• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kampar, Kabupaten Kampar Provinsi Riau. Pemilihan Kecamatan Kampar dilakukan secara sengaja (purposive method), atas dasar pertimbangan bahwa daerah ini daerah yang petani budidaya

ikan patinnya menerima kredit dari program PKBL (PTPN V) dan merupakan sentra produksi ikan patin di Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Kegiatan yang berlangsung meliputi pengumpulan data untuk keperluan pengolah data. Pengambilan data dilaksanakan selama 2 bulan (juni-juli 2014).

Sumber dan Jenis Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari survei langsung ke lapangan baik melalui wawancara langsung maupun pengamatan langsung ke petani budidaya ikan patin (petani yang mendapatkan kredit PKBL dan petani yang tidak mendapatkan kredit). Teknik wawancara dilakukan dengan pengisian kuesioner yang telah dipersiapakan sebelumnya. Data primer yang dikumpulkan mencakup keadaan sosial ekonomi dan dampak dari program ke petani budidaya ikan patin. Data primer berupa keadaan sosial-ekonomi petani meliputi usia, pendidikan formal, pengalaman dan lainya. Data-data ini digunakan untuk mendapatkan gambaran umum mengenai petani budidaya pembesaran ikan patin yang dibantu. Data sekunder berupa data nilai jumlah pembiayaan yang diterima petani budidaya ikan patin mulai tahun 2009. Data di peroleh dari PTPN V, BPS daerah, Disperindag kota serta pustaka yang mendukung penelitian ini.

Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai seting, sumber dan berbagai cara. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara langsung kepada responden dengan menggunakan alat bantu kuesioner. Kuesioner tersebut berisi pertanyaan- pertanyaan yang ditujukan kepada responden dengan harapan dapat memperoleh informasi-informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Untuk menjawab tujuan pertama, pemilihan sampel atau responden dalam penelitian ini dilakukan secara purposive sampling (secara sengaja), sedangkan penentuan lokasi dan

komoditi dilakukan secara cluster dimana petani pembesaran ikan patin yang

memperoleh dana kredit program PKBL di Kecamatan Kampar ada 31 responden yang terdapat di dua desa yaitu: Desa Penyasawan dan Desa Padang Mutung.

Menjawab tujuan penelitian ketiga dipilih sampel atau responden petani pembesaran patin terdiri atas dua group, yakni petani yang menerima dana kredit program PKBL (tahun 2009) sebanyak 31 responden, selanjutnya disebut petani penerima kredit dan petani yang tidak menerima dana program kredit PKBL

sebagai petani pembanding sebanyak 31 responden yang selanjutnya disebut petanin non penerima dana kredit PKBL. Pemilihan responden petani non penerima dana kredit dilakukan secara snowball sampling atas pertimbangan

bahwa: (1) tidak menerima dana kredit manapun minimal selama 5 tahun, (2)memiliki atau mengusahakan pemebesaran patin dengan luas kolam minimal 100 m3, (3) sudah menjalankan usaha pembesaran patin minimal 2 tahun.

Analisis Pengolahan Data

Analisis secara deskriptif dilakukan untuk menjelaskan gambaran umum usaha budidaya ikan patin dilokasi dan implementasi kinerja program kredit PKBL menggunakan metode skoring. Sementara itu, faktor–faktor yang mempengaruhi pendapatan dianalisis menggunakan analisis regresi berganda, sedangkan untuk perbandingan tingkat pendapatan petani budidaya ikan patin penerima dan non penerima kredit program PKBL menggunakan uji t. Pengolahan data dilakukan menggunakan alat bantu Microsoft Excel, SPSS

(Statistical Package for Sosial Sciense).

Metode Skoring untuk Penentuan Kinerja

Dalam menjawab tujuan pertama, dilakukan penilaian atau skoring terhadap kinerja program PKBL dari PTPN V. Penilaian kinerja dilihat dari indikator kinerja yang diberi kriteria-kriteria seperti terlihat pada Tabel 4.

