• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran hormon reproduksi haid normal

Dalam dokumen Konsensus Tatalaksana PUA Cetak (Halaman 40-44)

PATOFISIOLOGI PUA-I KARENA KONTRASEPSI

Nilai 1 Bekuan kecil darah (Australian 5 cent coin) Nilai 5 Bekuan besar darah (Australian 50 cent coin)

5.3.2. Gambaran hormon reproduksi haid normal

Siklus menstruasi normal terdiri dari tiga fase: fase folikuler, ovulasi, dan fase luteal. Fase folikuler berlangsung selama 10-14 hari atau panjangnya bervariasi sesuai dengan panjangnya siklus menstruasi. 18



‘•‡•—•ƒ–ƒŽƒ•ƒƒ‡†ƒ”ƒŠƒ–‡”—•„‘”ƒŽƒ”‡ƒ‘–”ƒ•‡’•‹

Haid normal.18

x Perekrutan folikel dominan terjadi selama hari 5- 7, akibatnya, kadar estradiol mulai meningkat secara bermakna pada hari ke 7. Kadar estradiol, berasal dari folikel dominan, meningkat terus dan melalui efek umpan balik negatif, menekan pelepasan FSH

x Peralihan dari penekanan ke stimulasi pelepasan LH terjadi karena kenaikan kadar estradiol selama fase midfollikular.

x Kadar estradiol yang diperlukan untuk mencapai umpan balik positif lebih dari 200 pg / mL, dan konsentrasi ini harus dipertahankan sekitar 50 jam. Kadar estrogen ini tidak pernah terjadi sampai folikel dominan mencapai diameter 15 mm.

x Peningkatan kadar estrogen akan memicu penurunan FSH, sementara kenaikan estrogen di fase midfolikular memberikan pengaruh umpan balik positif terhadap sekresi LH. Penurunan kadar FSH dan peningkatan LH pada fase midfolikular akan memicu terjadinya program seleksi pada kohort folikel.

x Melalui reseptornya, LH memulai luteinisasi dan produksi progesteron dari lapisan granulosa. Meningkatnya kadar progesteron preovulasi menyebabkan umpan balik positif estrogen yang mungkin diperlukan untuk memicu puncak FSH pada pertengahan siklus.

x Kadar LH meningkat terus selama fase folikuler akhir, merangsang produksi androgen di sel teka dan mengoptimalkan pematangan akhir dan fungsi folikel dominan. Produksi hormon estrogen menjadi cukup untuk mencapai dan mempertahankan kadar ambang estradiol perifer yang diperlukan untuk mendorong lonjakan LH.

x 36 jam pasca lonjakan LH akan memicu terjadinya ovulasi

x Selanjutnya di bawah pengaruh hormon FSH dan LH sel-sel lutein akan menghasilkan hormon estrogen dan terutama progesteron yang akan mencapai puncaknya di 7 hari pasca ovulasi

x Apabila dalam waktu 14 hari tidak terjadi kehamilan, maka korpus luteum akan mengalami degenerasi. Kematian korpus luteum menyebabkan penurunan kadar estradiol, progesteron, dan inhibin sirkulasi.

x Sampai 36-48 jam sebelum menstruasi, masih terdapat sekresi gonadotropin ditandai dengan pulsasi LH yang jarang dan kadar FSH rendah yang merupakan khas akhir

Piktogram menstruasi (Piktogram ini digunakan sebagai modifikasi teknik PBAC sebelumnya)

Gambar 4. Piktogram menstruasi dengan setara kehilangan darah

Rekomendasi

Mengukur kehilangan darah menstruasi baik secara langsung (alkaline haematin) maupun tidak langsung (grafik penilaian kehilangan darah bergambar ) tidak rutin dianjurkan untuk HMB. Kehilangan darah menstruasi adalah masalah harus ditentukan bukan dengan mengukur kehilangan darah tetapi oleh wanita itu sendiri. Good pratice point, Rekomendasi C49

Kehilangan darah selama menstruasi dapat dinilai secara sederhana, objektif ataupun dengan piktograf atau skor pendarahan. Pengukuran jumlah darah yang hilang dapat digunakan untuk menilai efektifitas pengobatan (level of evidence II).

5.3.2. Gambaran hormon reproduksi haid normal

Siklus menstruasi normal terdiri dari tiga fase: fase folikuler, ovulasi, dan fase luteal. Fase folikuler berlangsung selama 10-14 hari atau panjangnya bervariasi sesuai dengan panjangnya siklus menstruasi. 18

Haid normal.18

x Perekrutan folikel dominan terjadi selama hari 5- 7, akibatnya, kadar estradiol mulai meningkat secara bermakna pada hari ke 7. Kadar estradiol, berasal dari folikel dominan, meningkat terus dan melalui efek umpan balik negatif, menekan pelepasan FSH

x Peralihan dari penekanan ke stimulasi pelepasan LH terjadi karena kenaikan kadar estradiol selama fase midfollikular.

x Kadar estradiol yang diperlukan untuk mencapai umpan balik positif lebih dari 200 pg / mL, dan konsentrasi ini harus dipertahankan sekitar 50 jam. Kadar estrogen ini tidak pernah terjadi sampai folikel dominan mencapai diameter 15 mm.

x Peningkatan kadar estrogen akan memicu penurunan FSH, sementara kenaikan estrogen di fase midfolikular memberikan pengaruh umpan balik positif terhadap sekresi LH. Penurunan kadar FSH dan peningkatan LH pada fase midfolikular akan memicu terjadinya program seleksi pada kohort folikel.

