• Tidak ada hasil yang ditemukan

Antara Wadah dan Is

Dalam dokumen BUKU PENGANTAR ILKOM WM .pdf (Halaman 41-43)

BAB

VI

RAYU

DASW

ATI

BUDI

Pengantar Ilmu Komunikasi Bab VI: Pesan dan Makna: Antara Wadah dan Isi

Dari pengerian pesan tersebut, dapat pula diketahui bahwa wujud (bentuk) informasi adalah berupa pesan-pesan yang dikirimkan dan tentu diterima baik dalam bentuk kata, simbol, atau isyarat. Tentu saja baru bisa disebut informasi jika diberi makna. Maka, jika Anda menemukan siker bertuliskan “Belajar pangkal pandai”, itu adalah pesan. Makna atau informasi yang Anda peroleh dari kalimat tersebut antara lain perlunya belajar bila ingin pandai. Belajar itu sendiri dapat berari membaca, membuat ringkasan, mencari contoh, mengerjakan soal laihan, dan membandingkan dengan sumber-sumber lainnya. Kalau ada orang berteriak, “Tolooong ....” pesan

ini bermakna adanya orang yang terkena musibah dan butuh bantuan.

“Lampu merah menyala” adalah pesan. Maknanya, kendaraan harus berheni. Jika ada seseorang mengerdipkan sebelah matanya kepada Anda, itu isyarat yang arinya orang itu ingin dekat dengan Anda.

Dari contoh-contoh di atas dapat pula diketahui, bahwa pesan idak selalu berbentuk kata-kata (pesan verbal) seperi kita iip pesan secara lisan ke tetangga sebelah rumah atau iip pesan melalui telepon, melainkan pesan juga bisa berupa simbol dan isyarat (pesan nonverbal). Mengenai hal ini akan kita bahas lebih lanjut pada saat kita mengupas tentang peran bahasa dalam komunikasi di depan nani.

Yang perlu disadari adalah suatu pesan bisa mempunyai makna yang berbeda dari satu individu ke individu lain karena makna pesan berkaitan erat dengan masalah penafsiran yang menerimanya. Mendung di langit merupakan pesan yang senaniasa menggembirakan bagi petani yang hendak memasuki musim tanam, tetapi bagi pegawai kantor kesan tersebut sangat boleh jadi merupakan pesan yang membebani karena berari harus menyiapkan alat bantu yang agak ekstra, misalnya payung, jas hujan. Dalam kehidupan sosial, rupanya masih ada anggapan bahwa banyak anak banyak rezeki, sementara pandangan lainnya melihat banyak anak itu membebani. Yang menjadi pertanyaan, mengapa terjadi perbedaan pemberian makna? Ini akan dijelaskan pada pasal makna. Tetapi sebelumnya perlu ditambahkan bahwa terdapat pandangan yang mengatakan, media adalah pesan (medium is message). Jadi, media sendiri adalah pesan. Misalnya, ke mana pun Anda pergi, Anda selalu membawa buku-buku tebal, majalah berbahasa asing, dan surat kabar hari itu maka semua media tersebut menunjukkan (bermakna) bahwa

Anda ingin tampil sebagai sosok pelajar (intelek). Jika Anda selalu tampil rapi dengan memakai merek baju-baju terkenal, itu maknanya Anda ingin masuk pada kalangan masyarakat kelas atas.

A. Makna tentang Makna

Apa makna dari isilah makna? Studi tentang makna bukanlah khas disiplin komunikasi, tetapi jika kita membicarakan komunikasi kita harus membahas makna. Persoalan makna kelak menarik perhaian para ilsuf, ahli bahasa, psikologi, sosiologi, dan antropologi, sejak 2000 tahun yang lalu. Sayangnya, seiap usaha untuk memberikan jawaban apa ari makna secara langsung telah gagal (Fisher, 1986). Upaya untuk menjelaskan makna misalnya terlihat dari diterbitkannya

dua buku Meaning of Meaning dan Understanding-Understanding,

tetapi isinya menurut Fisher, lebih sedikit dari apa yang ditawarkan judulnya. Uraian panjang lebar yang diberikan lebih sering membingungkan dari pada menjelaskan. Masalah makna memang persoalan yang pelik. Untunglah Brodback (1963) seperi dikuip Fisher membantu kita merumuskan iga macam makna.

