• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tabel 1. Indikator kinerja rantai pasok setiap tingkatan

Tingkatan Indikator Kinerja Penjelasan

Jejaring rantai pasok

Ketersediaan produk Selalu tersedia saat dibutuhkan Kualitas produk Sisa umur hidup produk

Responsiveness Waktu siklus pesan rantai pasok Keandalan pengiriman Waktu siklus pesan rantai pasok Total biaya rantai pasok Jumlah seluruh biaya-biaya

organisasi di dalam rantai pasok

Organisasi

Tingkat persediaan Jumlah produk di penyimpangan Waktu throughput Waktu yang dibutuhkan untuk

mengerjakan rantai proses bisnis

Responsiveness Waktu ancang dan fleksibilitas Keandalan pengiriman Persentase pengiriman tepat

waktu dan jumlah yang tepat Total biaya rantai pasok Jumlah biaya seluruh proses

didalam organisasi

Proses

Waktu throughput Waktu yang dibutuhkan

mengerjakan proses

Responsiveness Fleksibilitas proses

Hasil proses Luaran proses Biaya proses Biaya yang dikeluarkan saat

proses bekerja

Ekonomi

Teknologi

Sosial / Legal

Lingkungan

Produsen primer (petani, perkebunan) Pemrosesan Distributor Pengecer

Pasar

9

Perdana (2009) mengembangkan lima komponen pembentuk model rancangbangun manajemen rantai pasokan agroindustri yang efisien dan berkeadilan, yaitu struktur jaringan rantai pasokan, rekayasa kualitas, sistem produksi, inovasi kelembagaan dan sistem pengukuran kerja yang berimbang.

Setiawan (2009) merumuskan strategi peningkatan kinerja rantai pasok sayuran, yaitu: (1) optimalisasi sistem penjadwalan (baik dalam penanaman dan pemanenan) dengan memperhitungkan aspek cuaca, (2) peningkatan kinerja responsifitas dan fleksibilitas untuk pemenuhan pesanan, (3) perlunya implementasi sistem manajemen mutu dan lingkungan (ISO 9000 & 14000), Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP), Good Handling Practices dan Good Agricultural Practices

(GAP).

Zee dan Vorst (2005) menerapkan teknik simulasi dalam menganalisis rantai pasok bahan pangan dan mengevaluasi beberapa alternatif rancangan skenario menggunakan simulasi kejadian diskrit untuk sistem rantai pasok eselon majemuk di Belanda. Model simulasi melibatkan variabel- variabel dari level strategis dan operasional, indikator kinerja dan entitas bisnis dari sistem.

D.

MANAJEMEN RISIKO RANTAI PASOK

Risiko muncul dari adanya suatu ketidakpastian. Ketidakpastian akan kejadian yang terjadi di internal maupun eksternal perusahaan mengakibatkan timbulnya semacam ancaman yang dapat mengakibatkan kerugian baik dari segi operasional maupun finansial pada perusahaan. Rantai pasok yang digambarkan sebagai suatu sistem yang kompleks yang terdiri dari berbagai jejaring elemen atau entitas rantai pasok tentunya sangat sensitif akan timbulnya risiko tersebut. Secara mudah, manajemen risiko rantai pasok merupakan suatu tools atau metode dalam mencegah dan menanggulangi timbulnya risiko serta ketidakpastian yang terjadi dalam setiap jalur rantai pasokan suatu perusahaan. Risiko rantai pasok adalah distribusi kemungkinan hasil kegiatan yang hilang dari perbedaan keluaran (outcomes) rantai pasok yang mungkin sehingga mengakibatkan perusahaan tidak dapat memenuhi permintaan konsumen. Risiko rantai pasok terdiri dari perbedaan dalam hal informasi, aliran bahan dan produk, yang berasal dari pemasok awal sampai dengan pengiriman kepada pengguna akhir (Gaonkar dan Viswanadham, 2006). Risiko rantai pasok pada dasarnya merujuk kepada kemungkinan dan efek dari ketidaksesuaian antara pasokan dan permintaan (Zsidisin dan Ritchie, 2011). Selanjutnya, konsekuensi risiko dapat diasosiasikan dengan keluaran spesifik rantai pasok seperti biaya atau kualitas. Berdasarkan hal ini, maka dikenal bangunan dasar manajemen risiko rantai pasok yaitu sumber risiko, konsekuensi risiko, probabilitas risiko dan strategi mitigasi risiko. Manajemen risiko rantai pasok fokus pada bagaimana memahami dan menanggulangi pengaruh berantai ketika suatu kecelakaan yang besar dan kecil terjadi pada suatu titik dalam jaringan pasokan. Selanjutnya hal yang paling penting adalah memastikan bahwa ketika gangguan terjadi, perusahaan mempunyai kemampuan untuk kembali kepada keadaan normal dan melanjutkan bisnisnya (Suharjito

et.al, 2011).