x Melalui reseptornya, LH memulai luteinisasi dan produksi progesteron dari lapisan granulosa. Meningkatnya kadar progesteron preovulasi menyebabkan umpan balik positif estrogen yang mungkin diperlukan untuk memicu puncak FSH pada pertengahan siklus.

x Kadar LH meningkat terus selama fase folikuler akhir, merangsang produksi androgen di sel teka dan mengoptimalkan pematangan akhir dan fungsi folikel dominan. Produksi hormon estrogen menjadi cukup untuk mencapai dan mempertahankan kadar ambang estradiol perifer yang diperlukan untuk mendorong lonjakan LH.

x 36 jam pasca lonjakan LH akan memicu terjadinya ovulasi

x Selanjutnya di bawah pengaruh hormon FSH dan LH sel-sel lutein akan menghasilkan hormon estrogen dan terutama progesteron yang akan mencapai puncaknya di 7 hari pasca ovulasi

x Apabila dalam waktu 14 hari tidak terjadi kehamilan, maka korpus luteum akan mengalami degenerasi. Kematian korpus luteum menyebabkan penurunan kadar estradiol, progesteron, dan inhibin sirkulasi.

x Sampai 36-48 jam sebelum menstruasi, masih terdapat sekresi gonadotropin ditandai dengan pulsasi LH yang jarang dan kadar FSH rendah yang merupakan khas akhir

32 

‘•‡•—•ƒ–ƒŽƒ•ƒƒ‡†ƒ”ƒŠƒ–‡”—•„‘”ƒŽƒ”‡ƒ‘–”ƒ•‡’•‹

fase luteal. Selama transisi dari fase luteal ke fase folikuler berikutnya, GnRH dan gonadotropin dilepaskan sebagai efek penghambatan estradiol, progesteron, dan inhibin.

Gambar 5. Siklus haid normal 5.3.3. Gambaran hormon reproduksi pada haid abnormal

x Pasien yang mengalami menstruasi yang tidak teratur, kewajiban untuk menyingkirkan kemungkinan penyakit sistemik seperti hipotiroidisme dan produksi prolaktin abnormal merupakan suatu keharusan.

x Berdasarkan klasifikasi FIGO 2011, pada PUA pemeriksaan laboratorium hormonal bermanfaat pada PUA yang disebabkan oleh :

o Gangguan ovulasi (AUB-O)

x Pemeriksaan kadar FSH, LH, dan estradiol akan membantu mengidentifikasi etiologi disfungsi poros hipotalamus-hipofisis-gonad. FSH / LH / estradiol dapat dinilai pada hari ke-3 pada siklus menstruasi yang teratur atau kapan saja pada siklus menstruasi yang tidak teratur.

x Peningkatan kadar FSH dan LH dan rendahnya kadar estradiol serum sesuai dengan rendahnya cadangan ovarium atau kegagalan ovarium primer.

x Rendahnya kadar FSH dan LH sesuai dengan disfungsi ovarium sekunder karena gangguan pada hipotalamus atau hipofisis.

sel/mm ) sel/mm )

fase luteal. Selama transisi dari fase luteal ke fase folikuler berikutnya, GnRH dan gonadotropin dilepaskan sebagai efek penghambatan estradiol, progesteron, dan inhibin.

Gambar 5. Siklus haid normal 5.3.3. Gambaran hormon reproduksi pada haid abnormal

x Pasien yang mengalami menstruasi yang tidak teratur, kewajiban untuk menyingkirkan kemungkinan penyakit sistemik seperti hipotiroidisme dan produksi prolaktin abnormal merupakan suatu keharusan.

x Berdasarkan klasifikasi FIGO 2011, pada PUA pemeriksaan laboratorium hormonal bermanfaat pada PUA yang disebabkan oleh :

o Gangguan ovulasi (AUB-O)

x Pemeriksaan kadar FSH, LH, dan estradiol akan membantu mengidentifikasi etiologi disfungsi poros hipotalamus-hipofisis-gonad. FSH / LH / estradiol dapat dinilai pada hari ke-3 pada siklus menstruasi yang teratur atau kapan saja pada siklus menstruasi yang tidak teratur.

x Peningkatan kadar FSH dan LH dan rendahnya kadar estradiol serum sesuai dengan rendahnya cadangan ovarium atau kegagalan ovarium primer.

x Rendahnya kadar FSH dan LH sesuai dengan disfungsi ovarium sekunder karena gangguan pada hipotalamus atau hipofisis.

sel/mm ) sel/mm )

34

Konsensus Tatalaksana Pendarahan Uterus Abnormal Karena Kontrasepsi Rekomendasi

Pemeriksaan darah lengkap harus dilakukan pada semua perempuan dengan HMB. Pemeriksaan ini harus dilakukan paralel dengan pengobatan HMB yang diberikan. (Rekomendasi C)

Pemeriksaan gangguan koagulasi harus dipertimbangkan pada perempuan dengan HMB sejak menarche dan memiliki riwayat pribadi atau keluarga dengan gangguan koagulasi. (Rekomendasi C)

Pemeriksaan serum feritin tidak harus dilakukan secara rutin pada perempuan dengan pendarahan uterus abnormal. (Rekomendasi B)

Pemeriksaan hormonal tidak dilakukan pada perempuan dengan HMB. (Rekomendasi C)

Pemeriksaan hormon tiroid seharusnya hanya dilakukan bila terdapat tanda dan gejala penyakit tiroid hadir. (Rekomendasi C)49

Dalam dokumen Konsensus Tatalaksana PUA Cetak (Halaman 40-44)