• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Umum PT Perkebunan Nusantara V

PT. Perkebunan Nusantara V Pekanbaru, Riau, pada awalnya perusahaan BUMN Perkebunan pengembangan PTP II, PTP IV, PTP V di Provinsi Riau yang mengelola budi daya sawit, karet, kakao dan sejak tahun 2001 hanya berkonsentrasi pada budi daya sawit dan karet. Secara efektif mulai beroperasi pada tanggal 9 April 1996 dengan kantor pusat terletak dikawasan jalan Rambutan No. 43 Pekanbaru. Landasan hukum Perusahaan ditetapkan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 10 tahun 1996 tanggal 14 Februari 1996 tentang “Penyetoran Modal Negara Republik Indonesia untuk Pendirian Perusahaan Perseroan (Persero) PTP N V”. Anggaran Dasar Perusahaan di buat di depan Notaris Harun Kamil, SH Melalui Akte No. 38 tanggal 11 Maret 1996 dan disahkan melalui Keputusan Menteri Kehakiman RI No. C28333.HT.01.01 Tahun 1996 tanggal 8 Agustus 1996, serta telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 80 tanggal 4 Oktober 1996, dan tambahan Berita Negara RI Nomor 8565/1996. Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami perubahan, terakhir dengan Akte Notaris Sri Rahayu Hadi Prasetyo,SH No. 01/2002 tanggal 1 Oktober 2002, dan telah diumumkan dalam Berita Acara RI Nomor 75 tanggal 19 September 2003 dan tambahan Berita Negara RI Nomor 8785/2003. Modal perusahaan ditetapkan dengan surat Keputusan Menteri Keuangan No. 191/KMK.016/1996 tanggal 11 Maret 1996.

Tujuan didirikannya PT Perkebunan Nusantara V adalah ikut melaksanakan dan menjunjung kebijaksanaan dan program pemerintah dibidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya, serta pembangunan di bidang sub sektor pertanian pada khususnya, dengan menerapkan prinsip-prinsip persero terbatas. Visi dan Misi PT Perkebunan Nusantara V (Persero) Pekanbaru: menjadikan perusahaan perkebunan yang tangguh, mampu tumbuh dan berkembang dalam persaingan global, sedangkan visi perusahaan menjadi perusahaan yang tangguh mampu tumbuh dan berkembang dalam persaingan global. Penjelasan secara detail visi perusahaan diuraikan dibawah ini:

1. Perusahaan perkebunan dengan bisnis utama perusahaan adalah industri perkebunan

2. Tangguh, Tidak goyah dan tidak kehilangan arah dalam kondisi adanya tekanan atau goncangan, baik dari luar maupun dari dalam karena mempunyai sifat kelenturan (fleksibel) dan daya adaptasi yang tinggi. Tangguh dalam arti mempunyai kekuatan dalam persaingan yang tajam 3. Tumbuh, bertambah ukuran baik vertikal dan horizontal. Pertumbuhan yang

berkonsentrasi secara horizontal adalah memperluas segmen pasar, mengurangi potesi persaingan dan memperbesar skala ekonomi.

4. Berkembang, perusahaan akan mengembangkan bisnis yang selama ini disediakan perusahaan lain, baik yang disediakan pemasok maupun distributor. Hal ini dilakukan dengan cara mendirikan anak perusahaan yang baru untuk pemasok bahan baku dan bahan setengah jadi untuk kebutuhan produk maupun jasa. Perusahaan juga berkosentrasi untuk berkembang melalui akuisisi, merger,joint venture atau membeli perusahaan lain yang

bertujuan untuk memasok kebutuhan barang bisnis pelanggan. Selain itu, perusahaan berupaya untuk berkembang melalui diversifikasi atau penambahan produk atau divisi baru yang berbeda dengan produk atau divisi yang telah ada dengan tujuan untuk menjaga pangsa pasar, mengurangi persaingan, menekan biaya dan meningkatkan keuntungan. 5. Persaingan global, perusahaan akan berupaya secara terus menerus

meningkatkan kapabilitasnya agar dapat tumbuh dan berkembang dalam persaingan di era globalisasi. Perusahaan harus mempunyai kekuatan dalam hal produk, kemampuan pasar, keuangan dan manajemen.

