• Tidak ada hasil yang ditemukan

Desa Galuga terletak di Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Desa ini terdiri dari 6 Rukun Warga (RW) dan 13 Rukun Tetangga (RT). Secara administratif Desa Galuga berbatasan dengan Desa Dukuh di sebelah utara, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Leuwiliang, sebelah barat berbatasan dengan Desa Cijujung, dan sebelah timur berbatasan dengan Desa Cemplang. Secara geografis Desa Galuga memiliki ketinggian 250 m di atas permukaan laut (dpl), sehingga beriklim sejuk. Desa Galuga memiliki curah hujan yang cukup banyak sekitar 2.000 mm/tahun, dengan jumlah bulan hujan sebanyak 4 bulan. Suhu rata-rata harian Desa Galuga sekitar 23-32 ºC (Potensi Desa Galuga, 2004).

Sarana pendidikan yang terdapat di Desa Galuga yaitu SD Dukuh 2 dan SD Dukuh 5 serta dua PAUD yang sekaligus digunakan sebagai Posyandu. Selain itu, terdapat sarana olahraga seperti lapangan sepakbola dan sarana peribadatan berupa masjid, musholla, dan majlis .

Jumlah penduduk yang tercatat di Desa Galuga sampai pada bulan Februari 2011 berjumlah 5.652 jiwa terdiri dari 1.615 Kepala Keluarga (KK). Rasio beban tanggungan adalah 60, dimana 60 masyarakat usia tidak produktif ditanggung oleh 100 masyarakat usia produktif. Jumlah penduduk laki-laki terdiri dari 2.864 jiwa dan jumlah penduduk perempuan terdiri dari 2.788 jiwa, dengan rasio jenis kelamin adalah 97 perempuan per 100 laki-laki. Jumlah penduduk Desa Galuga yang merupakan usia produktif sebanyak 3.530 jiwa, sedangkan jumlah penduduk usia tidak produktif sebanyak 2.122 jiwa.

48 Tingkat pendidikan masyarakat Galuga pada tahun 2009 secara umum tergolong masih rendah. Persentase tingkat pendidikan terbesar adalah Tamat SD/sederajat yaitu sebesar 31 persen. Jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan di Desa Galuga pada tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Galuga Tahun 2009

Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%)

Tidak Tamat SD 1.073 21 Tamat SD/sederajat 1.565 31 Tamat SLTP/sederajat 945 19 Tamat SLTA/sederajat 741 15 Belum Sekolah 716 14 Jumlah 5.040 100

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor (2009)

Tingkat pendidikan yang rendah merupakan salah satu penyebab rendahnya pengetahuan masyarakat terhadap kondisi lingkungan yang baik, sehingga masyarakat cenderung untuk mengabaikan adanya dampak lingkungan yang ditimbulkan dari adanya TPAS tersebut.

5.1.1 Kondisi Umum Tempat Pembuangan Akhir Sampah Galuga

Berdasarkan pertimbangan geografis dan kondisi tempat dengan luas yang mendukung, pada tahun 1995 Pemerintah Daerah Kotamadya Bogor bekerjasama dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor mendirikan Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS) di Desa Galuga sebagai pengganti TPAS Rancamaya yang sudah tidak beroperasi lagi. Alasan utama penutupan lokasi TPAS tersebut karena berbatasan langsung dengan lokasi pemukiman dan tidak sesuai lagi dengan tata ruang kota. Tempat Pembuangan Akhir Sampah tersebut pada awalnya dikelola oleh pemerintah Kabupaten Bogor, dimana hanya sebagian kecil sampah dari Kabupaten Bogor yang dibuang ditempat tersebut dengan luas lahan sekitar 4 ha.

49 Pada tahun 1995 TPAS tersebut dikelola bersama oleh pemerintah Kota Bogor dan pemerintah Kabupaten Bogor. Namun pada tahun 2009, sebagian besar sampah dari Kabupaten Bogor juga dibuang di TPAS tersebut.

Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS) Galuga memiliki luas sekitar 17,2 ha yang merupakan tanah milik Pemerintah Kota Bogor dan 4 ha yang merupakan milik Pemerintah Kabupaten Bogor. Lokasi TPAS tersebut terletak diantara Kampung Sinarjaya (RT 09), Kampung Moyan (RT 10 dan RT 11), dan Kampung Cimangir (RT 04 dan RT 05), dengan jarak dari pusat kota sekitar 25 km. Penggunaan lahan di TPAS Galuga dibagi menjadi beberapa bagian antara lain areal pembongkaran sampah ± 1,040 ha; sarana jalan dan saluran drainase ± 0,510 ha; saluran dan kolam pengolahan lindi ± 0,360 ha; kantor dan pos pengawas ± 0,600 ha; pos pelayanan kesehatan ± 0,020 ha; lahan penampungan sampah ± 7, 476 ha; pabrik kompos ± 1,000 ha; penggunaan lainnya ± 3,500 ha (Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kota Bogor, 2010). Peta orientasi TPAS Galuga dapat dilihat pada Gambar 3.

Sumber : Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor (2010)

50

5.1.2 Gambaran Pengendalian Pemerintah terhadap Tempat Pembuangan Akhir Sampah Galuga

Sistem pengelolaan sampah yang diterapkan pada TPAS Galuga adalah peralihan dari open dumping menjadi control landfill, sehingga memungkinkan beberapa faktor lingkungan dapat dipengaruhi oleh lindi, gas, bau, debu, dan penyakit. Sistem antisipasi atau pengendalian yang dilakukan oleh pemerintah terhadap pencemaran lingkungan dan masyarakat akibat adanya TPAS antara lain dengan melaksanakan Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL)/Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) di lingkungan TPAS dan sekitarnya. Dokumen UKL/UPL dan pelaksanaannya dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Dokumen UKL/UPL dan Pelaksanaannya

No Dokumen UKL/UPL Pelaksanaan

1 Upaya Pengelolaan Lingkungan Pembuatan kolam air lindi dan

pengawasan secara intensif

- Pembuatan kolam air lindi terlaksana namun pengawasannya belum terlaksana dengan baik

- Pemberantasan demam berdarah setiap tiga bulan sekali dan sesuai kebutuhan masyarakat saat darurat

- Belum terlaksana dengan baik

- Penyemprotan hama lalat areal TPAS dan perumahan warga setiap sebulan sekali

- Terlaksana

- Menyediakan pelayanan dan pemeriksaan dan pengobatan gratis setiap bulan

- Terlaksana

2 Upaya Pemantauan Lingkungan - Pengambilan serta analisis

laboratorium sampel air tanah dan air permukaan untuk mengetahui tingkat cemaran terhadap kualitas air tanah dan air permukaan di sekitar TPAS tersebut

- Belum terlaksana dengan baik

- Melakukan wawancara terhadap masyarakat dan pengambilan data sekunder dari puskesmas setempat untuk mengetahui frekuensi kejadian jumlah orang sakit yang disebabkan oleh aktivias TPAS Galuga

- Terlaksana

51

5.1.3 Gambaran Kondisi Lahan di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah Galuga

Desa Galuga memiliki luas wilayah 175 ha yang terdiri dari tanah persawahan sebesar 50 ha, 25 ha gunung, 78,8 ha pemukiman termasuk sarana dan prasarana, 4 ha tanah milik pemerintah Kabupaten Bogor, dan 17,2 ha tanah milik pemerintah Kota Bogor yaitu wilayah Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS). Penggunaan lahan terbesar merupakan lahan pemukiman, dengan rata- rata kepadatan penduduk 31,0 jiwa/km2. Penggunaan lahan terbesar kedua yaitu penggunaan lahan sawah.

