• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

1.6 Kerangka Teori

1.6.3 Fungsi Mantra dan Proses Ritual

Sebelum menguraikan mengenai fungsi mantra dan proses ritual yang menyertai pengucapan mantra, terlebih dahulu akan dikemukakan mengenai folklore, karena aspek ini menjadi bagian dari pendekatan yang digunakan dalam memahami kedua aspek tersebut.

1.6.3.1 Folklor dan Ilmu Gaib

Folklor berasal dari dua kata dasar folk dan lore. Folk yang sama artinya dengan kolektif (collectivity). Menurut Alan Dundes, folk adalah sekelompok orang yang memiliki ciri-ciri pengenel fisik, sosial, dan kebudayaan, sehingga dapat dibedakan dari kelompok-kelompok linnya. Ciri-ciri pengenal itu antara lain dapat berwujud: warna kulit yang sama, bentuk rambut yang sama, bahasa yang sama, taraf pendidikan yang sama, dan agama yang sama. Namun lebih penting lagi bahwa mereka telah memiliki suatu tradisi, yakni kebudayaan yang telah

mereka warisi tirun-menurun, sedikitnya dua generasi yang dapat mereka akui sebagai milik bersama dan mereka sadar akan identitas kelompok mereka sendiri Folklor adalah sebagian kebudayaan suatu kolektif yang tersebar dan diwariskan turun temurun di antara kolektif macam apa saja, secara tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai gerak isyarat atau alat pembantu pengingat (mnemonic device).

Adapun ciri-ciri pengenal umum folklor adalah: a) penyebaran dan pewarisannya biasanya dilakukan secara lisan, yakni melalui tutur kata dari mulut ke mulut atau dengan suatu contoh yang disertai gerak isyarat dan alat pembantu pengingat dari satu generasi ke generasi berikutnya, b) folklor bersifat tradisional, yakni disebarkan dalam bentuk relatif tetap atau dalam bentuk standar. Disebarkan di antara kolektif tertentu dalam waktu yang cukup lama, paling sedikit dua generasi, c) folklor ada dalam versi-versi yang berbeda, yang diakibatkan oleh penyebarannya dari ulut ke mulut (lisan), d) folklor bersifat anonim, yaitu nama penciptanya sudah tidak diketahui lagi, e) folklor mempunyai bentuk berumus atau berpola, f) folklor mempunyai kegunaan (funcion) dalam kehidupan bersama suatu kolektif, g) folklor bersifat pralogis, yaitu mempunyai logika sendiri yang tidak sesuai dengan logika umum, terutama bagi folklor lisan dan sebagian lisan, h) folklor menjadi milik bersama (collctive) dari kolektif tertentu, i) folkor pada umumnya bersifat polos dan lugu. (Danandjaja, 2002: 1-4).

Menurut Brunvand, folklor adalah suatu ciptaan (creations) dari suatu kelompok atau seorang atau individu, yang berorientasi pada kelompok, dan berdasarkan pada tradisi yang mereflesikan cita-cita dari suatu komonitas sebagai

suatu ungkapan jati diri kebudayaan masyarakat; batasan-batasan, standar-standar, dan nilai-nilai yang diwariskan secara lisan, mencontoh ( immitatian), atau dengan cara lain. Bentuk-bentuknya mencakup, antara lain: bahasa, kesusastraan, musik, tari, permainan-permainan, mitologi, ritual, adat-istiadat, seni, kriya, arsitektur, dan kesenian lainnya (Danandjaja, 2003 : 35).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesi (edisi kedua), folklor didefinisikan sebagai adat istiadat tradisional dan cerita rakyat yang diwariskan turun-temurun, tetapi tidak dibukukan, atau ilmu adat-istiadat tradisional dan cerita rakyat yang tidak dibukukan. Folklor lisan adalah folklor yang diciptakan, disebarluaskan, dan diwariskan dalam bentuk lisan. Ada pun yang termasuk folklor lisan berupa bahasa rakyat, teka-teki, puisi rakyat, cerita prosa rakyat, dan nyanyian rakyat.