Mekanisme Penyaluran Kredit Program Kemitraan dan Bina Lingkungan PTPN V Kepada Petani Patin

PT Perkebunan Nusantara V adalah Badan Usaha Milik Negara yang diharapkan akan menjadi motivator dalam rangka mendorong tumbuhnya perekonomian masyarakat disekitarnya. Oleh karenanya dalam rangka mewujudkan tercapainya pemerataan pembangunan, maka PT Perkebunan Nusantara V membentuk unit Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi (PUKK) yang sekarang diganti dengan nama Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) dalam rangka melaksanakan Keputusan Menteri Keuangan No:1232/KMK.013/1989. Pada saat itu program ini dikenal dengan nama Program Pegelkop (pembinaan pengusaha golongan ekonomi lemah dan koperasi) dan pada tahun 1994 dengan terbitnya Keputusan Menteri Keuangan No:316/KMK.016/1994 nama program diganti menjadi program PUKK (Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi). Seiring perkembangan kegiatan ekonomi masyarakat yang sangat pesat dan dinamis, peraturan-peraturan tersebut beberapa kali mengalami perubahan, melalui Peraturan Menteri Negara BUMN No: Per- 05/MBU/2007 nama program diganti menjadi Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (disingkat PKBL). Sesuai dengan peraturan menteri BUMN pada tahun 2007 PTPN V mengalokasikan dana maksimum 2 persen dari laba bersih perusahaan tahun sebelumnya untuk melaksanakan Program Kemitraan (PK).

Program kemitraan adalah program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana BUMN, sedangkan program bina lingkungan adalah program pemberdayaan kondisi sosial masyarakat. Pola penyaluran kredit program kemitraan dari PTPN V adalah executing, dimana PTPN V menyalurkan dana kredit melalui bagian PKBL kemudian bagian PKBL menyalurkan kredit kepada pelaku usaha kecil menengah yang belum bankable. Pada aktivitas penyaluran kredit, bagian PKBL sesuai

dengan peraturan menteri BUMN 2007 menetapkan suku bunga kredit 6 persen pertahun selama 3 tahun. Adapun mekanisme penyaluran kredit PKBL dari PTPN V pada petani patin meliputi hal-hal sebagai berikut (Lampiran 1):

Pengajuan Proposal Kredit

Aktivitas penyaluran kredit PKBL diawali dari langkah bagian PKBL melakukan sosialisasi kepada calon debitur (petani patin). Hal ini dimaksudkan untuk memberikan pemahaman yang baik mengenai pelayanan kredit yang diberikan oleh PTPN V. Bila produk kredit dikehendaki, maka petani diwajibkan

mengajukan surat pengajuan kredit dalam bentuk aplikasi kredit. Umumnya aplikasi kredit memberitahukan tentang latar belakang, maksud dan tujuan melayangkan permohonan kredit, besaran kredit yang dikehendaki dan kondisi usaha untuk menyakinkan pihak bagian PKBL dari PTPN V merealisasikan kredit kepada debitur. Selanjutnya petani patin di Kecamatan Kampar juga diwajibkan melengkapi beberapa dokumen persyaratan antara lain:

1. Profil dan kondisi usaha yang dikelola pada saat pengajuan pinjaman termasuk yang menyebabkan permohonan meminjam dana

2. Bersedia membuat surat pernyataan, bahwa pemohon belum pernah dan tidak sedang dalam pembinaan BUMN yang lain.

3. Fotocpoy KTP dan kartu keluarga (KK) yang dimiliki dan masih berlaku serta pas photo 3x4 lembar sebanyak dua lembar

4. Surat izin usaha atau kelompok usaha dari RT/RW dan desa bahwa petani pembudidaya pembesaran patin benar memiliki usaha dan bertempat tinggal tetap