TPAS Galuga memiliki topografi relatif lebih rendah tidak datar dan kondisi tanah lempung berhumus. Di sekitar TPAS Galuga masih terdapat beberapa jenis tanaman budidaya dan tanaman non budidaya. Vegetasi/tanaman budidaya yaitu rambutan, pisang, bambu, kelapa, albasia, nangka, rumput, talas, padi sawah, genjer, kangkung, durian, jengkol, jambu biji, dan duku. Vegetasi/tanaman non budidaya adalah semak belukar/ilalang (wawancara dengan pegawai dinas kebersihan Kota Bogor).

5.2 Krakteristik Responden

Karakteristik umum responden di Desa Galuga diperoleh berdasarkan survei yang dilakukan terhadap 60 warga masyarakat. Karakteristik umum responden ini dinilai dari beberapa variabel meliputi jenis kelamin, usia, pendidikan formal yang pernah ditempuh, jumlah tanggungan, kategori penduduk, lama tinggal di sekitar TPAS Galuga, waktu tinggal, dan status lahan. Responden yang dipilih semua berjenis kelamin laki-laki dan merupakan kepala keluarga (KK). Pemilihan responden yang merupakan kepala keluarga karena umumnya mereka lebih mengetahui informasi yang dibutuhkan oleh peneliti.

52

5.2.1 Usia

Responden memiliki tingkat usia yang bervariasi, mulai dari usia 25 tahun hingga 60 tahun. Penyebaran usia responden sebagian besar berada pada kisaran 31-40 tahun sebanyak 45,00 persen dan kisaran 41-50 tahun sebanyak 21,67 persen. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden masih berada pada usia produktif disebabkan karena responden merupakan kepala keluarga. Responden yang berusia lebih dari 50 tahun sebesar 25,00 persen, sedangkan responden yang kurang dari 30 tahun sebesar 8,33 persen.

5.2.2 Jumlah Tanggungan

Jumlah tanggungan responden mayoritas adalah 4 orang, yakni sebanyak 38,33 persen. Responden yang memiliki jumlah tanggungan sebanyak 3 orang sebanyak 23,33 persen. Sementara itu 18,33 persen responden memiliki jumlah tanggungan 5 orang, 10,00 persen responden memiliki jumlah tanggungan 6 orang, 8,33 persen respoden memiliki jumlah tanggungan 7 orang dan 1,67 persen responden memiliki jumlah tanggungan 8 orang. Jumlah tanggungan yang dimaksudkan disini mencakup keluarga inti (suami/istri dan anak) serta tambahan tanggungan bukan keluarga inti yang tinggal di rumah responden.

5.2.3 Pendidikan Formal

Tingkat pendidikan responden masih sangat rendah. Hal ini ditunjukkan oleh responden yang sebagian besar berpendidikan SD sebanyak 75,00 persen dan yang tidak tamat SD sebanyak 10,00 persen. Sementara yang berpendidikan SLTP dan SLTA masing-masing hanya 5,00 persen dan 8,33 persen, sedangkan yang berpendidikan Sarjana (S1) hanya 1,67 persen. Rendahnya tingkat pendidikan

53 disebabkan keadaan perekonomian keluarga yang masih tergolong rendah. Persentase tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pendidikan Terakhir n Persentase (%)

Tidak Sekolah 6 10,00

SD atau sederajat 45 75,00

SLTP atau sederajat 3 5,00

SLTA atau sederajat 5 8,33

Sarjana (S1) 1 1,67

Pasca Sarjana (S2 dan S3) 0 0,00

Total 60 100,00

Sumber : Data Primer (diolah), 2011 5.2.4 Jenis Pekerjaan

Terdapat beragam jenis pekerjaan yang dilakukan responden di tempat penelitian. Responden dalam penelitian ini seluruhnya bekerja disektor informal. Sebagian besar pekerjaan responden adalah buruh 41,67 persen yang meliputi tukang ojek, supir, pemulung, dan lainnya. Terdapat pula responden yang bekerja sebagai pedagang, petani, wiraswasta, pegawai swasta, dan lainnya. Perbandingan persentase responden berdasarkan jenis pekerjaannya dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan

Pekerjaan n Persentase (%) PNS 0 0,00 ABRI 0 0,00 Pegawai Swasta 5 8,33 Pedagang 17 28,33 Wiraswasta 8 13,33 Buruh 25 41,67 Petani 3 5,00 Lainnya 2 3,33 Total 60 100,00

Sumber : Data Primer (diolah), 2011

5.2.5 Sumber dan Tingkat Pendapatan Responden

Sebagian besar responden bekerja atau sumber pendapatannya berasal dari luar TPAS Galuga yaitu 80,00 persen, sedangkan 20,00 persen responden bekerja

54 atau sumber pendapatannya berasal dari TPAS Galuga. Jenis pekerjaan yang berbeda akan menunjukkan pendapatan yang berbeda pula. Persentase pendapatan terbesar adalah antara Rp 500.001,00 - Rp 1.000.000,00 per bulan sebesar 45,00 persen. Hal ini terkait dengan jenis pekerjaan responden yang mayoritas adalah buruh. Berdasarkan UMR (Upah Minimum Regional) Kabupaten Bogor sebesar Rp 1.056.914,00, sehingga dapat diketahui bahwa sebagian besar pendapatan responden tergolong rendah karena berada di bawah UMR yang telah ditetapkan. Responden yang memiliki pendapatan dibawah Rp 500.000,00 per bulan sebanyak 10,00 persen. Sedangkan responden yang memiliki pendapatan diatas Rp 3.000.000,00 per bulan sebesar 10,00 persen. Distribusi tingkat pendapatan responden dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan

Pendapatan n Persentase (%) ≤Rp 500000,00 6 10,00 Rp 500001-Rp 1000000,00 27 45,00 Rp 1000001,00-Rp 2000000,00 15 25,00 Rp 2000001,00-Rp 3000000,00 6 10,00 >Rp 3000000,00 6 10,00 Total 60 100,00

Sumber : Data Primer (diolah), 2011 5.2.7 Kategori Penduduk

Kategori penduduk dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu penduduk asli Desa Galuga dan penduduk pendatang atau migran. Mayoritas responden adalah penduduk asli Desa Galuga dengan persentase sebesar 80,00 persen, sedangkan persentase penduduk pendatang atau migran sebesar 20,00 persen.

5.2.8 Lama Tinggal

Responden umumnya adalah warga yang telah turun-menurun tinggal di Desa Galuga. Hal ini dibuktikan dengan 46,67 persen responden telah menetap

55 selama 31-45 tahun di Desa Galuga, 28,33 persen responden telah menetap lebih dari 45 tahun di Desa Galuga, dan 10,00 persen responden telah tinggal antara 16- 30 tahun di Desa Galuga. Sedangkan 15,00 persen responden telah menetap kurang dari 15 tahun di Desa Galuga yang merupakan pendatang atau migran.

5.2.9 Waktu Tinggal

Waktu tinggal responden dikelompokkan menjadi dua yaitu responden yang menetap sebelum ada TPAS Galuga dan warga yang menetap setelah ada TPAS Galuga. Mayoritas responden menetap sebelum ada TPAS Galuga dengan persentase 81,67 persen, sedangkan persentase responden yang menetap setelah ada TPAS Galuga sebesar 18,33 persen. Responden yang menetap setelah adanya TPAS Galuga merupakan warga dari daerah lain yang menikah dengan masyarakat Desa Galuga.

5.2.10 Status Lahan

Status lahan responden dikelompokkan menjadi dua yaitu lahan responden yang bersertifikat dan lahan responden yang tidak bersertifikat. Lahan responden yang bersertifikat yakni sebanyak 15,00 persen, sedangkan 85,00 persen responden lainnya tidak memiliki sertifikat.

Dokumen terkait