Pertama, makna referensial, yakni makna suatu isilah mengenai

objek, pikiran, ideal, atau konsep yang ditunjukkan oleh isilah itu. Makna itu lahir dari pikiran seseorang keika suatu isilah menunjuk pada suatu objek. Misalnya, isilah “kendaraan” merujuk pada mobil, motor, sepeda, bahkan kuda, arinya sesuatu yang dapat ditumpangi dan membawa penumpangnya pada jarak tertentu. lsilah “baik” mengacu kepada penilaian (pikiran) seseorang mengenai suatu hal, “keadilan” adalah isilah untuk sebuah konsep mengenai kesesuaian

antara sebab dan akibat.

Kedua, makna yang menunjukkan ari suatu isilah sejauh

dihubungkan dengan konsep-konsep lain. Misalnya, isilah Phlogiston

yang dicontohkan Fisher. Kata itu dulu digunakan untuk menjelaskan proses pembakaran. Suatu benda bisa terbakar jika ada Phlogiston.

Tetapi sejak ditemukannya isilah oksigen, Phlogiston idak digunakan lagi untuk menjelaskan proses pembakaran. Isilah perang dingin kini idak dipakai lagi setelah blok imur runtuh. Banyak isilah menjadi

RAYU

DASW

ATI

BUDI

Pengantar Ilmu Komunikasi Bab VI: Pesan dan Makna: Antara Wadah dan Isi

iclak berari lagi setelah ditemukan kesalahan pada konsep yang lama.

Keiga, makna intensional, yakni ari suatu isilah atau lambang

tergantung pada apa yang dimaksudkan oleh si pemakai dengan ari lambang itu. Makna inilah yang melahirkan makna individual dari segi ini maka tak akan ada dua buah makna yang dimaksudkan idenik, walaupun makna makna itu boleh saja amat mirip. Ini merupakan makna yang disebabkan oleh indakan mental individu tanpa dipengaruhi orang lain. Anda boleh menyebut jeruk Garut itu manis, mungkin manis yang dimaksud tanpa campuran dengan rasa asam, tetapi untuk kawan Anda boleh jadi yang diarikan manis mengandung sedikit rasa pahit. Manis bagi Anda adalah khas Anda begitu pula dengan kawan Anda maka janganlah Anda langsung menafsirkan demokrasi menurut barat sama maknanya dengan demokrasi di tempat lain. Masing- masing mempunyai pengalaman yang khas dengan isilah itu sehingga makna yang muncul pun berbeda-beda pula.

B. Teori Makna

Dari iga corak makna tersebut, yang menarik adalah proses terjadinya pemaknaan. Kapankah makna itu muncul? Fiske (1980) menyatakan makna muncul keika sebuah sign yang mengacu pada suatu objek, dipakai oleh pengguna sign, saat itulah terjadi proses pembentukan makna di dalam benak si pemakai. Yang dimaksud sign di sini dapat

berupa kata, tulisan, simbol, maupun isyarat. Sedangkan objek bisa mengacu pada benda, ide, atau konsep.

Beberapa ahli` merumuskan keiga hubungan antara sign, objek, dan

pemakai itu dalam bentuk hubungan segiiga. Maka teori segiiga

makna (triangle meaning theory) pun dibuat untuk menjelaskan proses

terjadinya makna. Salah seorang ahli yang menyusun teori segiiga makna adalah Charles S. Pierce. Menurut Pierce, sebuah sign yang

mengacu kepada sesuatu di luar dirinya, yaitu objek akan mempunyai pengaruh pada pikiran pemakainya karena adanya hubungan imbal balik antara keiga elemen tersebut. Hasil hubungan imbal balik itulah yang menghasilkan makna suatu objek, dan dilambangkan oleh pemakainya dengan suatu simbol antara lain kata-kata, gambar, atau

isyarat. Misalnya, Anda mendengar orang menyebut kata permata. Di dalam benak, Anda terpikirkan tahwa permata adalah batu mulai untuk perhiasan yang mahal harganya. Kata “permata” adalah sign (simbol), batu permata adala~,objek rujukan, sedangkan sebagai pemakainya adalah Anda sendiri. Makna yang muncul dari keiga hubungan elemen tersebut adalah kesimpulan Anda yang menyebut permata adalah batu mulia untuk perhiasan yang mahal harganya.

Pikiran /referensi

Dalam dokumen BUKU PENGANTAR ILKOM WM .pdf (Halaman 41-43)

Dokumen terkait