• Tidak ada hasil yang ditemukan

6 HASIL DAN PEMBAHASAN

D. Pengalaman usaha

Pengalaman ini berkaitan dengan intuisi petani dalam mengambil keputusan dalam membudidayakan pembesaran patin, kemampuan mencari dan menangkap peluang dalam hal memasarkan hasil budidayanya serta kemampuan untuk bertahandalam menghadapi hambatan-hambatan pada usahanya dan lain-lain. Berdasarkan Tabel 9mayoritas pengalaman responden dalam berusaha dapat dikatakan berpengalaman (>10 tahun) yaitu sebanyak 24 responden penerima kredit dan 12 responden non penerima kredit.

Tabel 9 Sebaran pengalaman usaha responden terhadap pendapatan

Pengalaman Pendapatan petani

(tahun) (<50 juta) (50-100 juta) (>100 juta)

Penerima Non Penerima Penerima Non Penerima Penerima Non Penerima

<5 - 5 - - - -

5-10 6 14 1 - - -

>10 13 10 7 2 4 -

Total 19 29 8 2 4 -

Pengalaman petani akan mempengaruhi petani dalam mengambil suatu keputusan pada kegiatan usaha perikanannya baik dalam pemilihan bibit, penebaran benih, pemeliharaan, pemberian pakan dan dalam mengatasi hama maupun penyakit. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Hutauruk (2009) yang mengatakan variabel pengalaman mempunyai pengaruh terhadap produktivitas tanaman kopi dan secara tidak langsung juga akan mempengaruhi pendapatan

petani. Terdapat 4 orang responden dengan pengalaman > 10 tahun, hal ini menunjukkan kemampuan bertahan dari usaha tersebut yang cukup besar.

Karakteristik Usaha a. Luas Kolam

Luas kolam mempunyai arti yang sangat penting bagi petani budidaya pembesaran ikan patin di Kecamatan Kampar. Luas kolam yang diusahakan oleh 62 responden petani pembesaran ikan patin di Kecamatan Kampar cukup bervariasi. Luas kolam bervariasi antara lebih 100 m2 sampai dengan 6300 m2

seperti yang ditunjukkan pada Tabel 10 (Lampiran 4), dimana yang mengelola luas kolam 100-1000 m2 sebanyak 19 responden (61.29 persen) petani kredit dan 28 responden (90.32persen) petani non kredit, luas kolam 1001-1800 sebanyak 5 responden (16.13 persen) petani kredit dan 3 responden (9.68 persen) petani non kredit, luas kolam 1801-2600 sebanyak 2 responden (6.45 persen) petani kredit, luas kolam 2601-3400 sebanyak 3 responden (9.68 persen) petani kredit dan yang mengusahakan kolam ikan dengan luas besar 3500 m2 sebanyak 2 responden (6.45

persen).

Berdasarkan Tabel 10 diperoleh bahwa luas lahan petani penerima kredit lebih tinggi dibandingkan dengan petani non kredit. Hal ini menunjukkan bahwa kredit PKBL dari PTPN V ditujukkan untuk petani yang memiliki aset sebagai jaminan untuk kredit yang diberikan. Selain itu dari kondisi kepemilikan luas kolam yang bervariasi, berdampak pada pengelolahan usaha budidaya pembesaran ikan patin yang juga bervariasi. Variasi luas kolam ini mempengaruhi sikap petani dalam penebaran benih, pengapuran, pemupukan, pemberian pakan, pengelolahan air, pengawasan penyakit dan hama yang sesuai dengan skala ekonomis, sehingga usaha budidaya pembesaran ikan patin dapat menghasilkan produksi yang optimal yang berpengaruh terhadap besar kecilnya pendapatan yang diterima petani.Hal ini sesuai dengan penelitian Suprato (2010) yang menyatakan luas lahan akan mempengaruhi banyaknya tanaman yang dapat ditanam yang pada akhirnya dapat mempengaruhi besar produksi, semakin luas lahan pertanian maka semakin banyak produksinya sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani

b. Produksi

Produksi yang dimaksud disini adalah produksi ikan patin yang dihasilkan selama satu periode. Produksi ikan patin dihitung selama enam sampai delapan bulan karena pemanenan ikan patin dilakukan setelah patin mencapai ukuran dan Tabel 10 Rata-rata luas kolam responden

