• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hak Terkait (Neighbouring Right) Format Program Televisi

CARA LEMBAGA PENYIARAN UNTUK MENDAPATKAN HAK MENGUMUMKAN KARYA CIPTA SESEORANG

A. Hak Terkait (Neighbouring Right) Format Program Televisi

Format program televisi berasal dari sebuah ide. Semua pertunjukan televisi dimulai dari sebuah ide yang berasal dari penulis, sutradara, prosedur atau bahkan dari orang biasa. Sebuah ide yang dikomunikasikan dalam proses produksi program televisi agar dapat diimplementasikan ke dalam bentuk program televisi yang siap untuk ditayangkan. Menurut prosedur, program tersebut bisa ditayangkan pihak ketiga setelah mendapat lisensi. Jika tanpa lisensi, besar kemungkinan akan ada gugatan dari pemilik ide tadi. Banyaknya stasiun televisi swasta membuat rentan bajak-membajak ide program televisi seperti ini.

Bagi program televisi serial terdapat “ide” yang akan menjadi dasar kerangka setiap eposide program tersebut. Kerangka inilah yang kemudian disebut sebagai format yang akan menjadi pengenal dari program dimaksud sehingga sebuah program akan selalu memiliki ciri-ciri yang sama pada setiap episodenya.

Dalam penjelasan yang lebih teknis, format dapat disebut sebagai ide yang secara simultan membingkai setiap episode produksi program televisi. Definisi yang lebih terang dikemukakan oleh Mark Litwark yang dikutip oleh Dedi Kurniadi yang menyatakan bahwa format adalah “kerangka yang menjadi tempat dimana tokoh-tokoh sentral dari program akan beraksi yang akan selalu diulang pada setiap episode termasuk karakter-karakter detail lainnya, setting, tema dan jalan cerita secara umum

dari sebuah serial”42. Dalam hal ini Litwak mengemukakan pengertian format lebih terkait dengan cerita serial. Vincent Nelson mengemukakan bahwa: “Format cerita serial secara umum memuat elemen-elemen antara situasi-situasi, tema, ide dan karakter.”43

Pada umumnya format program televisi juga terdiri dari elemen-elemen. Untuk jenis program televisi lainya seperti game show, sebuah format memiliki elemen-elemen antara lain nama program, cara penyampaian, pembabakan, materi yang berulang (seperti slogan dan gerakan khas) yang berhubungan dengan kejadian, properti dan set yang khas, serta setiap materi yang ditujukan untuk menggambarkan hubungan antara perserta dengan program.

Format program televisi merupakan bagian dari karya seni yang harus diberi perlindungan. Dalam hokum hak cipta proses pembuatan suatu program merupakan salah satu hal yang perlu mendapat perhatian. Retno Maruti, salah seorang koreografer kenamaan menyatakan bahwa:

Royalti bukanlah satu-satunya cara untuk melakukan perlindungan terhadap karya seni. Pengalaman saya sejauh ini mengajarkan bahwa pendokumentasian (terutama pada tahap proses penciptaan) adalah sangat penting. Apa yang kita lakukan behind the scene itu akan sangat bermanfaat nantinya, bukan saja untuk bukti seandainya terjadi perselisihan dalam soal siapa pemegang hak ciptanya, tapi juga untuk menumbuhkan proses kreatif bagi orang lain, terutama bagi generasi baru. Penghargaan bahwa setiap ciptaan itu lahir dari suatu proses yang kadang teramat penjang.44

42

Dedy Kurniadi, Op.Cit., hlm. 40.

43

Ibid. Hlm 49

44

Masyarakat Seni Pertunjukan, “Pelik-Pelik Persoalan Perlindungan HaKI Bagi Karya Rekaman, Karya Siaran, dan Karya Pertunjukan,” http://www.mspi.org/index.php? option=com_content&task=view&id=75&Itemid=83, diakses tanggal 13 Maret 2009.

Ivan Curry yang dikutip oleh Deddy Kurniadi membagi format program televisi ke dalam 2 (dua) pembagian utama sesuai dengan praktek produksi program televisi yakni format program yang scripted, dan yang unscripted.45 Dalam format program yang scripted, sebuah program televisi diproduksi berdasarkan skenario yang menentukan apa-apa saja yang harus diucapkan oleh si skenario yang menentukan apa-apa saja yang harus diucapkan oleh si “karakter” dan kapan kalimat tersebut harus diucapkan. Yang termasuk ke dalam kategori program yang scripted ini adalah news, drama (komedi dan tragedi), musik atau variaty programs,

performance art/commercial/public service announcement (PSAs). Sementara yang

dikategorikan sebagai format program yang unscipted adalah panel show, program demo (memasak, informacial), game show (kuis), live transmissions, sports, dan

documentaries.