5. Riwayat hidup/biodata pemohon atau pihak yang bertanggung jawab dalam pembudidayaan pembesaran ikan patin

6. Daftar peralatan operasional untuk budidaya patin

7. Fotocopy data jaminan, calon debitur dapat memilih menyerahkan data jaminan sebagai berikut:

a) Sertifikat tanah: fotocopy sertifikat dan PBB (tahun terakhir)

b) Akte jual beli: fotocopy akta jual beli (AJB) dan PBB (tahun terakhir) c) Girik: fotocopy girik dan surat keterangan tidak sengketa dari

kelurahan

Jika kelengkapan dokumen telah dipenuhi oleh calon debitur, maka pihak PTPN V yang diwakili bagian PKBL akan melanjutkan ke tahap selanjutnya. Apabila kelengkapan yang diberikan mengenai proposal kredit kurang, maka debitur diberikan waktu untuk segera mungkin melengkapi kekurangan pada proposal kredit yang diajukan.

Penilaian terhadap Petani Patin

Pada tahap ini akan dilakukan survei keberadaan calon debitur berdasarkan dokumen yang diterima dari calon debitur. Hal ini dimaksud untuk melihat fakta yang dimiliki calon debitur, apakah sesuai dengan informasi yang diberikan calon debitur. Setelah dokumen dilengkapi oleh calon debitur, maka bagian PKBL dari PTPN V akan melakukan analisis kelayakan usaha dengan melakukan survei langsung pada calon debitur meliputi:

1. Penilaian karakteristik calon debitur melalui wawancara langsung mengenai data aplikasi kredit yang diajukan

2. Penilaian aktivitas usaha yang dijalankan calon debitur yang tertera pada aplikasi kredit yang diajukan oleh calon debitur

3. Penilaian data jaminan yang diberikan oleh calon debitur. Pihak PTPNV dalam melaksanakan penilaian data jaminan

Aktifitas analisis kelayakan usaha dimaksudkan agar pihak PTPN V dapat menganalisis kelayakan usaha dan keuntungan calon debitur. Kemudian pihak bagian PKBL PTPN V membuat sebuah memo yang berisikan laporan ringkas mengenai hasil survei. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah pihak PTPN V untuk menilai kondisi calon debitur dan usaha yang dijalankannya.

Analisis Kredit Usaha

Pada tahap ini PTPN V yang diwakili oleh bagian PKBL akan melakukan analisis yuridis dan analisis taksasi terhadap petani patin. Analisis yuridis dimaksudkan sebagai penilaian PTPN V agar mengetahui subyek dan obyek hukum petani patin, sedangkan analisis taksasi merupakan penilaian PTPN V atas dasar jaminan ataun anggunan yang diberikan petani patin terhadap harga pasar yang berlaku. Kemudian dari hasil analisis ini maka akan dibuatkan proposal pengajuan kredit. Proposal pengajuan kredit meliputi kondisi petani patin, tujuan penggunaan kredit yang diajukan dan jumlah kredit yang dibutuhkan. Hasil proposal pengajuan kredit akan diajukan kepada manajer bagian PKBL PTPN V melalui komite kredit. Hal ini dimaksud agar pihak lapangan dapat melaporkan mengenai kelayakan petani. Apabila hasil dari komite menyatakan petani patin dianggap layak menerima kredit, maka pihak bagian program kemitraaan akan segera mempersiapkan surat pemberitahuan penawaran kredit (SPPK).