Penilaian kinerja program kredit PKBL dilaksanankan dengan memperhatikan secara serempak tiga buah konsep yang saling berkaitan: (1) kinerja diukur berdasarkan pengurusan sumber daya (stewardship) dan kepatuhan

terhadap standar terhadap alokasi input (2) kinerja diukur berdasarkan pada Tabel 4 Aspek kinerja input, proses, output, outcome, untuk mengukur kinerja

program kredit PKBL Indikator

Kinerja Kriteria

Input Jumlah nilai kredit PKBL, varietas ikan yang digunakan setelah mendapatkan kredit, mengikuti pelatihan, bantuan selain dana kredit, aparat atau kelembagaan yang terlibat pelatihan.

Proses Identifikasi penentuan kebutuhan, sosialisasi program, yang terlibat sosialisasi, yang terlibat penentuan penerima, kesesuaian program jenis bantuan dengan kebutuhan petani, proses pengajuan program, jumlah bantuan kredit, jaminan untuk mendapatkan bantuan, pendampingan dari petugas, materi pendampingan.

Output Jumlah petani budidaya ikan patin yang menerima kredit, produksi ikan patin, jumlah unit usaha budidaya ikan patin, peningkatan kelembagaan perikanan, pemanfaatan dana kredit.

Outcome Peningkatan pendapatan dari usaha budidaya ikan patin, jumlah

rumah tangga petani budidaya ikan patin, konsumsi protein hewan, menumbuhkan usaha dibidang perikanan dan meningkatkan pengetahuan serta keterampilan

barang atau jasa yang dihasilkan dan menekankan hubungan antara input dan output (berdasarkan proses), (3) kinerja yang didasarkan pada tujuan yang ingin dicapai, dengan kata lain pengukuran berfokus kepada output dan outcome

(Strees dalam Sutrisno 2011, Rai Agung G 2010, LGSP. 2009). Konsep kinerja tersebut dijadikan sebagai instrumen dalam penggalian data-data yang dibutuhkan dalam penelitian. Selanjutnya konsep kinerja tersebut diberikan indikator/panduan dalam penggalian data-data yang dibutuhkan dalam penelitian yang dituangkan dalam kuesioner.

Keseluruhan indikator dianalisis menggunakan sistem pemberian skor penilaian yang kemudian diuraikan secara deskriptif. Penentuan skor dinilai oleh peneliti dengan membandingkan adanya kesesuaian antara kondisi yang terjadi (eksisting) dengan yang seharusnya (harapan) dengan melihat pedoman cara

budidaya ikan yang baik (CBIB) dari Dinas Perikanan Kabupaten Kampar dan surat perjanjian antara petani budidaya ikan patin dengan PTPN V. Skor minimum setiap indikator kinerja adalah satu, sedangkan skor maksimum diperolah dari total nilai ideal yang mungkin diperoleh dari kriteria yang telah disepakati yaitu empat. Hasil pemberian skor tersebut kemudian dihitung nilai rata-ratanya sehingga diperoleh skor masing-masing kriteria. Kalkulasi dilakukan untuk setiap aspek kinerja. Penilaian setiap aspek kinerja menggunakan kategori tidak efektif, kurang efektif, efektif dan sangat efektif. Skor kategori dikelompokkan menurut distribusi normal. Berdasarkan perolehan skor responden, selanjutnya ditentukan skala atau selang untuk menentukan kinerja program. Selang diperoleh dari selisih total skor maksimum setiap aspek dengan total skor minimum, kemudian dibagi jumlah kategori jawaban, rumusnya sebagai berikut (Umar 2005).