Tantowi Yahya, Pembawa Acara Kuis “Who Want’s to be A Millionaire”, berpendapat mengenai format program game show (kuis). Tantowi mengatakan bahwa dalam membuat sebuah game show (kuis) sama dengan menyusun sebuah pidato, yakni terdiri dari pembukaan, isi (content), penutupan dan kesimpulan. Bagian pembukaan harus dibuat sedemikian rupa sehingga menarik minat penonton dalam waktu singkat sehingga penonton memiliki gambaran tentang program tersebut. Selanjutnya, bagian materi isi sebagai substansi kuis dan bagian penutup yang bersifat sebagai kesimpulan kuis (wrap up) dan bersifat gimmick . Keseluruhan ini adalah format kuis termasuk skenario dan tata laku pembawa acara. Tantowi

45

mengakui pula bahwa batasan sebuah format tidaklah mutlak tergantung pada kreatifitas kreator format menurut trend yang sedang terjadi. Beliau mengemukakan bahwa pada acara Who Wants to be A Millionaire yang dipandunya terdapat konsep yang kuat dan berbagai elemen termasuk musik, properti, teknologi, pertanyaan, penekanan-penekanan, slogan (cathcphrases) dan hal-hal yang merupakan gimmick.46

Adanya format yang baik diharapkan dapat meningkatkan minat penonton hal ini dikarenakan banyaknya stasiun televisi swasta yang lain, sehingga masing-masing stasiun berupaya sebaik mungkin membuat acara yang terprogram dengan baik. Beberapa hal yang menjadi kekurangan televisi yang satu terhadap televisi yang lainnya terdiri atas:

a. VCR (Video Cassete Recorder). Program ini dapat merekam program yang diinginkan dan menontonnya setiap saat.

b. View data dan teletext. Bagi mereka yang mampu membeli alat-alat canggih seperti prestel, oracle, ataupun ceefax, mereka bisa memilih berbagai macam informasi mutakhir dari berbagai sumber yang tersedia melalui komputer.

c. Televisi kabel (cable television): televisi kabel makin memperbanyak pilihan program bagi para pemirsa. Pemirsa di Inggris yang kurang menyukai acara BBC dan ITV, mereka sudah bisa memasang kabel saluran televisi kabel.

d. Jaringan berita seketika (instant world news). Kini banyak bermunculan perusahaan-perusahaan yang khusus bergerak dalam bidang pencarian berita dan penyajiannya secara cepat.47

Kenyataan adanya elemen dalam sebuah format program televisi juga dibenarkan oleh Marcel Hartawan, seorang produser program televisi. Marcel berpendapat bahwa elemen-elemen format program televisi game show ataupun

46

Ibid.

47

M. Linggar Anggoro, Teori dan Profesi Kehumasan, Serta Aplikasinya Di Indonesia, Bumi Aksara, Jakarta, 2000., hlm. 151.

reality show memiliki kesamaan, unsur yang membedakan adalah warna atau suasana

dari program tersebut yang disesuaikan dengan tujuan dan visi acara (khusus reality

show), memiliki karakter sesuai dengan kondisi kultur Indonesia. Namun, format

program tidak hanya ditentukan oleh elemen-elemen tersebut melainkan juga ditentukan oleh kemasan keseluruhan, misalnya: acara “Ngerjain Orang” Bisa Jadi program komedi tetapi juga bisa jadi program serius.

Berbagai alasan dikemukakan untuk membuat sebuah format program televisi. Seperti tayangan misteri beberapa saat yang lalu. Media televisi swasta yang ada berlomba-lomba dengan membuat tayangan misteri dengan berbagai variasi yang tujuannya adalah menarik minat penonton, dan tentu saja untuk mendapatkan nilai rupiah yang tinggi, atau menarik iklan. Ada program “Percaya gak Percaya”, “ Kisah Misteri (Kismis). Secara lebih praktis, Hari De Fretes, seorang pencipta dari program televisi, “Lemong Rumpi” dan “Hari-Hari Mau” mengemukakan bahwa sebuah format program televisi memiliki elemen-elemen yang terdiri dari segementasi (pembabakan), karakter dan hubungan karakter.48

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa sebuah format program televisi terdiri dari elemen-elemen yang standar yang penyusunannya merupakan suatu hasil kreasi dari kreatornya. Hal ini lebih dari sekedar “ide” melainkan juga penerapan dari ide-ide tersebut yang kemudian diimplementasikan dalam produksi setiap program yang didasarkan pada format tersebut.