No Keterangan luas kolam (m2) Petani kredit persentase (%) Petani non kredit persentase (%)

1 100-1 000 19 61.29 28 90.32

2 1 001-1 800 5 16.13 3 9.68

3 1 801-2 600 2 6.45

4 2 601-3 400 3 9.68

berat tertentu sesuai dengan yang telah direncanakan atau dikehendaki pasar, dengan berat lebih dari 700 gram/ekor. Berdasarkan tabel 11 diperoleh bahwa produksi ikan patin yang dihasilkan satu periode oleh petani penerima kredit relatif lebih besar dibandingkan dengan petani non kredit. Hal tersebut dapat dilihat dari rata-rata produksi patin penerima kredit lebih dari 9000 Kg dengan persentase sebesar 41.94 persen. Ini dikarenakan dengan adannya penambahan modal dari dana PKBL PTPN V, beberapa petani yang penerima kredit memanfaatkan kredit untuk membeli mesin pelet ikan, sehingga dapat meningkatkan produksi tanpa terkendala kekurangan pasokkan pelet pabrik. Sedangkan rata-rata produksi patin yang dihasilkan dari petani non kredit yaitu 1500-4000 Kg dengan persentase sebesar 64.52 persen. Produksi ikan patin responden dapat dilihat pada Tabel 11.

Deskripsi Pemanfaatan Dana Kredit Bagi Petani Budidaya Pembesaran Ikan Patin di Kecamatan Kampar

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya keragaman pemanfaatan dana kredit Program kemitraan dan bina lingkungan (PKBL) dari PT Perkebunan Nusantara V (PTPN V) yang dilakukan petani (Tabel 12). Sebanyak 18 responden (58.04 persen), dana kredit tersebut dimanfaatkan untuk menambah modal usaha dalam memperlancar pembelian input produksi seperti benih ikan, pakan, dan obat-obatan. Jika dibandingkan dengan petani yang tidak menerima kredit, penyedian input produksi yang dilakukan oleh petani yang tidak menerima kredit dilakukan dengan cara berhutang kepada pedagang input, pelepas uang, pengumpul hasil dan dibayar setelah panen dengan bunga yang tinggi atau harus menjual hasil produksinya kepada pengumpul hasil dengan harga yang disepakati waktu penerimaan kredit. Sebanyak 8 responden (25.81 persen), dana kredit tersebut dimanfaatkan untuk investasi yakni dalam pembelian alat pembuat pelet ikan.

Alasan petani memanfaatkan dana kredit untuk membeli mesin pelet ikan dikarenakan ikan patin merupakan salah satu ikan yang rakus dan patin dikategorikan sebagai ikan pemakan segalanya (omnivora). Namun demikian, pakan buatan (pelet) merupakan makanan yang terbaik dan mutlak diberikan bagi ikan patin yang dibudidayakan secara intensif. Pakan buatan pabrik (pelet) memang memiliki kualitas yang terjamin dengan kandungan nutrisi yang lengkap sehingga baik untuk perkembangan dan pertumbuhan patin yang optimal. Namun, yang menjadi pertimbangan petani jika menggunakan pakan buatan pabrik adalah harganya yang relatif mahal, sehingga untuk menekan biaya produksi akibat harga Tabel 11Rata-rata produksi ikan patin selama satu periode (6-8 Bulan)

No Produksi Ikan Patin (Kg) Petani Kredit persentase (%) Petani Non Kredit persentase (%)

