• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

Bab ini berisi informasi mengenai lokasi penelitian yang mencakup profil desa dan kasepuhan secara geografis, administratif, dan sosial, serta karakteristik reponden yang terdiri dari usia, tingkat pendidikan, dan jumlah anggota rumah tangga. Berikut penjelasan terperinci mengenai gambaran lokasi penelitian dan karakteristik responden.

Profil Desa Sirnaresmi

Desa Sirnaresmi merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Secara administratif, Desa Sirnaresmi berbatasan dengan desa-desa lainnya. Batas wilayah Desa Sirnaresmi dijelaskan dalam poin-poin berikut.

1. Sebelah utara, berbatasan dengan Desa Sirnagalih, Kecamatan Cibeber.

2. Sebelah selatan, berbatasan dengan Desa Sirnarasa, Kecamatan Cikakak dan Desa Cicadas, Kecamatan Cisolok.

3. Sebelah timur, berbatasan dengan Desa Cihamerang, Kecamatan Kalapanunggal.

4. Sebelah barat, berbatasan dengan Desa Cicadas, Kecamatan Cisolok.

Secara geografis, Desa Sirnaresmi terletak pada 6°48 32,3 BT dan 106°29 37 LS dengan ketinggian 600-1200 m dpl. Desa Sirnaresmi memiliki curah hujan yang cukup tinggi, berkisar antara 2120 dan 3250 mm/tahun. Suhu rata-rata pada musim hujan 21-25°C sedangkan pada musim kemarau sekitar 25°C. Wilayah Desa Sirnaresmi yang tercantum dalam Laporan Perkembangan Desa Sirnaresmi tahun 2013 memiliki seluas 4850.7 ha. Wilayah tersebut terbagi atas tanah sawah, tanah kering, tanah perkebunan, tanah fasilitas umum, dan tanah hutan, dengan rincian sebagai berikut.

Tabel 4 Luas Desa Sirnaresmi berdasarkan Penggunaannya Tahun 2013

Wilayah Luas (ha) Persentase

(%)

TANAH SAWAH Sawah setengah irigasi 138 2.84

Sawah tadah hujan 162 3.34

TANAH KERING

Tegal/ladang 380 7.83

Pemukiman 36 0.74

Pekarangan 15 0.31

TANAH PERKEBUNAN Tanah perkebunan perorangan 114 2.35

TANAH FASILITAS UMUM

Sawah desa 0.6 0.01

Lapangan olahraga 2.00 0.04

Perkantoran pemerintah 0.1 0.00

Tempat pemakaman desa/umum 3 0.06

TANAH HUTAN Hutan adat 4000 82.46

Total Luas 4850.7 100

Berdasarkan kepemilikan, lahan di Desa Sirnaresmi yang tergolong lahan milik negara yakni sejumlah 850.7 ha sedangkan milik adat 4 000 ha.Meski demikian, lahan negara seluas 850.7 ha tersebut dilimpahkan penguasaannya pada Desa Sirnaresmi dalam bentuk Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT). Sejumlah 180 ha telah tersertifikasi melalui Proyek Operasi Nasional Agraria (PRONA) pada tahun 2004.

Dijelaskan pula dalam Laporan Perkembangan Desa Sirnaresmi 2013 bahwa seluas 3 200 ha dari 4 000 ha (80 persen) hutan adat berada dalam kondisi baik sedangkan 800 ha sisanya (20 persen) berada dalam kondisi buruk. Pemaparan tersebut merujuk pada pembagian lahan adat berdasarkan fungsinya. Seluas 3 200 ha lahan adat tergolong leuweung tutupan dan leuweung titipan sedangkan sisanya seluas 800 ha tergolong leuweung garapan. Buruknya kondisi hutan dipertegas dengan data mengenai dampak yang timbul dari pengolahan hutan berupa longsor/erosi dan kerusakan biota/plasma nutfah hutan.