SPPK mencakup jumlah kredit yang akan diterima, jangka waktu kredit dan biaya-biaya administrasi yang akan dikenakan kepada petani. Kemudian draf SPPK. Kemudian draf SPPK akan diberikan kepada bagian program kemitraan untuk dilakukan verifikasi dan melanjutkan pada taha selanjutnya. Bila petani dinyatakan tidak layak menerima kredit namum masih dapat diperhitungkan kembali untuk diberikan kredit, maka pengurus bidang menyarankan pihak lapangan mengajukan revisi terhadap proposal kredit tersebut dimana melakukan kembali pada tahap awal pengajuan kredit. Namun bila petani dinyatakan tidak layak dan tidak diperhitungkan untuk menerima kredit maka pengurus program kemitraan menyarankan segera memberhentikan pengajuan kredit tersebut.

Akad Kredit dan Realisasi Pemberian Kredit

Tahap ini merupakan tahap akhir dalam penyaluran kredit, pengurus bagian program kemitraan akan mempersiapkan surat akad kredit dan segera menghubungi petani untuk mengatur waktu melakukan akad kredit. Adapun proses pengikatan perjanjian kredit meliputi:

1. Internal (pihak program kemitraaan dengan petani patin di Kecamatan Kampar)

2. Eksternal, pihak program kemitraan meminta surat perjanjian pengikatan pada notaris

Setelah petani patin selesai menandatangani semua pengikatan perjanjian (Lampiran 2) dan dokumen pendukung, maka petani segera ditetapkan secara resmi sebagai debitur program kemitaan PTPN V. Pihak PTPN V segera mencairkan sejumlah dana yang disepakati pada perjanjian kredit melalui bank Mandiri.

Potensi Budidaya Ikan Patin di Kabupaten Kampar

Kampar merupakan Kabupaten di provinsi Riau yang memiliki potensi perikanan budidaya air tawar yang sangat besar. Di Kabupaten Kampar terdapat lahan untuk budidaya perikanan terutama perikanan air tawar seluas ± 6 521.30 Ha, yang terdiri dari budidaya kolam 6 111.30 Ha, danau atau waduk dengan

menggunakan keramba jaring apung (KJA) 275 Ha dan budidaya sungai menggunakan keramba seluas 135 Ha. Dari total potensi lahan tersebut, sekitar 700.03 Ha atau 11.46 persen yang dimanfaatkan untuk budidaya kolam dan sekitar 35.75 Ha atau 8.72 persen yang dikembangkan dalam bentuk KJA dan keramba.

Dengan potensi yang dimiliki oleh Kabupaten Kampar melalui sungai Kampar, waduk buatannya dan beberapa daerah yang cocok untuk pengembangan budidaya ikan air tawar maka Kabupaten ini menjadi urat nadi pengembangan budidaya air tawar provinsi Riau dan Kabupaten Kampar telah dijadikan sebagai Kabupaten minapolitan perikanan budidaya. Pada tahun 2013 volume produksi ikan sebesar 49 831.14 ton dan 15 504.36 ton ( 31.11 persen) diantaranya adalah ikan patin dengan produksi terbesar di Kecamatan Kampar (Dinas Perikanan Kabupaten Kampar 2013). Secara rinci produksi budidaya perikanan menurut Kecamatan dan jenis ikan dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Produksi budidaya perikanan menurut kecamatan dan jenis ikan tahun 2013 (TON)

Kecamatan Patin Mas Nila Lele Jelawat

XIII Koto Kampar 4 679 .42 12 561 .41 305 .11 902 .99 244 .9

Koto Kampar Hulu 2 .13 0 0 104 .49 0

Kuok 2 269 .04 11 155 .77 458 .37 350 .41 333 .13 Salo 981 .63 91 .97 66 .04 165 .44 1 .4 Bangkinang 877 .11 5 .72 18 .9 1 .79 0 Bangkinang Seberang 591 .33 0 1 .19 592 .52 0 Kampar 4 830 .46 1 403 .33 280 .89 534 .16 1 163 .09 Kampar Utara 229 .2 24 .94 35 .38 223 .99 3 .02 Rumbio Jaya 59 .64 14 .65 24 .41 89 .47 9 .76 Kampar Timur 379 .97 29 .67 47 .82 4 .56 10 .54 Tambang 66 .44 85 .66 18 .57 153 .43 3 .33 Siak Hulu 146 .9 64 .24 10 .12 290 .93 17 .63 Perhentian Raja 4 .12 7 .63 4 .08 78 .28 0 .37 Kampar Kiri 297 .32 14 .66 108 .54 1 596 .43 7 .02