Menurut Cavinato (2004) pada dasarnya ada lima aliran yang bisa dianalisa dalam manajemen risiko rantai pasok, yaitu : risiko operasional, risiko finansial, risiko informasi, risiko relasional dan risiko inovasional. Dalam kegiatan sebuah perusahaan pasti terjadi proses perpindahan dari sebagian atau semua aliran tersebut. Perpindahan tersebut bisa terjadi diantara sebuah aktivitas dalam satu perusahaan, beberapa aktivitas dalam satu perusahaan, aktivitas dalam dua perusahaan dan aktivitas dalam lebih dari dua perusahaan (supplier’s supplier atau customer’s customer). Manajemen risiko rantai pasok umumnya fokus pada risiko operasional. Misalnya, risiko dalam penerimaan order, risiko dalam pembelian barang, risiko dalam persediaan, risiko dalam produksi, risiko dalam

10

perencanaan, risiko dalam hubungan antara agen serta prinsipal dan beberapa kejadian lain yang sangat banyak dalam sebuah proses bisnis suatu perusahaan.

Risiko dipicu dari ketidakpastian, maka risiko rantai pasok adalah ketidakpastian atau tidak terprediksi suatu kejadian yang memberi pengaruh pada rantai pasok yang mengarah pada kerugian. Lee (2002) memandang ketidakpastian dalam rantai pasok bersumber dari dua sisi yaitu permintaan dan pasokan. Ketidakpastian permintaan berkaitan dengan kemampuan prediksi permintaan produk.

Tingkat risiko rantai pasok agroindustri akan tergantung dari jenis komoditasnya. Komoditas yang mempunyai diversifikasi yang sangat tinggi dari sisi pasokan dan sebaliknya. Kompleksitas semakin tinggi pada saat komoditas pertanian yang menjadi bahan baku sangat rendah produktivitas panennya dan terbatas sumber pasokannya. Manajemen risiko rantai pasok agroindustri sangat membutuhkan penanganan berbasis teknologi dan operasional. Ketersediaan teknologi sangat membantu dalam mengurangi tingkat risiko, sedangkan manajemen operasi dan produksi akan mengakomodir risiko sebagai bagian dari upaya efisiensi.

Santoso (2005) membahas secara mendalam akan manajemen risiko agroindustri buah- buahan. Generalisasi yang didapatkan dan kemudian dikaitkan akan rantai pasok agroindustri minyak sawit kasar adalah perspektif dalam mengelompokkan resiko ke dalam tiga bagian yaitu risiko pengadaan bahan baku, risiko proses pengolahan dan risiko pemasaran. Risiko pengadaan bahan baku meliputi aspek kuantitas, kualitas, waktu dan biaya. Aspek-aspek risiko tersebut sangat tergantung pada produktivitas kebun dan manajemen pengelolaan kebun. Menurut Austin (1992) risiko kualitas dapat diminimasisasi dengan memenuhi spesifikasi bahan baku yang disyaratkan melalui pengembangan standar spesifikasi bahan baku yang dibutuhkan, penentuan kapasitas produksi bahan baku dan penyediaan insentif bagi produsen yang mampu memenuhi standar produksi dan pengiriman.

Risiko dalam proses pengolahan antara lain tidak tepatnya pemilihan jenis proses pengolahan, kerusakan peralatan dan mesin pengolahan mesin/peralatan, faktor kualitas keahlian dan perilaku sumberdaya manusia. Adanya risiko proses pengolahan dapat menyebabkan terjadinya variasi proses atau bahkan produksi berhenti. Upaya meminimisasi risiko variasi proses dapat dilakukan melalui tahapan kegiatan melalui pengujian kemampuan produksi, variasi proses dan penentuan alternatif perbaikan untuk menurunkan variasi proses.

