• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi Perkembangan Transportasi Perhubungan Laut di Pulau Sulawes

Dalam dokumen Policy Paper Buku BPN UH FINAL (Halaman 96-104)

TANTANGAN PEMBANGUNAN INFRASRUKTUR DAN KONEKTIVITAS WILAYAH DI KT

B. Infrastruktur Perhubungan Laut Pulau Sulawes

2. Kondisi Perkembangan Transportasi Perhubungan Laut di Pulau Sulawes

nKunjungan Kapal, Arus Barang, dan Penumpang

Arus kunjungan kapal di Pulau Sulawesi berfluktuasi dan proporsinya terhadap nasional cukup rendah. Selama periode 2007-2010, rata-rata kunjungan kapal melalui pelabuhan yang ada di Pulau Sulawesi mencapai 59.747 unit dengan rata-rata proporsi terhadap total kunjungan kapal di Indonesia sebesar 9,43 persen. Jumlah kunjungan kapal terbesar terdapat di Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Utara dengan rata-rata per tahun 17.406 unit, 15.418 unit, dan 12.093 unit. Besar kecilnya kunjungan kapal di beberapa pelabuhan di Pulau Sulawesi erat kaitannya dengan perkembangan aktivitas ekonomi dan perkembangan infrastruktur di daerah tersebut.

Gambar 3.9: Perkembangan Kunjungan Kapal di Pulau Sulawesi (unit)

Sumber: BPS, Statistik Indonesia berbagai edisi

77

P3KM UNHAS

Volume kapal yang berkunjung ke Pulau Sulawesi melalui pelabuhan yang dikelola oleh PT Pelindo IV cenderung meningkat, namun dengan tingkat pertumbuhan yang relative rendah. Selama periode2007-2011, rata-rata peningkatan volume kapal sebesar 4,7 persen per tahun. Volume kapal terbesar masih didominasi oleh pelabuhan utama di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara dengan rata-rata per tahun 25.062.808 Grt dan 10.441.566,80 Grt. Sementara volume kapal di Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah dan Gorontalo masih terhitung rendah masing-masing 5.359.545 GRT, 6.352.890 Grt dan 832,051.80 (GRT).

Gambar 3.10 : Volume kapal di Pulau Sulawesi didominasi oleh Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara*

Sumber: PT Pelindo IV; BPS-Statistik Perhubungan 2010

*Kunjungan kapal wilayah Sulawesi yang dikelola oleh Pelindo IV

Jumlah kapal yang berkunjung di Pulau Sulawesi turut mempengaruhi jumlah arus barang. Arus barang yang masuk melalui pelabuhan laut di Pulau Sulawesi mengalami peningkatan kecuali tahun 2010. Selama periode 2007-2010, arus barang masuk baik antar pulau maupun impor meningkat dengan rata-rata 14,60 persen per tahun. Dari keenam provinsi di Pulau Sulawesi, arus barang masuk melalui pelabuhan di Sulawesi Selatan menduduki peringkat tertinggi dengan rata-rata 6.926 ribu ton per tahun. Urutan kedua terbesar ditempati oleh Provinsi Sulawesi Tenggara dengan rata-rata mencapai 1.805 ribu ton. Urutan ketiga ditempati oleh Sulawesi Tengah dengan rata-rata 1.337 ribu ton. Meskipun terjadi perningkatan arus barang masuk melalui pelabuhan di Pulau Sulawesi, namun secara rata-rata kontribusinya terhadap arus barang masuk secara nasional sangat kecil, yakni 3,64 persen.

Pada periode yang sama, arus barang yang keluar berfluktuasi dengan rata- rata 10.855 ribu ton per tahun. Selama 4 tahun pengamatan, arus barang yang keluar tertinggi terjadi pada tahun 2009 sebanyak 15.867 ribu ton yang berasal dari arus barang keluar antar pulau di Indonesia sebanyak 10.949 ribu ton dan keluar negeri (ekspor) sebesar 4.918 ribu ton. Arus barang keluar yang terendah terjadi pada tahun 2008. Dari keenam provinsi di Sulawesi, hanya pelabuhan yang ada di Provinsi Sulawesi Tenggara mengalami peningkatan arus barang keluar setiap tahun, sementara provinsi lainnya berfluktuasi. Proporsi arus barang keluar dengan menggunakan angkutan laut di Pulau Sulawesi terhadap nasional 2,68 persen per tahun, selebihnya 97,32 persen disumbang oleh pelabuhan di luar Sulawesi. Hal ini menunjukkan kontribusi pelabuhan di Sulawesi terhadap nasional sangat kecil.

