• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II WEWENANG PENYIDIK POLRI DALAM PROSES

B. Fungsi, Tugas dan wewenang Polri

Penegakan hukum yang umumnya diharapkan oleh masyarakat sebagai fungsi Polri adalah penegakan Hukum Pidana (enforcing the criminal law). Sebagai alat perlengkapan Negara (aparat Negara) Polri bertanggungjawab melaksanakan sebagian dari tugas pemerintah sehari-hari yaitu menimbulakan rasa aman pada warga masyarakat. Tugas pemerintah ini dilakukan Polri melalui penegakan hukum

Pidana, khususnya melalui pencegahan kejahatan dan menyelesaikan kejahatan yang terjadi.59

Polri sebagai aparat penegak hukum, berupaya menindak perbuatan kejahatan

trafficking dalam upaya pencegahan dan menanggulangi. Pada kenyataanya fungsi

Polri dalam melakukan tugas dan kewenangan, harus bertindak tidak berat sebelah. Karena Fungsi Polri adalah salah satu fungsi pemerintahan negara dibidang pemeliharaaan, keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakkan hukum, perlindungan, pengayoaman dan pelayanan kepada masyarakat.60

Dalam fungsinya sebagai pengayoman yang memelihara keteraturan, maka sering pula Polri melaksanakan peranan tambahan (addtional rule). Karena ada instansi lain yang juga membantu dan melayani masyarakat memelihara keteraturan. Untuk menciptakan lingkungan yang aman, seperti tugas Pamongpraja dari ketua RT sampai dikelurahan.61

Fungsi tersebut dilaksanakan oleh suatu institusi Polri, tetapi tidak seluruh fungsi tersebut dijalankan oleh Polri. Fungsi tersebut juga dilaksanakan oleh satuan- satuan pengaman di Industri, pertokoan, perkantoran oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil.62

59

Parasudi Suparlan, Bunga Rampai Ilmu Kepolisian Indonesia (Jakarta: Yayasan Pengembangan Kajian Ilmu Kepolisian 2004), hal. 160.

60

Pasal 2 UUPolri.

61

Parsudi Suparlan, Op.Cit, hal. 162.

62

Pengembangan fungsi Polri Community Policing (pemolisian Komuniti) adalah Pemolisian untuk menciptakan dan menjaga keamanan dan ketertiban dalam masyarakat yang dilakukan dengan tindakan-tindakan : 63

1. Polisi bersama-sama dengan masyarakat untuk mencari jalan keluar atau menyelesaikan masalah sosial (terutama masalah keamanan) yang terjadi dalam masyarakat.

2. Polisi senantiasa berupaya untuk mengurangai rasa ketakutan masyarakat akan adanya gangguan kriminalitas.

3. Polisi lebih mengutamakan pencegahan kriminalitas (crime prevention).

4. Polisi senantiasa berupaya meningkatakan kualitas hidup masyarakat. Dan

Community Policing sebagai wujud atau bentuk pemolisian yang demokratis.

Fungsi utama itu bersifat universal dan menjadi ciri khas Polri, dimana dalam pelaksanaannya Polri lebih mengutamakan Preventif dari pada Represif. Adapun perumusan dari fungsi utama tersebut adalah :

1. Tugas Pembinaan masyarakat (Pre-emtif).

Segala usaha dan kegiatan pembinaan masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, kesadaran hukum dan peraturan perundang-undangan. Tugas Polri dalam bidang ini adalah Community Policing, dengan melakukan pendekatan kepada masyarakat secara sosial dan hubungan mutualisme, maka akan tercapai tujuan dari community policing tersebut. Sistem kepolisian juga terkait dengan karakter sosial masyarakatnya. Konsep Community Policing sudah ada sesuai karakter dan budaya Indonesia (Jawa) dengan melakukan sistem keamanan lingkungan dalam komunitas-komunitas desa dan kampung, secara bergantian masyarakat merasa bertangggung jawab atas keamanan wilayahnya masing-masing.

