• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL PENELITIAN

5.10 Gambaran Bauran Pemasaran (Marketing Mix)

Dalam bauran pemasaran sosial, seharusnya ada empat strategi yang direncanakan, yaitu strategi produk, harga, tempat dan promosi. Peneliti melakukan telaah dokumen dan wawancara mendalam terhadap para informan untuk melihat bauran pemasaran produk. Puskesmas telah melakukan perencanaan bauran pemasaran berupa strategi produk, harga, tempat dan promosi namun tidak begitu detail.

Pertama, strategi produk yaitu core product (produk utama atau manfaat) Actual product (tindakan atau perilaku) dan augmented product (barang dan layanan). Hasil telaah dokumen menyebutkan, VCT bermanfaat untuk 1) Perencanaan dan promosi perubahan perilaku, 2) Pelayanan pencegahan infeksi HIV dari ibu ke anak, 3) Memfasilitasi akses pelayanan medis (infeksi oportunistik, IMS, ARV dan TB), 4) Memfasilitasi

kegiatan sebaya dan dukungan, 5) Normalisasi HIV-AIDS dan mengurangi stigma, 6) Perencanaan dan perawatan untuk masa depan, 7) Menerima keadaan terinfeksi HIV dan penyelesaiannya (Dinkes Banten: 2006).

Menurut Penanggungjawab program, manfaat produk adalah untuk mengetahui status HIV secara lebih dini, sedangkan perilaku yang diharapkan adalah Tes dan Konseling HIV-AIDS. Barang nyata produknya yaitu Klinik VCT di Puskesmas, Klinik VCT keliling atau Mobile VCT, Alat untuk tes HIV yang mendapat support dari dinkes Tangerang Selatan. “Manfaatnya, untuk mengetahui status HIV secara lebih dini, perilaku yang diharapkan yaitu Tes dan Konseling HIV-AIDS. Kalau barangnya, Klinik VCT di Puskesmas, Klinik VCT keliling atau Mobile VCT, Alat untuk tes HIV yang mendapat support dari dinkes Tangerang Selatan” (D-RS-1).

Strategi Price meliputi harga, waktu, atau pengorbanan baik psikologis maupun fisik yang harus diberikan klien dalam pemanfaatan program VCT. Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, Puskesmas Ciputat menetapkan free charge atau mengratiskan harga tes VCT untuk warga yang memiliki KTP Tangerang Selatan, sedangkan untuk non-tangsel dikenakan biaya sesuai Perda. Strategi untuk pengorbanan waktu, selain

layanan buka setiap hari kecuali hari Minggu, Puskesmas juga menyediakan waktu khusus untuk konsultasi di tempat sepi jika klien menginginkan. Untuk mengatasi pengorbanan klien baik psikologis maupun fisik, Puskesmas bekerjasama dengan LSM untuk pendampingan. Berikut kutipan hasil wawancara,

Kita gratis untuk program VCT, kalau yang tangsel. Kalau non-tangsel kena perda, kalau dirujuk LSM gratis. Kalau stategi untuk atasi pengorbanan psikologis, LSM yang dampingi, minta waktu konsul di tempat sepi jangan saat ramai, kita layani” (D-RS-1)

Kalau harganya gratis, kita juga open pada klien” (F-RS-2)

“Untuk tangsel kan gratis semua ya, yang non tangsel masih kena biaya perda 3000, kalau pemeriksaan lab sesuai dengan perdanya. Kalau pengorbanan psikologis ya pas terkena” (A-RS-3)

Gratis ya, kalau memang warga tangsel, kalaupun bukan warga tangsel VCT itu nggak mahal kok, Cuma 5000, untuk penanganan mental kita ada konseling, baik sebelum VCT, sesudah sampai mereka buka hasil, konseling dari puskesmas ada, dari LSM ada” (C-RS-4)

Klien mengaku mendapatkan layanan VCT secara gratis. Untuk pengorbanan waktu selama tes kurang lebih satu jam. Sedangkan bagi klien yang belum pernah tes VCT mengaku lebih menekankan ke pengorbanan mental, terlalu banyak pertimbangan baik dan buruknya setelah tes VCT, selain karena stigma masyarakat, ada rasa takut jika hasil tes positif. Berikut kutipannya,