Risiko utama pemasaran agroindustri adalah tidak tercapainya target penjualan akibat beberapa faktor yang bersumber dari internal dan eksternal. Elemen utama yang perlu dipertimbangkan dalam analisis dan manajemen risiko pemasaran agroindustri adalah analisis konsumen yang meliputi analisis kebutuhan konsumen, segmentasi pasar, proses penualan dan riset pemasaran. Kedua, analisis lingkungan kompetisi meliputi analisis struktur pasar, dasar kompetisi dan kendala kelembagaan. Ketiga, perencanaan program pemasaran dengan mendefinisikan dan menentukan elemen disain produk, harga, distribusi dan promosi yang secara terintegrasi merupakan strategi pemasaran perusahaan (Austin, 1992).

Identifikasi sumber-sumber risiko menjadi langkah awal yang sangat penting sehingga manajemen risiko dapat dilaksanankan dengan efektif. Sumber – sumber risiko dalam sistem rantai pasok dapat diidentifikasi berdasarkan kegiatan-kegiatan pokok yang dilaksanakan secara rutin. Kegiatan-kegiatan rutin mempunyai standar kerja yang dirumuskan sesuai dengan tujuannya.

11

E.

ENTERPRISE RISK MANAGEMENT INTEGRATED FRAMEWORK

AND APPLICATION TECHNIQUES (ERM IFAT)

ERM – IFAT (Enterprise Risk Management – Integrated Framework and Application Techniques) merupakan suatu metode yang diintrodusir pada awal dekade 2000 dimana merupakan evolusi dari sistem manajemen risiko korporasi dimana didalamnya terdapat integrasi dari (1) tujuan atau objektif perusahaan, (2) dapat diterapkan dalam rangkaian kegiatan operasional perusahaan, (3) identifikasi sumber dan efek terhadap risiko, (4) pengelolaan risiko dan (5) penjaminan kegiatan demi tercapainya objektif perusahaan.

ERM-IFAT ini merupakan sebuah paradigma baru dalam sistem manajemen risiko korporasi dimana tidak hanya mengolah risiko dari penyebabnya (end of pipe) tetapi mengintegrasikannya dari awal hingga akhir sehingga dicapai toleransi risiko seperti yang ditetapkan perusahaan sebelumnya. Semua tingkatan dalam hirarki organisasi ikut berpartisipasi dalam rangka penerapan sistem manajemen risiko ini.

Metode ERM-IFAT yang dikembangkan oleh Committee of Sponsoring Organizations (COSO) of United States dirancang untuk membantu manajer dalam mengidentifikasi, mengontrol hingga menghasilkan kebijakan yang tepat dalam rangka penanganan risiko demi mendukung pencapaian tujuan organisasi. Dalam metode ini terdapat delapan komponen yang saling terkait, yaitu:

1. Lingkungan internal

Penetapan dasar perspektif risiko organisasi berdasarkan struktur organisasi perusahaan, nilai integritas dan etika perusahaan.

2. Penetapan tujuan

Langkah yang harus ditentukan sebelum mengidentifikasi risiko kejadian yang mempengaruhi realisasi pencapaian tujuan perusahaan.

3. Identifikasi potensi risiko

Meliputi identifikasi dampak dan probablitias risiko internal maupun eksternal terhadap objektif perusahaan. Probabilitas risiko merupakan dasar bagi penentuan tujuan perusahaan nantinya.

4. Penilaian risiko

Analisis risiko dengan mempertimbangkan dampak dan probabilitas sebagai dasar dalam perumusan kebijakan penanganan risiko.

5. Respons risiko

Suatu keputusan yang harus ditentukan manajemen dalam penanganan risiko apakah risiko tersebut dikurangi, diterima maupun dihindari.

6. Pengendalian risiko

Penetapan dan penerapan kebijakan dan prosedur dalam rangakaian kegiatan perusahaan untuk memastikan respons risiko secara efektif dilaksanakan.

7. Informasi dan komunikasi

Komunikasi yang baik dan efektif di sepanjang hirarki organisasi sehingga setiap sumberdaya manusia dalam perusahaan dapat memenuhi tanggung jawab masing-masing.

8. Pengawasan

Keseluruhan aktivitas perusahaan dipantau secara kontinu dan dilakukan evaluasi terhadapnya.

12