1 1 500-4 000 7 22.58 20 64.52

2 4 001-6 500 6 19.35 6 19.35

3 6 501-9 000 5 16.13 3 9.68

pakan yang mahal, responden memberikan pelet buatannya sendiri yang berkualitas dengan berbasis bahan baku lokal. Pada Lampiran 11 terlihat rata-rata pendapatan yang diterima dari petani yang memanfaatkan dana kredit untuk investasi yaitu mesin pelet dari pada yang tidak menerima dana kredit dan tidak memiliki mesin pelet. Pendapatan yang diterima petani yang memanfaakan kredit PKBL yaitu sebesar Rp 11 222 793/250m3 dan pendapatan bersih dari penjual

pelet Rp 3 822 873.99 sedangkan petani yang tidak menerima dana kredit memperoleh pendapatan hanya dari budidaya pembesaran ikan patin sebesar Rp 7 500 839.2/250m3. Dilihat dari rata-rata pendapatan yang diperoleh dalam masa

produksi 6 bulan atau satu periode, maka rata-rata pendapatan dengan luas kolam 250m3 yang diperoleh oleh petani penerima kredit perbulan adalah Rp 1 870 465, nilai pendapatan tersebut sudah layak dibandingkan dengan upah minimum di Kabupaten Kampar sebesar Rp 1 740 000.

Berdasarkan hasil penelitian dengan adanya kredit PKBL dari PTPN V terjadi peningkatan rumah tangga petani, dari hanya menjadi menjadi petani serabutan menjadi petani budidaya pembesaran ikan patin (Tabel 14), selain itu rata-rata tenaga kerja yang digunakan oleh petani penerima dana PKBL lebih banyak dibandingkan tenaga kerja yang digunakan oleh petani yang tidak menerima dana kredit PKBL. Petani penerima dana kredit PKBL rata-rata menggunakan tenaga kerja sebanyak 10 HOK, sedangkan petani yang tidak menerima dana kredit PKBL rata-rata menggunakan tenaga kerja sebanyak 2 HOK (Tabel 18). Perbedaan ini terjadi karena petani penerima dana kredit PKBL memanfaatkan dana kredit untuk memperluas usahanya seperti: penyedian pakan untuk petani lain, memperluas lahan kolam, dan penyedian bibit, sehingga membutuhkan tenaga kerja luar keluarga untuk membantu pekerjaannya. Adanya dampak positif yang dapat dirasakan petani sesudah menerima penyaluran dana kredit PKBL, sehingga dana kredit PKBL bergulir ini perlu dilanjutkan dan diperluas jangkauannya karena sangat dibutuhkan oleh petani-petani lainnya yang juga mengalami keterbatasan modal saat menjalankan usahanya

Pengukuran Kinerja Program Kredit Program kemitraan dan bina lingkungan (PKBL) dari PT Perkebunan Nusantara V (PTPN V)

Dalam penyaluran kredit dari program PKBL PTPN V perlu diketahui apakah pelaksanaanya sudah efektif atau tidak dalam mencapai tujuannya yaitu

Tabel 12 Pemanfaatan dana kredit bagi petani

Uraian Jumlah Persen (%)

Responden 31 100.00

Pemanfaatan Dana Kredit

- Pembelian input produksi (bibit, obat-

obatan, pakan) 18 58.04

- Membeli alat pembuat pelet ikan 8 25.81

- Membuat kolam 3 9.68

- Usaha pembenihan patin 1 3.23

meningkatkan pendapatan dan meningkatkan kemampuan petani budidaya pembesaran ikan patin agar menjadi tangguh, mandiri melalui pemanfaatan dana kredit. Informasi keefektifan program tersebut dapat dilakukan dengan pengukuran kinerja program. Kinerja program kredit PKBL di Kecamatan Kampar dikaji dengan menggunakan aspek kinerja. Konsep pengukuran kinerja dimulai dari pengukuran input, proses, output dan outcome dengan membandingkan adanya kesesuaian antara kondisi yang terjadi (eksisting) dengan

yang seharusnya (harapan) dengan melihat pedoman cara budidaya ikan yang baik (CBIB) dari Dinas Perikanan Kabupaten Kampar dan surat perjanjian antara petani budidaya ikan patin dengan PTPN V. Pengukuran kinerja dilakukan secara partisipatif melibatkan masyarakat dan aparat desa. Jumlah responden masyarakat adalah 31 orang dengan responden dari aparat berjumlah 4 orang yang terdiri dari kepada desa, sekretaris desa, penyuluh perikanan Kecamatan Kampar dan unit pelayanan proyek satu orang yang berkaitan dengan program PKBL. Hasil penilaian kinerja program terhadap indikator input yang digunakan di Kecamatan Kampar disajikan pada Tabel Tabel 13 (Lampiran 5).

