• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komunikasi Tubuh

Dalam dokumen BUKU PENGANTAR ILKOM WM .pdf (Halaman 48-53)

Perbedaan Komunikasi Verbal dan Nonverbal

E. Jenis Komunikasi Nonverbal

1. Komunikasi Tubuh

Tampaknya, dari semua jenis komunikasi nonverbal komunikasi tubuh adalah yang paling pening. Hal ini bisa dimengeri karena dalam kehidupan manusia, komunikasi tubuh paling sering digunakan. Komunikasi tubuh dapat digolongkan menjadi empat, yaitu gesturalisyarat, ekspresi wajah, gerakan mata, dan sentuhan. Berikut disampaikan penyelesaian mengenai empat jenis komunikasi tubuh.

Satu, komunikasi gestura: yaitu isyarat atau tanda yang berdasarkan keaslian, fungsi, dan bentuk perilakunya komunikasi

gestura terdiri dari:

a. Emblem

Emblem adalah tanda-tanda yang akan mengganikan kata-kata atau frase-frase secara langsung. Misalnya, tanda setuju dengan lingkaran ibu jari, tanda perdamaian dengan membentuk huruf “V” dengan jari, ajakan dengan melambaikan tangan.

b. Ilustrator

Ilustrator berhubungan dengan upaya untuk menggambarkan suatu pesan. Contohnya, apabila kita ingin menggambarkan bola dunia kita memberikan ilustrasi dengan tangan yang membentuk lingkaran, menggambarkan panjangnya Kereta Api Muiara dengan merentangkan kedua tangan.

Bentuk-bentuk nonverbal yang bersifat menggambarkan ini, biasanya lebih universal bagi semua orang. Komunikasi

RAYU

DASW

ATI

BUDI

Pengantar Ilmu Komunikasi Bab VII: Perbedaan Komunikasi Verbal dan Nonverbal

Ronverbal ini lebih umum dibandingkan tanpa-tanda (emblem). Tetapi, penggunaan bentuk komunikasi ini berkaitan dengan kehalusan sifat dan kepribadian seseorang. Orang Jawa atau Sunda mungkin tetap memegang tata krama bahwa di saat berbicara selalu menjaga diri dari prilaku yang atrakif.

c. Penampilan afeksi

Penampilan Afeksi adalah gerakan-gerakan wajah yang mengekspresikan makna- makna emosi, marah, ketakutan,bahagia, kaget, hasrat, atau kelelahan. Dibandingkan dengan emblem dan bentuk ilustrator, penampilan afeksi- sering disadari seperi aktor di dalam memainkan peran tertentu. Namun, penampilan bisa pula dilakukan dengan tanpa disadari.

d. Regulator

Regulator adalah jenis perilaku nonverbal, yang bersif : t mengatur (monitor, menjaga, atau mengontrol) dalam pembicaraan dengan orang lain. Seperi, di dalam percakapan kita idak pasif, menatap mata, menggelengkan kepala dan mengganggukan kepala, mengatupkan bibir, memfokuskan

tubuh dan membuat berbagai paralaguage seperi suara

“mm...,cck.... cck....” Jenis jenis nonverbal ini lebih terikat pada budaya dan idak bersifat umum. Jadi, dalam suatu percakapan, sikap-sikap regulator akan mempengaruhi ucapan-ucapan dari orang yang berbicara. Misalnya, ofang akan senang berbicara apabila apa yang akan dikatakan diperhaikan dengan baik.

e. Adaptor

Adaptor adalah perilaku verbal yang dilakukan untuk menciptakan rasa nyaman dalam memenuhi kebutuhan tertentu. Misalkan merokok, pada saat menghadapi ujian, menggaruk kulit yang gatal, membetulkan letak kaca mata. Perilaku ini bisa disadari atau idak disadari. Tetapi dalam keadaan tertentu kita sulit menebak perilaku ini. Misalnya

seseorang yang menggaruk kulit kepalanya. Apakah karena gatal atau sedang memikirkan sesuatu atau yang lainnya, sulit dipasikan.

Dua, komunikasi wajah, yaitu gerakan-gerakan wajah yang akan dikomunikasikan dalam hubungan antarpribadi, terutama dalam hal mengekspresikan emosi. Secara umum ada 8 kategori komunikasi wajah, yaitu: bahagia, terkejut, ketakutan, marah, sedih, muak, jijik dan rasa tertarik.

Dalam hal ini, Albert Mehrabian memberikan iga kategori besar

sebagai berikut:

1) rasa senang dan idak senang;

2) arousal atau akivitas isik dan psikis/mental; 3) rasa dominan dan sikap menurut.