63

Hal ini juga ditunjang oleh Kegiatan babinkamtibmas yang setiap saat harus selalu mengawasi daerahnya untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan khusus.64

Polri menyediakan Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (UPPA) Satuan I Tindak Pidana Umum (Tipidum) Direktorat Reskrim Polda Sumut, biasanya saling bekerja sama/berkoordinasi dengan Biro Pemberdayaan Perempuan, untuk menindak lanjuti tempat-tempat berpotensi kejahatan trafficking dengan upaya melakukan penyuluhan-penyuluhan, agar tidak tergoda dengan pekerjaan yang berpenghasilan tinggi. Kasus-kasus yang ditangani Polda sumut paling banyak adalah perdagangan Perempuan khususnya Pekerja Seks Komersial. Dengan Modus Operandi pekerjaan yang layak.

2. Tugas di bidang Preventif.

Segala usaha dan kegiatan di bidang kepolisian preventif untuk memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, memelihara keselamatan orang, benda dan barang termasuk memberikan perlindungan dan pertolongan , khususnya mencegah terjadinya pelanggaran hukum. Dalam melaksanakan tugas ini diperlukan kemampuan professional teknik tersendiri seperti patroli, penjagaan pengawalan dan pengaturan.65

Pada kenyataanya Polri melakukan razia-razia kehotel-hotel atau tempat yang dianggap sangat rawan berpotensi terjadinya perdagangan perempuan dengan cara

64

www.armanpasaribu.wordpress.com, Pengalaman polisi di Indonesia, diakses tanggal 2 Juni 2009.

65

memperkerjakan perempuan dibawah umur atau pun dewasa sebagai Pekerja Seks Komersial.

3. Tugas di bidang Represif.

Di bidang represif terdapat 2 (dua) jenis yaitu represif justisiil dan non justisiil. UU No. 2 tahun 2002, memberi peran Polri untuk melakukan tindakan-tindakan

represif non Justisiil terkait dengan Pasal 18 ayat 1(1) , yaitu wewenang ” diskresi

kepolisian” yang umumnya menyangkut kasus Trafficking. KUHAP memberi peran Polri dalam melaksanakan tugas represif justisiil dengan menggunakan azas legalitas bersama unsur Criminal Justice Sistem lainnya. Tugas ini memuat substansi tentang cara penyidikan dan penyelidikan sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan lainnya.66

Jadi pada hakekatnya kegiatan Polri berurusan dengan proses-proses didalam masyarakat yang melibatkan komponen masyarakat secara horizontal, baik itu perorangan maupun golongan atau organisasi. Polri juga berurusan dengan hubungan yang bersifar vertikal yaitu antara komponen masyarakat dengan kekuasaan publik.67

Bila terjadi tindak pidana dalam trafficking, penyidik Polri melakukan kegiatan berupa:

a. Mencari dan menemukan suatu peristiwa yang dianggap sebagai tindak pidana yang dilakukan Trafficker;

b. Menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan terhadap trafficking ;

66

Ibid

67

c. Mencari serta mengumpulkan bukti kejahatan trafficking ;

d. Membuat terang tindak pidana kejahatan trafficking yang terjadi; e. Menemukan tersangka pelaku tindak pidana.68

2. Tugas Polri

Polri mempunyai tugas pokok khususnya memelihara dan memberikan pelayanan kepada masyarakat, salah satunya dibidang tindak kejahatan trafficking. Mandat yang diberikan pada hakekatnya dibagi dalam dua kategori, yaitu:

a. Untuk mencegah dan menyidik kejahatan dimana akan tampil wajah Polri sebagai alat Negara penegak hukum.

b. Untuk memelihara keteraturan dan ketertiban dalam masyarakat.69

Pada hal ini, Polri menerima pengaduan dari masyarakat, lembaga swadaya masyarakat maupun dari keluarga korban, dari penanganan perkara yang dihadapi Polri dengan Pelayanan Polri kepada korban trafficking dengan menyediakan Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (UPPA) Satuan I Tindak Pidana Umum (Tipidum) Direktorat Reskrim Polda Sumut. Polri menyelidiki aduan/laporan untuk mencari bukti-bukti dan menemukan korban trafficking .

