• Tidak ada hasil yang ditemukan

Secara khusus pengembangan infrastruktur The Eastern Seaboard berperan besar dalam perkembangan industri otomotif (Hosono, 2013). Infrastruktur tersebut berperan sebagai export hub dan pusat industri padat teknologi. Infrastruktur tersebut menjadi tempat bagi 14 lahan industri, yang menyerap 360.000 tenaga kerja, serta 1.300 pabrik, dimana yang 516 di antaranya terkait dengan produksi otomotif. Industri parts dan components tumbuh karena adanya mekanisme learning dengan memanfaatkan investasi yang sangat tinggi.

Menurut JICA/JIBC (2008) beberapa hal yang menjadi kunci kesuksesan pembangunan industri otomotif di Thailand adalah(1) peran serta teknokrat yang berkemampuan tinggi dan independen dari politik; (2) mekanisme check and balance serta proses politik yang transparan; dan (3) orientasi pembangunan yang terpusat di sentral sehingga efisien jika ditinjau dari aspek spasial.

Namun, terdapat risiko dari desain pembangunan industri seperti di Thailand. Walaupun kesuksesan mengalihkan keunggulan komparatif secara langsung pada machinery sesuai dengan profil keunggulan komparatif pada high– income country, terdapat risiko pada tenaga kerja, khususnya jika terdapat bonus demografi. Terkait dengan itu, ERIA (2013) menyatakan bahwa salah satu problem di Thailand adalah adanya human capital bottleneck pada sektor manufaktur.

45

4. Malaysia

Malaysia menerapkan strategi export–led development yang berhasil membawanya bertransisi ke upper middle income country (GDP per kapita saat ini USD10.800). Visi Malaysia pada tahun 2020 adalah menjadi high income countries (GDP USD15.000/kapita) yang akan dicapai dengan menggerakkan perekonomian naik ke high value chain dengan mempromosikan investasi di sektor high value added dan jasa.

Strategi menjadi HIC dilakukan melalui program pemerintah yang disebut Economic Transformation Programme dan berciri sebagai berikut.

a. Model pertumbuhan dimotori sektor swasta. Pemerintah memfasilitasi lingkungan yang kondusif untuk tercapainya pertumbuhan sosial dan ekonomi yang lebih kuat.

b.Pertumbuhan didorong dengan strategi dan reformasi yang market–friendly, berpusat pada inovasi dan peningkatan nilai tambah, berfokus pada peningkatan kualitas, standar dan produktivitas pada sektor keunggulan yang dimiliki Malaysia.

c. Kebijakan utama berpusat pada liberalisasi pasar, meningkatkan kompetisi, memberikan insentif untuk investasi, menghapuskan hambatan, dan

membiarkan sektor swasta “memimpin”.

Program yang dicanangkan Malaysia berpusat pada hal berikut.

1. Strategi industri dilakukan dengan menetapkan 12 National Key Economic Areas (NKEAs) yang akan berkontribusi signifikan terhadap GNI9. Secara umum

strategi industri berpusat menjadikan industri berskala besar dan naik ke rantai nilai yang lebih tinggi dengan menjadikan Malaysia sebagai hub produksi atau jasa. Beberapa contoh strategi sektor tersebut adalah sebagaimana tampak pada tabel di bawah.

9 i) minyak, gas, dan energi, ii) pendidikan, iii) pariwisata, iv) wholesale and retail, v) electronics and electrical, vi) layanan kesehatan, vii) kelapa sawit, viii) communications content infrastructure, ix) agrikultur, x) business services, xi) greater Kuala Lumpur/Klang Valley dan xi) jasa keuangan.