Gambar 3.11 : Perkembangan bongkar muat barang melalui pelabuhan di Pulau Sulawesi, 2007-2010

Sumber: BPS, Statistik Indonesia berbagai edisi

Selama periode 2007-2010, terjadi ketidakseimbangan antar arus barang yang masuk dan arus barang yang keluar di Pulau Sulawesi. Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, dan Gorontalo menunjukkan arus barang yang masuk (impor) lebih banyak daripada arus barang yang keluar, sementara Provinsi Sulawesi Tengah dan Sulawesi Barat mengalami arus barang keluar lebih besar daripada arus barang masuk. Khusus Provinsi Sulawesi Tenggara, dua tahun pertama jumlah barang masuk lebih besar daripada barang

79

P3KM UNHAS

keluar dan dua tahun berikutnya, arus barang keluar lebih banyak daripada arus barang masuk. Volume barang yang keluar sebagian besar dikontribusi oleh hasil tambang nikel. Mulai tahun 2010, terjadi peningkatan permintaan barang tambang nikel dari Negara luar sehingga perusahaan-perusahaan Nikel di Provinsi Sulawesi Tenggara juga berkembang pesat. Namun secara umum, Imbalance cargo yang terjadi melalui pelabuhan yang ada di Pulau Sulawesi dipengaruhi oleh beberapa faktor yang antara lain: (i) hasil industri lokal sangat terbatas, (ii) pertimbangan efisiensi bagi perusahaan ekspor (eksporter) sehingga beberapa eksporter lebih memilih pelabuhan Tanjung Priok, dan Tanjung Perak dibandingkan dengan pelabuhan utama Makassar maupun Bitung. (iii) Pelabuhan di Pulau Jawa memiliki jaminan kepastian dan kecepatan angkut barang ke luar negeri.

Gambar 3.12: Imbalance Cargo per provinsi di Pulau Sulawesi, 2007-2011

Sumber: BPS- Statistik Indonesia berbagai edisi

Dari empat pelabuhan utama di Indonesia, Pelabuhan Makassar menempati urutan terendah dalam arus bongkar muat barang selama periode 2007-2011. Pelabuhan Tanjung Priok menempati urutan tertinggi dengan kontribusi berkisar antara 65,77 persen hingga 72,76 persen pada periode 2007-2011. Pada periode yang sama, Pelabuhan Makassar hanya berkontribusi pada kisaran 0,24 persen hingga 9,24 persen (2010) atau rata- rata per tahun 2,15 persen. Rendahnya arus barang (bongkar muat) di Pelabuhan Makassar dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain; permintaan barang-barang baik antar pulau maupun luar negeri, efisiensi, sarana dan

prasarana, jaminan kepastian pengangkutan barang, barang yang akan diangkut, dsb. Arus barang cukup bervariasi antara barang yang diangkut dan barang yang dibongkar.

Arus barang yang masuk melalui keempat pelabuhan utama lebih dominan daripada arus barang yang keluar baik antar pulau maupun arus barang dari dan ke luar negeri . Hal ini ditandai oleh rata-rata rasio bongkar barang dari total barang yang masuk melalui pelabuhan empat pelabuhan utama sebesar 0,63 persen, sementara rasio muat barang sebesar 0,37 persen. Posisi rasio bongkar barang yang melalui pelabuhan Makassar sebesar 0,04 persen dari total barang yang masuk dan rasio impor sebesar 0,02 persen. Gambar 3.13 : Arus bongkar muat barang melalui Pelabuhan Makassar terendah dari tiga pelabuhan utama di Indonesia

Sumber: BPS, Statistik Perhubungan, 2011

Mobilitas penduduk melalui pelabuhan di Pulau Sulawesi mengalami peningkatan setiap tahun. Pada tahun 2007, jumlah penumpang baik yang berangkat maupun yang datang sebesar 5,7 juta orang meningkat menjadi 7,3 juta orang pada tahun 2010. Selama 4 tahun, tingkat pertumbuhan jumlah penumpang di Pulau Sulawesi rata-rata 6 persen per tahun. Jumlah penumpang yang berangkat dan datang melalui pelabuhan laut terbanyak di Sulawesi Tenggara meskipun pada tahun 2010 menurun 5,33 persen dari tahun 2009. Kemudian disusul oleh pelabuhan yang ada di Provinsi Sulawesi Selatan dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 7,63 persen per tahun. Tingginya jumlah penumpang melalui pelabuhan laut di Sulawesi Tenggara terutama disebabkan oleh daerah kepulauan sehingga mobilitas penumpang lebih banyak menggunakan transportasi laut.

81

P3KM UNHAS

Gambar 3.14: Jumlah Penumpang melalui pelabuhan laut terbanyak di Sulawesi Tenggara

Sumber: BPS-Daerah Dalam Angka Berbagai Edisi

Proporsi arus petikemas melalui angkutan laut di Pulau Sulawesi terhadap wilayah pelabuhan PT.Pelindo IV sebesar 69,32 persen rata-rata setiap tahun. Lima dari enam provinsi di Pulau Sulawesi merupakan wilayah pengelolaan PT.Pelindo IV yaitu Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Gorontalo, dan Sulawesi Tenggara. Dari kelima provinsi tersebut, Sulawesi Selatan menempati urutan tertinggi. Tingginya arus petikemas di Sulawesi Selatan sebagian besar berasal dari pelabuhan TPK Makassar. Meskipun arus petikemas lebih banyak melalui pelabuhan Makassar, TPK Makassar dan Parepare, namun kontribusinya terhadap wilayah PT.Pelindo IV cenderung menurun dibandingkan dengan tahun 2007 dan 2008. Demikian halnya Sulawesi Utara, meskipun menempati urutan tertinggi kedua, namun kontribusinya terhadap wilayah Pelindo IV pada tahun 2011 mengalami penurunan. Sementara provinsi lainnya seperti Sulawesi Tenggara dan Gorontalo justru cenderung meningkat. Hal ini mengindikasikan ada peningkatan aktivitas ekonomi di Sulawesi Tenggara. Tingginya proporsi arus petikemas di Provinsi Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan disebabkan oleh kehadiran terminal petikemas Makassar dan TPK Bitung.