Dalam Undang-undang Kepolisian No. 13 Tahun 1961 Polri Negara Republik Indonesia ialah alat Negara Penegak Hukum yang terutama bertugas memelihara

68

www.armanpasaribu.wordpress.com, Pengalaman polisi di Indonesia, diakses tanggal 2 Juni 2009.

69

keamanan di dalam negeri (Pasal 1 ayat (1)). Dalam melaksanakan ketentuan- ketentuan dalam Pasal 1, maka Polri Negara mempunyai tugas, sebagai berikut :

a. Memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum.

b. Mencegah dan memberantas menjalarnya penyakit-penyakit masyarakat. c. Memelihara keselamatan Negara terhadap gangguan dari dalam.

d. Memelihara keselamatan orang, benda dan masyarakat termasuk memberi perlindungan dan pertolongan, dan

e. Mengusahakan ketaatan warga negara dan masyarakat terhadap peraturan- peraturan Negara.70

Sehingga dalam UU Polri juga mempunyai tugas-tugas Pokok adalah : 71 1. memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat;

2. menegakkan hukum; dan

3. memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat. Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, UUPolri bertugas :

a. melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan dan patroli terhadap kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan.

b. menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas di jalan;

c. membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, kesadaran hukum masyarakat serta ketaatan warga masyarakat terhadap hukum dan peraturan perundang-undangan;

d. turut serta dalam pembinaan hukum nasional;

70

Pasal 2 Undang-undang Kepolisian No. 13 Tahun 1961.

71

e. memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum;

f. melakukan koordinasi, pengawasan dan pembinaan teknis terhadap kepolisian khusus, penyidik Polri pegawai negeri sipil, dan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa;

g. melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan lainnya;

h. menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran kepolisian, laboratorium forensik dan psikologi kepolisian untuk kepentingan tugas kepolisian;

i. melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat, dan lingkungan hidup dari gangguan ketertiban dan/atau bencana termasuk memberikan bantuan dan pertolongan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia;

j. melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum ditangani oleh instansi dan/atau pihak yang berwenang;

k. memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kepentingannya dalam lingkup tugas kepolisian; serta

l. melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

3. Wewenang Polri

Kewenangan Polri dalam menindak kejahatan Trafficker, melakukan upaya pencarian dari pengaduan/laporan masyarakat, terhadap kasus Perdagangan manusia yang terjadi, dilakukan penahanan pelaku/tersangka oleh Penyidik Polri yang kemudian ditahan.

Kewewenang Polri dapat dikenali berdasarkan pengelompokan tugas-tugasnya yang bersumber dari kewajiban umum kepolisian, perundang-undang lainnya dan dalam proses pidana. Oleh karena itu dapat ditemukan pengelompokan wewenang Polri kedalam:

Wewenang Kepolisian dapat dibagi menjadi 4 (empat) yakni : 1. Wewenang Kepolisian Secara Umum

Dalam Pasal 15 UU No. 2 tahun 2002 disebutkan bahwa: Untuk kepentingan penyelidikan, maka Kepolisian Negara berwenang72 sebagaiberikut:

a. Menerima pengaduan. b. Memeriksa tanda pengenal.

c. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang. d. Menangkap orang sementara.

e. Menggeledah badan. f. Menahan orang sementara.

g. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa. h. Mendatangkan ahli.

i. Menggeledah halaman, rumah, gudang, alat pengangkutan darat-darat dan udara.

j. Memberikan barang untuk dijadikan bukti,dan

72

Dalam Undang-undang Kepolisian No. 2 Tahun 2002 pengelompokan wewenang kepolisian secara umum diatur dalam pasal 15 ayat (1) yang berbunyi: dalam rangka menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 sampai dengan 19, Kepolisian Negara Republik Indonesia secara umum berwenang: Menerima laporan dan/atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana.

k. Mengambil tindakan-tindakan lain. 73

Dengan demikian dapat disimak bahwa kewenangan “menerima laporan dan pengaduan” mempunyai dua sumber yaitu:

1. Kewajiban umum Kepolisian, dan

2. Ketentuan KUHAP dalam rangka proses pidana.

Peraturan kepolisian adalah peraturan yang dikeluarkan oleh Polri berupa perintah yang atau larangan dalam lingkup tugas Polri yang ditunjukan kepada penduduk.74

Jadi jelas bahwa “Peraturan Polri” tetap bersifat mengikat warga masyarakat karena peraturan tersebut dikeluarkan untuk kepentingan warga masyarakat dalam kaitannya dengan tugas kepolisian.