46

Tabel 12. Strategi Industri Malaysia

No. Sektor Strategi

1. Electronics and electrical

Bertujuan untuk 1) merevitalisasi industri, 2) mempercepat pertumbuhan pendapatan dan 3) mempersiapkan industri dalam merespon shock eksternal seperti global demand. Terdiri dari 5 cluster yaitu1) jasa/desain manufaktur, 2) advanced assembly, 3) industrial/integrated electronics, 4) advanced materials, dan 5) wafer technology. Tujuan dari cluster adalah menggiring industri menuju aktivitas yang bernilai tambah tinggi seperti desain, rakitan, packaging dan penyediaan total solusi

2. Minyak, gas, dan energi

Bertujuan untuk mentransfromasi Malaysia menjadi pusat perdagangan dan penyimpanan minyak di regional serta memastikan ketahanan energi untuk pasar domestik. Beberapa project adalah 1) mendukung investasi di industri Oil & Gas Services and Equipment, 2) mendukung perusahaan lokal untuk mengekspor jasa dan produknya, 3) mengurangi ketergantungan pada proyek lokal, dan 4) menarik MnCs untuk mendirikan operasinya di Malaysia dengan bermitra dengan perusahan lokal.

3. Kelapa sawit dan karet

Strategi yang dilakukan adalah mendorong industri untuk bergerak di rantai nilai dengan memproduksi produk makanan dan kesehatan yang bersifat high end dan mendorong produktivitas lahan untuk mencapai supply chain kelapa sawit yang lebih efisien.

4. Pendidikan Bertujuan untuk membangun pendidikan di Malaysia dan memanfaatkan posisi dan akses Malaysia untuk menjadi regional

education hub. Tujuan ini dicapai dengan meningkatkan partisipasi

swasta, menarik universitas luar negeri yang berkualitas untuk membuka cabang di Malaysia dan membangun cluster pendidikan baru.

5. Pertanian Bertujuan untuk mentransformasi pertanian yang berskala kecil menjadi industri agribisnis yang berskala besar. Strateginya adalah kapitalisasi, berfokus pada pasar premium, menyelaraskan tujuan ketahanan pangan dengan peningkatan GNI dan berpartisipasi di rantai regional value chain.

6. Health Care Strategi pengembangan sektor dengan mengundang investasi swasta

dalam industri produk farmasi, peralatan kesehatan, riset klinis, jasa perawatan lansia serta mendorong kolaborasi penyedia jasa kesehatan pemerintah dan swasta.

7. Financial Services

Tujuan untuk mengembangkan industri keuangan dimana hambatan utama adalah kurangnya skala dalam beberapa segmen di industri perbankan, keterbatasan investor, produk dan mata uang di pasar modal.

2. Peningkatan Human Capital, khususnya di high skill labor dilakukan dengan meningkatkan kapasitas TK domestik melalui pelatihan, pendidikan kejuruan, program universitas atau menarik talent dari luar negeri dengan menyediakan insentif dan mempermudah fasilitas dan ketentuan imigrasi.

3. Pembangunan infrastruktur secara forward looking melalui pembangunan broadband untuk mendukung sektor komunikasi, elektronik, keuangan, retail, bisnis dan edukasi serta mendukung peningkatan infrastruktur, seperti jalan, pelabuhan, dan airport untuk mendukung bisnis dan pergerakan orang dan barang.

47 4. Perbaikan iklim usaha untuk mendukung program promote investment dengan mendirikan lembaga PEMUDAH (unit khusus untuk memfasilitasi dunia usaha) dan melakukan deregulasi untuk mengurangi biaya dan kerumitan serta meningkatkan efisiensi kegiatan pemerintah untuk mendorong sektor swasta.

5. Vietnam

Pada tahun 1986 Vietnam menerapkan kebijakan Doi Moi (renovation) yang bertujuan untuk mereformasi sistem ekonomi Vietnam yang sebelumya berbentuk centrally–planned economy menjadi socialist–oriented market economy. Reformasi tersebut dilakukan untuk mengintegrasikan Vietnam ke dalam perekonomian global. Untuk mencapai visi tersebut, Vietnam memiliki strategi pembangunan per sepuluh tahun (10-year socio-economic development strategy) yang kemudian dipecah menjadi strategi pembangunan per lima tahun.

