortel dari petani dengan sistem borongan maupun sistem timbang. Pada umumnya PPK telah memiliki langganan petani yang memasok hasil panennya kepada PPK. PPK membawa wortel yang telah dipanen ke tempat penyimpanannya (gudang) untuk kemudian dibersihkan (cuci) dan dijual. Pada saluran tataniaga I ini PPK menjual wortelnya kepada pedagang besar yang berada di Jakarta dan Bogor. Sistem pembayaran yang dilakukan yaitu dengan cara tunai atau paling lambat satu hari yaitu pada pengiriman berikutnya.

c. Praktek Pembelian dan Penjualan di Pedagang Besar

Pedagang besar yang menjadi responden pada saluran tataniaga I merupakan pedagang besar yang terdapat di Desa Sukatani, Ciherang dan Cipendawa. Pedagang besar tersebut memperoleh wortel dari PPK yang dijual kepadanya. Pedagang besar menerima wortel dalam kondisi wortel telah dibersihkan tanpa dicuci dan telah di packing dengan karung. Setelah wortel diantarkan PPK ke pedagang besar, pedagang besar kemudian melakukan pencucian dan memilah (sortasi) dan grading sebelum selanjutnya dijual kepada pedagang pengecer. Pembayaran yang dilakukan kepada PPK secara tunai atau paling lambat satu hari setelah wortel diterima pedagang besar atau pada saat pengiriman selanjutnya. Wortel yang telah dikumpulkan kemudian dibawa ke loss milik pedagang besar yang berada di pasar induk. Di pasar induk wortel dibagi-bagi sesuai dengan permintaan dari masing- masing pedagang pengecer.

d. Praktek Pembelian dan Penjualan di Pedagang Pengecer

Pedagang pengecer melakukan pembelian wortel dari loss pedagang besar untuk kemudian dibawa ke kiosnya di pasar tradisional. Pedagang besar yang menyalurkan wortel ke pedagang pengecer biasanya sudah menjadi langganan tetap. Pedagang pengecer umumnya tidak hanya menjual satu komoditas saja, sehingga pedagang pengecer membeli wortel tidak dalam kapasitas yang besar dan sistem pembayaran dilakukan secara tunai. Pembeli di tingkat pedagang pengecer merupakan konsumen akhir yang membeli wortel untuk konsumsi. Konsumen akhir secara langsung datang ke pasar tradisional untuk melakukan pembelian wortel tersebut.

6.3.1.2 Sistem Penentuan Harga

a. Praktek Penentuan Harga di Tingkat Petani

Petani pada setiap saliran tataniaga tidak dapat mempengaruhi penetapan harga, dimana petani hanya bertindak sebagai price taker (penerima harga) yang berlaku di pasar. Petani tidak memiliki kuasa karena penentuan harga terbentuk secara alami dengan adanya mekanisme pasar (suplly demand wortel di pasar). Petani di lokasi penelitian dapat dengan bebas memilih untuk mendistribusikan wortelnya kepada pedagan manapun. Petani mendapatkan informasi harga dari PPK maupun dari sesama petani.

b. Praktek Penentuan Harga di Tingkat Pedagang Pengumpul Kebun

PPK yang menyalurkan komoditinya ke pedagang besar menghadapi struktur pasar bersaing sehingga penentuan harga terjadi sama dengan penentuan harga seperti ditingkat petani, dimana harga dipatok terlebih dahulu oleh pedagang besar kemudian PPK mengambil margin atas selisih dari pembelian dari petani dan penjualan kepada pedagang besar. Jumlah PPK sebagai penjual yang menyalurkan komoditinya kepada pedagang besar banyak, dimana komoditi yang diperjualbelikan bersifat homogen yakni wortel dengan kualitas biasa. Tidak ada hambatan yang berarti untuk memasuki pasar ini, sehingga PPK maupun pedagang besar dapat dengan mudah keluar masuk pasar. Selain

itu, PPK maupun pedagang besar tidak dapat mempengaruhi terbentuknya harga disebabkan harga terbentuk atas mekanisme pasar.

c. Praktek Penentuan Harga di Tingkat Pedagang Besar

Pennetuan harga di pedagang besar juga berdasarkan mekanisme pasar dan harga pasar yang berlaku. Hal ini tidak lain disebabkan oleh struktur pasar yang dihadapi oleh pedagang besar mendekati pasar bersaing seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Pada struktur pasar tersebut, pedagang besar tidak dapat mempengaruhi terbentuknya harga sehingga harus mengikuti harga yang umumnya berlaku dipasaran.