2. Wewenang Kepolisian sesuai dengan peraturan perundang-undang.

Sebagaimana diketahui bahwa ketentuan tentang kewenangan kepolisian tersebar diberbagai Undang-undang dan Peraturan Perundang-undang dan kemudian dikelompokan dalam Undang-undang No. 2 Tahun 2002 dalam Pasal 15 ayat (2) yang berbunyi : Polri sesuai dengan peraturan perundang undangan lainnya berwenang:

73

Pasal 15 ayat (1) menegaskan kewenangan umum Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam menjamin ketertiban dan keamanan umum, khususnya dalam sidang dan pelaksanaan putusan pengadilan. Kewenangan umum untuk bantuan pengamanan juga dapat dimanfaatkan dalam kegiatan instansi lain serta kegiatan masyarakat. Namun demikian penggunaan kewenangan ini hanya atas permintaan masyarakat.

74

Pasal 15 ayat (1) huruf e, diadopsi dari Pasal 15 ayat (1) huruf m Undang-undang Kepolisian No. 28 Tahun 1997 yang berbunyi:Mengeluarkan peraturan Kepolisian didalam lingkup kewenangan administratif Kepolisian yang mengikat warga masyarakat.

a. Memberikan izin dan mengawasi kegiatan keramaian umum dan kegitan masyarakat lainnya.75

b. Menyelenggarakan registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor.76 c. Menerima pemberitahuan tentang kegiatan politik.77

d. Memberikan izin dan melakukan pengawasan senjata api, bahan peledak dan senjata tajam.78

e. Memberikan izin operasional dan melekukan pengawasan terhadap badan usaha di bidang jasa pengamanan. 79

75

Rumusan kewenangan ini diadopsi dari substansi kewenangan yang diatur dalam Pasal 510 Kitab Undang-undang Hukum Pidana.

76

Rumusan kewenangan dalam Pasal 15 ayat (2) huruf b, merupakan penegasan kewenangan Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam pendaftaran kendaraan bermotor untuk tertib administrasi, pengendalian kendaraan yang dioperasikan, mempermudah penyidikan pelanggaran atau kejahatan yang menyangkut kendaraan yang bersangkutan sebagaimana dimaksud dalam Undang- undang No. 14 Tahun 1992, yang pelaksanaannya diatur dengan Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia No. 44 Tahun 1993 tentang Kendaraan dan Pengemudi Pasal 180 yang berbunyi : Pendaftaran kendaraan bermotor sebagai bagian yang tidak terpisah dari lalu lintas dan angkutan jalan dilaksanakan oleh unit pelaksana pendaftaran kendaraan bermotor satuan lalu lintas Kepolisian Negara Republik Indonesia, yang selanjutnya di dalam Peraturan Pemerintahan ini disebut pelaksana pendaftaran kendaraan bermotor.

77

Kewenangan tersebut mencakup pula kewenangan Polri dalam mengatur kegitan politik sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang No. 2 Tahun 1998 Tentang kemerdekaan menyampaikan pendapat di muka umum yang dapat berbentuk unjuk rasa, demontrasi, paai dan rapat umum serta pemaparan melalui media massa, baik cetak maupun elektronik. Peraturan pemerintah Pengganti Undang-undang (Perpu) tersebut kemudian diganti Undang-undang No. 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Mengeluaarkan Pendapat di Muka Umum.

