• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL PENELITIAN

5.8 Gambaran Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Perilaku

Puskesmas memiliki cara tersendiri dalam mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi perubahan atau adopsi perilaku. Berdasarkan hasil wawancara dengan Penanggungjawab Program VCT Puskesmas Ciputat, Identifikasi faktor perubahan perilaku klien dilakukan melalui rekam medik dan penandatanganan persetujuan tes HIV. Hasil analisis telaah dokumen form persetujuan menunjukkan, terdapat beberapa informasi dasar yang diberikan seperti informasi tentang AIDS, kegunaan dari tes HIV-AIDS, keuntungan dan tantangan yang diperoleh setelah tes HIV, pencegahan HIV dan peningkatan kualitas hidup dengan HIV (Puskesmas : 2014). Kutipan,

“Kita pakai rekam medik sama persetujuan VCT” (D-RS-1)

Berdasarkan wawancara dengan beberapa informan, mayoritas mengatakan bahwa masyarakat akan memanfaatkan layanan VCT jika

mengetahui manfaatnya dan merasa bahwa dirinya beresiko baik karena salah satu keluarga atau teman positif HIV-AIDS.

Ketika masyarakat tahu manfaatnya, merasa bahwa dirinya berisiko, maka mereka akan memanfaatkan layanan VCT” (F-RS-2)

“Mau jika dari temen, keluarga atau yang dia kenal ada yang positif, tapi hingga saat ini kan untuk mengetahui status HIV itu kan suatu kerahasiaan, tapi kan HIV bisa dilihat dari tanda-tandanya” (A-RS-3)

Ada beberapa faktor perubahan perilaku diantaranya persepsi terhadap hambatan, manfaat, perilaku yang ditargetkan kompetitor program, serta pengaruh orang penting lain. faktor pertama adalah persepsi terhadap hambatan, beberapa informan mengatakan hambatan utama enggan untuk memanfaatkan layanan VCT adalah malu karena stigma masyarakat yang tabu, ketidaksiapan untuk VCT, takut kerahasiaan terganggu, tidak ada dukungan keluarga.

“Malu, terkadang pasien yang berisiko belum siap untuk VCT” (D-RS-1) “Bagi masyarakat umum, hambatannya, hal seperti VCT itu masih awam kali ya, kalau bagi yang berisiko, mereka takut kalau hasilnya positif” (F-RS-2).

“Saya kurang begitu tahu, mungkin ke pemegang program” (A-RS-3) “Ya mungkin mereka ada rasa takut, kerahasiaan mereka takut orang lain tahu, ada juga hambatan dari keluarga, ada beberapa yang kita dampingi, keluarga nggak mau terlibat, ada juga yang peduli banget, kita banyak yang asli tangsel, yang pendatang malah sedikit mbak”, (C-RS-4)

Sedangkan pendapat masyarakat mewakili klien VCT, alasan melakukan VCT karena untuk alasan pencegahan, sedangkan persepsi hambatan VCT bagi informan tidak ada karena VCT merupakan layanan gratis. Berikut kutipannya, “Pengen tau aja, , buat mencegah, saya disuruh, semua yang hamil disuruh, wajib, takut anaknya ketularan juga jadi diobatin lebih dini. Hambatan nggak ada sih, gratis juga, tapi ada yang bayar, yang bukan warga Tangsel” (S-RS-6).

Sedangkan informan masyarakat mewakili klien yang belum melakukan VCT mengatakan bahwa akan tes VCT jika sudah memahami HIV-AIDS, manfaat VCT dan merasa beresiko HIV-AIDS, hambatannya sekarang banyak masyarakat yang belum begitu mengetahui manfaat VCT. Berikut kutipannya,

Yah, mungkin kalau saya sudah begitu paham tentang HIV dan kalau dalam hidup saya berisiko Hiv ya saya akan lakukan tes, banyak masyarakat yang nggak tes VCT karena belum tahu aja” (H-RS-7).

Sedangkan identifikasi yang dilakukan terhadap persepsi manfaat klien dalam melakukan pemeriksaan VCT dilakukan saat memberikan inform consent atau pernyataan persetujuan pada klien. LSM mengatakan VCT juga bermanfaat untuk penguatan kelompok. Berikut kutipannya,

“Inform consent, ada manfaatnya” (D-RS-1).

“Pasti ada, untuk lihat status HIV, kita kan tujuannya supaya bermanfaat bagi masyarakat” (F-RS-2)

“Mereka tahu itu bermanfaat banget, sekarang juga banyak yang sadar akan manfaat VCT, terkadang mereka ada pelatihan untuk penguatan kelompok, jadi mereka lebih seneng dan lebih tahu” (C-RS-4).

