• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ruang lingkup penelitian yang dilakukan pada PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Adolina adalah :

1. Identifikasi sumber risiko mutu dan penilaian risiko mutu dilakukan pada tiap mata rantai elemen rantai pasok CPO (afdeling, kinerja transportasi, pabrik kelapa sawit dan tangki timbun CPO).

2. Batasan strukturisasi sistem penilaian risiko mutu CPO mendeskripsikan penerapan sistem penilaian risiko mutu CPO yang mengacu pada ukuran kesuksesan manajemen PKS Unit Adolina .

3. Perancangan model dinamik ditujukan bagi pengambil keputusan tingkat manajemen menengah berupa perumusan kebijakan terbaik yang memiliki keterkaitan dengan ukuran kesuksesan manajemen perusahaan.

4. Model mental atau peta kognitif sebagai basis perancangan struktur model dinamik merupakan hasil bentukan persepsi pemodel dalam memahami penilaian risiko mutu CPO PKS Unit Adolina pada saat penelitian ini dilaksanakan.

5. Keluaran model berupa penilaian kondisi kinerja PKS Adolina berdasarkan pengaturan beberapa skenario kebijakan. Skenario perumusan kebijakan yang diformulasukan hanya sebatas usulan dan tidak sampai penerapan komprehensif di PKS Unit Adolina tempat studi dilaksanakan. Penerapan kebijakan merupakan proses yang memerlukan waktu panjang dimana pemodel harus melakukan usaha meyakinkan model melalui proses pendidikan dan diskusi bagi para pengambil keputusan.

D.

MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian akan memberikan usulan rekomendasi beserta khasanah pengetahuan bagi perusahaan akan faktor-faktor penyebab fluktuasinya nilai produksi CPO dan asam lemak bebas (ALB) dari CPO yang diproduksi sehingga nantinya dapat mengantisipasi kerugian yang ditimbulkan, serta dapat dipakai untuk membuat skenario perumusan kebijakan manajerial PKS Adolina pada bulan-bulan mendatang dalam rangka mencapai ukuran kesuksesan PT. Perkebunan Nusantara IV yang telah ditetapkan. Manfaat akademis bagi departemen Teknologi Industri Pertanian dalam rangka memperkaya ilmu pengetahuan kajian pengembangan sistem dinamik sebagai metodologi untuk menjawab permasalahan industri berbasis agro pada umumnya.

4

II.

TINJAUAN PUSTAKA

A. INDUSTRI PENGOLAHAN CPO

Kelapa sawit adalah tanaman komersial penghasil minyak nabati yang paling produktif di dunia. Ekspansi kelapa sawit menempatkannya pada posisi penting dalam industri dan perdagangan minyak dunia. Berdasarkan bukti fosil, sejarah dan linguistik, tanaman ini berasal dari daerah pesisir tropis Afrika Barat. Tanaman kelapa sawit liar dimanfaatkan oleh penduduk lokal Afrika Barat sebagai sumber minyak makan.

Pada 1911, perkebunan kelapa sawit pertama didirikan di Pulau Raja (Asahan) dan Sungei Liput (Aceh). Luas areal pada tahun 1938 telah mencapai 92 ribu ha di Indonesia. Pada 1922, Pabrik Kelapa Sawit (PKS) pertama dibangun di Tanah Itam Ulu – Sumatera Utara, sedangkan pada 1977 pabrik oleokimia pertama dibangun di Tangerang dan pola PIR pertama diintroduksikan di Tebenan- Sumatera Selatan dan Alue Merah – Aceh. (PPKS, 2004)

Karakteristik industri berbasis agro memiliki ketergantungan terhadap bahan baku yang diolah. Penanganan pengolahan bahan baku baik di pabrik maupun di kebun memberikan pengaruh aktivitas produksi secara kuantitas maupun kualitas terhadap produk yang dihasilkan. Industri pengolahan CPO termasuk yang mempunyai keunikan tersebut, sehingga keberlangsungan produksinya tergantung keterkaitan dari kinerja di kebun dan di pabrik. Mutu unit PKS bergantung pada mutu buah kelapa sawit yang diterima sedangkan mutu hasil olah sangat ditentukan oleh bahan bakunya. Bahan baku tersebut dipengaruhi oleh kegiatan pasca panen, seperti mutu panen dan transportasi. Kesalahan pada langkah pengumpulan hasil dapat mengakibatkan mutu hasil olahan tidak dapat memenuhi standar yang telah ditetapkan yang berujung pada efisiensi pengolahan.