78

Rumusan dalam Pasal 15 ayat (2) huruf e, merupakan penegasan kewenangan Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagaimana diatur dalam Undang-undang No. 12/Drt/1951, Lembaga Negara Tahun 1951 No. 78 Tentang Senjata Api, ditetapkan menjadi Undang-undang dengan Undang- undang No. 12/Drt/1951, tidak ditemukan adanya istilah “senjata tajam”. Akhirnya disepakati untuk mencantumkan penjelasan istilah Pasal 15 ayat (2) huruf e yang pengertiannya menunjuk kepada Undang-undang No. 12/Drt/1951.

79

Perkembangan usaha mempengaruhi bidang jasa pengamanan yang menimbulkan urgensi pengawasan oleh Polri. Mengenai berbagai perusahan, badan usaha tidak saja menyediakan personil pengamanan terlatih untuk pengamanan berbagai kegiatan dan industri, tetapi juga menawarkan berbagai produk alat dan teknologi pengamanan pribadi. Operasional dari badan usaha tersebut memerlukan izin dari Kepolisian Negara Republik Indonesia dan selanjutnya dilakukan pengawasan agar tidak timbul ekses yang justru menimbulkan kerawanan keamanan

f. Memberikan petunjuk, mendidik, dan melatih aparat kepolisian khusus dn petugas pengamanan swakarsa dalam teknis kepolisian.

g. Melakukan kerja sama dengan kepolisian negara lain dalam menyidik dan memberantas kejahatan internasioanal.80

h. Melakukan pengawasan fungsional kepolisian terhadap orang asing yang berada di wilayah Indonesia dengan koordinasi instansi berkait.81

i. Mewakili pemerintah Republik Indonesia dalam organisasi Kepolisian Internasional.82

j. Melaksanakan kewenangan lain yang termasuk dalam lingkup tugas kepolisian.83

80

Pelaksanaan dari kewenangan ini memerlukan perjanjian antar negara secara khusus, baik bilateral maupun multilateral seperti halnya “Perjanjian timbal balik dalam masalah pidana (Mutual

assistance in criminal matter) antara Indonesia dan Australia Tahun 1995 yang disahkan dengan

Undang-undang No. 1 Tahun 1999, tentang pengesahan perjanjian antara Republik Indonesia dan Australia mengenai bantuan timbal balik dalam masalah pidana (Treaty Between The Republic of

Indonesia and Australia on Mutual in Criminal Matters) 81

Pengawasan yang dilakukan oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah pengawasan fungsional yang terkait dengan kewajiban umum kepolisian dan tuuan kepolisian dalam rangka mewujudkan keamanan dalam negeri. Pasal 15 ayat (2) huruf I memberikan dasar hukumbagi tugas- tugas dan kegiatan fungsi teknis Intelijen dan Pengamanan Kepolisian yang meliputi intelijen kriminal, pengamanan serta pengawasan serta orang asing.

82

Rumusan dalam Pasal 15 ayat (2) huruf j memberikan dasar hukum bagi Kepolisian Negara Republik Indonesia untuk mewakili pemerintah Republik Indonesia dalam organisasi Kepolisian Internasional antara lain International Criminal Police Organization (ICPO-Interpol). Fungsi National Central Bureau ICPO-Interpol Indonesia dilaksanakan oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia sejak tahun 1954 berdasarkan Surat Keputusan Perdana Menteri Republik Indonesia Nomor 245/PM/1954 tanggal 15 Oktober 1954.

83

Rumusan dalam Pasal 15 ayat (2) huruf k, dimaksud untuk menampung berbagai ketentuan tentang kewenangan Kepolisian Negara Republik Indonesia yang tersebar diberbagai undang-undang. Dengan semakin terjadinya spesialisasi pengaturan bidang-bidang teknis dalam bentuk undang-undang yang memuat kewenangan kepolisian, maka Pasal 15 ayat (2) huruf k inipun merupakan penegasan bahwa hal tersebut termasuk dalam kriteria “kewenangan lain”.