Jumlah penduduk Desa Sirnaresmi tahun 2013 adalah 5 375 jiwa dengan komposisi 2 651 orang laki-laki dan 2 724 orang perempuan. Sebagian besar penduduk Desa Sirnaresmi tergolong etnis Sunda. Dari total penduduk, 7 orang beragama Kristen dan selebihnya beragama Islam. Laporan Perkembangan Desa Sirnaresmi Tahun 2013, memuat data jumlah responden berdasarkan tingkat pendidikan namun data tersebut tidak mencakup seluruh penduduk Desa Sirnaresmi. Data yang tersedia hanya mewakili 25 persen penduduk desa. Data mengenai jumlah dan persentase penduduk berdasarkan tingkat pendidikan dan jenis kelamin disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 5 Jumlah dan Persentase 1/4 Penduduk Desa Sirnaresmi berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2013

Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)

Tidak tamat SD 64 4.76 Tamat SD 927 68.97 Tamat SLTP 254 18.90 Tamat SLTA 72 5.36 Tamat D-1 9 0.67 Tamat D-2 9 0.67 Tamat D-3 6 0.45 Tamat S-1 3 0.22 Total 1344 100

Sumber: Laporan Perkembangan Desa Sirnaresmi 2013

Tabel 5 menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk Desa Sirnaresmi hanya dapat menempuh pendidikan hingga tamat SD. Kondisi pendidikan yang demikian disebabkan oleh kesulitan akses penduduk terhadap pendidikan menengah dan tinggi. Jarak SLTP dan SLTA sangat jauh dan harus ditempuh dengan berjalan kaki sehingga sulit diakses oleh masyarakat. Meski demikian, saat ini akses terhadap SLTP dan SLTA lebih mudah dibanding sebelumnya karena sudah ada kendaraan bermotor.

Mata pencaharian penduduk Desa Sirnaresmi cukup beragam namun sebagian besar berprofesi dalam bidang pertanian, terutama tanam padi. Data mengenai jumlah penduduk Desa Sirnaresmi berdasarkan jenis pekerjaan yang telah tercatat pada Laporan Perkembangan Desa Sirnaresmi 2013 hanya menggambarkan sebagian penduduk (42.16 persen). Penjelasan terperinci mengenai jumlah dan persentase sebagian penduduk Desa Sirnaresmi berdasarkan jenis pekerjaan dan jenis kelamin disajikan dalam Tabel 6.

Tabel 6 Jumlah dan Persentase Sebagian Penduduk Desa Sirnaresmi berdasarkan Jenis Pekerjaan Tahun 2013

Jenis Pekerjaan Jumlah (orang) Persentase (%)

Petani 1625 71.71

Buruh tani 380 16.77

Pegawai Negeri Sipil 5 0.22

POLRI 1 0.04

Pengusaha kecil dan

menengah 110 4.85 Dukun kampung terlatih 7 0.31 Guru swasta 18 0.79 Seniman/artis 120 5.30 Total 2266 100

Sumber: Laporan Perkembangan Desa Sirnaresmi 2013

Tabel 6 menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk Desa Sirnaresmi bekerja sebagai petani. Meski demikian, tidak semua keluarga memiliki lahan pertanian sendiri. Keluarga yang memiliki tanah pertanian berjumlah 709 keluarga dengan rincian, 647 keluarga memiliki lahan kurang dari 1 ha, 61 keluarga memiliki lahan seluas 1-5 ha, dan 1 keluarga memiliki lahan pada kisaran 5-10 ha. Sisanya, yakni 678 keluarga tidak memiliki lahan pertanian.

Di Desa Sirnaresmi, sebagian besar penduduk menerapkan sistem adat yang disebut kasepuhan. Terdapat tiga kasepuhan di Desa Sirnaresmi yakni Kasepuhan Sinar Resmi, Cipta Gelar, dan Cipta Mulya. Ketiga kasepuhan tersebut termasuk dalam Kesatuan Adat Banten Kidul. Penelitian ini lebih difokuskan pada masyarakat Kasepuhan Cipta Mulya yang berdomisili di Desa Sirnaresmi.

Profil Kasepuhan Cipta Mulya

Kasepuhan Cipta Mulya merupakan salah satu komunitas adat di Desa Sirnaresmi. Sebenarnya anggota Kasepuhan Cipta Mulya tersebar di beberapa wilayah di Kabupaten Lebak, Bogor, dan Sukabumi namun pusat Kasepuhan Cipta Mulya berada di Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten

Sukabumi. Masyarakat Kasepuhan Cipta Mulya yang berada di dekat pusat pemerintahan desa tersebar di 4 kampung yaitu Mekar Jaya, Cikirai, Cibongbong, dan Cipta Mulya.

Lokasi pusat Kasepuhan Cipta Mulya dekat dengan pusat Kasepuhan Sinar Resmi dan masih tergolong luar kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak sedangkan pusat Kasepuhan Cipta Gelar terletak di dalam kawasan. Meski terletak di luar kawasan, masyarakat Kasepuhan Cipta Mulya yang tinggal di dekat pusat Kasepuhan Cipta Mulya menggantungkan hidup pada hutan adat yang terletak dalam kawasan TNGHS. Jarak yang harus ditempuh masyarakat Kasepuhan Cipta Mulya yang tinggal di sekitar pusat pemerintahan Desa Sirnaresmi untuk mencapai hutan adat cukup jauh yakni sekitar 16 km.

