• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fungsi Komunikasi Nonverbal

Dalam dokumen BUKU PENGANTAR ILKOM WM .pdf (Halaman 54-56)

Perbedaan Komunikasi Verbal dan Nonverbal

F. Fungsi Komunikasi Nonverbal

Pada uraian terdahulu telah dijelaskan, bahwa sesungguhnya dalam beberapa hal komunikasi verbal berbeda dengan komunikasi nonverbal, tetapi keduanya dibutuhkan bersama untuk mencapai suatu komunikasi yang efekif Dengan menggabungkan keduanya, pembentukan makna suatu pesan komunikas: akan tercapai secara keseluruhan. Gambaran ini merupakan fungsi umum dari komunikasi nonverbal.

Sebenarnya, ada beberapa fungsi umum dari komunikasi nonverbal, tetapi dalam modul ini akan dirinci enam fungsi komunikasi nonverbal bersama komunikasi verbal dalam pembentukan makna suatu pesan komunikasi. Dalam hal ini komunikasi nonverbal

memodiikasi komunikasi verbal. Enam fungsi ini sesuai dengan pendapat Paul Ekman (1965) sebagai berikut:

1. Repeisi atau Pengulangan

Perilaku-perilaku nonverbal mungkin merupakan pengulangan untuk memperkuat makna pesan-pesan verbal yang dikomunikasikan. Jika seseorang menanyakan agar ditunjukkan letak kampus UI Salemba; kita akan memberikan penjelasan dengan kata-kata “Setelah bapak menemukan perempatan jalan di depan, bapak belok ke arah utara.” Sesaat kemudian, kita masih perlu menegaskan atau memperkuat penjelasan terdahulu dengan menunjukkan jari ke mana arah utara

tersebut. Bahkan sering kita masih menambahkan dengan

memberikan gambaran dengan peragaan nonverbal yang lain. Untuk hal yang sama, fungsi repeisi ini bisa berlaku pula

untuk pemakaian isyarat atau tanda. Penggunaan tanda atau

isyarat biasanya berkaitan dengan kultur atau budaya. Seperi, menganggukkan kepala berari “ya”, menggelengkan kepala berari “idak”, melambaikan tangan berari “halo” atau

“selamat inggal”, dan meletakkan tangan di kuping bisa berari

“saya idak mendengar”.

Namun seperi yang dijelaskan di atas, penggunaan tanda-

tanda gestura itu bisa berari lain pada kebudayaan lain yang

berbeda. Contohnya, di Amerika Serikat sikap setuju atau OK bisa diungkapkan orang dengan membuat bentuk lingkaran dari penggabungan ibu jari dan keempat jari yang lain. Tetapi, tanda ini bisa berari berbeda di negara lain, di Perancis berari orang bodoh (nol).

2. Kontradiksi atau Perlawanan

Sebagai manusia, kita sering melakukan indakan-indakan yang sifatnya berlawanan. Tindakan-indakan ini biasanya terekspresikan secara berbeda atau bahkan bertentangan dengan apa yang terucapkan. Sikap-sikap ini akan mfnimbulkan pesan-pesan yang bermakna rangkap. Contohnya, keika wajah seseorang merah padam dan sikap yang menahan emosi, seorang teman bertanya, “Marah ya?” Namun, dia akan bilang

RAYU

DASW

ATI

BUDI

Pengantar Ilmu Komunikasi Bab VII: Perbedaan Komunikasi Verbal dan Nonverbal

“Tidak, saya idak marah.” Jelas bahwa sikap dan ucapan orang tersebut bertentangan. Sungguhpun demikian, biasanya, kontradiksi antara kata-kata yang terucapkan dan indakan- indakan yang dilakukan idak nampak dengan jelas, halus dan

disamarkan.

Ada banyak alasan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang atau bahkan diri kita sendiri melakukan indakan-indakan yang bermakna rangkap. Misalnya, orang menutupi rasa grogi di saat bicara di depan orang banyak dengan duduk terpaku, atau keika seseorang menunjukkan sikap atrakif karena ingin akrab dengan orang lain, padahal biasanya dia idak bersikap seperi

itu.