Berdasarkan Tabel 13 diperoleh hasil penilaian terhadap aspek input program kredit PKBL ini tergolong kurang efektif. Total skor aspek input adalah 11.61 yang berada pada kategori kurang efektif (skor 8.8-12.5). Adapun secara umum faktor yang membuat kinerja aspek input ini kurang efektif adalah kurangnya pemahaman petani dalam penggunaan dana kredit karena pelatihan yang diberikan oleh PTPN V tidak dapat dirasakan oleh setiap petani karena masih ada petani yang menggangap dana kredit ini dana hibah, sehingga seluruh pemakaian dana bukan untuk usaha, masih ada digunakan untuk kepentingan yang lainnya. Selain itu rata-rata jumlah dana kredit yang diterima petani kecil yaitu Rp 23 500 000 dimana luas kolam rata-rata penerima kredit sebesar 1 415m3.

Menurut Mahyuddin (2010) skala ekonomis budidaya pembesaran ikan patin dengan luas kolam 250 m2 adalah minimal Rp 20 215 500 dalam satu periode. Namun demikian, faktor pendukung kinerja program dari aspek input adalah varietas bibit yang digunakan petani adalah bibit yang sudah terdaftar dan bersertifikat SNI perikanan budidaya, komitmen pemerintah baik pemerintah kabupaten dan PTPN V dalam pelaksanaan pelatihan program dan adanya keterlibatan lembaga masyarakat (kelompok tani titian sago) dalam program PKBL tersebut. Pelaksanaan pelatihan usaha budidaya dan pelatihan Tabel 13 Hasil penilaian input program kredit PKBL

Kriteria Input Hasil Penelitian Skor

Jumlah kredit yang diterima 12.6 juta-25 juta 2.32 Varietas ikan patin yang digunakan

setelah dapat kredit Varietas Djambal 3.16

Pelatihan untuk petani Mengikuti pelatihan 2 kali 3.90 Bantuan yang diterima selain modal kerja Tidak ada 1.19 Lembaga yang memberikan pelatihan Kelompok tani 2.03 Jumlah skor = 11.61

kewirausahaan merupakan salah satu bentuk dampingan pemerintah dalam membantu petani budidaya patin mencapai hasi baik.

Hasil penilaian terhadap aspek proses yang digunakan untuk mengukur kinerja program kredit PKBL dari PTPN V disajikan pada Tabel 14 (Lampiran 6). diperoleh bahwa total skor hasil penilaian terhadap aspek proses kinerja program kredit PKBL dari PTPN V diperoleh total skornya adalah 27.71. Hal ini menunjukkan bahwa proses program kredit PKBL dari PTPN V tergolong efektif, ini ditunjukkan dengan nilai skor tersebut berada pada interval 26-32.5.

Faktor yang mendukung efektifnya program ini adalah adanya partisipasi masyarakat dan PTPN V sebagai pemberi kredit menjadikan proses sosialisasi hingga realisasi program PKBL ini berjalan lancar, kemudian ditambah lagi dengan proses pengajuan yang tidak menyulitkan, bunga atau fee yang terjangkau.

Berbeda dengan pinjaman bank pada umumnya dengan bunga yang tinggi, program ini menetapkan bunga tetap pertahun cukup terjangkau bagi pembudidaya (6 persen pertahun). Pengajuan program kredit PKBL dilakukan secara kolektif, sehingga kelompok tani juga dapat merupakan salah satu jaminan bagi bagian PKBL PTPN V. Apabila terjadi kemacetan kredit, para anggota kelompok tani dapat saling memperingatkan. Hal ini sesuai dengan penelitian Mahendri (2009) yang mengatakan bahwa pengajuan program kredit yang dilakukan secara kolektif anggota kelompok tani, maka kelompok tani itu sendirilah yang menjadi jaminan serta secara tidak langsung akan saling memonitoring antar anggota kelompok. Secara rinci hasil penilaian berdasarkan aspek proses dapat dilihat pada Tabel 14.