Koentjaraningrat (1980: 60) mengikuti teori Marett tentang kekuatan yang luar biasa, mengatakan bahwa bentuk religi yang tertua adalah berdasarkan keyakinan manusia akan kekuatan gaib dalam hal-hal yang luar biasa yang menjadi sebab timbulnya gejala- gejala yang tak dapat dilakukan oleh manusia. Pangkal religi adalah suatu emosi atau getaran jiwa yang timbul karena kekaguman manusia terhadap hal-hal dan gejala- gejala tertentu yang bersifat luar biasa. Hal-hal gejala-gejala alam tersebut, oleh manusia dianggap berasal dari dunia yang memiliki kekuatan yang luar biasa. Artinya kekuatan yang tak dapat diterangkan dengan akal manusia biasa dan yang ada di atas kekuatan-kekuatan yang alamiah biasa atau kekuatan supranatural. Dalam bahasa Indonesia kekuatan yang luar biasa itu dapat disebut “kekuatan gaib” atau “kekuatan sakti”,

sedangkan dunia dari mana kekuatan gaib itu berasal dapat disebut “dunia gaib” atau “alam gaib”

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995 : 371), ilmu gaib adalah pengetahuan tentang segala yang tidak kelihatan atau rahasia alam. Ilmu gaib atau magic merupakan teknik-teknik atau kompleks cara-cara yang dipergunakan oleh manusia untuk mempengaruhi alam sekitarnya sehingga menuruti kehendak dan tujuannya. Dasar ilmu gaib adalah kepercayaan kepada kekuatan sakti dan hubungan sebab menyebab menurut hubungan-hubungan asosiasi. Hubungan asosiasi itu adalah bayangan dalam pikiran itu yang menimbulkan bayang-bayang baru sehingga terjadi suatu rangkaian bayang- bayang. Syarat-syarat penting agar suatu perbuatan gaib itu bisa berhasil adalah semangat, kesungguhan, dan konsentrasi dari si pelaku. Kekuatan gaib tersebut tercipta dengan diucapkannya sebuah mantra (Koentjaraningrat, 1974 : 276-277).

1.6.3.2 Tujuan dan Fungsi-Fungsi Mantra

Tujuan mantra dapat dilihat dari hubungannya dengan jenis mantra itu sendiri. Setiap mantra memiliki tujuannya masing-masing, antara lain mantra untuk kekebalan tubuh, mengobati penyakit, mantra untuk mata pencaharian, mantra percintaan dan sebagainya.

Mantra yang berhubungan dengan pengobatnan misalnya, mantra ini dapat menyembuhkan berbagai jenis penyakit. Misalnya, menyembuhkan sakit perut, sakik kepala, biduren, bisulan, harpes, demam dan lain-lain. Mantra yang berhubungan dengan pengobatan juga ada yang berfungsi untuk menangkal racun

yang sengaja diberikan pada pada seseorang tanpa sepengetahuan yang bersangkutan atau dikirim secara gaib.

Mantra yang berhungan dengan kekebalan tubuh bisa untuk mengebalkan diri dari segala tusukan senjata tajam. Dalam suatu perkelahian, bagi sesorang yang sedang menggunakan mantra ini bisa dipergunakan untuk mengalahkan lawan sehingga ia tidak berdaya menghadapinya.

Mantra yang berhubungan dengan keluarga misalnya, dapat mempermudah seorang ibu saat melahirkan. Jika seorang ibu sedang melahirkan, dengan membaca mantra ini dapat memperlancar proses kelahiran dan mengurangi rasa sakit saat melahirkan. Mantra ini juga ada yang berfungsi untuk menghentikan balita yang menagis terus-menerus karena gangguan roh jahat, dan masih banyak fungsi yang lainnya.

Mantra yang berhubungan dengan percintaan juga memiliki berbagai tujuan diantaranya yaitu untuk mendapatkan seorang yang kita cintai dengan mudah. Mantra ini dapat membuat seseorang terlihat sangat menarik di mata orang yang dicintainya, sehingga orang yang dicintai juga membalas cintanya, selalu merindukanya dan selalu ingin berada di dekatnya dan tidak berniat untuk mencintai orang lain.