Dari iga kategori komunikasi wajah ini masing-masing akan diberikan contoh. Di saat merasakan senang atau nyaman, lazimnya seseorang mengekspresikan dengan tertawa, tersenyum, sikap menikmai hidup, berbesar hai dalam berbicara dan bersikap. Sikap dominan dapat ditunjukkan dengan postur tubuh yang santai, suara yang keras/besar, sikap atau gaya mengatur, menjaga jarak, dan menggunakan ruang besar di ruang kerjanya. Sedangkan sikap aurosal dikomunikasikan dengan kecepatan rata- rata berbicara dan inggi rendah suara.

Tiga kategori tersebut dapat juga berkombinasi dalam satu “paket” peri.aku nonverbal tertentu. Seperi rasa takjub atau kagum, rasa cinta dan terkesan oleh sesuatu. Misalnya, keika seseorang merayakan kelulusan meraih gelar sarjana dia mengekspresikan rasa senang dengan selalu tertawa, sikap posiif dengan menceritakan perjuangannya dalam ujian, dan sikap dominan dengan mentrakir teman-temannya.

Oleh karena komunikasi wajah dapat berkombinasi keika ditampilkan dalam gerakan-gerakan nonverbalnya, hal ini akan menimbulkan persoalan persoalan sebagai berikut:

RAYU

DASW

ATI

BUDI

Pengantar Ilmu Komunikasi Bab VII: Perbedaan Komunikasi Verbal dan Nonverbal

a. Keakuratan

Ketepatan ekspresi emosi wajah yang akan ditampilkan dan hasil dari ekspresi yang diterima sering menimbulkan keidaksesuaian. Persoalan ini, dalam studi komunikasi nonverbal sering menimbulkan kesulitan. Tetapi meskipun muncul persoalan tersebut, keakuratan komunikasi wajah dapat dilihat dalam semacam skala dari bentuk yang mudah sampai yang sulit. Salah satu studi yang cukup memberikan gambaran tgntang emosi wajah digambarkan sebagai berikut. Kebahagiaan memiliki keakuratan 55-100%, terkejut 38- 86%, dan kesedihan 19-88%. Dengan demikian, kebahagiaan memiliki keakuratan yang inggi, arinya ekspresi bahagia mudah ditangkap maknanya apabila terjadi pada seseorang.

b. Pengaruh dari konteks

Ekspresi wajah akan diterima arinya secara berbeda oleh orang- orang apabila dikaitkan pada konteks yang berlainan. Suatu studi menunjukkan bahwa keika seseorang sedang tersenyum dengan memperlihatkan muka masam, senyumannya akan dinilai sebagai sikap jahat atau mengejek. Tetapi, keika senyuman itu memperlihatkan garis kerutan.,”ahi yang tegas, hal ini mencerminkan sikap senang dan bersahabat. Studi ini juga membukikan bahwa gerakan-gerakan wajah akan mencerminkan emosi diri.

c. Universal atau relaif

Ekspresi emosi wajah lebih bersifat universal. Orang Indonesia keika berkomunikasi dengan orang Eropa, mampu merasakan dan membaca emosi emosi diri orang Eropa melalui ekspresi wajahnya. Seperi takut, senang, marah. Sifat relaif dari ekspresi wajah lebih pada apakah ekspresi tertentu diterima atau idak, bukan pada cara-cara mengekspresikannya. Contohnya, pada suku tertentu rasa muak atau jijik, tabu untuk diekspresikan secara terbuka. Tetapi, pada suku yang lain hal itu boleh diekspresikan dengan terbuka.

d. Ekspresi sesaat

Apakah ekspresi wajah tersembunyi atau terbuka tergantung

pada ingkat kesadaran seseorang terhadap indakannya. Misalnya, kita merasa idak senang dengan yang lain. Keika, orang lain menangkap rasa idak senang itu, kita berusaha menutupinya dengan tersenyum. Senyuman itu akan terekspresikan sesaat, dan selanjutnya kita sulit menghindari sikap yang semula, yaldii “rasa idak senang.

Tiga, komunikasi mata; dalam hal ini ada iga hal yang pening:

a. Fungsi kontak mata

Komunikasi kontak mata memiliki empat fungsi. Pertama,

memonitor umpan balik (feedback) dalam percakapan. Dengan menatap dan kontak mata, kita membuat seorang teman merasa diperhaikan dan dia akan senang berbicara dengan kita. Suasana dialogis akan tercapai dalam percakapan

itu.

