• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Kondisi Kelistrikan Pulau Sulawes

Dalam dokumen Policy Paper Buku BPN UH FINAL (Halaman 116-123)

TANTANGAN PEMBANGUNAN INFRASRUKTUR DAN KONEKTIVITAS WILAYAH DI KT

C. Infrastruktur Kelistrikan Pulau Sulawes

2. Gambaran Kondisi Kelistrikan Pulau Sulawes

wilayah ini tumbuh sekitar 9,59% per tahun lebih tinggi dari prtumbuhan ekonomi nasional yang tumbuh hanya sekitar 5,77% dalam periode yang sama.

Rendahnya indikator kinerja pembangunan infrastruktur listrik di pulau Sulawesi dibandingkan rata-rata nasional, serta tingginya akselerasi pembangunan daerah ini, mengisyaratkan pentingnya memacu pembangunan infrastruktur listrik pulau Sulawesi. Pentingnya memacu pembangunan infrastruktur listrik di daerah ini, tidak hanya untuk mengejar ketertinggalannya dalam memenuhi kebutuhan dasar energi listrik bagi masyarakat, tetapi juga untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi daerah ini.

Dalam rangka membangun infrastruktur listrik di Pulau Sulawesi ke depan, adalah penting untuk memahami kondisi infrastruktur listrik yang sudah ada baik dari sisi supply maupun dari sisi demand serta masalah dan tantangan yang dihadapi dalam pembangunan infrastruktur listrik. Dari sisi supply,

karakteristik penyediaan energi listrik diarakan untuk memahami hal-hal seperti jenis pembangkit, kapasitas dan produksinya, baik yang diproduksi PLN maupun produksi Swasta, jaringan distribusi dan lain-lain. Pada sisi permintaan, diarahkan untuk mengkaji sebaran permintaan energi listrik menurt wilayah dan menurut kelompok pelanggan, jumlah energi listrik terjual, tingkat pemadaman dan lain sebagainya. Dengan memahami hal tersebut diharapkan arah pembangunan infrastruktur listrik di daerah dapat ditentukan secara tetap dalam rangka memuhi kebutuhan energi masyarakat yang sekaligus mampu menjaga momentum pertumbuhan di daerah ini.

2. Gambaran Kondisi Kelistrikan Pulau Sulawesi

nKapasitas Pembangkit Listrik di Pulau Sulawesi

Sistem kelistrikan di Pulau Sulawesi dibagi atas dua wilayah pengelolaan, yakni Wilayah SULTANBATARA yang melayani Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat dan Sulawesi Tenggara dan wilayah SULUTTENGGO melayani Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah dan Gorontalo. Secara total, kapasitas

97

P3KM UNHAS

terpasang dari pembangkit listrik di Pulau Sulawesi pada tahun 2011 sebesar 1.590,71 MW dengan rincian sebesar 998,15 MW (62,75 persen) berada di wilayah SULTANBATARA dan sebesar 592,56 MW (37,25 persen) berada di wilayah SULUTTENGGO. Selama periode 2007-2011, kapasitas terpasang pembangkit listrik pulau Sulawesi tumbuh sekitar 8,32 persen per tahun dan daya mampu tumbuh sekitar 9,72 persen per tahun. Kapasitas terpasang pembangkit listrik di wilayah pengelolaan SULTANBATARA tumbuh sekitar 8,85 persen per tahun, sedangkan wilayah SULUTTENGGO hanya tumbuh sekitar 7,60 persen. Peningkatan kapasitas terpasang pembangkit listrik di Pulau Sulawesi ini, seiring dengan semakin meningkatnya jumlah pembangkit listrik, baik yang dibangun oleh PLN, maupun yang dibangun oleh swasta. Pada tahun 2011 jumlah pembangkit listrik di Pulau Sulawesi berjumlah 1002 unit.