Vietnam memiliki visi untuk mempercepat proses industrialisasi dan modernisasi serta membangun fondasi untuk menjadikan Vietnam sebagai negara industri pada tahun 2020, sedangkan pada tahun 2025, Vietnam memiliki visi yang jelas sehingga struktur sektor industri Vietnam telah terbentuk dengan baik. Sektor industri akan menjadi sektor yang kompetitif, memiliki teknologi yang maju, dan berpartisipasi dalam nilai rantai global serta secara fundamental memenuhi persyaratan ekspor. Tenaga kerja Vietnam akan memiliki kualifikasi yang memenuhi kebutuhan sistem produksi modern. Rasio ekspor industri terhadap total ekspor mencapai 85%–88% dan nilai produk industri hi-tech mencapai 45% dari PDB.

Visi Vietnam pada 2035 adalah sektor industri Vietnam akan terbangun dengan didominasi oleh industri spesialis yang berteknologi tinggi dan produknya memenuhi standar internasional, berpartisipasi secara mendalam di rantai nilai global, dan berkompetisi secara adil dalam integrasi internasional. Tenaga kerjanya profesional, disiplin, berproduktivitas tinggi, serta aktif dalam riset, desain, dan manufaktur. Rasio ekspor industri terhadap total ekspor mencapai 90% dan nilai produk industri hi–tech mencapai 50% dari PDB.

Kebijakan Doi Moi yang diambil oleh Vietnam memberikan citra positif bagi Vietnam dalam hubungan perdagangan internasional. Pada tahun 1994 Amerika Serikat mencabut embargonya terhadap Vietnam. Selain itu, pada tahun 2001 terbentuk perjanjian perdagangan bilateral antara Vietnam dan Amerika Serikat. Vietnam terus membuka diri ke pasar perdagangan internasional dengan bergabung

48 menjadi anggota WTO pada tahun 2007. Vietnam juga telah menjadi anggota perjanjian perdagangan negara-negara Asia Pasifik (TPP) pada tahun 2013. Penetrasi Vietnam ke pasar internasional semakin dalam dengan rencana Vietnam untuk membentuk free trade agreement antara Eropa dan Vietnam.

Perjanjian-perjanjian perdagangan yang dilakukan oleh Vietnam dengan negara-negara lain memberikan banyak keuntungan bagi Vietnam, bukan hanya meningkatkan daya saing produk Vietnam dengan menurunnya tarif, melainkan juga meningkatkan daya tarik Vietnam bagi investor asing, khususnya investor- investor dalam rantai nilai global (GVC). Chaponniere and Cling (2009) menyatakan bahwa foreign direct investment merupakan kunci keberhasilan dalam export–led growth strategy Vietnam. Selain itu, Cushman and Wakefield (2015) juga menyatakan bahwa pada tahun 2014 Vietnam menempati urutan pertama sebagai negara yang paling cocok untuk berinvestasi dalam sektor manufaktur.

Dalam 25 tahun terakhir industri Vietnam terus bertransformasi. Pada tahun 1990-1995 pemerintah Vietnam fokus dalam menggenjot pertumbuhan industri berat, seperti industri semen dan baja untuk memenuhi kebutuhan domestik dalam pembangunan usai perang. Selain itu, Vietnam juga fokus dalam membangun industri manufaktur untuk memenuhi kebutuhan domestik, khususnya industri makanan dan minuman. Vietnam juga mengedepankan industri-industri yang berbasis pada sumber daya alam, seperti industri pertambangan dan industri migas. Pada periode tahun 1996 hingga tahun 2000 Vietnam mulai bertransformasi ke industri manufaktur yang berorientasi ekspor, seperti industri tekstil, apparel, alas kaki, dan kertas. Setelah tahun 2001 Vietnam mulai fokus dalam menggenjot sektor industri hi-tech.

Untuk menggenjot masuknya foreign direct investment, pemerintah Vietnam menerapkan beberapa insentif bagi investor, antara lain adalah sebagai berikut.

1. Pajak penghasilan perusahaan yang rendah selama periode waktu tertentu. 2. Pengurangan atau penghapusan pajak penghasilan perusahaan.

3. Pengurangan atau penghapusan pajak impor untuk barang-barang impor yang berupa aset tetap, bahan mentah, suplai, dan suku cadang.

49 Sumber: WITS World Bank, diolah Sumber: WITS World Bank, diolah

Gambar 49. Jumlah Produk dan

Dokumen terkait