Kedua, tanda untuk kembali pada percakapan. Kontak

mata juga sebagai tanda untuk kembali pada percakapan atau diskusi. Seorang dosen setelah menjelaskan sesuatu akan bertanya: “Apakah ada pendapat dari kalian?” Lalu dosen tersebut memejamkan mata sesaat. Hal itu menjadi tanda terbukanya percakapan atau diskusi. Keiga, sebagai

tanda hakikat suatu hubungan. Memejamkan mata atau memelototkan mata menunjukkan hakikat suatu hubungan. Seseorang yang tertarik dengan orang lain atau sesuatu akan meningkatkan kontak matanya. Di lain pihak, seorang mungkin akan memelototkan mata karena idak senang dengan orang lain. Keempat, sebagai tanda kedekatan isik. Keika seorang wanita ingin menyanyi dalam suatu acara pesta atau melakukan sesuatu, ia meminta persetujuan pasangannya. Sang pria akan memejamkan mata sekejap yang berari setuju dan juga mendukung secara penuh.

b. Fungsi menghindari

Seseorang menghindari tatapan mata dapat berari dia idak tertarik atau bisa juga untuk menjaga jarak personalitasnya. Dalam percakapan, orang dapat saja menghindari tatapan

RAYU

DASW

ATI

BUDI

Pengantar Ilmu Komunikasi Bab VII: Perbedaan Komunikasi Verbal dan Nonverbal

matanya karena is idak tertarik. Sementara dalam bus, orang menghindari tatapan mata untuk menjaga personalitasnya.

c. Melebarkan mata

Bagi wanita, mata yang lebar adalah simbol kecanikan. Tetapi bisa juga, orang memelototkan mata karena dia kagum atau takjub terhadap sesuatu. Bisa juga karena seseorang sedang

marah.

Empat, Komunikasi sentuhan; yaitu bahwa sentuhan manusia merupakan jenis komunikasi nonverbal yang paling primiif. Keika seorang bayi masih di dalam kandungan, sang ayah sering menyentuh perut sang ibu untuk menunjukkan rasa bahagia dan kasih sayang. Setelah sang bayi lahir, kasih sayang, rasa aman, dan rasa memiliki diberikan oleh orang tuanya melalui sentuhan- sentuhan. Sentuhan bagi sang bayi adalah sebagai awal untuk belajar dan akan menjadi pengalaman hidupnya. Sang bayi sendiri mulai belajar menyentuh apa saja yang ada di sekitarnya. Dia juga belajar menyentuh dirinya sendiri, menyentuh kuping, jari tangan, hidung atau alat genitalnya. Setelah bayi itu dewasa, dia mulai belajar untuk melakukan sentuhan terhadap orang lain yang bukan’anggota keluarganya, juga segala sesuatu yang ada. Dengan demikian, sentuhan memang menjadi bahasa komunikasi yang pening.

Bahasa sentuhan memiliki sejumlah fungsi dalam proses komunikasi, yaitu:

a. Ungkapan seksual

Fungsi seksual ini mudah dipahami dan sangat jelas. Seperi, seorang anak menyentuh alat vital, mencium, sentuhan

yang berkaitan dengan “intercourse” atau hubungan

badan, atau bentuk sentuhan yang lain. Seorang pria yang memelihara kumis dan cambang atau seorang wanita yang menghaluskan kulit tubuhnya, keduanya disadari atau idak akan meningkatkan pecan sentuhan dalam berkomunikasi.

b. Menghibur atau memberi dukungan

Melalui sentuhan orang dapat menghibur dan memberi dukungan kepada orang lain. Contohnya, memegang tangan, membelai rambut, atau memeluk. Di samping itu,

sentuhan merupakan bentuk pernyataan diri. Di mana dan

bagaimana kita menyentuh menunjukkan seberapa luas dan dalam pemyataan diri itu. Misalkan, mengucapkan selamat dengan bersalaman adalah mencerminkan hubungan sosial. Sedangkan, mencium pipi menunjukkan hubungan antarpribadi yang inim.