Namun, perlu diingat pesan-pesan ganda yang kita tampilkan dengan halus mempunyai akibat yang besar apabila orang lain melihat keidakkonsistenan antara indakan dan ucapan. Orang akan lebih percaya pada perilaku nonverbal dibandingkan pesan verbal di dalam komunikasi.

3. Subsitusi atau Penggani

Sering kali, suatu tanda juga mengganikan pesan verbal yang dikomunikasikan. Contohnya, keika seorang teman menanyakan sesuatu, kita hanya “angkat bahu” untuk mengatakan idak tahu. Dalam hal ini sering idak disadari indakan-indakan nonverbal ini. Seperi tersenyum, menarik napas panjang, atau mengerutkan kening. yang bermakna ganda. Sering kali proses

yang demikian itu akan mempengaruhi hubungan antarpribadi yang sudah ada.

4. Komplemen atau Pelengkap

Tindakan-indakan nonverbal dapat berfungsi untuk melengkapi pesan verbal. Biasanya indakan nonverbal mengadaptasi pesan- pesan verbal. Misalkan, kita baru pulang dari pendakian gunung dan merasa bangga telah mencapai puncak serta kembali dengan selamat. Perasaan bangga tersebut kita ungkapkan kepada seorang teman dengan cara menceritakan tentang bagaimana sulitnya medan yang berbukit-bukit dengan peragaan gerakan- gerakan tangan, luas dan indahnya puncak gunung dengan

merentangkan tangan, atau curamnya kemiringan bukit-bukit

dengan gerakan tangan dan tubuh yang dimiringkan.

Dari contoh tersebut, banyak indakan-indakan nonverbal dari seluruh bagian tubuh digunakan untuk melengkapi pembentukan makna pada pesan pesan verbal. Contoh itu jugs menjelaskan, bahwa indakan-indakan nonverbal dapat berfungsi melukiskan suatu ungkapan verbal. Dengan gerakan-gerakan yang ilustraif, proses komunikasi akan lebih bermakna.

5. Regulasi atau Pengatur

Perilaku nonverbal juga berfungsi sebagai alat kontrol atau peagatur pada komunikasi verbal. Fungsi mengatur ini biasanya

berupa sikap-sikap untuk menyesuaikan atau menyatakan

idak setuju. Contohnya, keika dua orang berbicara, yang lain mengangguk atau menggelengkan kepala. Hal itu dapat membuat percakapan berlangsung dengan baik. Sedangkan, apabila orang yang mendengar selalu menggelengkan kepala, percakapan idak akan berlangsung dengan baik.

6. Aksentuasi atau Penekanan

Tanda-tanda nonverbal juga berfungsi menekankan atau menegaskan pesan-pesan verbal. Seperi, mengkriik seorang rekan dengan menunjukkan jari atau dengan intonasi suara yang inggi. Fungsi aksentuasi ini sama prinsipnya dengan tanda-tanda italik (kursif atau garis miring) dalam bahasa verbal.

RAYU

DASW

ATI

BUDI

Cangara. Haied, Prof. Dr. M.Sc. 2007. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. RajaGraindo Persada.

DeVito, J.A. (1986). The Interpersonal Communicaion Book. Fourth

Ediion. New York: Harper & Row, Publishers.

Efendi, Onong Uchjana. (1993). Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT.Citra Aditya bakri.

Forsdale, L. (1981). Perspecive on Communicaion. Menlo Park, California: Addison-Wesley- Publishing Company.

McQuail, D. (1987). Mass Communicaion Theory: An Introducion. Beverly Hills, California: Sage Publicaion.

McQuail. D. & Windahl, S. (1986). Communicaion Models For the Study of

Mass Communicaion. New York: Longman

Rogers, Everet M. (1983). Difusion of Innovaion. Third Ediion. New York:

The Free Press

---. (1994). A History of Communicaion Study: A

Biographical Approach. New York: The Press. Hal 34-37.

Schramm, W. & Roberts, D.F. Eds. (1974). The Process and Efects of Mass

Communicaions. Urbana: University ofIllinois Press.

Sendjaja, Sasa Djuarsa, et all (2009). Materi Pokok Pengantar Ilmu

Komunikasi. Edisi 2. Jakarta: Universitas Terbuka

Dalam dokumen BUKU PENGANTAR ILKOM WM .pdf (Halaman 54-56)

Dokumen terkait