Berdasarkan hasil penelitian masih perlu diperhatikan proses pemantauan, pengawasan, pendampingan, evaluasi program di Kecamatan Kampar yang selama ini sebagian besar hanya dilakukan oleh ketua kelompok pembudidaya patin titian sago. Walaupun pemberian kredit ditujukan untuk petani yang terpilih melalui ketua kelompok dan bagian PKBL PTPN V, secara tidak langsung Tabel 14 Hasil penilaian proses program kredit PKBL dari PTPN V di Kecamatan

Kampar

Kriteria Proses Hasil Penilaian Skor

Identifikasi penentuan kebutuhan Petani/kelompok tani 2.13 Sosialisasi program kredit PKBL 2 kali sosialisasi 2.55

Lembaga sosialisasi program PTPN V 2.94

Penentu penerima kredit Ketua kelompok dan PTPN V 3.65 Kesesuaian program dengan

kebutuhan petani Kurang sesuai 2.32

Proses pengajuan Pengajuan tidak sulit 3.00

Penentuan jumlah dana kredit PTPN V 2.00

Jaminan petani SKGR/akta jual beli 2.84

Pendampingan dari petugas 1-5 kali 3.03

Materi pendampingan Berkaitan dengan budidaya 3.26 Jumlah skor = 27.71

keterlibatan masyarakat maupun UMK dan koperasi perlu ditingkatkan. Hal ini mengingat bahwa kredit program PKBL dari PTPN V berbentuk bergulir, dimana kredit yang harus dikembalikan akan diteruskan ke petani maupun UMK dan koperasi yang belum mendapatkan kredit tersebut, dengan demikian adanya kesadaran petani yang sudah menerima kredit ditambah adanya kontrol dari masyarakat akan lebih memudahkan proses program kredit tersebut.

Secara umum proses pengembalian kredit dibuat semudah mungkin, dimana petani tidak perlu mendatangi pemberi kredit, namun cukup dikumpulkan di ketua kelompok untuk kemudian ketua kelompok akan menyetorkan pengembalian dana kredit ke rekening bagian PKBL PTPN V. Hal ini terkait dengan petani yang menerima kredit sulit meluangkan waktunya untuk menyetorkan pengembalian dana kredit ke rekening bagian PKBL PTPNV. Kelemahan dari aspek proses ini adalah pendampingan yang dilakukan PTPN V terhadap petani seringnya dilakukan pada tahap awal program berjalan dan selanjutnya proses pendampingan lebih banyak dilakukan oleh ketua kelompok. Kelemahan lainnya adalah masih ada petani yang belum melunasi pengembalian kredit. Hal ini terjadi dikarenakan moralitas petani itu sendiri dan keterbatasan tenaga pendamping, pengawasan dan pemantauan dari PTPN V.

Hasil penilaian terhadap aspek output diperoleh total skor aspek output adalah 12.65 sehingga ouput dari program PKBL tergolong efektif, skor tersebut berada pada interval 12.6-16.25. Hasil penilaian output program kredit PKBL dari PTPN V untuk petani pembesaran ikan patin di Kecamatan Kampar secara rinci dapat dilihat pada Tabel 15 (Lampiran 7)

Berdasarkan hasil penilaian Tabel 15, aspek output pada kinerja program kredit PKBL tergolong efektif. Adapun faktor yang mendukung kinerja aspek output yaitu adanya motivasi petani dalam meningkatkan produktivitasnya karena adanya tambahan dana dari kredit PKBL. Hal ini terlihat dari produksi ikan patin yang meningkat 21-30 persen. Selain faktor tadi, pengukuran kinerja pada aspek output juga memiliki faktor yang mendukung lain yaitu, meningkatnya kelembagaan atau kelompok tani di masyarakat. Kelembagaan ini merupakan Tabel 15 Hasil penilaian output program kredit PKBL dari PTPN V di