Aku gratis, tapi ada yang bayar juga yang KTPnya bukan Tangerang, kayak orang ngontrak, kalau pengorbanan waktu, mungkin ada, soalnya lumayan lama sih nunggunya, belum di bidan, terus disuruh keatas, cuma dibilangin kalau ibu hamil sekarang ada tes VCT, terus diperiksa, diambil darahnya, setelah itu tunggu, pas uda dapet hasilnya cuma dibilangin, Hbnya bagus, hasilnya negatif, cara pencegahannya nggak dikasih tahu, sejaman tesnya dari nunggu ngambil darah sampe hasil, antri, bidannya bilang, sehari harus ada lima yang diperiksa”. (S-RS-6)

“Ya, kalau bisa gratis, kayaknya gratis di puskesmas, pengorbanan, saya sih lebih ke mental ya, banyak yang dipikirkan baik buruknya, kalau dia kena ya apa yang mungkin akan terjadi, ya stigma, pengorbanan waktu iya, paling kuat mental, kalau waktu dan fisik kan bisa di.., ya mental lah” (H-RS-7)

Untuk strategi Place, hampir semua informan mengaku terdapat kemudahan akses layanan VCT bagi klien. Salah satu bentuknya adalah adanya mobile VCT, klinik VCT di Puskesmas yang memiliki lokasi strategis, ada ruangan khusus klinik VCT di lantai dua Puskesmas, berikut kutipannya.

Kalau tempat, kita ada ruangan khusus diatas, tidak campur sama yang lain, di samping lab, tapi gabung sama klinik TB paru, letak puskesmas juga strategis ya. Di samping pasar” (D-RS-1).

“Mobile VCT itu juga strategi Place untuk mendekatkan dengan klien ya,, selain dari klinik VCT di Puskesmas” (P-RS-5)

Selain itu, berdasarkan hasil observasi, Klinik VCT di Puskesmas Ciputat memang memiliki beberapa fasilitas yang nyaman seperti ruang tunggu yang dilengkapi media poster, leaflet, brosur tentang HIV-AIDS,kotak saran, tempat sampah, meja kusi, kalender. Ruang konseling dilengkapi dengan tempat duduk bagi klien dan konselor, rekam medis, informed consent, catatan medis klien, formulir pra dan pasca testing, lembar rujukan, alat tulis, kondom dan alat peraga penis, tisu, air minum, lemari arsip.

Untuk ruang pengambilan darah dilengkapi dengan jarum dan speril steril, tabung penyimpan darah, stiker kode, kapas alkohol, cairan disinfektan, sarung tangan karet, apron plastik, sabun dan tempat cuci tangan dengan air mengalir, tempat sampah disinfektan, barang tidak terinfeksi dan barang tajam, petunjuk pajanan okupasional. Ruang petugas kesehatan dan non kesehatan dilengkapi dengan meja dan kursi, tempat pemeriksaan fisik, stetoskop dan tensi meter, kondom dan alat peraga penggunaannya, KIE HIV-AIDS serta infeksi oportunistik, blangko resep, alat timbangan berat badan. Ruang laboratorium dilengkapi dengan reagen untuk testing dan peralatannya, lemari pendingin, alat sentrifusi, ruang penyimpanan testing kit, buku-buku register, cap tanda positif atau negatif, pedoman testing HIV, pedoman pajanan okupasi, lemari arsip yang terkunci. Berikut foto ruangan konseling

Gambar 5.2 Ruang Konseling dan Tes HIV

Untuk strategi Promotion, Puskesmas menggunakan media leaflet, Buku Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) Diary ODHA, Poster, brosur-brosur VCT, lembar balik layanan metadon puskesmas, spanduk di depan Puskesmas serta kartu nama pendamping ODHA LSM, penyediaan kondom. Untuk konten, dimulai dengan pengenalan penyakit, perilaku beresiko HIV-AIDS, resiko jangka panjang dan saran untuk tes VCT.