Gambar 3.18: Perkembangan kapasitas terpasang menurut jenis pembangkit listrik dan sebarannya menurut provinsi di Pulau Sulawesi (dalam MW)

Sumber: Diolah dari Statistik PLN Wilayah SULTANBATARA dan SULUTTENGGO Tahun 2007-2011

Penyediaan energi listrik di Pulau Sulawesi masih bertumpu pada pembangkit PLTD. Dari total kapasitas terpasang pembangkit listrik di Pulau Sulawesi, sekitar 57,10 persen berasal dari pembangkit PLTD, kemudian sekitar 20,0 persen berasal dari pembangkit PLTG dan 15,5 persen berasal dari pembangkit tenaga air termasuk tenaga hidro mikro (PLTA/PLTM). Sisanya sekitar 7,5 persen berasal dari pembangkit lainnya seperti dari tenaga uap, batubara serta dari tenaga panas bumi dan tenaga surya. Bahkan di wilayah SULUTTENGGO, kapasitas terpasang pembangkit PLTD mencapai sekitar 72,0 persen dari total kapasitas terpasang pembangkit

listrik di wilayah tersebut. Dominannya PLTD dalam membangkitkan energi listrik berimplikasi terhadap tingginya biaya operasional, mengingat pembangkit ini boros dalam penggunaan BBM yang saat ini harganya semakin mahal. Namun disisi lain PLTD, juga sering dianggap sebagai pembangkit yang fleksibel, karena memiliki waktu start-up yang singkat sehingga dapat digunakan pada beban puncak. Selain itu, pembangkit PLTD memiliki biaya investasi yang relatif kecil dibandingkan pembangkit lainnya seperti PLTA atau PLTG.

Tabel 3.8:Kapasitas Terpasang, Daya Mampu dan Beban Puncak Pembangkit Listrik Pulau Sulawesi (dalam Mega Wat).

Wilayah Kerja PLN

Neraca Daya Tahun 2011 (MW) Rata-rata Pertumbuhan

2007-2011 (%) Rasio Kapasitas* Cadangan (MW) ** Kapasitas Terpasang Daya Mampu Beban Puncak Kapasitas Terpasang Daya Mampu Beban Puncak SULTANBATARA 998.15 846.19 776.17 8.85 8.06 9.29 0.85 70.03 Sulawesi Selatan 815.07 712.70 676.04 7.74 6.98 9.13 0.87 36.66 Sulawesi Barat 5.27 3.48 2.49 18.56 11.88 16.30 0.66 0.99 Sulawesi Tenggara 177.81 130.02 97.64 14.91 15.67 10.69 0.73 32.38 SULUTENGGO 592.56 482.04 354.52 7.60 13.49 7.32 0.81 127.53 Sulawesi Utara 291.16 269.55 187.57 5.72 14.65 6.75 0.93 81.98 Sulawesi Tengah 217.54 159.00 116.11 9.82 18.15 11.60 0.73 42.89 Gorontalo 83.86 53.50 50.84 10.92 10.46 10.83 0.64 2.67 PULAU SULAWESI 1,590.71 1,328.24 1,130.68 8.32 9.72 8.49 0.83 197.55

Sumber : Statistik PLN Wilayah SULTANBATARA dan SULUTTENGGO Tahun 2007-2011 Keterangan :* = Indeks yang mengukur rasio antara daya mampu dan kapasitas terpasang ** = Cadangan diukur dari selisih antara daya mampu dengan beban puncak Kondisi pembangkit listrik di Pulau Sulawesi sebagian diantaranya tidak dapat dioperasikan pada kapasitas penuh, yang diindikasikan dari rasio antara daya mampu dengan kapasitas terpasangnya dengan nilai indeks sebesar 0,83, yang berarti bahwa daya mampu pembangkit listrik dalam memproduksi energi listrik di Pulau Sulawesi hanya sekitar 83 persen dari kapasitas terpasangnya. Pada tahun 2011, indeks rasio kapasitas pembangkit listrik yang paling rendah ditempati oleh Sulawesi Barat dan Gorontalo, dengan nilai indeks masing-masing 0,66 dan 0,64. Rendahnya indeks rasio kapasitas di Sulawesi Barat dan Gorontalo disebabkan karena kedua daerah ini memiliki ketergantungan yang sangat tinggi pada pembangkit PLTD yang sebagian besar diantaranya sudah berumur tua, diatas sepuluh tahun.