Selang = nilai maksimum – nilai minimum Jumlah kategori jawaban

Berdasarkan perhitungan persamaan tersebut, maka diperoleh rentang skala tiap kategori penilaian. Skala rentang penilaian yang diperoleh dapat dilihat pada tabel 5 berikut ini:

Tabel 5 Skor penilaian untuk setiap aspek kinerja Indikator

Kinerja Maksimum Skor

Skor Kategori Tidak

efektif Kurang efektif Efektif Sangat efektif Input 20 5-8.75 8.8-12.5 12.6-16.25 16.3-20

Proses 40 10-17.5 17.6-25 26-32.5 33-40

Output 20 5-8.75 8.8-12.5 12.6-16.25 16.3-20 Outcome 20 5-8.75 8.8-12.5 12.6-16.25 16.3-20 Analisis Pendapatan Budidaya Pembesaran Ikan Patin

Penerimaan budidaya pembesaran ikan patin merupakan nilai produksi yang diperoleh dari nilai produk total dikali dengan harga jual di tingkat petani. Jumlah total disini menggambarkan hasil penjualan produk (ikan patin) yang dijual dengan hasil penjualan produk sampingan (pelet ikan). Pengeluaran atau biaya usaha budidaya pembesaran ikan patin adalah nilai penggunaan sarana produksi

dan lain-lain yang mungkin diperoleh dengan membeli, sehingga pengeluaran atau biayanya berbentuk tunai tetapi ada pula sarana produksi yang digunakan itu berasal dari hasil usaha sendiri, sehingga pada keadaan demikian pengeluaran atau biaya itu merupakan nilai yang diperhitungkan. Biaya tunai merupakan pengeluaran tunai usaha budidaya pembesaran ikan patin yang dilakukan petani sendiri. Pengeluaran tunai ini secara umum meliputi biaya tetap (fixed cost) dan

biaya variabel (variabel cost).

Biaya tetap adalah biaya untuk sarana produksi yang dipakai proses produksi yang tidak langsung mempengaruhi jumlah produksi dan sifat penggunaanya tidak habis terpakai dalam satu kali proses produksi. Biaya variabel adalah biaya untuk sarana produksi yang dipakai dalam proses produksi yang langsung mempengaruhi jumlah produksi dan sifat penggunaannya habis terpakai dalam satu kali proses produksi. Pendapatan usaha budidaya pembesaran ikan patin didapatkan dengan menghitung selisih antara penerimaan dan semua biaya selama proses produksi. Secara matematis pendapatan usahatani dapat dirumuskan sebagai berikut: Pd = TR – TC TR = Y. Py TC = FC + VC dimana: Pd : Pendapatan usahatani

TR : Total penerimaan (total revenue)

TC : Total biaya (total cost)

FC : Biaya tetap (fixed cost)

VC : Biaya variabel (variable cost)

Y : Produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani

Py : Harga

Analisis Rasio Penerimaan atas Biaya (R/C)

Analisis rasio penerimaan atas biaya (R/C) merupakan salah satu cara untuk mengetahui perbandingan antara penerimaan dan biaya yang dikeluarkan. Rasio penerimaan atas biaya mencerminkan seberapa besar pendapatan yang diperoleh setiap satu satuan biaya yang dikeluarkan dalam usaha budidaya pembesaran ikan patin. Suatu usaha dikatakan layak jika nilai R/C lebih besar dari 1 (R/C>1). Semakin tinggi nilai R/C rasio maka tingkat keuntungan suatu usaha akan semakin tinggi. Secara matematis analisis rasio penerimaan atas biaya dapat dirumuskan sebagai berikut:

R C= Total penerimaan (TR) Total biaya (TC) = P∗Y TFC + TVC

Kriteria penilaian dari hasil perhitungan R/C untuk usaha budidaya pembesaran ikan patin yaitu:

a. Apabilai nilai R/C > 1, maka usaha tersebut dikatakan menguntungkan karena setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan lebih besar dari satu rupiah.

b. Apabilai nilai R/C = 1, maka usaha tersebut dikatakan impas karena setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan sebesar satu rupiah juga.

c. Apabilai nilai R/C < 1, maka usaha tersebut dikatakan merugi karena setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan lebih kecil dari satu rupiah.