Kecamatan Kampar

Kriteria Output Hasil Penilaian Skor

Jumlah petani yang menerima kredit

36 persen - 49 persen dari

penerima dana kredit PKBL PTPN

V tahun 2009 2.90

Produksi ikan patin Meningkat 11 persen -30 persen 3.23 Jumlah unit usaha (kolam ikan) Tidak meningkat 1.42 Kelembagaan masyarakat dalam

usaha tani Meningkat 1 kelompok tani 2.52

Pemanfaatan dana kredit PKBL Membeli bibit, pakan, alat2 penunjang budidaya patin 2.58 Jumlah skor = 12.65

wadah yang memudahkan petani untuk saling berdiskusi tentang permasalahan tentang budidayanya.

Selain itu kelembagaan juga merupakan wadah dalam mendapatkan kredit, karena proses pengajuan kredit harus secara kolektif melalui kelompok tani bukan perorangan. Pengajuan kredit secara kolektif ini cukup membantu petani yang tidak mampu membuat proposal permohonan dana sendiri disebabkan oleh kesibukkan petani untuk bekerja dan masih banyak petani yang tidak mengerti tentang cara pembuatan proposal itu sendiri. Faktor penghambat kinerja aspek output adalah kredit yang diterima tidak dipakai seluruhnya untuk produksi, masih ada beberapa petani menggunakan sebagian dana untuk konsumsi pribadi, karena kredit ini dianggap bentuk program bantuan, hasil dari produksi petani yang telah diberi bantuan modal kerja kurang optimal.

Pengukuran kinerja dari program kredit PKBL dari aspek terakhir yaitu

outcome. Outcome (hasil) adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungisnya

output atau efek langsung dari output pada jangka menengah. Berdasarkan hasil penilaian, diperoleh jumlah skor aspek kinerja outcome adalah 13.84, sehingga outcome program tergolong ke dalam kategori berhasil, skor tersebut berada pada

interval 12.6-16.25. Faktor yang mendukung kinerja program kredit PKBL dari PTPN V ini efetif adalah adanya tambahan penghasilan tambahan pendapatan diluar budidaya pembesaran patin, yaitu usaha penyewaan mesin pelet. Hal ini mengingat bahwa beberapa petani yang mendapatkan kredit memiliki mesin pembuat pelet atau pakan ikan. Dengan adanya kredit PKBL ini petani diberikan kesempatan untuk menambah produksi maupun membeli mesin pelet ikan untuk dapat menambah pendapatan mereka.Hasil penilaian kinerja program kredit PKBL dari PTPN V terhadap indikator outcomeBerdasarkan hasil penilaian Tabel

16 (Lampiran 8),

Faktor pendukung lainnya adalah terjadi peningkatan jumlah rumahtangga petani di bidang budidaya pembesaran patin. Hal ini terjadi karena ada beberapa petani yang hanya sebagai petani bagi hasil yang tidak memiliki usaha budidaya pembesaran patin sebelumnya. Selain itu dengan mengusahakan budidaya pembesaran patin dan terbentuknya kelompok tani serta adanya pertemuan bulanan kelompok tani secara tidak langsung terjadi peningkatan pengetahuan dan keterampilan di bidang usaha budidaya pembesaran patin, hama dan penyakit ikan, kesehatan keluarga. Dengan adanya program kredit PKBL dari PTPN V Tabel 16 Hasil penilaian outcome program kredit PKBL dari PTPN V di

Kecamatan Kampar

Kriteria Outcome Hasil Penilaian Skor

Peningkatan pendapatan Meningkat 10 % 3.16

Peningkatan jumlah RTP Meningkat 10 % 2.13

Peningkatan konsumsi protein Meningkat (1kali sehari) 3.03 Peningkatan usaha Meningkat dibidang penyediaan pakan 1.61 Peningkatan pengetahuan dan

keterampilan usaha Meningkat keterampilan mengenai pembibitan, pakan, manajemen usaha 3.90 Jumlah skor = 13.84

menyebabkan terjadinya peningkatan konsumsi protein bagi keluarga petani. Hal ini terjadi karena adanya peningkatan pendapatan dan kesadaran akan pentingnya protein bagi pertumbuhan anggota keluarga.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Budidaya Pembesaran Ikan Patin di Kecamatan Kampar