nPertumbuhan beban puncak diwilayah pengelolaan SULTANBATARA sebesar 9,29 persen per tahun, lebih tinggi dari pertumbuhan daya mampu

99

P3KM UNHAS

pembangkit listriknya yang hanya tumbuh sebesar 8,06 persen per tahun. Kondisi tersebut juga diperparah oleh cadangan daya listrik yang terbatas, yakni hanya sekitar 70 MW. Kondisi ini memungkinkan adanya resiko pemadaman listrik, jika terdapat pembangkit yang berkapasitas besar mengalami gangguan.

nProduksi Energi Listrik di Pulau Sulawesi

Berbarengan dengan meningkatnya kapasitas pembangkit listrik di Pulau Sulawesi, produksi energi listrik juga mengalami peningkatan yang signifikan. Pada tahun 2007, energi listrik yang di produksi di Pulau Sulawesi sebesar 4.516,4 juta kwh meningkat menjadi 6.544,5 juta kwh pada tahun 2011, atau tumbuh rata-rata sekitar 9,74 persen per tahun. Secara regional, pertumbuhan produksi energi listrik di wilayah SULUTTENGGO lebih tinggi (rata-rata 11,62 persen per tahun) dibandingkan pertumbuhan produksi energi listrik di wilayah SULTANBATARA (rata-rata 8,92 persen per tahun). Gambar 3.19: Perkembangan Produksi Energi Listrik PLN dan SWASTA/SEWA di Pulau Sulawesi, 2008-2011

Penyediaan energi listrik di Pulau Sulawesi tidak hanya dilakukan oleh PLN,

tetapi juga dilakukan oleh pihak swasta. Secara umum terdapat dua bentuk

pelibatan sektor swasta dalam penyediaan energi listrik di Pulau Sulawesi, yakni pihak swasta membangun dan mengoperasikan sendiri pembangkit listrik, dimana energi listrik yang diproduksi dijual ke PLN untuk disalurkan ke konsumen. Mekanisme kedua adalah penyewaan pembangkit listrik swasta oleh PLN. Selama kurun waktu 2008-2011, peranan pihak swasta dalam penyediaan energi listrik terus meningkat, sehingga semakin meringankan Sumber : Diolah dari Statistik PLN Wilayah SULTANBATARA dan SULUTTENGGO Tahun 2007-2011

beban PLN dalam menyediakan energi listrik. Pada tahun 2008, proporsi energi listrik yang diproduksi sendiri oleh PLN di Pulau Sulawesi sekitar 56,90 persen dari total energi listrik yang diproduksi di wilayah ini, sisanya sekitar 33,94 persen dari pembelian produksi energi listrik swasta, dan 9,16 persen dari mekanisme penyewaan pembangkit listrik. Sedangkan pada tahun 2011, proporsi produksi energi listrik PLN turun menjadi 35,94 persen dan sisanya dari pembelian energi yang diproduksi pihak swasta dan penyewaan.

nJaringan Transmisi dan Distribusi Energi Listrik

Sistem penyaluran energi listrik dari pembangkit ke pusat-pusat beban (konsumen) di Pulau Sulawesi terdiri dari dua sistem, yakni sistem interkoneksi dan sistem isolated. Pada sistem interkoneksi, penyaluran energi menggunakan sistem penyaluran energi dua tahap.Tahap pertama, energi disalurkan dari pembangkit menuju gardu induk (GI) melalui jaringan transmisi, selanjutnya energi dari gardu induk dialirkan menuju pusat beban melalui jaringan distribusi. Sedangkan pada sistem isolated, penyaluran energi listrik dari pembangkit disalurkan secara langsung menuju pusat beban melalui jaringan distribusi. Sistem interkoneksi di Pulau Sulawesi umumnya digunakan untuk mensuplai kebutuhan listrik di kota-kota utama di setiap provinsi. Sedangkan sistem isolated, lokasinya terpencar-pencar di berbagai tempat di setiap provinsi. Sistem isolated ini umumnya didukung oleh pembangkit-pembangkit listrik yang memiliki kapasitas kecil.