Mengukur Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Budidaya Ikan Patin

Menjawab permasalahan kedua yaitu, faktor–faktor yang mempengaruhi terhadap pendapatan petani budidaya ikan patin maka data dan informasi yang di peroleh selajutnya dianalisis menggunakan perhitungan statistik yaitu: regresi linear berganda, uji T dan uji F yang diolah menggunakan program komputer SPSS (Statistical Package For Social Science). Regresi linear berganda adalah

suatu alat analisis peramalan nilai pengaruh dua variabel bebas atau lebih terhadap variabel terikat untuk membuktikan ada atau tidaknya hubungan fungsi atau hubungan kausal dua variabel atau lebih dengan satu variabel terikat.Bentuk regresi linear berganda pada faktor–faktor yang mempengaruhi pendapatan petani budidaya ikan patin Kabupaten Kampar adalah:

Y = bo+b1X1+b2X2+b3X3+b4X4+b5X5+b6X6 + D7X7e

Jika data hasil penelitian tidak menyebar normal maka data sebaiknya ditansformasikan terlebih dahulu, transformasi data perlu dilakukan agar data mengikuti sebaran normal. Transformasi dilakukan dengan mengubah data ke dalam bentuk logaritma natural, sehingga fungsi tersebut ditransformasikan ke dalam bentuk model log-linsebagai berikut:

ln Y = b0+b1X1+b2X2+b3X3+b4X4+b5X5+b6X6+ D7X7e

Dimana:

Y = Pendapatan (rupiah)

X1= Umur petani budidaya (tahun)

X2 = Pendidikan formal (tahun)

X3 = Pengalaman usaha (tahun)

X4 = Jumlah tenaga kerja dalam keluarga (orang)

X5 = Luas kolam (ha3)

X6 =

X7 =

Jumlah kredit yang diterima(Rp)

Dummy teknologi (0 = tidak, 1 = punya mesin pakan)

Untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel independen (X1,

X2,...Xn) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (Y)

maka digunakanlah uji koefisien regresi secara parsial (uji t). Dengan hipotesis Ho = βi = 0 ( Hipotesis nol dalam sebuah uji t menyatakan bahwa semua koefisien

dalam sebuah persamaan adalah sama dengan nol)

H1 = βi ≠ 0 ( Hipotesis satu dalam sebuah uji t menyatakan bahwa salah satu atau lebih koefisien dalam sebuah persamaan adalah tidak sama dengan nol)

Kriteria keputusan adalah:

1. Jika thit> tα maka Ho ditolak yang berarti perubahan masing-masing variabel

2. Jika thit ≤ tα maka Ho diterima yang berarti perubahan masing-masing

variabel bebas tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan variabel terikat Sedangkan untuk menguji model persamaan tersebut secara simultan digunakan uji koefisien regresi secara bersama-sama (uji f). Dengan hipotesis sebagai berikut:

Ho = βi = 0 ( hipotesis nol dalam sebuah uji f menyatakan bahwa semua koefisien dalam sebuah persamaan adalah sama dengan nol)

H1 = Salah satu atau lebih βi ≠ 0 (hipotesis dalam sebuah uji f menyataan bahwa salah satu atau lebih koefisien dalam sebuah persamaan adalah tidak sama dengan nol)

Kriteria pengujiannya adalah:

1. Jika fhit> fα(0.01) maka Ho ditolak yang berarti secara simultan variabel bebas

berpengaruh nyata terhadap variabel terikat

2. Jika f hit ≤ fα(0.01) maka Ho diterima yang berarti secara simultan variabel

bebas tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat

Menghitung Perbedaan Tingkat Pendapatan Petani Budidaya Ikan Patin Penerima dan Non Penerima Kredit Program PKBL