Berdasarkan alasan mistis yang melatarbelakanginya, mantra juga dapat dilihat fungsinya secara ritual. Taum (2004) dalam buku Bahasa Merajut Sastra Merajut Budaya: Tradisi Fua Pah: Ritus dan Mitos Agraris Masyarakat Dawan di Timor menyebutkan ada empat fungsi dilihat dari alasan mistis yang melatarbelakanginya, yaitu:

(1) Fungsi Magis. Fungsi magis berkaitan dengan penggunaan bahan-bahan dalam suatu upacara ritual yang bekerja karena daya-daya mistis. Dalam setiap upacara ritual pada khususnya mantra bahasa Dayak Desa, pasti menggunakan bahan-bahan sebagai salah satu medianya. Dalam mantra bahasa Dayak Desa, bahan-bahan yang digunakan berbeda-beda pada setiap mantranya, sesuai dengan kebutuhan dan jenis mantra serta tingkat mantranya. Yang dimaksud dengan tingkat di sini yaitu bahwa tidak semua mantra dapat diterima begitu saja oleh orang yang mewarisinya. Ada banyak mantra yang memiliki persyaratan-persyaratan tertentu untuk mendapatkan.

(2) Fungsi Religius. Fungsi religius berkaitan dengan pelaksanaan

rangkaian kegiatan dalam suatu upacara.

(3) Fungsi Faktif. Fungsi faktitf berkaitan dengan meningkatkan

produktivitas atau kekuatan, atau pemurnian dan perlindungan yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan meteri suatu kelompok.

(4) Fungsi Intensifikasi. Fungsi intensifikasi berkaitan dengan ritus kelompok yang mengarah kepada pembaharuan dan mengintensifkan kesuburan, ketersediaan buruan dan panen.

1.6.3.3 Proses Ritual

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995 : 843) ritual adalah yang berkenaan dengan ihwal, yaitu tata cara dalam upacara keagamaan. Proses ritual merupakan serangkaian tindakan yang mempunyai nilai simbolik untuk mencapai

suatu kemanjuran dari tindakan tersebut. Peroses ritual mantra merupakan tata cara yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan mantra serta proses yang dilakukan saat mengamalkan atau membacakan mantra. Adapun proses yang dilakukan dalam mantra bahasa Dayak Desa memiliki beberapa tahapan. Pertama, proses ritual untuk mendapatkan mantra. Kedua, proses pelaksaan mantra, dan yang ketiga adalah proses penutup. Dalam proses ritual yang dilakukan untuk mendapakan mantra, kegiatan yang dilakukan dan atau media yang diminta sesuai dengan persyaratan dari mantra tersebut. Adapun kegiatan serta alat dari persyaratan yang harus dilakukan tersebut seperti minum air kelapa di dalam air, beketup garam, serta media yang diberikan kepada pemantra seperti sebilah besi, sebungkus garam, sejumlah uang, dan sebagainya.

Dalam proses pengamalan mantra, kegiatan yang dilakukan meliputi proses mempersiapkan media yaitu, pemantra menyiapkan media yang digunakan sesuai dengan mantra yang digunakan. Media yang digunakan beraneka ragam seperti kapur sirih, air putih, kunyit, beras, ranting kayu, dan sebagainya. Setelah media yang digunakan lengkap tahap berikutnya adalah pelaksanaan. Pemantra memantrai media yang telah dipersiapkan tadi kemudian memberikannya kepada yang orang yang dimantrainya.

Proses yang selanjutnya adalah proses penutup atau penyelesaian. Pada proses ini orang yang sudah dimantrai memberikan imbalan kepada pemantra sesuia dengan permintaan dari mantra yang bersangkutan. Setiap mantra memiliki permintaan yang berbeda-beda, hal ini berkaitan dengan tingkat mantra yang dibacakan. Imbalan-imbalan tersebut dapat berupa uang ataupun barang. Bila

permintaan mantra yang bersangkutan tidak terpenuhi, dipercaya dapat menimbulkan efek yang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Jika pemantra meminta imbalan berupa uang, jumlah yang diminta oleh pemantra tidak dapat ditawar, kerena hal tersebut juga dipercaya dapat mengurangi keampuhan mantra tersebut.

Dokumen terkait