• Tidak ada hasil yang ditemukan

BENTUK-BENTUK HAK DARI LEMBAGA PENYIARAN TELEVISI

B. Fungsi Sosial Televisi

Penyiaran selain profit oriented sekaligus berfungsi sosial. Penyiaran secara kelembagaan maupun content-nya, tidak dapat melepaskan diri dari lingkungan masyarakat tempatnya berada. Sebagai lembaga penyiaran nasional di daerah, sikap-laku etis dan susila adalah kaidah batin dari lembaga penyiaran. Ini adalah refleksi nasionalismenya sebagai perekat sosial dan bangsa, sehingga tidak tabu bila ikut menghormati norma-norma sosial dan nilai-nilai setempat sebagai upaya memajukan local genius. Penghormatan atas keragaman, adalah etika nasional sehingga mampu menjaga Negara-Bangsa Indonesia dalam bingkai multi kultur.

Implikasinya cukup luas. Ini dapat dilihat dari perspektif hukum, sosial, dan politik. Alasannya, pertama, dengan sikap apatis tersebut, posisi KPID sebagai produk hukum diabaikan (belum dilecehkan). Kedua, sebagai badan regulasi, dalam logika hukum - seharusnya mampu mengatur lembaga penyiaran - ini mengesankan kurang wibawa.

Keadilan yang diinginkan masyarakat sering berseberangan dengan keadilan legalis tersebut. Antara das sein dan das solen, antara hukum normatif dan empiris, interprestasi dan aplikasinya sering mengalami pembiasan. Dalam kasus tersebut, pendekatan sosial dalam penegakan hukum dibutuhkan, sehingga Undang-undang tersebut mampu memberi keadilan distributif (kesebandingan).

Dalam menjalankan fungsi dan perannya untuk melayani masyarakat, antara KPI dan lembaga penyiaran di daerah ini, ke depan, perlu terus membuka ruang dialog dan berkomunikasi. Upaya menegakan Hukum Penyiaran tetap konsisten dilaksanakan. Ini akan menjamin kepastian hukum bagi masyarakat umum maupun masyarakat penyiaran. Walaupun demikian nilai-nilai etika, budaya, sosial dan agama masih relevan dikedepankan dan dijadikan norma lainnya karena ikut berperan dalam mengatur ketertiban masyarakat.40

Dari aspek yuridis sudah cukup jelas pada bagian sebelumnya bahwa hal ini adalah amanat yang tersirat dalam perUndang-undangan. Sebutlah Undang-undang 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi maupun Undang-undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran. Dalam Undang-undang Penyiaran Pasal 3 disebutkan: “Penyiaran diselenggarakan dengan tujuan untuk memperkukuh integrasi nasional, terbinanya watak dan jati diri bangsa yang beriman dan bertakwa, mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum, dalam rangka membangun masyarakat yang mandiri, demokratis, adil dan sejahtera, serta menumbuhkan industri penyiaran Indonesia.”

Amanat yang lebih jelas tertulis pada pasal 36 ayat 1 Undang-undang Penyiaran : “Isi siaran wajib mengandung informasi, pendidikan, hiburan, dan manfaat untik pembentukan intelektualitas, watak, moral, kemajuan, kekuatan bangsa, menjaga persatuan kesatuan, serta mengamalkan nilai-nilai agama dan

40

Hadriani P, “Gaya Hidup, Mengawal Hak Cipta Program Televisi”, http://www. korantempo.com/korantempo/login.html, diakses tanggal 10 Juni 2009.

budaya”

Adalah sebuah pesan konstitusional bagi dunia penyiaran untuk melakukan peran-peran konstruktif berupa peran-peran edukasi, menjaga keutuhan negara serta pengamalan nilai-nilai agama dan budaya. Selain peran sebagai media informasi dan hiburan.

Eksistensi KPI adalah bagian dari wujud peran serta masyarakat dalam hal penyiaran, baik sebagai wadah aspirasi maupun mewakili kepentingan masyarakat.Legitimasi politik bagi posisi KPI dalam kehidupan kenegaraan berikutnya secara tegas diatur oleh Undang-undang Penyiaran sebagai lembaga negara independen yang mengatur hal-hal mengenai penyiaran. Secara konseptual posisi ini mendudukkan KPI sebagai lembaga negara atau dalam istilah lain juga biasa dikenal dengan auxilarry state institution.

Dalam rangka menjalankan fungsinya KPI memiliki kewenangan (otoritas) menyusun dan mengawasi berbagai peraturan penyiaran yang menghubungkan antara lembaga penyiaran, pemerintah dan masyarakat. Pengaturan ini mencakup semua daur proses kegiatan penyiaran, mulai dari tahap pendirian, operasionalisasi, pertanggungjawaban dan evaluasi. Dalam melakukan kesemua ini, KPI berkoordinasi dengan pemerintah dan lembaga negara lainnya, karena spektrum pengaturannya yang saling berkaitan. Ini misalnya terkait dengan kewenangan yudisial dan yustisial karena terjadinya pelanggaran yang oleh Undang-undang Penyiaran dikategorikan sebagai tindak pidana. Selain itu, KPI juga berhubungan dengan masyarakat dalam menampung dan menindaklanjuti segenap bentuk apresiasi masyarakat terhadap lembaga penyiaran maupun terhadap dunia penyiaran pada umumnya.

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) khususnya di Kota Medan menghadapi tantangan besar untuk menumbuhkan tanggung jawab publik lembaga penyiaran. Aspek yuridis, sosial, filosifis dan ekonomis adalah peta besar persoalan yang harus menjadi konsen KPID. Melalui perangkat dan kewenangan yang dimiliki, KPID harus mampu mendorong tumbuhnya tanggung jawab publik lembaga penyiaran.41 Karena lembaga penyiaran menggunakan ranah publik untuk melakukan kegiatan penyiaran, seluruh kegiatannya harus diabdikan kepada kepentingan publik, sesuai dengan tuntutan hukum, peran sosial yang konstruktif, dasar filosofis dan ekonomis yang normative.

Lembaga penyiaran sebagai rumpun media massa, jelas mempunyai peran sosial yang besar. Lembaga penyiaran menjadi bagian integral dari kehidupan sosial, sebagai media hiburan, pendidikan dan informasi. Bahkan lebih dari itu, lembaga penyiaran juga memainkan peran sebagai agen perubahan sosial. Sebagai media komunikasi massa, televisi sebagai media yang paling besar menyita perhatian masyarakat, sebagai media yang paling banyak dikonsumsi publik, mempunyai peluang dan tantangan besar untuk memainkan peran konstruktif. Sementara radio yang mempunai karakter intrusif, juga sangat potensial menembus lapisan masyarakat secara luas. Burhan Bungin dalam bukunya Sosiologi Komunikasi menyebut peran media sebagai agent of change adalah paradigma utama. Media harus memainkan peran sebagai institusi pencerahan masyarakat (sebagai media edukasi). Selain itu

41

Hasil wawancara dengan Ibu Ranggini, SE, Kordinator Bidang Pengelolaan Struktur, Komisi Penyiaran Indonesia¸ Medan.

media juga harus mencetak masyarakat yang kaya informsai (sebagai media informasi). Terakhir, media harus mampu mendorong perkembangan budaya manusia yang bermoral dan masyarakat sakinah. Dengan demikian, media massa juga berperan mencegah berkembangnya budaya-budaya yang justru merusak peradaban manusia.

BAB III

CARA LEMBAGA PENYIARAN UNTUK MENDAPATKAN HAK