Bahan baku, dalam pengolahan CPO, yaitu tandan buah segar kelapa sawit yang dapat terdiri dari tiga varian, Tenera, Dura dan Psifera. Ketiga jenis tanaman kelapa sawit dibedakan berdasarkan irisan penampang buah dimana Dura memiliki tempurung yang tebal dan daging buah yang tipis, jenis Pesifera memiliki biji yang kecil dengan tempurung yang tipis serta daging buah yang tebal, sedangkan jenis Tenera merupakan hasil persilangan Dura dengan Pesifera menghasilkan buah dengan tempurung yang tipis, daging buah yang tebal dan inti yang besar.

Proses pengolahan CPO (Gambar 1) dimulai dari jembatan penimbangan untuk menentukan berat netto TBS. Fungsi dari stasiun ini adalah sebagai tempat penimbangan TBS yang dibawa ke pabrik dan hasil produksi serta sebagai proses kontrol untuk mengetahui rendemen dan kapasitas pabrik. Setelah melalui proses penimbangan, TBS kemudian dibawa untuk dikumpulkan. Fungsi dari stasiun ini adalah sebagai tempat penampungan TBS sementara untuk beberapa saat sambil menunggu proses awal dari pengolahan. Tahap penerimaan buah ini harus secepat mungkin untuk meminimalkan kemungkinan terjadi proses degradasi perubahan mutu minyak.

Proses perebusan merupakan salah satu proses vital dalam produksi CPO. Dalam proses ini enzim lipase penghasil asam lemak bebas dinonaktifkan kinerjanya dan juga berfungsi sebagai perlakuan awal terhadap bahan-bahan yang akan dipisahkan secara mekanik sehingga lebih mudah terpisahkan serta berfungsi untuk menekan kadar air pada TBS.

Proses penebahan dilakukan untuk melepaskan dan memisahkan brondolan sawit dari tandannya. Dalam proses penebahan diberlakukan standar persentase brondolan yang tidak lepas dari tandan agar menghindari kegagalan produksi akibat prosedur yang tidak ditaati. Dalam proses penebahan ini dihasilkan by-product berupa tandan kosong yang langsung dibawa ke perkebunan untuk dijadikan pupuk organik.

5

Proses pengempaan buah merupakan proses pemisahan minyak dari sabut dan inti buah kelapa sawit. Menghasilkan hasil samping berupa fiber dan inti buah sawit yang diolah nantinya agar menghasilkan kernel yang dapat diolah menjadi minyak kernel sawit.

Minyak yang dipisahkan kemudian dimurnikan pada proses klarifikasi minyak sawit sehingga dihasilkan CPO. Proses ini merupakan proses yang sangat kritis dimana proses ini menentukan mutu hasil olah yang diproses sehingga menentukan mutu PKS secara garis besar.

Gambar 1. Diagram alir proses produksi CPO

B.

SISTEM RANTAI PASOK

Istilah manajemen rantai pasok (supply chain management) dipopulerkan sebagai pendekatan manajemen persediaan yang ditekankan pada pasokan bahan baku. Isu ini terus berkembang sebagai kebijakan strategis perusahaan yang menyadari bahwa keunggulan bersaing dan pemenuhan kepuasan seluruh pemangku kepentingan berhubungan dengan aliran bahan atau barang dari pemasok hingga pengguna akhir. Rantai pasok adalah jejaring fisik dan aktivitas yang terkait dengan aliran bahan dan informasi didalam atau melintasi batas-batas perusahaan. Sebuah rantai pasok akan terdiri dari rangkaian proses pengambilan keputusan dan eksekusi yang berhubungan dengan aliran bahan, informasi dan uang. Proses dari rantai pasok bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan mulai dari proses produksi sampai konsumen akhir. Rantai pasok bukan hanya terdiri dari produsen dan pemasoknya tetapi mempunyai ketergantungan dengan aliran logistik, pengangkutan, penyimpanan atau gudang, pengecer dan konsumen itu sendiri. Dalam arti luas, rantai pasok juga termasuk pengembangan produk, pemasaran, operasi-operasi, distribusi, keuangan dan pelayanan pelanggan (Vorst et.al, 2007 dalam Hadiguna, 2010). Rantai pasok sepintas terlihat sebagai deretan siklus-siklus yang bekerja sebagai interface bagi dua tahapan (stages). Gambar 2 adalah deretan siklus-siklus yang menjadi rantai pasok yang diikat oleh sistem persediaan antar pelaku.

6