48

Dedy Kurniadi, Op.Cit, hlm. 43, Beliau mengungkapkan bahwa format program televisi “hari hari mau” memiliki empat segemen utama, sebagai anak sekolah, sebagai ayah yang membuka toko bunga dan sebagai dokter. Satu babak lainnya adalah Jakarta punya berita dimana pembaca berita saat itu Becky Tumewu dan Indra Safera menyampaikan berita dengan cara komedi. Format ini bertahan hingga produksi lebih dari 100 episode.

Kehadiran televisi sebagai media masa setidaknya secara intern butuh kode etik untuk menyeimbangkan dua kutub ekstrim, antara ekstrim idealisme dengan ekstrim bisnis. “Sebab ketika kehadiran TV mengabaikan aspek idealisme dengan lebih menekankan aspek bisnis semata, maka televisi akan melahirkan industri yang mencetak uang tetapi tidak peduli terhadap akibat moral-sosio-politik-budaya masyarakat.”49 Dengan kata lain urusan-urusan yang bersifat moral, ahlak dan budaya menjadi tidak begitu penting untuk sebuah televisi yang berorientasi bisnis semata.

Salah satu contoh format program televisi saat ini adalah dengan dasar dakwah. Manajemenqolbu televisi (MQTV) dimulai dari adanya ide untuk mendirikan media penyiaran berisi dakwah yang menghibur (dakwahtaiment) dengan cakupan luas dan pengemasan program secara menarik, sederhana dan universal. Fokus utamanya adalah memberikan tontonan yang berkualitas kepada masyarakat melalui pengkajian acara yang sesuai dengan kebutuhan dan kapasitas pemirsa.

Atas dasar pertimbangan di atas, maka didirikanlah ManajemenQolbu Televisi (MQTV), sebuah perusahaan yang direncanakan bergerak dibidang penyiaran televisi terestrial dengan badan usaha berbentuk perseroan terbatas, dimana 100% saham dimiliki oleh MQ Corporation. Saat ini perusahaan mengawali bisnisnya sebagai rumah produksi (production house) yang diposisikan secara unik, yaitu menjadi spesialis penyedia program televisi (program suplier) bertema dakwah yang dikemas

49

Mira R. Gnagey, “TV Watch Sebuah Kebutuhan Baru”,,

dalam berbagai bentuk, baik dalam format filer, animasi, drama, maupun non drama.50

Program yang ditayangkan oleh televisi mempunyai dua karakter mendasar, yaitu:

“1. Kebijakan politik bernegara yang memusat di satu tempat telah berpengaruh pada pengelolaan industri televisi, terutama dalam program-programnya. Selama ini, mayoritas pemirsa di tanah air yang lebih dari 200 juta jiwa dari beragam bentuk suku, justru harus mengkonsumsi satu bentuk wacana kebudayaan yang hanya satu saja, khususnya bentuk-bentuk kebudayaan Jawa.Kebudayaan Jawa dalam wacana televisi begitu dominan. Wacana ini jangan lantas dipahami sekadar Jawa dalam makna ketradisiannya, namun juga nilai-nilai Jawa yang paling modern sekaligus kian terlegitimasi di ruang televisi. Asumsi ini juga bisa lebih dibuktikan dari kuantitas dan kualitas nilai Jawa dalam program televisi yang lebih dominan, jika dibandingkan dengan program dengan nuansa budaya dari daerah lain.

2. Selama ini memang telah terbukti bahwa program televisi juga lebih didominasi oleh tayangan program asing produksi Hollywood, Amerika Latin, ataupun Eropa. Program televisi yang diproduksi dari negara Barat memang lebih dominan secara kuantitas. Bahkan tak jarang, program dari

50

Tim Redaksi, “Profil MQTV”, http://www.cybermq.com/mqtv/list_profil.php?id=1, diakses tanggal 2 Juni 2009.