Gambar 3.15: Proporsi arus petikemas yang dikelola oleh PT.Pelindo dan Proporsi Pulau Sulawesi terhadap Total Arus Petikemas PT.Pelindo IV

Sumber: PT.Pelindo IV; Statistik Perhubungan, 2010

nSarana dan Prasarana Pelabuhan

Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh pelabuhan utama dan pengumpul di Pulau Sulawesi bervariasi dan masih terbatas. Dari 7 jenis fasilitas kepelabuhanan, pelabuhan Makassar dan Parepare di Sulawesi Selatan lebih mendominasi dibandingkan dengan pelabuhan utama lainnya di Pulau Sulawesi kecuali untuk Darmaga.Luas darmaga yang paling luas adalah pelabuhan Manado dan Bitung di Provinsi Sulawesi Utara dengan luas 5270 M2. Kemudian disusul oleh Pelabuhan Makassar dan Parepare sebesar 3130 M2. Sarana dan prasarana yang paling sedikit dimiliki adalah Pelabuhan Kendari Sulawesi Tenggara. Kesemua jenis fasilitas tersebut sangat mempengarui aktivitas angkutan laut baik dari aktivitas kunjungan kapal, aktivitas arus barang maupun mobilitas penduduk dan arus petikemas.

83

P3KM UNHAS

Darmaga (M2) Gudang (M2) Lapangan (M2) Kapal Tunda (Unit) Kapal Pandu (Unit) Pandu (org) CC/LC (Uni) TT/RS/SL (Unit) Terminal Penumpang (M2) Sulawesi Selatan (Makassar, Parepare) 3130 24265 189000 4 3 8 7 14/4/1 5620

Sulawesi Utara (Bitung dan Manado)

5270 20772 98300 2 1 5 3 6/3/1 2650

Sulawesi Tengah (Pantoloan dan Tolitoli)

2540 4756 23214 1 2 2 1 0/1/0 3000 Sulawesi Tenggara (Kendari) 270 1000 11350 3 4 800 Gorontalo 1915 1560 600 500 Total 13125 52353 322464 7 9 19 12570

Tabel 3.7: Sarana dan prasarana beberapa pelabuhan di Pulau Sulawesi, 2011

Sumber: PT.Pelindo IV Makassar

Beberapa fasilitas dan peralatan lainnya yang dapat menunjang aktivitas pelabuhan adalah kedalaman kolam, container yard, container freiht station, refffer plug, container crane, rubber typed grantries, reach stacker, chassis ukuran 20' dan 40', head treak dan forklift. Beberapa pelabuhan yang telah memiliki fasilitas dan peralatan tersebut dengan jumlah yang cukup bervariasi. Untuk peralatan bongkar muat berupa CC/LC dan TT/RS/SL hanya dimiliki oleh pelabuhan utama di wilayah Sulawesi (Makassar, Bitung, dan Pantoloan).

nAnggaran

Realisasi anggaran untuk pengembangan infrastruktur perhubungan laut di Pulau Sulawesi sangat kecil. Realisasi anggaran infrastruktur perhubungan laut di Pulau Sulawesi rata-rata 1,6 triliun per tahun selama periode 2007- 2011 termasuk didalamnya anggaran untuk transportasi laut. Dari jumlah tersebut sebesar 34,82 persen teralokasi di Provinsi Sulawesi Selatan, 24,28 persen teralokasi di Provinsi Sulawesi Utara, dan selebihnya terdistribusi pada keempat provinsi lainnya di Pulau Sulawesi. Pada periode yang sama, proporsi alokasi anggaran Pulau Sulawesi terhadap nasional juga sangat rendah hanya rata-rata 11,15 persen per tahun. Dari keenam provinsi, proporsi alokasi anggaran terbesar terdapat di Sulawesi Selatan dengan rata- rata 3,93 persen dan Sulawesi Utara sebesar 2,74 persen. Kecilnya alokasi anggaran ke Pulau Sulawesi untuk pengembangan Infrastruktur pelabuhan laut sangat mempengaruhi capaian kinerja perhubungan.

Gambar 3.16: Realisasi dan Proporsi Anggaran Perhubungan Pulau Sulawesi terhadap Nasional

Sumber: Kementerian Perhubungan, 2011

3. Masalah dan Tantangan Pembangunan Transportasi Perhubungan

Dalam dokumen Policy Paper Buku BPN UH FINAL (Halaman 96-104)