Pendapatan petani budidaya pembesaran ikan patin merupakan pemasukkan yang diterima petani dari hasil produksi dikalikan dengan harga jual ikan patin perkilogramnya dikurangi dengan biaya usaha (biaya yang dikeluarkan) dan ditambah dari hasil penjualan pelet bagi petani yang mempunyai usaha sampingan. Model yang digunakan dalam menduga faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani budidaya ikan di Kecamatan Kampar tersebut adalah model semi log. Model semi log digunakan karena adanya ketimpangan

data yang terlalu besar antara dependent variabel dengan indenpendent variabledan dipilih karena adanya nilai x yang bernilai nol. Model ini terlebih

dahulu harus dilakukan pengujian asumsi klasik guna mengetahui ada atau tidaknya pelanggaran asumsi model regresi berganda. Kriteria uji asumsi klasik pertama adalah uji multikolinearitas, uji ini dilakukan guna mengetahui ada tidaknya hubungan linier sempurna antar peubah bebas dalam model tersebut.

Berdasarkan uji dengan dengan melihat nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF), variabel bebas yang ada dalam model faktor-faktor yang

mempengaruhi pendapatan petani budidaya pembesaran ikan patin tidak ada yang mengalami multikolinearitas karena nilai tolerance dan variance inflation factor

(VIF) kurang dari 10 dan mempunyai angka tolerance lebih dari 0.1 (Priyatno 2011). Hasil dari uji multikolinearitas dapat dilihat pada Tabel 17. Dari hasil regresi (Tabel 17) terlihat bahwa seluruh nilai VIF peubah x kurang dari 10 dan nilai tolerance lebih dari 0.1. Berdasarkan uji tersebut, maka tidak ada multikolinearitas dalam model faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani pembesaran ikan patin di Kecamatan Kampar (Y), sehingga model layak untuk digunakan. Uji selanjutnya yaitu heterokedastisitas dengan menggunakan uji Glejser juga menunjukkan bahwa nilai signifikansi ketujuh variabel

independen lebih dari 0.05 (Lampiran 9), dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah heterokedastisitas pada model.

Pengujian asumsi klasik yang terakhir adalah uji normalitas. Pengujian terhadap normalitas dilakukan dengan Uji One Sample Kolomogorov Smirnov

dengan nilai p-value (signifikan) sebesar 0.652. Nilai ini melebihi taraf nyata 0.05

sehingga dapat dibuktikan bahwa galat menyebar normal. Jadi berdasarkan seluruh pegujian asumsi klasik dapat disimpulkan bahwa model layak untuk digunakan karena tidak terdapat pelanggaran asusmsi.

Pengujian model ini secara keseluruhan dilakukan dengan menggunakan uji F. Uji ini merupakan cara untuk melihat pengaruh variabel-variabel independen dalam model secara bersama-sama atau simultan antara variabel umur, pendidikan formal, pengalaman usaha patin, tenaga kerja dalam keluarga (TKDK), luas lahan, jumlah kredit yang diterima dan dummy teknologi terhadap variabel pendapatan.

Taraf nyata yang digunakan dalam analisis regresi sebesar 5 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen. Berdasarkan hasil analisis nilai p-value (signifikansi)

sebesar 0.000 lebih kecil dari pada taraf nyata (α) 5 persen dan F-hit sebesar 41.58 lebih besar dari F tabel sebesar 2.18 (F tabel : α= 0.05, df1=7 , df2=54), maka dapat diambil kesimpulan bahwa model dapat menjelaskan keragaman variabel pendapatan. Artinya variabel-variabel independen dalam model secara bersama- sama berpengaruh nyata pada variabel pendapatan dengan taraf nyata 5 persen. Berdasarkan analisis hasil analisis regresi untuk setiap faktor yang mempengaruhi pendapatan petani pembesaran ikan patin di Kecamatan Kampar diketahui bahwa nilai R square (R2) sebesar 0.843 hal ini menunjukkan bahwa variasi variabel usia

Dokumen terkait