Sedangkan persepsi klien VCT yang sudah pernah mendapatkan layanan terhadap manfaat VCT yaitu masyarakat jadi lebih mengetahui positif dan negatif layanan VCT. Masyarakat yang belum memanfaatkan layanan VCT berpandangan manfaat layanan VCT yaitu menambah keyakinan diri. “Bagus sih, jadinya tau positif atau negatifnya” (S-RS-6)

“Kalau VCT itu kan untuk menambah keyakinan supaya yakin bahwa dia nggak kena virus apa-apa” (H-RS-7)

Faktor ketiga yang mempengaruhi perubahan perilaku yaitu dampak perilaku program kompetitor. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan, beberapa pengaruh perilaku yang diharapkan kompetitor program VCT yaitu 1) Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) yang lebih mentargetkan menjaring ibu hamil untuk memanfaatkan layanan KIA, bukan VCT. Namun, Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan mengatakan ada beberapa program sangat mendukung program VCT yaitu Provider Initiated Test and Counselling (PITC) yang mentargetkan petugas layanan kesehatan menginisiasi tes HIV kepada pasien, Program Terapi Rumatan Metadone (PTRM) yang mendukung VCT untuk pengguna narkoba suntik, Layanan Infeksi Menular Seksual (IMS) yang mendukung untuk tes VCT dan Prevention Mother To Child Transmission (PMTCT) yang mendukung tes VCT untuk pencegahan HIV pada ibu hamil dan anak. Klien yang belum pernah VCT mengatakan ada program Kampanye Aku bangga Aku Tahu

(ABAT) dari Kementrian Kesehatan yang juga fokus ke pencegahan HIV-AIDS, namun bagi remaja. Berikut kutipannya,

KIA menjaring ibu hamil, lebih banyak KIA dari pada ke VCT” (D-RS-1). “Program mendukung VCT itu seperti PTRM, IMS, PMTCT, PITC. Semua mendukung VCT karena satu frame untuk program penanggulangan HIV-AIDS,, bahkan awalnya VCT di Puskesmas Ciputat itu dari pasien PTRM metadon” (P-RS-5)

“Mungkin ada, USGgitu kali” (S-RS-6)

“Kalau saya lihat ada di plang-plang itu, kayak program kemenkes itu ada program Aku Bangga Aku tahu, mereka juga ngasih tau tentang VCT itu juga sudah bagus” (H-RS-7).

Faktor pendukung perubahan perilaku yang terakhir yaitu pengaruh orang lain yang dianggap penting. Menurut Penanggungjawab program VCT, Puskesmas belum secara gamblang kerjasama dengan tokoh agama ataupun KUA, hanya kerjasama denagn puskesmas lain mengingat tidak semua puskesmas memiliki layanan VCT. Kepala Bagian Promosi Kesehatan berpendapat, ada pengaruh orang penting seperti Kepala Puskesmas, dokter, tokoh masyarakat, keluarga. LSM mengaku melibatkan Dinas Sosial, Dinas Kesehatan, tokoh masyarakat seperti dari Kelurahan, Kecamatan, dan ulama’ bahkan pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) telah meluncurkan buku panduan penanggulangan AIDS perspektif Nahdlatul Ulama’ dan Kutbah Jum’at Jihad Melawan AIDS. Berikut kutipannya, “Ngga mengkhususkan orang, kita belum ada kerjasama sama

tokoh agama, KUA belum ada kerjasama lintas sektor hanya sama puskesmas lain” (D-RS-1)

“Ada, kapuskes, dokter, tokoh masyarakat, keluarga” (F-RS-2)

“Ada, sampai saat ni belum kita denger tuh di masyaakat ada persatuan apa. Belum ada” (A-RS-3).

“Terkadang ada, melibatkan dinas sosial, dinas kesehatan, kita biasaynya tokoh masyarakatnya orang kelurahan, kecamatan , kalau untuk tokoh masyarakat, kita juga uda coba sosialisasi ke ulama’ kita juga sampaikan kalau tangsel ini termasuk zona merah, PBNU juga baru meluncurkan buku

panduan penanggulangan AIDS perspektif Nahdlatul Ulama’ (C-RS-4)

Klien yang sudah pernah tes VCT mengatakan, ada pengaruh orang penting dalam VCT, seperti Puskesmas, Keluarga, berikut kutipannya. “Ada, puskesmas, keluarga” (S-RS-6)

“Kalau gitu sebenernya nggak ada sih kalau orang satu, kalau istrinya ibunya faham, anaknya mah nggak usah disuruh, ya keluarga dekatnya lah, kalau guru itu mau penyuluhan berapa kali juga, nggak mempan, kalau dokter sih mungkin kalau dokternya bisa jadi panutan” (H-RS-7).

Secara keseluruhan, Puskesmas mengaku tidak ada kendala dalam hal ini. Namun, LSM mengaku kendala utama terkadang klien yang sudah tes VCT banyak yang tetap melakukan perilaku berisiko HIV. Misalnya tidak memakai kondom karena pelanggan berkurang ketika memakai kondom. Berikut kutipannya, “Kendalanya kalau perubahan perilaku kadang kita bingung tuh, uda tahu berisiko, tapi mereka tetap ngelakuin juga, dari yang di VCT dan yang didampingi, mereka memakai kondom,

kalau WPS kadang mengeluh, kalau kita pakai kondom kita nggak dapat pelanggan, alhamdulillah dari 10 yang berisiko, hanya satu yang positif biasanya” (C-RS-4)

Dokumen terkait