d. Praktek Penentuan Harga di Tingkat Pedagang Pengecer

Sistem penentuan harga pada saluran tataniaga I dapat di bedakan menjadi dua, yaitu antara sistem penetuan harga oleh pedagang pengecer dari pasar modern (supermarket) dan sistem penentuan harga oleh pedagang pengecer di pasar becek (pasar tradisional). Harga yang ditentukan pedagang pengecer supermarket lebih tinggi dibanding dengan harga yang ditetapkan oleh pedagang pengecer di pasar tradisional. Sistem penentuan harga berdasarkan kualitas wortel yang diperjualbelikan, kualitas wortel di supermarket lebih baik dibanding dengan wortel yang dipasarkan di pasar tradisional. Selain itu biaya tataniaga yang dikelurakan serta keuntungan yang diinginkan juga mempengaruhi penentuan harga jual di supermarket. Penentuan harga jual di pasar tradisonal berbeda dengan penentuan harga di supermarket dikarenakan oleh penentuan harga dipasar tradisional lebih kepada mengikuti harga keseimbangan atau harga pasaran sesuai dengan supply demand yang ada di pasar.

6.3.1.3 Kerjasama Antar Lembaga Tataniaga

Kerjasama anatar lembaga tataniaga perlu untuk dilakukan karena dapat memperlancar terjadinya proses tataniaga hingga komoditi sampai ke konsumen akhir. Berikut merupakan pemaparan mengenai kerja sama antar tataniaga yang dilakukan oleh masing-masing lembaga tataniaga yang telibat pada saluran tataniaga I.

a. Kerjasama Antara Petani dengan Pedagang Pengumpul Kebun

Kerjasama antaa petani dan PPK dapat ilihat melalui kegiatan penjualan dan pembelian yang dilakukan oleh kedua belah pihak. Kerjasama tersebut terjalin karena kedua belah pihak umumnya sudah saling mengenal sebab masih bermukim di satu wilayah (desa) yang sama. Oleh sebab itu hubungan kemitraan dilandasi oleh keuntungan dan kekerabatan. Kerjasam lain yang terbentuk antara petani dan PPK yaitu biasanya PPK memberi bantuan pinjaman modal kepada petani yang kekurangan modal. Modal tersebut umumnya dibayar setelah panen dimana panennya kemudian dibeli oleh PPK.

b. Kerjasama Antara Pedagang Pengumpul Kebun dengan Pedagang Besar Kerjasama antara PPK dengan pedagang besar yang dimaksud merupakan kerjasama yang terjalin atas kebutuhan masing-masing pihak untuk menerima dan menyalurkannya kembali kepada lembaga tataniaga selanjutnya. Dalam hal ini, PPK sebagai pihak yang menyalurkan (menjual) wortel kepada pedagang besar. Pedagang besar sangat terbantu dengan adanya peranan PPK dan begitu pula sebaliknya. PPK terbantu dalam bentuk adanya pasar sasaran atas wortel yang dibelinya dari petani, sedangkan pedagang besar terbantu dalam pengadaan wortel untuk memenuhi permintaan dari lembaga tataniaga berikutnya (pedagang pengecer).

c. Kerjasama Antara Pedagang Besar dengan Pedagang Pengecer

Bentuk kerjasama yang terjalin antara kedua belah pihak ini (pedagang besar dan pedagang pengecer) yaitu pedagang besar secara kontinyu menyalurkan wortel kepada pedagang pengecer dalam artian bahwa pedagang pengecer selalu memiliki persedian wortel untuk memenuhi permintaan konsumen akhir. Disisi lain kondisi seperti ini juga akan menguntungkan pedagang besar karena wortel yang dimilikinya akan terserap. Sehingga kerjasama yang terjalin akan saling menguntungkan bagi kedua belah pihak.

d. Kerjasama Antara Pedagang Pengecer dengan Konsumen

Kerjasama sama yang terjalin antara pedagang pengecer dan konsumen akhir merupakan kerjasama antara kedua belah pihak yang terjadi di pasar tradisional. Kerjasama tersebut terbentuk diantara kedua belah pihak dimana pedagang pengecer menyediakan wortel yang akan dijual ke konsumen dan konsumen menyiapkan modal berupa uang tunai untuk membeli wortel dari pedagang pengecer untuk kemudain dikonsumsinya.

6.3.2 Perilaku Pasar pada Saluran Tatataniaga II