Kasepuhan Cipta Mulya bukan merupakan sebuah kasepuhan yang berdiri sendiri melainkan merupakan pemekaran dari Kasepuhan Sinar Resmi. Kasepuhan ini resmi berdiri pada tahun 2002, dimulai dari diterimanya wangsit oleh Abah Uum. Sepeninggal Abah Uum, Kasepuhan Cipta Mulya dipimpin oleh anaknya, Abah A. E. Suhendri. Berikut struktur kepengurusan Kasepuhan Cipta Mulya.

Sumber: Sekertaris Kasepuhan Cipta Mulya (2013) Tutunggul (Abah) A.E. Suhendri Wijaya

Gandek Uday Pamakayaan Akung Paraji Rukmini Pamoro Jata Dukun Didin Bengkong Oba Penghulu Suprita Kemit Samudi Ngurus Leuit Marja Kebersihan Sata Ema Pangberang Supratmi Tukang Bangunan Juardi Kokolot Lembur Panday Unang Kesenian Usup Tukang Dapur Een Tukang Para Ujadi Canoli Uwan Kokolot Lembur Kokolot Lembur Kokolot Lembur Kokolot

Lembur Kokolot Lembur Kokolot Lembur Kokolot

Lembur Kokolot

Lembur

Incu Putu

Masyarakat Kasepuhan Cipta Mulya memanfaatkan sumber daya alam berupa lahan hutan dan talun (kebun). Lahan hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat merupakan lahan komunal adat yang diwariskan secara turun temurun. Selain lahan adat, ada pula lahan hutan bekas bukaan Perhutani yang dijadikan talun untuk penanaman berbagai komoditas non padi. Lahan bekas bukaan Perum Perhutani juga tergolong lahan komunal karena dimanfaatkan secara bersama-sama oleh masyarakat tanpa hak kepemilikan pribadi.

Lahan komunal adat dapat dimanfaatkan oleh setiap rumah tangga masyarakat Kasepuhan Cipta Mulya yang berdomisili di Desa Sirnaresmi. Setiap rumah tangga memiliki porsi penguasaan lahan yang berbeda-beda. Meski demikian, anggota rumah tangga satu dapat menggarap di lahan yang dikuasai rumah tangga lainnya dengan seizin kepala rumah tangga yang berkuasa atas lahan tersebut. Hasil panen menjadi hak rumah tangga yang menanam. Sistem tersebut juga berlaku dalam pemanfaatan lahan bekas bukaan Perhutani. Perbedaannya yaitu tidak semua rumah tangga memanfaatkan lahan bukaan Perhutani.

Selain lahan komunal, beberapa masyarakat juga memanfaatkan lahan milik pribadi. Lahan milik dapat berada di dalam dan di luar desa. Lahan tersebut merupakan warisan dari orang tua pemilik lahan. Orang tua mewariskan lahan tersebut secara adil untuk dapat dimanfaatkan dalam pemenuhan kebutuhan hidup.

Adat istiadat yang berlaku pada Kasepuhan Cipta Mulya sama dengan kasepuhan lainnya. Masyarakat kasepuhan memiliki pekerjaan utama sebagai petani yang terutama menanam komoditas padi. Setiap kegiatan yang berkaitan dengan padi pasti diawali dengan ritual. Telah terinternalisasi dalam diri masyarakat kasepuhan bahwa padi diibaratkan sebagai perempuan yang harus dijaga kehormatannya. Mereka sangat memuliakan padi sebagai sumber hidup.

Sebelum dapat mulai menanam padi di sawah, pengikut kasepuhan (incu putu) harus menunggu hingga Abah mulai menanam. Incu putu dilarang mendahului Abah dalam penanaman padi namun untuk pemanenan hal tersebut diperbolehkan dengan catatan harus melapor terlebih dulu pada Abah. Penanaman padi baru akan dimulai setelah kemunculan dua bintang, yakni bintang kerti dan kidang.

Masyarakat yang mengikuti tradisi kasepuhan tidak akan menjual hasil panen berupa padi karena hal tersebut dilarang oleh adat. Hasil panen yang didapat dimasukkan ke dalam leuit kasepuhan dan leuit di masing-masing rumah tangga. Leuit merupakan tempat penyimpanan padi (lumbung) bagi masyarakat kasepuhan. Setiap rumah masyarakat kasepuhan harus memiliki minimal satu leuit. Padi-padi tersebut disimpan dalam bentuk ikatan (pocong).