c. Kekuasaan dan dominasi

Perilaku menyentuh bisa berari perhaian sekaligus sikap menguasai dan dominasi. Sebagai contoh, seseorang berbicara sambil merangkul dan memegang punggung. Di lain pihak, sentuhan juga menunjukkan status dan kekuasaan. Contohnya, seorang pria di tempat umum, pesta, restoran, atau sekolah, selalu menyentuh pasangannya. Hal ini menunjukkan dominasi pria atas wanita. Tetapi, kalau sentuhan yang sama dilakukan oleh wanita kepada pasangannya, hal itu lazimnya idak dipandang sebagai dominasi, tetapi sebagai rasa kasih

sayang. 2. Komunikasi Ruang

Dalam kehidupan sehari-hari, sering terlihat dua orang berbicara dengan jarak yang jauh. Ada pula yang bercakap-cakap dengan berpegangan tangan. Ada lagi orang yang idak senang didekai, idak senang orang lain masuk ke kamarnya, atau duduk di mejanya. Orang ada juga yang sering menggani dekorasi rumahnya atau menyenangi warna-warm tertentu. Semua itu adalah aspek-aspek

dari komunikasi ruang.

Dari contoh-contoh tersebut, komunikasi ruang dapat dikelompokkan ke dalam iga jenis, yaitu:

a. Proxemics atau komunikasi jarak

Komunikasi jarak berhubungan dengan ruang isik yang membatasi jarak orang-orang di dalam hubungan antarpribadi. Menurut Edward T. Hall (1963), manusia memiliki empat jarak

RAYU

DASW

ATI

BUDI

Pengantar Ilmu Komunikasi Bab VII: Perbedaan Komunikasi Verbal dan Nonverbal

yang dapat menggambarkan empat hubungan manusia. Pertama, jarak inim, yang berjarak dari fase sentuhan sampai 45 cm. Pada jarak ini orang yang berkomunikasi mampu menyentuh, merasakan suara, bau atau napas dari pasangannya. Jarak inim dalam komunikasi juga terbentuk dari meningkatnya hubungan psikologis. Kedua, jarak personal. Jarak ini merupakan batas pribadi seseorang yang idak bisa disentuh orang lain. Berjarak antara 75-120 cm. Keiga, jarak sosial, yakni jarak di dalam hubungan sosial kita dengan orang-orang lain. Jarak 120-210 cm merupakan jarak yang berhubungan dengan urusan pekerjaan yang bersifat impersonal. Dan jarak 210-360 cm adalah jarak untuk urusan pekerjaan yang bersifat lebih formal. Keempat, jarak publik. Pada jarak 360 450 cm orang lain bisa mengambil sikap mempertahankan diri dari ketakutan terhadap orang lain. Misalkan, di tempat-tempat umum atau di kendaraan umum. Sedangkan, jarak 450-750 cm merupakan jarak yang membatasi kita dengan suatu kelompok besar orang-orang. Seperi, jarak

antara panggung opera dengan penontonnya.

b. Teritorial

Hampir mirip dengan perilaku binatang jantan dalam mempertahankan wilayah kehidupannya, manusia pun di dalam proses komunikasi memiliki batas-batas teritorial. Batas-batas ini 6isa berari menunjukkan kepemilikan. Contohnya, ruang kamar, ruang belajar, atau tempat duduk di sekolah, idak boleh ditempai atau disentuh orang lain. Komunikasi teritorial ini juga menunjukkan status seseorang. Seorang manajer bisa dengan bebas masuk ruang kerja kaiyawannya, tetapi para karyawan idak bisa sembarangan memasuki ruang kerja manajernya. Demikian pula, pada keluarga-keluarga tertentu seorang ayah bebas memasuki kamar anaknya, tetapi anak-anak idak boleh secara bebas memasuki kamar orang tuanya.

c. Esteika dan warna

Esteika adalah komunikasi ruang yang berkaitan dengan dekorasi ruang atau tempat tertentu. Biasanya orang menciptakan ruang atau tempat tertentu agar mempunyai ari dan keindahan.

Keindahan akan berhubungan dengan cita rasa pemilik ruangan. Misalkan, ruang tamu yang canik akan mempunyai jendela yang besar, warna dinding abu-abu kecokelatan, sinar lampu yang redup, kursi dan meja yang atraki~- menyenangkan. Sedangkan,

komunikasi warna berkaitan dengan ari-ari tertentu dan hubungan warna dengan personalitas. Warna merah bisa berari berani, warna biru berari kesedihan, atau merah “pink” berari bahagia dan sehat. Seseorang yang menyukai warna merah biasanya impulsif, akif, agresif, penuh semangat, simpaik, cepat menilai orang, idak sabar, dan kuat dorongan seksualnya. Mereka yang menyukai warna biru lazimnya konservaif, introspeksi, dan selalu berari-hai.