Tabel 3.9: Panjang Rute Jaringan Transmisi di Pulau Sulawesi (dalam Km)

Wilayah Kerja PLN Jumlah Tower

Panjang Transmisi Tahun 2011 Trafo Gardu Induk

150 KV 70KV 30KV Jumlah Unit Daya (MVA)

SULTANBATARA 3,307 1,139.62 12.00 3.40 1,155.02 63 1,806 Sulawesi Selatan 3,264 1,139.62 - 3.40 1,143.02 59 1,739 Sulawesi Barat - - - - Sulawesi Tenggara 43 - 12.00 - 12.00 4 67 SULUTENGGO 2,182 148.23 527.86 0.38 676.47 30 597 Sulawesi Utara 886 110.64 153.27 0.38 264.29 22 407 Sulawesi Tengah 176 - 50.60 - 50.60 3 60 Gorontalo 1,120 37.59 323.99 - 361.58 5 130 PULAU SULAWESI 5,489 1,287.85 539.86 3.78 1,831.49 93 2,403

Sumber : Statistik PLN Wilayah SULTANBATARA dan SULUTTENGGO Tahun 2007-2011

101

P3KM UNHAS

Jaringan distribusi yang mendukung penyaluran energi listrik dari sumber energi ke konsumen di pulau Sulawesi masih terbatas. Hal ini terindikasi dimana di setiap provinsi masih terdapat pemukiman-pemukiman yang belum terkoneksi dengan jaringan distribusi. Di wilayah SULTANBATARA, pada tahun 2011, jaringan distribusi yang mendukung penyaluran energi listrik ke konsumen, terdiri dari 14.677 Kms jaringan tegangan menengah (JTM) dan 16.803 Kms jaringan tegangan rendah (JTR). Selanjutnya, di wilayah SULUTTENGGO, penyaluran energi didukung oleh jaringan distribusi JTM sepanjang 10.899 Kms dan JTR sepanjang 10.186 Kms. JTM dan JTR yang ada di wilayah ini umumnya berupa jaringan kabel udara (SUTM).

Jaringan distribusi merupakan sarana sistem kelistrikan di pulau Sulawesi yang paling sering mengalami gangguan dan berujung pada pemadaman listrik. Jenis gangguan ini umumnya disebabkan oleh faktor alam seperti petir, hujan, angin, atu pepohonan yang mengganggu jaringan distribusi. Selain itu, gangguan jaringan distribusi di pulau ini juga sering disebabkan oleh gangguan teknis atau gangguan peralatan yang menyebabkan terjadinya hubungan singkat (korsleting).

Tabel 3.10: Panjang jaringan distribusi dan jumlah travo distribusi di Pulau Sulawesi, 2011

Wilayah Kerja PLN Panjang Jaringan Distribusi Tahun 2011

Jumlah dan Daya Travo distribusi JTM (Kms) JTR (Kms) Jumlah (Kms) Unit Daya (kVa)

SULTANBATARA 14,677 16,803 31,479 13,452 988,028 Sulawesi Selatan 10,453 12,209 22,662 9,848 786,077 Sulawesi Barat 803 884 1,687 1,001 51,921 Sulawesi Tenggara 3,421 3,709 7,130 2,603 150,030 SULUTENGGO 10,899 10,186 21,085 7,503 638,167 Sulawesi Utara 3,895 3,930 7,825 2,879 313,815 Sulawesi Tengah 5,304 4,240 9,543 3,040 198,537 Gorontalo 1,700 2,017 3,717 1,584 125,815 PULAU SULAWESI 25,576 26,989 52,564 20,955 1,626,195

Sumber : Statistik PLN Wilayah SULTANBATARA dan SULUTTENGGO Tahun 2007-2011

Jaringan distribusi dipulau sulawesi menciptakan inefisiensi yang cukup besar. Secara teknis, dalam sistem kelistrikan susut pada jaringan distribusi, maksimum yang dapat ditolerir sekitar 7 persen, namun susut energi listrik yang terjadi pada jaringan distribusi di Pulau Sulawesi secara rata-rata

sebesar 8,55 persen selama kurun waktu 2007-2011. Bahkan di provinsi Sulawesi Barat susut energi listrik yang terjadi sebesar 10,22 persen dan di Provinsi Sulawesi Utara sebesar -rata sebesar 9,05 persen.

n Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik di Pulau Sulawesi

Seiring dengan kemajuan perekonomian di Pulau Sulawesi, permintaan energi listrik oleh masyarakat juga terus meningkat. Hal ini tercermin dari jumlah pelanggan listrik yang terus bertambah setiap tahunnya. Pada tahun 2007 jumlah pelanggan listrik di Pulau Sulawesi sebanyak 2,2 juta pelanggan, meningkat menjadi 2,7 juta pelanggan pada tahun 2011. Secara rata-rata pelanggan listrik di Pulau Sulawesi tumbuh sekitar 5,26 persen per tahun. Meskipun secara relatif pertumbuhan pelanggan listrik di Sulawesi Selatan paling rendah, namun secara absolut, pertambahan jumlah pelanggannya paling banyak, yakni bertambah sebanyak 223.462 pelanggan selama periode 2007-2011. Di wilayah SULTANBATARA, sekitar 78,86 persen jumlah pelanggannya berdiam di Sulawesi Selatan. Sedangkan di wilayah SULUTTENGGO pelanggan listriknya paling banyak (48,02 persen) berada di Sulawesi Utara.

Tabel 3.11: Perkembangan jumlah pelanggan listrik di Pulau Sulawesi, 2007-2011

Wilayah Kerja PLN Jumlah Pelanggan Listrik Rata-rata Pert. 2007-2011 (%) 2007 2008 2009 2010 2011 SULTANBATARA 1,439,620 1,479,074 1,501,859 1,593,101 1,749,034 5.04 Sulawesi Selatan 1,155,846 1,190,647 1,209,190 1,277,722 1,379,308 4.55 Sulawesi Barat 87,642 90,147 92,893 101,091 111,788 6.33 Sulawesi Tenggara 196,132 198,280 199,776 214,288 257,938 7.37 SULUTENGGO 756,488 771,352 790,519 844,879 941,291 5.68 Sulawesi Utara 370,447 377,338 386,728 409,128 451,984 5.15 Sulawesi Tengah 279,818 286,053 295,163 322,103 360,037 6.58 Gorontalo 106,223 107,961 108,628 113,648 129,270 5.16 PULAU SULAWESI 2,196,108 2,250,426 2,292,378 2,437,980 2,690,325 5.26

Sumber: Statistik PLN Wilayah SULTANBATARA dan SULUTTENGGO Tahun 2007-2011 Sekitar 93,30 persen (2,51 juta pelanggan) dari total pelanggan listrik di pulau Sulawesi, merupakan pelanggan rumah tangga. Sisanya, terdistribusi dengan porsi yang kecil ke berbagai kelompok pelanggan seperti kelompok Bisnis sebanyak 108.317 pelanggan (4,03 persen), kelompok Sosial sebanyak 52.018 pelanggan (1,93 persen), Pemerintah sebanyak 17.962 pelanggan (0,67 persen), dan kelompok Industri sebanyak 1.861 pelanggan atau sekitar

103

P3KM UNHAS

0,07 persen dari total pelanggan listrik di pulau ini. Kelompok pelanggan yang memiliki pertumbuhan paling tinggi di Pulau Sulawesi selama periode 2007-2011 adalah kelompok Bisnis yang bertumbuh rata-rata 6,92 persen per tahun, sedangkan yang paling rendah dtempati kelompok Industri dengan pertumbuhan hanya sekitar 0,31 persen per tahun.

Tabel 3.12: Sebaran pelanggan listrik menurut kelompok pelanggan di setiap wilayah di Pulau Sulawesi, 2011

Jenis Pelanggan

Jumlah Pelanggan Listrk (000 Pelanggan)

SULTANBATARA SULUTTENGGO

Dalam dokumen Policy Paper Buku BPN UH FINAL (Halaman 116-123)