Karakteristik Responden Usia Responden

Responden penelitian di Kasepuhan Cipta Mulya adalah kepala rumah tangga yang berusia di atas 30. Kategori usia responden dibagi menjadi tiga: 1) dewasa awal (21-40 tahun), 2) dewasa akhir (41-60 tahun), dan 3) tua (60 tahun

ke atas). Jumlah dan persentse responden berdasarkan usia disajikan dalam Tabel 7.

Tabel 7 Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Kategori Usia Tahun 2013

Kategori Usia Jumlah (orang) Persentase (%)

Dewasa awal (21-40 tahun) 12 40

Dewasa akhir (41-60 tahun) 11 36.67

Tua (lebih dari 60 tahun) 7 23.33

Total 30 100

Data pada Tabel 7 menunjukkan bahwa sebagian besar responden (40 persen) termasuk dalam kategori usia dewasa awal. Sebesar 36.67 persen responden termasuk dalam kategori usia dewasa akhir dan 23.33 persen termasuk kategori tua.

Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan dibagi menjadi 3 kategori: 1) rendah (tidak sekolah dan tidak lulus SD) 2) sedang (lulus SD hingga SMP 3) tinggi (SMA danperguruan tinggi). Berikut tabel jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan.

Tabel 8 Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Kategori Tingkat Pendidikan Tahun 2013

Kategori Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%) Rendah (tidak sekolah dan

tidak lulus SD) 5 16.67

Sedang (lulus SD - SMP) 24 80

Tinggi (SMA – perguruan

tinggi) 1 3.33

Total 30 100

Sebagian besar responden menempuh pendidikan hingga tamat SD. Sebagian lainnya tidak bersekolah dan ada yang menempuh pendidikan menengah.

Seperti pada data Desa Sirnaresmi, kendala dalam melanjutkan pendidikan adalah jarak tempuh dari rumah ke sekolah menengah. Selain itu, masalah biaya juga menjadi penghambat bagi masyarakat sehingga tidak melanjutkan atau bahkan tidak menempuh pendidikan sama sekali.

Total Anggota Rumah Tangga

Rumah tangga responden beranggotakan 2 hingga 6 orang. Jumlah dan persentase rumah tangga responden berdasarkan total anggota rumah tangga disajikan dalam Tabel 9.

Tabel 9 Jumlah dan Persentase Rumah Tangga Responden berdasarkan Total Anggota Rumah Tangga Tahun 2013

Total Anggota Rumah

Tangga (orang) Jumlah (rumah tangga) Persentase (%)

2 4 13.33 3 15 50 4 4 13.33 5 6 20 6 1 3.33 Total 30 100

Tabel 9 menunjukkan bahwa 50 persen rumah tangga responden beranggotakan tiga orang. Sebesar 20 persen rumah tangga responden beranggotakan lima orang. Masing-masing sebesar 13.33 persen rumah tangga responden beranggotakan dua dan empat orang. Hanya 3.33 persen rumah tangga responden yang beranggotakan enam orang.

Status Kepemilikan Lahan Garapan

Masyarakat Kasepuhan Cipta Mulya memanfaatkan lahan garapan dengan status kepemilikan yang berbeda-beda. Jumlah dan persentase responden berdasarkan status kepemilikan lahan garapan disajikan dalam Tabel 10.

Tabel 10 Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Status Kepemilikan Lahan Garapan Tahun 2013

No. Status Kepemilikan Lahan

Garapan Jumlah (orang) Persentase (%)

1. Lahan komunal (adat) 14 46.67

2. Lahan komunal (adat dan

bukaan perum perhutani) 3 10 3. Lahan komunal (adat) dan lahan

milik pribadi 7 23.33

4. Lahan komunal (adat dan bukaan Perum Perhutani), lahan milik pribadi

6 20

Tabel 10 menunjukkan bahwa sebagian besar responden (46.67 persen) bergantung penuh pada lahan adat untuk memenuhi kebutuhan hidup. Selain lahan adat, sejumlah 23.33 persen responden turut memanfaatkan lahan pribadi sebagai sumber nafkah. Sebesar 20 persen responden memanfaatkan ketiga sumber nafkah dan 10 persen hanya bergantung pada lahan komunal, baik lahan adat maupun bukaan Perum Perhutani.

PERUBAHAN AKSES MASYARAKAT KASEPUHAN CIPTA