Barat ini menjadi program paling diminati, dengan skala prioritasnya yang tinggi. Maka, tak heran jika realitas televisi hanya mengedepankan bentuk-bentuk wacana monokultur yang dominan dan hegemonik. Alhasil wacana televisi adalah wacana monokultur, sementara wajah pemirsa televisi adalah multikultur. Banyak keragaman nilai, pemikiran, dan wacana dari suku-suku yang ada di tanah air belum tersentuh sama sekali”.51

Fakta timpang semacam inilah yang pada akhirnya memunculkan ironi dalam pengemasan visual film televisi. Implementasi dari dominannya wacana monokultur di televisi ini, sungguh telah menyulitkan proses pengembangan program televisi yang lebih mempunyai otoritas dan otonomi bagi kelangsungan serta eksistensi nilai kebudayaan banyak daerah.

Sebuah format program televisi bisa jadi adalah suatu hasil dari hasil pengembangan yang dilakukan secara berkelanjutan oleh sebuah rumah produksi. Pada awalnya sebuah ide atau konsep program televisi tidak memiliki nilai sama sekali. Pengembangan program-lah (program development) yang menjalankan sebuah format memiliki nilai dan layak untuk dipasarkan. Sebuah ide atau konsep tentunya perlu diuji coba terlebih dahulu untuk kemudian di sempurnakan dari waktu ke waktu sebelum dieksekusi sebagai sebuah format program televisi. Dalam sebuah format program game show contohnya, dimulai dari konsep dasar dari game tersebut

51

Tonny Trimarsanto, “Televisi Monokultur di Negeri Multikultur,” http://www.republika. co.id/koran_detail.asp?id=50665&kat_id=80&kat_id1=&kat_id2=, diakses tanggal 10 Juni 2009.

yang kemudian diuji coba dan disempurnakan secara terus menerus untuk kemudian diproduksi pertama sekali untuk memperoleh sebuah produksi contoh atau yang sering disebut sebagai “pilot”.

Pada format berita Trans TV misalnya, telah dibuat semacam Prosedur Operasional Standar (SOP) dalam pembuatan berita, untuk menjaga kualitas berita yang dihasilkan oleh Divisi News. Lalu dilakukan tahapan-tahapan mulai dari pengumpulan materi sampai menjadi sebuah berita. Satrio Arismunandar menyebutkan tahapan-tahapan tersebut adalah:

1. Produser Program menghimpun gagasan berita yang didapat dari kru melalui

riset, temuan lapangan, informasi, dan sebagainya, untuk dibahas dalam rapat redaksi.

2. Agenda berita, rundown, serta penugasan dibahas dalam rapat redaksi. Rapat juga dihadiri oleh reporter, juru kamera, periset, asisten produksi, dan koordinator peliputan.

3. Hasil rapat redaksi dituangkan dalam notulen. Rapat juga membuat lembar penugasan yang menjadi acuan Produser Program dan Koordinator Peliputan. 4. Produser Program dapat membuat panduan penugasan reporter, juru kamera,

dan periset, serta memberikan panduan tersebut kepada tim yang bertugas.

5. Jika dibutuhkan grafis untuk mendukung tampilan berita yang ditayangkan, permohonan grafis, foto, dan animasi pendukung berita diajukan oleh Produser Program atau Associate Produser kepada Tim Grafis. Grafis yang dihasilkan oleh tim tersebut lalu dimasukkan ke dalam server.

6. Reporter dan juru kamera mengimplementasikan penugasan, dengan melakukan liputan di lapangan. Tim lapangan tersebut juga wajib mengembangkan dan memperkaya informasi.

7. Periset membantu mengumpulkan data pendukung untuk diberikan kepada reporter.

8. Dalam perjalanan kembali ke studio, reporter dan juru kamera dapat mendiskusikan hasil liputan dengan Produser yang bersangkutan. Draft naskah dan shot list juga disiapkan.

9. Juru kamera memindahkan rekaman shot list ke dalam browsing server. Setelah itu –untuk kepentingan bank data-- ia juga wajib membuat log sheet dari semua hasil rekaman gambar yang dibuat. Kaset dan log sheet kemudian diserahkan kepada Perpustakaan.

10. Berdasarkan gambar dan grafis yang sudah tersedia dalam server, Reporter membuat skrip dan first edit.

11. Associate Produser dan Produser Program memeriksa dan memperbaiki first edit.

12. Reporter melakukan dubbing untuk narasi.

14. Dari item-item berita yang sudah masuk ke dalam server, Produser Program menyusun rundown akhir untuk keperluan tayang.”52

Format program televisi telah menjadi objek transaksi sehingga berbagai format program televisi dapat diproduksi ditayangkan di berbagai negara. Dan sering kali ide yang berkembang menjadi format program televisi diperbanyak, disiarkan atau ditiru tanpa persetujuan pencipta program tersebut..53