Kampar Kiri Tengah 16 .23 0 0 65 .86 0

Gunung Sahilan 22 .55 0 0 140 .85 0

Kampar Kiri Hulu 2 .6 0 0 23 .36 0

Tapung 4 .96 0 0 118 .99 0

Tapung Hulu 19 .28 0 0 35 .8 0

Tapung Hilir 5 .69 0 0 51 .22 0

Jumlah 15 504 .36 25 459 .65 1 382 .93 5 690 .01 1 794 .19

Gambaran Umum Daerah Contoh

Kecamatan Kampar merupakan kecamatan contoh yang diambil dalam penelitian ini, hal ini mengingat di Kecamatan Kampar tersebut masih terdapat kegiatan perguliran kredit PKBL dari PT Perkebunan Nusantara V (PTPN V). Adapun batas-batasan Kecamatan Kampar yaitu, sebelah utara dengan Kecamatan Kampar Utara dan Rumbio Jaya, batas sebelah selatan dengan Kecamatan Kampar Gunung Sahilan, Kuok dan Salo, sebelah barat dengan kecamatan Bangkinang dan sebelah timur dengan Kecamatan Timur.

Wilayah Kecamatan Kampar memiliki 17 desa dan 1 kelurahan dengan luas wilayah 10 940.49 hektar dan jumlah penduduk 44 546 jiwa. Jumlah penduduk di Kecamatan Kampar sebanyak 44 546 jiwa yang terdiri dari jenis kelamin laki-laki 22 340 jiwa dan perempuan sebanyak 22 206 jiwa. Lahan Kecamatan Kampar sebagian besar digunakan untuk lahan pertanian dimana lahan tersebut terbagi menjadi tanah sawah 1636 ha, tanah kering (lahan perkebunan) 4694.1 ha dan tanah perkarangan 4610 ha yang dijadikan juga sebagai lahan untuk membudidayakan ikan air tawar yang mayoritas di budidayakan ikan patin. Data dan wilayah secara rinci dapat dilihat pada Tabel 7:

Tabel 7 Data jumlah penduduk dan luas desa atau kelurahan di Kecamatan Kampar Tahun 2012

No Desa/Kelurahan Laki- Penduduk Luas (Ha)

laki Perempuan Tanah Sawah Tanah Kering Perkarangan

1 Air Tiris 2 816 2 789 132 175 249 2 Batu Belah 2 154 2 190 61.5 325 2 770 3 Tanjung Rambutan 1 051 996 40 500 125 4 Simpang Kubu 1 137 1 083 70 600 105 5 Tanjung Berulak 906 907 141.7 26 360 6 Limau Manis 815 828 82.8 0 126 7 Naumbai 824 826 95.5 0 113 8 Ranah Baru 584 585 7.23 0 38.32 9 Bukit Ranah 1 067 1 074 11.08 0 58.32 10 Ranah 1 524 1 538 30.02 0 159.06 11 RanahSingkuang 471 490 37.17 129.81 26.43 12 Penyasawan 2 430 2 360 210.87 738.4 149.02 13 Pulau Jambu 937 894 0 72.6 14 14 Pulau Sarak 499 497 57.46 324.07 18.51 15 Rumbio 2 004 1 997 208 1 173.00 67 16 Padang Mutung 867 901 247.7 200 78.78 17 Pulau Tinggi 789 749 102.97 142.45 52.95 18 Koto Tibun 1 465 102 100 287.77 100 Jumlah 22 340 22 206 1 636 4 694.1 4 610.39

Dokumen terkait