Metode yang digunakan yaitu sosialisasi melalui Lokbul, posyandu, paguyuban penasun, mouth to mouth staf puskesmas, peresmian atau launching PTRM dan klinik VCT, pendekatan personal LSM, penyuluhan, Kelompok Dukungan Sebaya (KDS) Pelangi, mobile visit ke sopir-sopir angkutan umum dan kelompok risiko tinggi. Promotor yang terlibat adalah Tim VCT, bagian Promosi Kesehatan Puskesmas, LSM Kotek, BMG, Dinas Kesehatan Tangerang Selatan, Dinas Sosial, Komisi Penanggulangan AIDS (KPA), dan kader kesehatan. Saluran media yang dipakai yaitu jejaring sosial grup Facebook Kelompok Dukungan Sebaya (KDS) Pelangi, email, Contact Person pendamping ODHA. Berikut kutipannya,

Strategi promosi, kita pakai leaflet, peresmian PTRM metadon sama klinik VCT, trus sosialisasi lewat lokbul, spanduk depan puskesmas” (D-RS-1). “Promosi lewat leaflet, lembar balik layanan metadon puskesmas, posyandu, paguyuban penasun. kita lebih sering promosi lisan ya, , staf puskesmas juga diwajibkan sosialisasi, tapi bukan diwajibkan tertulis ya, secara tidak langsung iya” (F-RS-2).

“Pengenalan penyakit dulu, risiko HIV, risiko jangka panjangnya apa, maka disarankan untuk VCT, metode yang dipakai mobile visit ke tukang

angkot, VCT disana, terus ke kelompok risti bersama LSM dan Dinas”

(A-RS-3),

“Pendekatan personal, pengarahan dulu, mereka memahami, dengan sendirinya mereka mau, bahkan biasanya mereka sendiri yang minta temenin kita, kita juga pakai kartu nama, brosur-brosur VCT itu seperti apa, itu juga ada, penyuluhan juga, kita ada jejaring sosial, email , grup FB

ada, kalau kita pakai FB KDS pelangi,kita juga pakai KIE Diary ODHA, mereka kalau nggak tersedia kondom mereka minta, jadi kita sediakan kondom kerjasama dengan pemerintah” (C-RS-4)

Namun, pada kenyataannya salah satu responden yang sudah pernah melakukan tes VCT mengatakan belum pernah mendapat sosialisasi dari kader kesehatan tentang VCT, hanya mengetahui ketika diberitahu bidan saat periksa kehamilan di layanan KIA. Berikut kutipannya,

Kader nggak ngasih tahu tuh, bidan posyandu juga nggak ngasih tahu, apa akunya kali ya yang nggak tahu. Ya, promosinya paling dari bidan yang jaga di puskesmas” (S-RS-6)

Kendala saat perencanaan bauran pemasaran, Kepala Puskesmas mengaku kendalanya hanya kemauan masyarakat untuk tes VCT, Kepala bidang Promkes mengalami kendala saat menentukan lokasi yang tepat untuk pemasangan media, misal spanduk, sedangkan LSM mengaku tidak ada, bahkan bagian dari klien yang positif terkadang membuka pertemanan dengan teman mereka yang lain, atau berkomunikasi interpersonal dengan LSM untuk sekedar sharing. Dinas Kesehatan mengaku kendala utama kontrak waktu saat mobile visit serta ada wilayah yang tertutup terhadap kedatangan tim. Berikut kutipannya,

“Menentukan lokasi yang tepat untuk pemasangan media, misal spanduk, kan ngga mungkin juga di mall, pastikan di tempat yang sesuai. Kita selama ini belum pernah pasang spanduk VCT di jalan-jalan, paling di depan puskesmas.” (F-RS-2)

“Ya kendalanya ya, kemauannya aja, kadang tidak mau, menolak, tergantung mud masing-masing kalau supir angkot kita datang kita menawarkan, kita jemput bola, kalau mau ya sudah, kalau nggak ya nggak apa-apa” (A-RS-3).

“Ngga sih, bahkan kadang mereka dengan sendirinya membuka pertemanan gitu , mereka membuka diri, kadang kita maen ke mereka, dimana sih tempat lo, kita mau maen, atau lo mau datang ke sekretariat sini” (C-RS-4)

“Kendala saat mobile visit yaitu kontrak waktu, kemudian ada wilayah yang terbuka terhadap kita, ada juga yang tertutup tergantung wilayah”

Dokumen terkait