3. Wewenang “Diskresi Kepolisian”.

Diskresi berasal dari bahasa Inggris Discretion yang diartikan sebagai kebijaksanaan dan keleluasaan. Dapat didefinisikan sebagai wewenang yang diberikan hokum untuk bertindak dalam situasi khusus sesuai dengan penilaian dan kata hati instansi atau petugas itu sendiri.84

Diskresi merupakan wewenang dari pejabat publik, 85 demi kepentingan umum, untuk bertindak atau tidak bertindak dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya menurut penilaiannya sendiri. Demikian juga halnya dengan Pejabat kepolisian Negara, memiliki kewenangan “diskresi”.86 Diskresi Kepolisian merupakan kewenangan87 yang bersumber dari asas kewajiban umum kepolisian (plichtmatigheidsbeginsel) yaitu suatu asas yang memberikan kewenangan kepada pejabat kepolisian untuk bertindak atau tidak bertindak menurut penilaiannya sendiri, dalam rangka kewajiban umumnya menjaga, memeliharah ketertiban dan menjamin keamanan umum. Kasahannya didasarkan pada kelayakan pertimbangan keperluannya untuk tugas kewajiban.

Sesorang petugas Polri yang bertugas di tengah-tengah masyarakat seorang diri, harus mampu mengambil keputusan berdasarkan penilaiannya sendiri apabila terjadi gangguan terhadap ketertiban dan keamanan umum atau bila diperhatikan akan

84

Untung S. Rajab, Kedudukan Dan Fungsi Polisi Republik Indonesia Dalam Sistem

Ketatanegaraan (berdasarkan UUD 1945), (Bandung: Utomo, 2003), hal. 210. 85

Momo Kelana. Op.Cit, hal.193.

86

Ibid, hal. 194. 87

kewenangan diskresi Polri dirumuskan dalam Pasal 18 ayat (1) yang berbunyi : Untuk kepentingan umum, Polri dalam melaksanakan tugas dan wewenang dapat bertindak menurut penilaiannya sendiri.

timbul bahaya bagi ketertiban dan keamana umum. Dalam keadaan seperti itu tidak mungkin bagiannya untuk meminta pengarahan terlebih dahulu dari atasannya sehingga dia harus memutuskan sendiri tindakannya.

Terdapat kekhawatiran bahwa sipetugas tersebut akan bertindak sewenang- wenang dan sangat tergantung kepada kemampuan subyektif dari sipetugas tersebut.

Untuk itu, dalam hukum kepolisian dikenal berupa persyaratan yang harus dipenuhi apabila seorang petugas Polri akan melakukan “diskresi” yaitu:

1. Tindakan harus benar-benar diperlukan (noodzakelijk, notwending) atau asas keperluan.

2. Tindakan yang diambil benar-benar untuk kepentingan tugas kepolisian (zakelijk, sachlich).

3. Tindakan yang paling tepat untuk mencapai sasaran yaitu hilangnya sesuatu atau tidak terjadinya sesuatu yang dikhwatirkan dalam hal ini yang dipakai sebagai ukuran yaitu tercapainya tujuan (zweckmassig, doelmatig).

4. Asas keseimbangan (evereding).

4. Wewenang Kepolisian di bidang Proses Pidana.

Dalam rangka menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 dan 14 di bidang proses pidana, Polri secara umum berwenang untuk:

a. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan.

b. Melarang setiap orang meninggalkan atau memasuki tempat kejadian perkara untuk kepentingan penyidik Polri.

c. Membawa dan menghadapkan orang kepada penyidik Polri dalam rangka penyidikan.

d. Membawa dan menghadapkan orang kepada penyidik Polri dalam rangka penyidikan.

e. Menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan menanyakan serta memeriksa tanda pengenal diri.

f. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat.

g. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi.

h. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungan dengan pemeriksaan perkara.

i. Mengadakan penghentian penyidikan.

j. Menyerahkan berkas perkara kepada pejabat imigrasi dalam keadaan mendesak untuk melaksanakan cegah dan tangkal terhadap orang yang disangka melakukan tindak pidana.

k. Memberikan petunjuk dan bantuan penyidikan kepada penyidik Polri pegawai negeri sipil serta menerima hasil penyidikan penyidik Polri pegawai negeri sipil untuk diserahkan kepada penuntut umum.

Dokumen terkait