3. Diam

Ada pepatah “diam itu emas”. Pepatah ini memberikan makna yang sangat banyak, dapat berari bersikap idak memihak, idak suka membicarakan orang lain, setuju dengan hal-hal yang baik, dan mudah memahami kesalahan-kesalahan orang lain. Hal ini menunjukkan bahwa “diam” memberikan banyak informasi di dalam proses komunikasi manusia. Dalam proses komunikasi sehari-hari, “diam” berkaitan dengan beberapa fungsi berikut:

a. Memberi kesempatan berpikir

Sering kali diam berfungsi untuk memberikan waktu berpikir bagi seorang pembicara. Seorang pembicara diam sesaat untuk melanjutkan apa apa yang akan dibicarakan selanjutnya. Kadang-kadang bukan hanya pesan pesan yang bersifat verbal, tetapi indakan-indakan apa yang sekiranya mendukung apa yang telah dibicarakan.

b. Menyakii

Hampir semua orang pernah berpikir, “saya akan mendiamkan orang yang menjengkelkan itu”. Umumnya hal ini, dilakukan setelah dua orang selesai bertengkar, masing-masing saling berdiam diri. Fungsi lain dari diam adalah menolak keberadaan dan peran seseorang di dalam suatu kelompok.

RAYU

DASW

ATI

BUDI

Pengantar Ilmu Komunikasi Bab VII: Perbedaan Komunikasi Verbal dan Nonverbal

c. Mengisolasi diri sendiri

Kadang kala diam juga berfungsi sebagai tanggapan seseorang terhadap rasa takut, malu, atau cemas. Misalkan, seseorang merasa cemas dan malu berada di dalam suatu kelompok

orang-orang.

d. Mencegah komunikasi

Dengan diam dapat dimaksudkan sebagai upaya untuk menolak membicarakan hal-hal tertentu. Contohnya, seseorang menolak membicarakan pribadi orang lain. Di samping itu, diam juga berari mencegah seseorang akan melakukan kesalahan atau berbicara salah.

e. Mengkomunikasikan perasaan

Diam juga dapat dimaksudkan memberikan tanggapan- tanggapan emosional. Misalkan seseorang diam untuk menolak dominasi satu terhadap yang lain di dalam hubungan

antarpribadi.

f. Tidak menyampaikan sesuatu pun

Sering kali diam terjadi karena di sana idak ada yang saling berbicara, atau seseorang memang sedang idak ingin melakukan

atau mengatakan apa- apa. 1. Paralanguage

Paralanguage dapat diideniikasikan sebagai suara-suara atau

vokal nonverbal yang merupakan aspek-aspek dari percakapan.

Paralanguage mencakup ketepatan berbicara; volume; ritme;

resonansi; bentuk-bentuk vokal seperi tertawa, pekikan, rinihan, semburan, rengekan, suara-suara “uh-uh,shh “; dan inggi rendah

suara.

Dalam hal ini, ada iga hal yang berkaitan dengan paralanguage,

yaitu:

a. Paralanguage dan persepsi

Orang sering cepat menilai orang lain berdasarkan suara-suara

paralanguage. Keika mendengar pidato yang bersuara rendah,

dinilai bahwa orang yang berpidato merasa “inferior” atau rendah

diri dengan apa-apa yang disampaikan. Di pihak lain, pada orang yang berbicara keras, dinilai sebagai orang yang mempunyai “ego”

inggi.

Hubungan persepsi dan paralanguage ada dua. Pertama,

paralanguage dan formasi kesan. Suara-suara tertentu seseorang

merupakan gejala dari ipe personal itasnya. Contohnya, di saat kita kuliah akan muncul kesan-kesan terhadap dosen. Formasi kesan ini melipui: kesan-kesan isik (postur tubuh, jenis kelamin, atau usia), kesan-kesan personal (sikap terbuka, malu, atau agresif), kesan-kesan evaluaif (berbicara lepas, suara keras dan mengancam, atau sikap bersahabat). Kedua, mengidenikasi sikap emosional. Paralanguage menunjukkan sikap-sikap emagio-

nal diri. Misalnya, seseorang yang putus asa akan mengeluh,

mungkin bersuara “ckk atau uh”.

b. Paralanguage dan percakapan

Suara-suara paralanguage dapat menjaga dan mengubah peran- peran pembicara dan pendengar di dalam percakapan.

Contohnya, apabila seseorang ingin berbicara terus-menerus, di selang dengan suara “ mm...,nn....” Sedangkan, apabila memberi kesempatan berbicara pada yang lain akan bersuara “yah” atau

yang lainnya.

Dalam dokumen BUKU PENGANTAR ILKOM WM .pdf (Halaman 48-53)

Dokumen terkait