Menjawab permasalahan ketiga yaitu, menganalisis perbandingan tingkat pendapatan petani budidaya ikan patin penerima dan non penerima kredit program PKBL dari PTPN V dilakukan uji beda sampel tidak berhubungan (independent sampel T test). Uji beda ini dapat disebut juga sebagai uji T. Uji T digunakan

untuk mengetahui apakah ada perbedaan nyata antara pendapatan usahatani patin pada petani penerima kredit PKBL PTPN V dengan petani yang tidak menerima dana kredit PKBL PTPN V. Uji T ini merupakan uji hipotesis dengan selang kepercayaan 95%. Rumus uji beda sampel yang digunakan adalah independent sampel T testsparated varian, sebagai berikut:

t =

x1−x2 �12+�22 �1+�1 dimana: x1 = rata-rata sampel 1

[

∑�1

]

x2 = rata-rata sampel 2

[

∑�2

]

S2 = varian populasi N = jumlah data Hipotesis sebagai berikut:

H0: µ1 = µ2 (hipotesis nol dalam uji t menyatakan bahwa pendapatan petani

penerima kredit PKBL PTPN V dan yang tidak menerima dana kredit PKBL PTPN V tidak berbeda)

H1: µ1 ≠ µ2 (hipotesis satu dalam uji t menyatakan bahwa pendapatan petani

budidaya ikan patin penerima dana kredit PKBL PTPN V lebih besar dari yang tidak menerima dana kredit program PKBL PTPN V)

H0 merupakan hipotesis awal dan H1 merupakan hipotesis alternatif. Hipotesis

alternatif µ1 ≠ µ2 menyatakan bahwa µ1 < µ2 atau µ1 > µ2, dalam penelitian ini jumlah dua kelompok sampel (n1 dan n2) adalah sama.

Kriteria Keputusan:

1. Jika t hitung> tTabel,atau nilai signifikan ≤ 0.05 maka H0 ditolak (diterima H1),

yang berarti pendapatan petani budidaya ikan patin penerima lebih besar dari yang tidak menerima kredit program PKBL PTPN V

2. Jika t hitung ≤ ttabel, atau nilai signifikan > 0.05 maka H0 diterima (tolak H1),

yang berarti pendapatan petani budidaya ikan patin penerima dan yang tidak menerima kredit program PKBL PTPN V tidak berbeda.

Analisis data dilakukan dengan bantuan program SPSS (Statistical Package For Social Science). Hasil pengolahan data kemudian dianalisis da

diinterpretasikan secara deskriptif

Definisi Operasional

1. Penerimaan total atau omzet usaha adalah nilai uang yang diperoleh dari seluruh penjualan produk yang dinyatakan dalam Rp/ satu kali panen.

2. Pendapatan usaha budidaya ikan patin adalah pendapatan petani budidaya ikan patin yang berasal dari penjualan ikan dikurangi biaya usaha budidaya dan dari hasil penjualan pelet, dinyatakan dalam Rp/ satu kali panen.

3. Biaya usaha perikanan budidaya ikan patin adalah seluruh biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan budidaya dinyatakan dalam Rp/ satu kali panen. 4. Usia adalah rentang waktu responden dari lahir hingga saat penelitian,

dinyatakan dalam tahun

5. Tingkat pendidikan formal adalah jumlah waktu yang dibutuhkan petani untuk menempuh pendidikan formal mulai dari SD hingga pendidikan formal terakhirnya yang dinyatakan dalam tahun

6. Pengalaman adalah lamanya waku yang telah dilalui petani sejak pertama kali membudidayakan ikan patin hingga pada penelitian dilakukan, dinyatakan dalam tahun

7. Tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) adalah tenaga kerja dalam keluarga yang di bekerja di budidaya pembesaran patin, yang dinyatakan dalam orang 8. luas lahan yang dimiliki oleh petani yang dinyatakan dalam ha3

9. Jumlah kredit adalah dana kredit PKBL dari PTPN V yang diterima petani, dinyatakan dalam Rp .

Dokumen terkait